DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
Kenikmatan fisik, jiwa, dan pikiran dari Tuhan Yang Mahadaya Ilmu menjadi
kekuatan penulis dalam menemukan inspirasi dan ide gagasan dalam merangkai kata
untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengucapkan
syukur atas anugerah dan kemudahan dalam menyelesaikan laporan yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada pasien dengan ulkus diabetikum di ruang anggrek rsud
umum daerah kabupaten rejang lebong ” yang ditujukan kepada Program Studi Profesi
Ners khususnya untuk Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB).
Dalam penulisan Laporan ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penulisan laporan
ini.
Penulis berharap dengan terselesainya laporan ini bisa memberikan informasi dan
bermafaat bagi pembaca tentang “Asuhan keperawatan pada pasien dengan ulkus
diabetikum” agar lebih memahami serta bisa dijadikan contoh untuk penulisan karya
ilmiah yang baik dan benar.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................3
C. Manfaat Penulisan.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian..............................................................................................4
B. Etiologi..................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis..................................................................................5
D. Woc.......................................................................................................6
E. Patofisiologi...........................................................................................7
F. Komplikasi............................................................................................8
G. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................8
H. Penatalaksanaan Medis..........................................................................8
BAB III KASUS
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan...................................................................9
2. Analisa Data......................................................................................9
3. Diagnosa.........................................................................................12
4. Intervensi.........................................................................................12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................13
B. Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah metabolisme heterogen yang digambarkan oleh hiperglikemia
kronis adalah diabetes melitus. Jika kadar gula darah tinggi penderita diabetes
dapat meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular,
sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi yang jauh lebih berat, seperti
retinopati, kardiovaskular, nefropati, dan neuropati perifer yang dapat
mengakibatkan terjadinya ulkus diabetikum (Rizqiyah, 2020).
Jumlah kasus diabetes terus meningkat di indonesia. Pasien yang
terinfeksi bukan hanya lansia, namun banyak pula yang masih berusia muda.
Berdasarkan informasi terbaru dari International Diabetes Federation (IDF)
tahun 2020, dari 39 negara yang menderita diabetes indonesia termasuk salah
satunya dan menempati urutan ke 7 dari 10 negara yang memiliki jumlah
penderita diabetes tinggi. Di dunia terdapat 463 juta orang yang menderita
diabetes sedangkan di indonesia terdapat lebih dari 10,8 juta orang penderita
diabetes. Pada tahun 2045 angka kejadian diabetes di indonesia telah dinilai
oleh International Diabetes Federation (IDF) akan meningkat drastis menjadi
212 juta (IDF, 2020). Data di jawa tengah pada tahun 2018 terdapat 91.161
kasus pada semua umur yang menderita DM dan telah didiagnosa oleh dokter
di kota semarang terdapat 4.710 kasus (riskesdas, 2018).
Pasien dengan penyakit diabetes akan mengalami neuropati dan
penyakit arteri perifer yang meliputi infeksi, ulkus, dan kerusakan jaringan
pada ekstermitas bawah. Ulkus ditandai dengan timbulnya luka dan cairan
yang berbau dari kaki (dr. Graiella N T Wahjoepranomo, 2018). Ulkus
diabetikum merupakan infeksi, tukak, dan destruksi jaringan kulit pada kaki
penderita diabetes melitus karena adanya kelainan saraf dan pecahnya arteri
perifer (Rizqiyah, 2020). Penanganan ulkus dengan memberikan antibiotik
harus sesuai dengan mikroorganisme yang menginfeksi ulkus (Anggraini,
1
2020). Di Amerika Serikat sekitar 2,5% pasien diabetes selalu menderita
komplikasi ulkus diabetikum setiap tahun dan akhirnya 15% diantaranya perlu
menjalani amputasi (Kemenkes, 2018). Menurut pusat penelitian di indonesia
bahwa CFR (Case Fatality Rate) ulkus diabetikum mencapai 17-32%, dan
pada laju amputasi sebesar 15-30%. Masalah ulkus diabetikum tidak dapat
diselesaikan hanya dengan tindakan amputasi karena masih banyak penderita
meninggal dunia setelah satu tahun menjalani amputasi sekitar 14,8%. Dari
penelitian selama tiga tahun didapatkan rata rata umur penderita hanya kurang
lebih 2 tahun setelah menjalani amputasi dan adanya peningkatan kematian
sebesar 37% setelah melakukan amputasi. Terlebih lagi, ada juga artikel yang
menunjukkan hubungan antara kepatuhan perawatan kaki dan risiko ulkus
kaki. Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam penatalaksanaan DM,
diperlukan ketelitian yang cukup dari penderita diabetes itu sendiri untuk
melakukan perawatan pada luka ulkus (Amilia, 2018).
Penanganan umum luka akut dan kronik terdiri dari preparasi bed luka
dan penutupan luka, Preparasi bed luka bertujuan untuk menghilangkan
barrier pada luka melalui debridement, kontrol bakteri, dan pengelolaan
eksudat luka. Proses debridement merupakan penanganan terhadap tissue
(jaringan) luka yang rusak atau nonviable, debridement akan menghilangkan
jaringan yang tercemar oleh bakteri penyebab ulkus dan jaringan mati
sehingga mempermudah proses penyembuhan luka serta mencegah infeksi
terutama pada luka ulkus, sehingga dapat meminimalisir penatalaksanaan
tindakan amputasi (Wintoko, 2020).
Masalah ulkus diabetikum memang masih kurang mendapat perhatian
sehingga muncul beberapa konsep dasar yang kurang tepat pada
penatalaksanaan penyakit ini. Selain itu, bakteri penyebab ulkus semakin
berkembang dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih serius
pada penderita DM (Rizqiyah, 2020).
2
B. Tujuan Penulisan
1. Apa definisi dari ulkus diabetikum?
2. Apa etiologi dari ulkus diabetikum?
3. Apa manifestasi dari ulkus diabetikum?
4. Bagaimana woc dari ulkus diabetikum?
5. Apa patofisiologi dari ulkus diabetikum?
6. Apa saja komplikasi dari ulkus diabetikum?
7. Apa pemeriksaan diagnostik dari ulkus diabetikum?
8. Apa saja penatalaksanaan dari ulkus diabetikum?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetaahui dan memahami apa definisi dari ulkus diabetikum?
2. Untuk mengetaahui dan memahami apa etiologi dari ulkus diabetikum?
3. Untuk mengetaahui dan memahami apa manifestasi dari ulkus diabetikum
4. Untuk mengetaahui dan memahami bagaimana woc dari ulkus diabetikum
5. Untuk mengetaahui dan memahami apa patofisiologi dari ulkus
diabetikum?
6. Untuk mengetaahui dan memahami apa saja komplikasi dari ulkus
diabetikum?
7. Untuk mengetaahui dan memahami apa pemeriksaan diagnostik dari ulkus
diabetikum?
8. Untuk mengetaahui dan memahami apa saja penatalaksanaan dari ulkus
diabetikum?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ulkus diabetikum merupakan infeksi, tukak, dan destruksi jaringan
kulit pada kaki penderita diabetes melitus yang disebabkan karena adanya
kelainan saraf dan rusaknya arteri perifer. Alasan utama penderita diabetes
melitus untuk berobat kerumah sakit adalah karena ulkus diabetikum dan
sudah dikenal sebagai beban pada aspek ekonomi, sosial, maupun medis
(Rizqiyah, 2020).
Pendapat lain mengungkapkan Ulkus diabetikum merupakan
terbentuknya luka yang bisa mengenai seluruh jaringan kulit pada kaki
penderita diabetes melitus sehingga dapat menyebabkan terjadinya neuropati
dan penyakit vaskuler perifer, ulkus diabetikum menjadi salah satu efek dari
penyakit DM (Anggraini, 2020).
B. Etiologi
Faktor penyebab penderita diabetes bisa mengalami komplikasi ulkus
diabetikum adalah :
1. Lamanya penyakit diabetes melitus yang dialami klien.
Hiperglikemia yang lama dapat menyebabkan hiperglosa atau sel pada
tubuh penderita diabetes melitus bisa kebanjiran glukosa dan dapat
menyebabkan terbentuknya komplikasi kronik diabetes lainnya.
2. Neuropati
Neuropati dapat mengakibatkan gangguan pada saraf motorik, sensorik
dan otonom. Gangguan motorik dapat mengakibatkan deformitas pada
kaki, perubahan biomekanika pada kaki, atrofi otot, dan distribusi tekanan
pada kaki terganggu akhirnya dapat menyebabkan angka kejadian ulkus
tinggi.
4
3. Peripheral artery disease
Atherosklerosis menyebabka terjadinya penyumbatan arteri di
ektremitas bawah, iskemia otot dan iskemia yang dapat menyebabkan
timbulnya nyeri saat istirahat dapat menyebabkan klaudikasio intermitten
yang merupakan gejala klinis yang sering ditemui.
4. Ketidak patuhan diet pada penderita diabetes melitus.
5. tidak teratur melakukan perawatan kaki.
6. Sembarangan menggunakan alas kaki.
7. Gaya hidup.
Pola makan yang tidak sehat, merokok dan obesitas dapat
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum (Roza, 2015; Purwanti &
Maghfirah, 2016; Sukmana, 2019).
C. Manifestasi Klinis
Penderita ulkus diabetikum akan mengalami tanda dan gejala ini :
1. Sering merasakan kesemutan
2. Nyeri pada kaki saat istirahat
3. Sensasi rasa pada kaki berkurang
4. Kerusakan pada Jaringan atau nekrosis
5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea
6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
7. Kulit menjadi kering (Yunus, 2015).
5
D. Woc
E.
Gaya hidup, kurang olahraga, obesitas, genetik, makanan
F.
tinggi gula
Resistensi insulinG.
H.
Kadar glukosa darah ↑
MK : KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
DM
Komplikasi DM
Makroangiopati Mikroangiopati
Motorik Otonom
Kegagalan ginjal glukosa tidak penyumbatan pembuluh darah Sensori
terabsorbsi besar
Kelemahan otot/atropi Kulit kering, rusak,
kehilangan sensasi pada luka
Glukosuria deformitas penurunan pada
Sirkulasi Jaringan ↓ saraf simpatik
7
8
I. Patofisiologi
Salah satu penyebab penderita diabetes mengalami ulkus
diabetikum, berupa penurunan sensasi pada kaki yang berhubungan
dengan luka pada kaki Dan dapat menjadikan Kehilangan sensasi di
daerah distal tungkai, hingga amputasi adalah neuropati perifer.
Neuropati diabetikum yang khas atau sering dijumpai adalah Neuropati
sensori, motorik dan otonom. Ulkus kaki yang disebabkan oleh
neuropati biasanya terjadi pada permukaan plantar kaki, yaitu di area
yang mengalami tekanan tinggi, seperti di area atas tulang atau area lain
di atas deformitas tulang. Ulkus kaki diabetik sering menyebabkan lebih
dari 50% penderitanya mengalami nyeri dan memar. penyebab ulkus
yang sulit dikendalikan pada kaki penderita diabetes adalah neuropati
perifer. Hilangnya sensasi menyebabkan berkurangnya rasa sakit, dan
dapat mengakibatkan kerusakan kulit akibat trauma atau tekanan dari
sandal dan sepatu sempit yang dikenakan oleh pasien, yang dapat
menimbulkan luka dan infeksi.
Orang yang memiliki riwayat diabetes lebih dari 5 tahun bisa
mengalami ulkus hampir 2 kali jika dibandingkan dengan orang yang
menderita diabetes kurang dari 5 tahun. Besar peluang terkena
hiperglikemia kronik jika memiliki riwayat diabetes yang cukup lama
dan akhirnya bisa menyebabkan komplikasi diabetes meliputi retinopati,
nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum. Pada DM type 1 dan type 2
keduanya dapat memicu munculnya kelainan profil lipid dalam darah
yang menyebabkan gangguan kardiovaskular, nefropati dan hipertensi.
Luka yang terbuka mampu menghasilkan gas gangren yang berakibat
terjadinya osteomielitis yang disebabkan karena Luka yang timbul
secara spontan ataupun karena trauma. Penyebab dari dilakukannya
amputasi kaki nontraumatik adalah genggren kaki. Penderita diabetes
rawan mengalami amputasi karena kondisi penyakit yang kronik dan
risiko komplikasi yang sangat besar (Fitria, 2017).
J. Komplikasi
Ulkus dapat menyebabkan amputasi dan bisa meningkatkan
risiko kematian tiga kali lipat hanya dalam waktu 18 bulan. Infeksi dari
ulkus diabetikum yang diikuti amputasi juga dapat menyebabkan
penderita mengalami depresi yang berat (Rizqiyah, 2020).
Salah satu infeksi kronik Diabetes yang paling ditakuti adalah
ulkus diabetikum, karena dapat menyebabkan kecacatan atau amputasi
dan bahkan bisa menyebabkan kematian (Tut Wuri Prihatin, 2019).
K. Pemeriksan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Kadar gula darah
c) Urine
d) Kultur pus
Untuk melihat jenis kuman yang menginfeksi luka dan
menentukan antibiotik yang sesuai dengan kuman.
2. Pemeriksaan leukosit
Untuk melihat adanya risiko infeksi pada luka ulkus (Muhartono,
2017; Arsa, 2020).
L. Penatalaksanaan Medis
4) Pola Eliminasi
Perubahan pola berkemih, nyeri tekan pada perut yang
biasanya ditandai dengan urine berkabut, bau busumk (infeksi)
atau adanya asites
5) Makan dan Minum
Meliputi gejala penurunan nafsu makan, anoreksia , mual
muntah, berat badan turun, haus dan penggunaan deuretik biasanya
ditandai oleh tugor kulit yang jelek dan bersisik atau distensi perut.
6) Neurosensory
Pusing, sakit kepala, kesemutan , kebas kelemahan pada otot,
parastesia, dan gangguan penglihatan.
7) Nyeri atau kenyamanan
Merasakan nyeri pada perut dan kembung. Tanda yang
muncul yaitu ekspresi muka menyeringai saat palpasi abdomen
dan sikap melindungi.
8) Pernafasan
Menunjukkan nafas cepat (DKA), batuk dengan atau tanpa
sputum purulen (terganggunya adanya infeksi atau tidak).
9) Keamanan
Sering mengeluh gatal, kulit kering dan ulkus pada kulit.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu:
1) Pemeriksaan darah
Meliputi pemeriksaan glukosa darah yaitu: GDS > 200 mg/dl,
dua jam post prandial > 200 mg/dl, dan gula darah puasa > 120
mg/dl.
2) Urine
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine. Pemeriksan
dengan cara reduksi. Hasil bisa dilihat melalui perubahan warna
pada urine: hijau(+), kuning(++), merah(+++), dan merah bata(++
++).
3) Kultur pus
Untuk melihat jenis kuman yang menginfeksi luka dan
menentukan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
4) Pemeriksaan leukosit
Untuk melihat adanya risiko infeksi pada luka ulkus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang sesuai dengan diagnosa diatas adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis
Intervensi keperawatan :
1) Manajemen nyeri (SIKI, 201)
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas,
dan skala nyeri
b) Berikan teknik non farmakologis
c) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
d) Jelaskan strategi meredakan nyeri
e) Kolaborasi pemberian analgesik
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
1) Perawatan integritas kulit (SIKI, 316 )
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
b) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
kering
c) Gunakan bahan alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
d) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit keringe.
e) Anjurkan minum air yang cukup
f) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
1) Pencegahan infeksi (SIKI, 278)
a) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b) Berikan perawatan kulit pada area edema
c) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
d) Ajarkan cara memeriksa luka atau luka operasi
I. DATA DEMOGRAFI
a. Biodata
- Nama (Nama Lengkap, Nama Panggilan) : Tn B
- Usia/Tanggal lahir : 50 tahun
- Jenis Kelamin : laki-laki
- Alamat & No.HP : Padang Gelai
- Suku/Bangsa : Basemah
- Status Perkawinan : Kawin
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Petani
- Diagnosa Medik : Ulkus Diabetikum Post Debridement
- No. Medical Record : 244740
- Tanggal Masuk RS : 24 Maret 2023
b. Penanggung jawab Nama : Ny. S
- Usia : 45 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : IRT
- Hubungan dengan Klien : Istri
- Alamat & No tlp : Padang Gelai
- Identifikasi hubungan klien dengan yang orang lain dan kepuasan diri
sendiri : Baik
- Identifikasi hubungan klien dengan klien lain, petugas keseatan yang ada
di RS : baik, tidak ada masalah
- Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS : baik
- Tanggapan klien tentang penyakitnya : Cemas
V. RIWAYAT SPIRITUAL
- Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya :
menjalankan ibadah sesuai kepercayaan
- Support system dalam keluarga : Baik selalu mendukung
- Ritual yang biasa dijalankan : melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan
- Inspeksi
• Bentuk dada (normal, barrel, pigeon chest) : normal tidak
ada edema
• Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversi :
Normal
• Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi) : Normal,
tidak ada retraksi
- Perkusi : Baik, tidak ada penumpukan cairan
- Palpasi
• Taktil fremitus : Baik
- Auskultasi
• Suara nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular) : Vesikuler
• Apakah ada suara nafas tambahan : Tidak ada
suara nafas tambahan
e. Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi
• Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis) : un anemis,
bibir pucat
• Arteri carotis : normal
• Tekanan vena jugularis : normal, tidak
ada pembesaran JVP
- Palpasi
• Ictus cordis/apex : Normal
- Perkusi
• Batas Jantung : Normal
- Auskultasi
• Suara jantung (mitral, tricuspidalis, S1, S2, bising aorta, murmur,
gallop) :Normal
- Capillary refill time : < 2 detik
f. Sistem pencernaan
- Inspeksi/adanya pembesaran : normal tidak ada pembesaran
g. Indra
1. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga : Normal
- Visus : Normal
- Lapang pandang : Normal
- Sklera : Un Ikterik
- Konjungtiva : Un anemis
- Pupil : Isokor
2. Hidung
- Penciuman, perih dihidung, trauma, mimisan : Tidak ada
- Sekret yang menghalangi penciuman : Tidak ada
- Bentuk : Normal
- Kesimetrisan : Simetris
3. Telinga
- Kesimetrisan : Simetris
- Keadan daun telinga, operasi telinga : Normal
- Kanal auditoris : Normal
- Membrana tympani : Normal
- Fungsi pendengaran : Normal
Hipersensitivitas
terhadap insulin
Apidra 3 x 25 ui Insulin dan sedang
hiperglikemia
DATA FOKUS
NO DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
P : 23 x/menit berkurang
ANALISIS DATA
NO DATA Etiologi Masalah
1 DS : Resistensi Insulin Ketidakstabilan
Pasien mengeluh lemas kadar glukosa
Pasien mengeluh pusing darah
DO :
GDS : 303 mg/dl
Pasien tampak lemas
dan lesu
Pasien tampak pucat
DO :
TD : 120/90 mmHg
N : 122 x/menit
P : 23 x/menit
S : 36,9 C
Tampak gelisah
Tampak meringis
3 DS : Neuropati perifer Gangguan
Pasien mengeluh nyeri (Ulkus diabetikum) intregitas kulit dan
pada bagian ulkus jaringan
Pasien mengatakan
darah masih keluar dari
luka
DO :
Tampak luka ulkus
diabetikum post
debridement pada kaki
kiri
Tampak perdarahan dan
pengeluaran pus pada
ulkus
Terdapat nyeri tekan
Tampak kemerahan
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
2. Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
3. Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis: penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
2 Nyeri akut b.d agen L.0806 Skala outcome 1 2 3 4 5 Dilakukan manajemen nyeri,
pencedera fisiologis 6 keselurahan dengan tindakan :
Observasi
d.d mengeluh nyeri 1. Identifikasi lokasi,
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
1.
2. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3 Diagnosa: L.1412 Dilakukan perawatan luka,
Gangguan Integritas 5 dengan tindakan :
Observasi
Kulit b.d proses 1. Monitor karakteristik luka
infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement (mis:
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Catatan Perkembangan
P : Intervensi dilanjutkan
2 Nyeri akut b.d agen 28/03/2023 12.00 1. Mengidentifkasi lokasi, S:
pencedera fisiologis d.d karakteristik, durasi, Pasien mengatakan nyeri
mengeluh nyeri frekuensi, kualitas, intensitas mulai berkurang
nyeri P : ulkus diabetikum
2. Identifikasi skala nyeri Q: berdenyut
3. Idenfitikasi respon nyeri non R: Pedis sinistra
verbal S:3
4. Identifikasi faktor yang T : terus menerus
memperberat dan
memperingan nyeri O:
5. Memberikan teknik TD : 110/83 mmHg
nonfarmakologis ( relaksasi N : 100 x/menit
nafas dalam ) P : 21 x/menit
6. Menjelaskan penyebab nyeri S : 36,8 C
7. Berkolaborasi pemeberian Tampak gelisah
analgetik (dexketopropen) Tampak meringis
A:
Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3 Gangguan Integritas 28/03/2023 12.00 memonitor karakteristik luka S:
(mis: drainase, warna, ukuran , Pasien mengeluh nyeri pada
Kulit b.d proses infeksi
bau) bagian ulkus
d.d kerusakan lapisan Monitor tanda-tanda infeksi Pasien mengatakan darah
kulit dan jaringan Melepaskan balutan dan plester masih keluar dari luka
secara perlahan
Membersihkan dengan cairan O:
NaCl atau pembersih nontoksik, Masih tampak perdarahan
sesuai kebutuhan dan pengeluaran pus pada
memasang balutan sesuai jenis ulkus
luka Terdapat nyeri tekan
mempertahankan Teknik steril Masih tampak kemerahan
saat melakukan perawatan luka
mengganti balutan sesuai jumlah A:
eksudat dan drainase Masalah teratasi sebagian
Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi P : Intervensi dilanjutkan
Berkolaborasi pemberian
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn B Ruang : Anggrek (Bedah)
Diagnosa Medis : Ulkus Diabetikum Post Debridemnet No. RM : 244740
P : Intervensi dilanjutkan
2 Nyeri akut b.d agen 29/03/2023 12.00 1. Mengidentifkasi lokasi, S:
pencedera fisiologis d.d karakteristik, durasi, Pasien mengatakan nyeri
mengeluh nyeri frekuensi, kualitas, intensitas menetap
nyeri P : ulkus diabetikum
2. Identifikasi skala nyeri Q: berdenyut
3. Idenfitikasi respon nyeri non R: Pedis sinistra
verbal S:3
4. Identifikasi faktor yang T : terus menerus
memperberat dan
memperingan nyeri O:
5. Memberikan teknik TD : 112/90 mmHg
nonfarmakologis ( relaksasi N : 111 x/menit
nafas dalam ) P : 21 x/menit
6. Menjelaskan penyebab nyeri S : 37 C
Buku Panduan Keperawatan
Program Profesi Ners
38
P : Intervensi dilanjutkan
3 Gangguan Integritas 29/03/2023 12.00 1. Memonitor karakteristik luka S :
(mis: drainase, warna, Pasien mengeluh masih
Kulit b.d proses infeksi
ukuran , bau) nyeri pada bagian ulkus
d.d kerusakan lapisan 2. Monitor tanda-tanda infeksi Pasien mengatakan darah
kulit dan jaringan 3. Melepaskan balutan dan masih keluar dari luka
plester secara perlahan
4. Membersihkan dengan O:
cairan NaCl atau pembersih Masih tampak perdarahan
nontoksik, sesuai kebutuhan dan pengeluaran pus pada
5. Memasang balutan sesuai ulkus
jenis luka Terdapat nyeri tekan
6. Mempertahankan Teknik Masih tampak kemerahan
steril saat melakukan
perawatan luka A:
7. Mengganti balutan sesuai Masalah teratasi sebagian
jumlah eksudat dan drainase
8. Menjelaskan tanda dan P : Intervensi dilanjutkan
gejala infeksi
9. Berkolaborasi pemberian
antibiotic (Cefoperazone dan
metrodinazole)
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn B Ruang : Anggrek (Bedah)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulkus diabetikum merupakan terbentuknya luka yang dapat mengenai seluruh
jaringan kulit pada kaki penderita diabetes melitus sehingga dapat menyebabkan
terjadinya neuropati dan penyakit vaskuler perifer, ulkus diabetikum menjadi salah
satu komplikasi dari penyakit Diabetes.
B. Saran
Diharapkan dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang ulkus diabetikum. agar dapat melakukan penanganan segera jika terjadi
tanda dan gejala ulkus diabetikum supaya luka ulkus tidak semakin parah dan tidak
terjadi amputasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amilia, Y., Lintang Dian Saraswati, SKM., M. E., & dr. Muflihatul Muniroh,
M.Si.Med, Ph.D, dr. Ari Udiyono, M. K. (2018). HUBUNGAN
PENGETAHUAN , DUKUNGAN KELUARGA SERTA KEJADIAN
ULKUS
KAKI DIABETES ( Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Semarang ).
6.
Anggraini, D., Yovi, I., Yefri, R., Christianto, E., & Syahputri, E. Z. (2020).
POLA BAKTERI DAN ANTIBIOGRAM PENYEBAB ULKUS DIABETIKUM
DI RS X RIAU PERIODE 2015 – 2018. 12(1), 27–35.
https://doi.org/10.23917/biomedika.v12i1.9316
IDF. (2020). International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas Eighth edition :
International Diabetes Federation.
Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rizqiyah, H., Soleha, T. U., Hanriko, R., & Apriliana, E. (2020). Pola Bakteri
Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus Bacteriological Profile
of Diabetic Foot Ulcer in RSUD Dr . H . Abdul Moeloek. 9, 128–135.