Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR 

TULANG

BAB IPENDAHULUANA L a t a r B e l a k a n g

Tumor tulang merupakan tantangan bagi perawat ortopedik karena


jarangt e r j a d i , s u l i t d i d i a g n o s i s , m e n g a n c a m j i w a , d a n m e m e r l u k a n
k o m b i n a s i  penanganan , yang meliputi kemoterapi,pembedahan radikal dan
radioterapi.Keaadaan ini mengharuskan perawat untuk mengembangkan
pengetahuantentang onkologi dan konseling , mampu mengkomunikasikan
informasiyang sulit ,mengaitkan isu seputar penyakit terminal, melakukan kolaborasis e c a r a
efektif dengan berbagai lembaga, tim, komunitas dan
p u s a t  penanganan lainnya (Julia & Peter,!""#Tumor tulang dapat bersifat jinak atau ganas,
primer atau sekunder , tumbuhl a m b a t a t a u a g r e s i f . $ i a s a n y a t u m o r j i n a k
t u m b u h a g a k l a m b a t , d a p a t dibedakan dengan jelas ,hanya mengin%asi secara lokal, dan
biasanya tidak  bermetastasis, namun bebrapa jenis dapat berubah menjadi ganas selama periode
waktu tertentu . ebaliknya, tumor tulang ganas primer jarangterjadi, tumor ini mengin%asi
secara lokal dan bermetastasis. ebagian besar tumor tulang primer diklasifikasikan sesuai
dengan jenis asal walaupun asal beberapa tumor tidak jelas, tapi tampilan kedua jenis tumor ini
sama('ray,")#*sia merupakan faktor penting karena beberapa tumor mencapai
puncak  pada tahap pertumbuhan tertentu

Tumor tulang ganas primer jarang terjadi sebelum usia + tahun

Tumor sel raksasa jarang terjadi sebelum penutupan epifisial

nsiden osteoarkoma memuncak pada usia remaja

Kondrosarkoma merupakan penyakit skeletal matur ( -ulli%an &a/ton,"0#1akalah
ini memberi penjelasan yang luas tentang berbagai jenis
tumor tulang,penyebabnya,penatalaksanaanya dan masalah asuhan keperwatan yang
rele%an .
B R u m u s a n M a s a l a h
2pa definisi dari tumor tulang 32pa etiolgi dari tumor tulang
3 4$agaimana patofisiologi dari tumor tulang 3)2pa saja manifestasi
klinis dari tumor tulang 3+ 2 p a s a j a k l a s i f i k a s i d a r i t u m o r t u l a n g
3 5$agaimana penatalaksanaan dari tumor tulang 30$agaimana asuhan
keperawatan pada pasien tumor tulang3
CTujuan Penulisan
" T u j u a n * m u m 1ampu menjelaskan tentang tumor tulang dan asuhan
keperawatan yangdiberikan pada pasien yang menderita tumor tulang T u j u a n
k h u s u s a . 1 a m p u m e n j e l a s k a n d e f i n i s i d a r i t u m o r t u l a n g  b.1ampu
menjelaskan etiologi dari tumor tulangc . 1 a m p u m e n j e l a s k a n m a n i f e s t a s i k l i n i s
dari tumor tulangd.1ampu menjelaskan klasifikasi dari tumor
t u l a n g e.1ampu menjelaskan penatalaksanaan pada tumor tulang f . 1 a m p u
m e n j e l a s k a n b a g a i m a n a a s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a  pasien tumor
tulang
DManfaat Penulisan1
1ahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tumor tulang

1ahasiswa dapat mengetahui etiologi dari tumor tulang
!
1ahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari tumor tulang
"
1ahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari tumor tulang
#
1ahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan dari tumor tulang
$
1ahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan  pada pasien tumor
tulang

DEFINISI

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang
berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal
jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker (2001),  pertumbuhan tumor dapat digolongkan
sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak
cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga
terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat).
Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi
(Robin dan Kumar, 1995).

Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat
yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra,
1991).

Dalam kasus tumor pada tulang dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi tumor tulang
jinak dan tumor tulang ganas :

1. Tumor Jinak

Osteoma

Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak  dan ditandai oleh pertumbuhan tulang yang
abnormal. Osteoma klasik berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat, tidak
nyeri. Pada pemeriksaan radiografi, osteoma perifer tampak sebagai lesi, lesi menimbulkan
adiopak yang meluas dari perrmukaan tulang, osteoma sentral tampak sebagai suatu massa
sklerotik terbatas jelas didalam tulang. Kalau lesi menimbukan gejala-gejala, membesar, atau
menyebakan ketidakmampuan maka perawatan yang dipilih adalah eksisi osteoma dengan
pembedahan . Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar ini juga dilakukan untuk
tujuan diagnostic pada lesi-lesi yang besar. Eksisi meemberikan penyembuhan pada tulang.

Kondroblastoma

Tumor jinak yang jarang di temukan, dan biasanya paling sering mengenai anak-anak pada
remaja. Tempat paling sering terserang adalah tulang humerus. Gejala seringkali berupa nyeri
sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan. Perawatannya dengan eksisi pembedahan. Jika
kambuh, tumor ini akan di tangani dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi.

Endrokoma

Endrokoma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan displatik yang timbul pada 
metafisis tulang fibula, terutama pada tangan dan kaki. Pada pemerikasasn radiografi didapati
titik-titik perkapuran yang berbatas tegas , membesar dan menipis. Tanda ini merupakan ciri
khas dari tumor. Tumor berkembang semasa pertumbuhan pada anak-anak atau remaja. Keadaan
ini meningkatkan fraktur patologis untuk jenis gangguan ini biasanya dilakukan pembedahan
dengan kuretase dan pencangkokan tulang.

Tumor sel raksasa

Sifat khas sel raksasa adalah adanya stroma vascular yang terdiri dari sel-sel dan bentuk oval
yang mengandung sejumlah nucleus lonjong, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini
merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini mengandung
sejumlah  nucleus yang vesicular dan menyerupai sel-sel stroma. Walaupun tumor ini dianggap
jinak tetapi tetap memiliki derajat keganasaaan bergantung pada sifat sarkopatosa dari
stromanya. Padajenis yang ganas, tumor ini menjadi anaplastik dengan daerah-daerah nekrosis
dan perdarahan .

Tumor-tumor sel raksasa terjadi pada orang dewasa muda dan lebih banyak terjadi pada
perempuan. Tempat-tempat biasa yangt di sarang pada tumor ini adalah ujung-ujung tulang
panjang radius. Gejala yang paling sering adalah nyeri, juga ada keterbatasan gerakan sendi dan
keleamahan. Setelah dibiopsi untuk memastikan adanyan tumor ini , biasanya diperlukkan eksisi
yang cukup luas, termasuk pengangkatan di tepi tumor. Tumor ini cenderung kambuh secara
local dan tumor yang kambuh setelah suatu eksisi yang tidak bersih biasanya lebih ganas.
Dengan melakukan biopsy maka diagnosis dapat ditegakkan dan yang disertai tindakan
rekontruksi segera dapat dilakukan . Pada kasus-kasus tumor sel raksasa ini menyerang suatu
daerah yang luas di bagian distal radius, maka bagian proksimal fibula pasien dapat di
cangkokkan untuk rekontruksi lengan bawah.

1. Tumor ganas

Sarkoma Osteogenik

Sarcoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terkena tumor ini adalah
bagian tulang-tulang panjang, terutama lutut. Sarcoma osteogenik paling banyak menyerang
anak remaja dan mereka yang baru menginjak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang pasien
penyakit Paget yang berusia lebih dari 58 tahun. Nyeri yang disertai destruksi tulang dan erosi
adalah gejala umum dari penyakit ini.

Penampakan kasar dari sarcoma osteogenik bervariasi. Neoplasma tersebut dapat berupa (1)
osteolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh
tumor, atau (2) osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklorotik yang baru. Periosteum
tulang yang baru dapat tertimbun dekat dengan lesi, dan pada hasil pemeriksaan radiografi
menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun deposit tulang ini
terlihat pada banyak keganasan tulang, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik, tumor itu
sendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. gangguan seperti ini
pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst” (pancaran sinar matahari).

Kondrosarkoma

Kondrosarkoma merupakan  tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang dapat
tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral. Tumor ini paling sering menyerang laki-laki
berusia diatas 35 tahun. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang berlangsung
lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu untuk jangka
waktu yang lama dan hanya merupakan pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak
menimbulkan gangguan. tetapi mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan
agresif. tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang iga,
gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.

Pada radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-
bercak perkapuran yang tidak jelas. penatalaksanaan terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah
dengan eksisi radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemotrapi.
untuk lesi-lesi besar yang agresif dan kambuh berulang-ulang, penatalaksanaan yang paling tepat
mungkin adalah dengan melakukan amputasi.

Sarkoma Ewing

Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang
palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasar adalah berupa tumor abu-
abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan merusak korteks tulang dari sebelah
dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel
dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.

Sifat-sifat neoplasma ganas.

1. Neoplasma ganas umumnnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh secara
progresif
2. Sel neoplasma ganas tidak sekohesif sel jinak
3. Pola penyebaran neoplasma ganas sering kali sangat tidak teratur.
4. Neoplasma ganas cendrung tidak berkapsul dan biasanya mereka tidak mudah dipisahkan
dari sekitar seperti neoplasma jinak
5. Kenyataannya neoplasma ganas menyerbu masuk kesekitar mereka bukan mendesak
mereka kesamping. Sel-sel ganas apakah dalam kelompok, benang atau tunggal
kelihatannya mencari jalan kejaringan sekitarnya dengan cara destruktif.

Sel-sel neoplasma ganas berploriferasi mampu untuk melepaskan diri dari tumor induk (tumor
primer) dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain.

KLASIFIKASI
Klasifikasi tumor tulang berdasarkan asal sel.
1. Primer 
a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : – Osteoid Osteoma 
Ganas: – Osteosarkoma
            – Osteoblastoma
            – Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : – Kondroblastoma
Ganas : – Kondrosarkoma
            – Kondromiksoid Fibroma
            – Enkondroma
            – Osteokondroma
c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : – Non Ossifying Fibroma 
Ganas : – Fibrosarkoma
d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : – Multiple Myeloma
Sarkoma Ewing
Sarkoma Sel Retikulum
e. Tumor lain-lain
Jinak : – Giant cell tumor
Ganas : – Adamantinoma
            – Kordoma

2. Sekunder/Metastatik

3. Neoplasma Simulating Lesions


– Simple bone cyst
– Fibrous dysplasia
– Eosinophilic granuloma
– Brown tumor/hyperparathyroidism

Klasifikasi menurut TNM.


• T. Tumor induk
• TX tumor tidak dapat dicapai
• T0 tidak ditemukan tumor primer
• T1 tumor terbatas dalam periost
• T2 tumor menembus periost
• T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
• N Kelenjar limfe regional
• N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limfe
• N1 tumor di kelenjar limfe regional
• M. Metastasis jauh
• M1 tidak ditemukan metastasis jauh
• M2 ditemukan metastasis jauh

ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor
tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada
sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).

Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang berhubungan 
dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya  tumor tulang yang meliputi:

Genetik

Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarcoma
jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada
sel induk mesinkin dapat menimbulkan  sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah
diketahui ,mempunyai peranan dalam  kejadian sarcoma,  antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi
p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui 
mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan
suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen
tersebut.

Radiasi.

Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti pada
klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk.
Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9
%.  Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah
diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high
grade.

Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan
angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma
diperkirakan sekitar 11 tahun.

Bahan Kimia.

Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi
belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras,
dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma,  sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.

Trauma

Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun
sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma,
semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

Limfedema kronis.

Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus
limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mammae yang
mendapat radioterapi pasca-mastektomi.

Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu
filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan
limfangiosrakoma.

PATOFISIOLOGI

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi
dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan
respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang, hormon,
infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau
berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant
(ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak
cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga
terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat).
Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara
operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat
menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat
digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.
Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang
jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh
kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya
dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi /
proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal,
menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

TANDA DAN GEJALA


1. Rasa sakit (nyeri),

Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).

2. Pembengkakan

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas (Gale.
1999: 245).

3. Keterbatasan gerak
4. Fraktur patologik.
5. Menurunnya berat badan
6. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi
pembuluh darah maupun pelebaran vena.
7. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.


2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).

PENATALAKSANAAN MEDIK

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan
penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika
memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas
yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin)
cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin.
Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat jaringan maligna
dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

1. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan amputasi


pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang
atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat
perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan
menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali penempatan
tulang-tulang.
2. Kemoterapi

Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan factor citrovorum,
adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

     Komplikasi

1. Akibat langsung : patah tulang


2. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.

Konsep Dasar Keperawatan

Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status     perkawinan, alamat, dan lain-lain.

1. Riwayat kesehatan
1. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
2. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
3. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

1. Pengkajian fisik
2. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.

b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.

1. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan

d. Keterbatasan rentang gerak

1. Hasil laboratorium/radiologi
1. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.
2. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.
3. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut teratasi
seluruhnya.

Kriteria Hasil :

a.       Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,

b.      Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istirahat/tidur dengan tepat,

c.       Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya, dan

d.      Skala nyeri 0-2.

Intervensi:

1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik
nyeri.
R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.

1. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).

R / : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.

1. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.

R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.

1. Berikan lingkungan yang tenang.

R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress.

1. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan


penurunan rasa nyeri.

R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.

1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan   muskuluskletal, nyeri,


dan amputasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan


mobillitas fisik teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil :

1. Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan


keamanan,
2. Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi
dalam aktivitas,
3. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas, dan
4. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

Intervensi :

1)      Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi tersebut.

R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional).

2)      Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan
perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.

3)      Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang
tidak.

R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak
digunakan.

4)      Bantu pasien dalam perawatan diri.

R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi,
meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.

5)      Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin ,  dan mineral.

R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi


biasanya terjadi penurunan BB.

6)      Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.

R / : Untuk menentukan program latihan.

1. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah


tertentu dalam waktu yang lama.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan


integritas kulit / jaringan teratasi seluruhnya.

K                        Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan


kulit tidak berlanjut.

Intervensi :

1. Kaji adanya perubahan warna kulit.

R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.

1. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut.

1. Ubah posisi dengan sesering mungkin.


R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan  resiko
kerusakan kulit.

1. Beri posisi yang nyaman kepada pasien.

R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan  cedera kulit / kerusakan kulit.

1. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic.

R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.

1.  Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko infeksi tidak
terjadi.

Kriteria Hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda Infeksi,


2. Leukosit dalam batas normal, dan
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :

1)             Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa.

R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.

2)             Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.

R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.

3)             Rawat  luka dengan menggunakan tehnik aseptik

R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.

4)             Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal,


eritema pada daerah luka.

R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.


5)             Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit

R/ : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC. Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru: Akper


Depkes.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba medika. Jakarta

Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC

–. 2003. Catatan Kuliah Medikal Bedah III. (Print out). Jurusan Keperawatan Banjarbaru

Anda mungkin juga menyukai