Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 2

Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Kode Mata Kuliah : PDGK.4407
Tutuor : Rafael Lisinus Ginting, M.Pd
Nama : Monica Aprilinda Simanjuntak
NIM : 859877934
Soal
1. Jelaskan definisi dan klasifikasi, penyebab, serta cara pencegahan terjadinya
ketunarunguan serta gangguan komunikasi
2. Jelaskan definisi dan klasifikasi, penyebab, serta cara pencegahan terjadinya
ketunagrahitaan
3. Jelaskan dampak ketunarunguan dan gangguan komunikasi bagi
perkembangan anak.
4. Jelaskan dampak ketunagrahitaan bagi perkembangan anak
5. Buatlah profil anak Tunarunggu, anak gangguan kominikasih dan anak dengan
gangguan Tunagrahita
JAWAB

1. Pengertian tunarungu:
Tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan khusus. ketunarunguan juga merupakan kondisi dimana individu tidak mampu
mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi
dan intensitas.
▪ Ketunarunguan dapat diklasifikan sebagai berikut:
1. Mild Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB
2. Marginal Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB
3. Moderat loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB
4. Severa loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB.
5. Profound loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB keatas.
▪ Faktor yang menyebakan seseorang mengalami ketunarunguan:,
1. Masa Prenatal.
2. Masa Neo Natal
3. Post Natal
▪ Cara Pencegahan Tunarungu
1) Upaya yang dilakukan pada saat sebelum menikah (Pranikah)
a. Menghindari pernikahan sedarah
b. Melakukan pemeriksaan darah
c. Melakukan konseling genetika.
2) Upaya yang dilakukan pada waktu hamil.
a. Menjaga kesehatan dan memeriksakan kehamilan secara teratur kepada
bidan/dokter.
b. Mengkonsumsi gizi baik/seimbang.
c. Tidak minum obat sembarangan yang menyebabkan keracunan pada janin.
d. Melakukan imunisasi tetanus.
3) Upaya yang dilakukan saat melahirkan:
a. Pada saat melahirkan upayakan tidak menggunakan alat penyedot.
b. Apabila ibu tersebut terkena virus herpes simpleks pada vaginanya makah
kelahiran bayi tersebut harus Caesar,
4) Upaya yang dilakukan setelah bayi lahir:
a. Melakukan imunisasu dasar serta imunisasi rubella
b. Apabila anak mengalami sakit influenza harus dijaga dan jangan dibiarkan
sampai terlalu lama karena virusnya dapat masuk ke telinga
c. Menjaga telinga dari kebisingan
2. Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif
yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada umumnya. Ketunagrahitaan
mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata
rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan
berlangsung (termanifestasi) pada masa perkembangan.
▪ Klasifikasi Tunagrahita
Klasifikasi oleh Asociation on Mental deficiency:
1. Mild Mental Retardation (Tuna grahita ringan) : IQ-nya 70 – 55
2. Moderate mental retardation (Tunagrahita sedang) : IQ-nya 55-40
3. Severe mental retardation (Tunagrahita berat) : IQnya 40-25
4. Profound mental retardation (sangat berat) : IQ-nya 25 ke bawah
▪ Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72 Tahun 1991,
adalah sebagai berikut:
1. Tunagrahita ringan : IQ-nya 50 – 70
2. Tunagrahita sedang : IQ-nya 30 – 50
3. Tunagrahita berat dan sangat beratr : IQ-nya kurang dari 30
▪ Klasifikasi berdasarkan kelaian jasmani (Tipe Klinis)
1. Down Syndrome (Mongoloid): Tunagrahita jenis ini memiliki raaut muka
menyerupai orang mongol dengan mata sipit, dan miring, lidah tebal suka menjulur
keluar, telinga kecil, kulit kasar dan susunan gigi kurang baik.
2. Kretin (Cebol) : Tunagrahita jenis ini memiliki cirri cirri seperti badan gemuk dan
pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput,
rambut kering, lidah dan bibir tebal, kelopak mata kecil, telapak tangandan kaki
tebal, pertumbuhan gigi lambat.
3. Hydrocepalus : Tunagrahita jenis ini memiliki ciri cirri kepala besar, raut muka
kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang kadang juling.
4. Microcepalus : Tunagrahita jenis ini memiliki ukjuran kepala yang kecil.
5. Macrocepalus : Memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran normal.
▪ Penyebab terjadinya Ketunagrahitaan :
a. Penyebab genetic dan kromosom : hal ini merupakan suatu kondisi yang
disebabkan dari gen orang tua yang mengalami kurangnya produksi enzim yang
memproses protein dan terjadi penumpukan asam yang disebyt ata phenylpyruvic
yang menyebabkan kerusakan otak.
b. Penyebab pra kelahiran : ini terjadi setelah pembuahan. Adanya penyakit rubella
pada janin atau infeksi penyakit syphilis. selain itu kerusakan otak juga bisa
deisebabkan oleh racun dari alcohol atau obat obatan terlarang yang digunakan oleh
ibu hamil.
c. Penyebab Pada Saat Kelahiran: adanya kelahiran premature, adanya masalah pada
proses kelahiran seperti kekurangan oksigen, kelahiran yang dibantu alat
kedokteran yang beresiko terjadinya trauma kepala.
d. Penyebab selama masa perkembangan anak anak dan remaja bisa terjadi karena
adanya radang selaput otak atau radang otak yang tidak tertangani dengan baik n
yang mengakibatkan kerusakan otak.
▪ Cara pencegahan ketunagrahitaan :
1. Penyuluhan genetic, yaitu usaha untuk mengkominikasikan berbagai informasi
masalah genetika.
2. Diagnostik Prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat dikeahui
lebih dini apakah janin memiliki kelainan.
3. Imunisasi yang dilakukan terhadap ibu hamil dan balita
4. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari
benih benih terjadinya kelainan
5. Melakukan keluarga berencana
6. Tindakan operasi pada kelahiran beresiko tinggi.
7. Sanitasi lingkungan yaitu mengupayakan lingkungan yang baik bahi
perkembangan anak,
8. Pemeliharaan kesehatan terutama pada ibu hamil.
9. Intervensi dini
10. Diet sesuai dengan petunjuk ahli Kesehatan
3. Dampak Ketunarunguan dan Gangguan Komuniasi pada Perkembangan anak:
a) Dampak tunarungu terhadap kemampuan berbahasa anak:
1. Anak tunarungu akan mengalami kesulitan berkomunikasi.
2. Memiliki kosa kata yang terbatas
3. Sulit mengartikan kata kata yang abstrak
b) Ketunarunguan tidak mengakibatkan anak kekurangan potensi kecerdasan pada anak
akan tetapi karena terhambatnya kemampuan berbahasa di beberapa mata pelajrana
yang besifat verbal anak anak tunarungu cenderung ber prestasi rendah, tetapi baik
pada mata pelajaran nionverbal.
c) Dampak tunarungu terhadap aspek Social -Emosional
1. Pergaulannya terbatas dengan sessama anak tunarungu
2. Sifat egosentris yang melebihi anak normal
3. Perasaan takut/ khawatir yang menyebabkan ia tergantung dengan orang lain dan
kurang percaya diri.
4. Anak tunarungu memiliki sifat polos
5. Cepat marah.
d) Dampak tunarungu terhadap aspek fisik dan kesehatan adalah jalannya agak kaku dan
membungkuk, grak matanya lebih cepat, gerak tangannya lincah dan pernafasannya
pendek; sedangkan aspek kesehatan pada umumnya sama dengan orang normal.
4. Dampak ketunagrahitaan bagi perkembangan anak :
a. Terhadap kemampuan akademik Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas,
terlebih kapasitasnya mengenai hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan
membeo dari pada dengan pengertian. Dengan membuat kesalahan yang sama, mereka
cenderung menghindar dari perbuatan berpikir, dan lapang minatnya sedikit, mereka
juga cenderung cepat lupa, sulit untuk membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya
pendek
b. Sosial atau Emosional : Anak tunagrahita memiliki ketidak mampuan untuk
memahami aturan sosial dan keluarga, sekolah, serta masyarakatdalam pergaulan anak
tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin diri.
c. Dampak fisik/ kesehatan Struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak
tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada
usia lebih tua dari anak normal. Sikap gerakannya kurang indah, bahkan diantaranya
banyak yang mengalami cacat bicara.Dampak yang lainnya adalah kurangnya
kemampuan dalam melaksanakan tata laksana pribadi seperti merawat diri, mengurus
diri, menolong diri, komunikasi, adaptasi sosial dan okupasi.
5. Profil anak Tunarunggu :
- Fisik :
1) Cara berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak tunarungu yang
mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat keseimbangannya.
2) Gerakan mata cepat yang menunujukan bahwa ia ingin menguasai lingkungan
sekitarnya.
3) Gerakan kaki dan tangan yang cepat.
4) Pernapasan yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan terjadi
karena tidak terlatih terutama pada masa meraban yanmg merupakan masa
perkembangan bahasa.
- Emosional :
Rendahnya pemahaman seorang anak tunarungu terhadap bahsa lisan dan tulisan membuat anak
akan mudah menafsirkan sesuatu dengan anggapan negatif sehingga berdampak pada tekanan
emosi anak. Kemudian, adanya tekanan emosi ini dapat menghambat perkembangan pribadinya
sendiri sehingga anak tunarungu akan cenderung menutup diri, agresif atau selalu bimbang dan
ragu-ragu hingga gangguan kepribadian menghindar, ciri-ciri depresi ringan atau seperti gangguan
disosiatif. Ketidakseimbangan emosi anak tunarungu diakibatkan dari rendahnya pemahaman
bahasa lisan dan tulisan serta pada pengaruh lingkungan yang diterimanya.
- Cara belajar:
Secara umum, ada dua pendekatan dalam memberikan pembelajaran pada anak tunarungu, yakni
pendekatan komunikasi dan pendekatan pembelajaran Bahasa. Pembelajaran dengan pendekatan
komunikasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan cara verbal, nonverbal, dan gabungan
dari verbal-nonverbal.
- Verbal
Pembelajaran dengan menggunakan lisan, tulisan, dan membaca ujaran. Pendekatan ini lebih
mengarah kepada mengajak anak berkomunikasi dengan bahasa seperti kesepakatan yang dimiliki
oleh anak dengar. “Pada pendekatan komunikasi verbal ini, guru dituntut untuk dapat
menggunakan gerak bibir dengan baik agar komunikasi dengan anak tunarungu berjalan dengan
baik, “kata Leliana.

- Nonverbal
Pendekatan dengan menggunakan gesture (gerak tubuh), mimik (ekspresi wajah), dan isyarat.
Pendekatan komunikasi cara ini lebih mengutamakan bagaimana anak mengerti atau dapat
memahami bahasa melalui gerakan atau tindakan ril. Pada pendekatan komunikasi nonverbal
isyarat dibagi dua bagian, yaitu isyarat baku; berkomunikasi menggunakan Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI), dan isyarat alamiah (Bahasa Isyarat).
- Campuran
Pendekatan komunikasi cara ini adalah pendekatan yang menggabungkan cara verbal dan
nonverbal. “Apabila pembelajaran menggunakan cara ini, guru dapat mengucapkan atau
melisankan bahasa sambil melakukan gerak tubuh atau melakukan isyarat (baik baku maupun
alamiah), “jelas Leliana. Sedangkan dalam pendekatan pembelajaran bahasa, menguatamakan
proses pembelajaran ilmu umum kepada anak tunarungu sambil mempelajari bahasa dan kosa kata
baru. Melalui pendekatan bahasa anak tunarungu dapat memelajari IPA, IPA, sejarah, dan
pelajaran lainnya secara bersamaan dari suatu percakapan.
Profil anak Tunagrahita:
- Fisik :
Penampilan fisik anak tunagrahita, seperti kepala yang lebih besar atau terlalu kecil bila
dibandingkan dengan tubuh keseluruhan. Kelainan fisik tersebut termasuk ke dalam ras
mongoloid dengan badan yang bungkuk, ekspresi wajah datar, telinga berukuran kecil,
mata yang sipit, hingga mulut yang tampak seperti melongo.
- Emosional :
Anak-anak tunagrahita mempunyai beberapa kekurangan berupa tidak matangnya
emosi, depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak dapat dipercaya, impulsive,
lancang, dan merusak.

Anda mungkin juga menyukai