Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

KELOMPOK 6 :

1. Tiwet Ngaida Juliana (G2A020113)


2. Naufal Arifianto (G2A020114)
3. Sofi Cahyaning Pertiwi (G2A020115)
4. Dian Nofita (G2A020116)
5. Nunu Kuntari (G2A020117)
6. Siti Latifah (G2A020118)
7. Tofan Baskoro Jati (G2A020119)
8. Zetin Nadza Wahyuningrum (G2A020120)
9. Farsya Asyifa Yusfira (G2A020121)
10. Cindy Tyas Ayu Agastin (G2A020122)

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI
SALURAN KEMIH (ISK)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini penyusun buat untuk memenuhi tugas pada bidang studi Islam
Keperawatan Medikal Bedah 2. Penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan penyusun juga menyadari akan
pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Penyusun mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Semarang, 23 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan...................................................................................................3
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian................................................................................................................4
B. Etiologi/Predisposisi................................................................................................4
C. Patofisiologi.............................................................................................................5
D. Manifestasi Klinik...................................................................................................6
E. Pentalaksanaan.........................................................................................................6
F. Pengkajian Fokus.....................................................................................................7
G. Demografi ...............................................................................................................7
H. Riwayat Kesehatan..................................................................................................8
I. Data Fokus ..............................................................................................................9
J. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................10
K. Pathway Keperawatan.............................................................................................11
L. Pengkajian dan Analisa Data...................................................................................11
M. Data Pengkajian yang harus Dilengkapi..................................................................12
N. Diagnosa Keperawatan............................................................................................13
O. Fokus Intervensi dan Rasional.................................................................................14
P. Edukasi untuk Pasien...............................................................................................15
BAB III TELAAH ARTIKEL RISET
A. Judul Penelitian........................................................................................................16
B. Peneliti.....................................................................................................................18
C. Latar Belakang (Singkat).........................................................................................19
D. Review Penelitian....................................................................................................20
E. Hasil Penelitian dan analisis....................................................................................22
F. Kemungkinan diterapkan di Klinik.........................................................................24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................25
B. Saran........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna (Hastuti dan Sjaifullah, 2016).
Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 2011,
sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi (WHO, 2011). Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih
sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara
berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Infeksi
saluran kemih di masyarakat makin meningkat seiring meningkatnya usia.
Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul dari Infeksi
Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka kematian). Pada usia
muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65 tahun
angka infeksi saluran kemih sebesar 20%. Sementara itu Penduduk Indonesia yang
menderita Infeksi Saluran Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.Infeksi saluran
kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut perkiraan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah
90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Darsono, 2016) sementara itu, angka kejadian ISK di jawa timur tahun 2016
mencapai 3-4 kasus per 100.000 penduduk pertahun.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum. Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya ISK seperti umur, jenis kelamin, berbaring lama,
penggunaan obat immunosupresan dan steroid, pemasangan katerisasi, kebiasaan
menahan kemih, kebersihan genitalia, dan faktor predisposisi (Irawan, 2018) Salah
satu keadaan penting yang perlu diperhatikan pada gejala ISK adalah bakteriuria.
Bakteriuria adalah suatu keadaan dimana bakteri dapat ditemukan didalam urine,
tetapi keadaan ini tidak selalu berarti ISK. Bakteriuria seringkali bersifat
asimptomatik. Bakteriuria seringkali dikenal dengan istilah lain yaitu pyuria, yang
berarti keadaan dimana ditemukan leukosit pada urine. Leukosit dalam urine
merupakan tanda bahwa adanya respon inflamasi akibat infeksi bakteri.
Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah
leukosit urin sebagai pemeriksaan skrining yang bertujuan untuk menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, sehingga secepat mungkin dapat dilakukan tindakan
yang tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih (Ardhiyand, S dan Habib,
I.2011). Infeksi saluran kemih memerlukan identifikasi secara komprehensif dan tata
laksana yang tepat dan optimal oleh karena itu, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan infeksi
saluran kemih (ISK)
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan
a. Definisi infeksi saluran kemih
b. Etiologi infeksi saluran kemih
c. Pathogenesis infeksi saluran kemih
d. Epidimiologi infeksi saluran kemih
e. Manifestasi klinis infeksi saluran kemih
f. Penatalaksanaan infeksi saluran kemih
g. Edukasi infeksi saluran kemih
h. Data pengkajian fokus pasien penderita infeksi saluran kemih
i. Diagnosa pasien penderita infeksi saluran kemih
Intervensi pasien penderita infeksi saluran kemih
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit infeksi saluran kemih
(ISK ) dapat memberikan asuhan kepada pasien dengan baik.
2. Bagi Institusi
a. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan
acuanperbandiangan pada penanganan kasus Infeksi saluran
kencingkhasusnya pada asuhan keperawatan.
b. Menghasilkan Ahli Madya Keperawatan sebagai perawat
Profesional yang memiliki pengetahuan yang memadai sesuai
perkembangan Ilmudan pengetahuan.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam
rumah sakit
4. Bagi pasien
Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai penyakit yang
diderita pasien yaitu infeksi saluran kemih.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian
Infeksi saluran kemih merupakan suatu informasi yang diakibatkan adanya
tumbuh kembang mikroorganisme pada saluran kencing yang akan merusaki
saluran kencing, seharusnya pada suasana badan sehat tidak adanya bakteri virus
atau mikroorganisme lainnya ( Arivo & Dwi Ningtyas, 2019).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai

dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih,

meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah

bakteriuria yang bermakna (Hastuti dan Sjaifullah, 2016).

B. Etiologi/Predisposisi
Terjadinya infeksi dapat terjadi akibat bakteri jamur dan virus. akan tetapi
penyebab infeksi secara sering ialah bakteri-bakteri penyebab ISK paling banyak
ialah bakteri gram negatif. Adapun bakteri berada di usus dan memasuki sistem
saluran kencing antara lain escherichiae coli,klebsiella,proteus SP, enterobacter.
Setelah operasi banyak ditemukan adanya infeksi pseudomonas Adapun bakteri
lainnya seperti klamydia dan mycoplasma akan menginfeksi dengan sedikit
presentasinya di penderita infeksi saluran kemih. ( Aisyah, 2017 )
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%

kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang

paling sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah

anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus,

Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan

Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK


di masa kanak- kanakInfeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh

bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya.

Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang

biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain

adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).


Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba

terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka

kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi adalah

penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan katerisasi (Tenney et al,


2017).

C. Patofisiologi

ISK akan terjadi ketika mikroorganisme bersarang ke dalam saluran kencing


dan akan bertumbuh kembang di dalam urine. mikroorganisme memasuki saluran
kemih dengan cara ascending b hematogen c limfogen d terdapat pada orang
terdekat, atauterdahulu yang telah terinfeksi cara yang paling sering dilakukan
mikroorganisme bersarang di dalam saluran kencing melalui ascending.

Kuman paling sering sebagai pemicu ISK ialah kuman, asalnya dari flora
normal usus, serta hidup dengan komensal ketika di intoisis vagina, preposium
uterus, kulit perineum serta anus. Adapun 4 tahapan ascending mikroorganisme
memasuki saluran kemih (belo, 2019) :

a) Kolonisasi bakteri seputar uretra


b) Bersarangnya bakteri lewat uretra menuju bili-bili
c) Kuman tertempel di bili bili
d) Kuman bersarang lewat ureter ginjal
D. Epidemologi
Alasan yang mendukung terbentuknya ISK adalah jenis kelamin, usia,
pemasangan kateter, HIV , diabetes melitus tipe 2 bisa terjadi dengan sebab
kontrol glikemik yang tidak baik dan fungsi ginjal yang menurun dan adanya
kejadian terdahulu (Irawan 2018).

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis ISK tergantung pada lokalisasi infeksi dan umur penderita.
Pada ISK atas (pielonefritis), gejala ditandai dengan adanya demam, nyeri perut
atau pinggang, mual dan muntah, kadang-kadang disertai diare.
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi, dari tanpa gejala
(asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) dari yang ringan (panas,
uretritis, sistitis) hingga cukup berat (pielonefritis akut, batu saluran kemih dan
bakteremia).
Gejala yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa sakit saat
buang air kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna air seni sangat pekat
seperti air teh, nyeri pada bagian pinggang, hematuria (kencing berdarah),
perasaan tertekan pada perut bagian bawah, rasa tidak nyaman pada bagian
panggul serta tidak jarang pula penderita mengalami panas tubuh Kasus
asimptomatik berhubungan dengan meningkatnya resiko terjadinya infeksi
simptomatik berulang yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada lokalisasi
infeksi dan umur penderita. Infeksi saluran kemih atas pielonefritis yang paling
sering dijumpai, ditandai dengan adanya demam, nyeri perut atau pinggang, mual,
muntah, kadang-kadang disertai diare. Pielonefritis pada neonatus umumnya tidak
spesifik berupa mudah terangsang, tidak nafsu makan dan berat badan yang
menurun, pada anak usia <2 tahun dapat disertai demam.

F. Pentalaksanaan
a) Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan
perawatan berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Mencegah konstipasi
3) Perubahan pola hidup, diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
c) Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
d) Menghindari kopi, alcohol
b) Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari (2014)
penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara
empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik
dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh
penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk meredakan
gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan
secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat.
Pemberian obat ISK pada penderita geriatri mengacu kepada prinsip
pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan memperhitungkan
kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin),
dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).

G. Pengkajian Fokus
Data pengkajian terfokus untuk pasien ISK adalah sebagai berikut : (LeMone,
Burke, & Bauldoff, 2015)
 Riwayat kesehatan : Gejala saat ini, termasuk frekuensi, urgensi,
rasanya seperti ditusuk-tusuk saat berkemih, berkemih per malam: warna,
kejernihan dan bau urine. Manifestasi lain seperti nyeri abdomen bawah,
punggung atau panggul, mual atau muntah, demam.
 Pemeriksaan fisik kesehatan umum : tanda vital termasuk suhu, bentuk
abdomen, kontur, nyeri tekan pada palpasi (khususnya suprapubik), perkusi
apakah ada nyeri tekan kostrovertebral.
H. Demografi

Seorang perempuan umur 45 th dirawat diruang penyakit dalam wanita sejak 2


hari yang lalu dengan diagnosa medis ISK, pasien mengalami Cystitis. Klien
mengeluh badan lemas, demam, nyeri dan panas saat berkemih (disuria), perasaan
nyeri diatas suprapubis. Klien sering tidak bias menahan kencing dalam waktu
yang lama (urgensi) dan mengalami nokturia. Pada pemeriksaan urin kultur
didapatkan adanya Escherichia Coli dengan jumlah kuman 150.000 koloni/ ml
urine. TD 140/90 mmHg, nadi; 84X/mnt reguler, RR; 20X/mnt reguler, suhu
tubuh 38,2 0C.

Identitas Pasien

Nama pasien : Ny. p


Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Diagnosis : infeksi saluran kemih (ISK)

I. Riwayat Kesehatan
o Keluhan Utama
nyeri dan panas saat berkemih (disuria)
o Riwayat penyakit Sekarang

Pada pemeriksaan urin kultur didapatkan adanya eschrmerhicia coli dengan


jumlah kuman 150.000 kolom/ml urin

o Riwayat penyakit masa lalu

Pasien mengatakan tidak memiliki riwatat penyakit

o Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum

- didapatkan pasien tampak lemas

b. Tingkat kesadaran

- Td : 140/90 mmHg

- nadi : 84x/mnt reguler

- RR : 20x/mnt reguler

- Suhu : 38.2 C

J. Data Fokus

Analisa data

1) DS :
- pasien mengeluh badan lemas
- pasien mengatakan nyeri dan panas saat berkemih (disuria)

DO :

- perasaan nyeri diatas suprapubis


- (Masalah : nyeri akut, etiologi : agen pencedera fisiologis)
2) DS :
- pasien mengatakan panas saat berkemih (disuria)

DO :

- klien sering tidak bisa menahan kencing dalam waktu yang lama (urgensi)
- pasien mengalami nokturia
- (Masalah : gangguan eliminasi urin, etiologi : iritasi kandung kemih)
3) DS :
- pasien mengeluh badan lemas
- pasien mengeluh demam

DO :

- TTV
TD : 140/90 mmHg, nadi : 84x/menit, S : 38,2⁰C

- (Masalah : hipertermia, etiologi : proses penyakit (infeksi)

K. Pemeriksaan Penunjang
a. PemeriksaanUrinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein,
dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria,
leukosituria biasanya ditemukan Bakteriuria dapat juga terjadi tanpa
leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin steril perlu dipertimbangkan
pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan Ureaplasma
urealitikum. Neutrophil gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL) dan
rasional dengan kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya ISK.
Peningkatan uNGAL dan rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mgmerupakan tanda ISK
(Pardede,2018).
Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai pemeriksaan
skrining dan penunjang diagnosa infeksi saluran kemih adalah leukosit
esterase dan nitrit (Gaw, A dkk, 2011). Dan Menurut Roring, A.G dkk (2016)
bahwa salah satu parameter yang bermakna dalam mendiagnosis ISK adalah
jumlah leukosit dalam sedimen urin
b. Pemeriksaandarah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap darah
(LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif, merupakan indikator non-
spesifk ISK atas. Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat digunakan sebagai
prediktor yang valid untuk pielonefritis akut pada anak dengan ISK febris
(febrile urinary tract infection) dan skar ginjal. Sitokin merupakan protein
kecil yang penting dalam proses inflamasi. Prokalsitonin, dan sitokin
proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β) meningkat pada fase akut infeksi,
termasuk pada pielonefritis akut (Pardede, 2018)

L. Pathway Keperawatan
M. Pengkajian dan Analisa Data

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


.
1. DS : Agen pencedera Nyeri Akut
- pasien mengeluh fiologis
badan lemas
- pasien mengatakan
nyeri dan panas saat
berkemih (disuria)
- DO :
- perasaan nyeri diatas
suprapubis

2. DS : Iritasi Kandung Gangguan Eliminasi


- pasien mengatakan Krmih Urin
panas saat berkemih
(disuria)
DO :
- klien sering tidak bisa
menahan kencing
dalam waktu yang
lama (urgensi)
- pasien mengalami
nokturia
- (Masalah : gangguan
eliminasi urin, etiologi
: iritasi kandung
kemih)

3. DS : Proses Penyakit Hipertermia


- pasien mengeluh (Infeksi)
badan lemas
- pasien mengeluh
demam
DO :
- TTV
TD : 140/90
mmHg, nadi :
84x/menit, S : 38,2⁰C
- (Masalah :
hipertermia, etiologi :
proses penyakit
(infeksi)

N. Data Pengkajian yang harus Dilengkapi


a) Asesmen nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor
yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri,
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R(region) yaitu daerah perjalanan
nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah
lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
b) Pola kebiasaan
- Nutrisi
Frekuensi makan dan minum berkurang atau tidak dikarenakan bila adanya
mual dan muntah. Apakah terdapat nafsu makan menurun. Bagaimana
keadaan nafsu makan anak sebelum dan sesudah sakit.
- Cairan
Bagaiamana kebutuhan cairan selama 24 jam, apa saja jenis minuman
yang dikonsumsi, dan berapa frekuensi minum dalam 24 jam. Bagaimana
intake dan ouput cairan.
- Eliminasi
Buang air besar ada keluhan atau tidak, adakah dysuria pada buang air
kecil, bagaimana frekuensi miksi bertambah atau berkurang. Adakah nyeri
pada bagian suprapubik. Bagaimana bau urine pasien adakah bau
kekhasan, bagaimana warna air kencingnya, bagaimana karakteristik urine,
dan bagaimana volume urine sebelum dan setelah sakit.
- Istirahat dan tidur
Adakah gangguan tidur karena perubahan pola buang air kecil, atau
adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.
- Personal Hygine
Bagaimana personal hygine pasien ditinjau dari pola mandi, gosok gigi,
mencuci rambut, dan memotong kuku.
- Aktivitas atau mobilitas fisik
- Pergerakan terbatas atau tidak dalam melaksanakan aktivitasnya,
apakah memerlukan bantuan perawat dan
keluarga.
- Olahraga
Bagaimana kegiatan fisik keseharian dan olahraganya
- Rekreasi
Bagaimana kegiatan untuk melepas penat yang dilakukan

O. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
mengeluh nyeri (SDKI D.0077)
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
dibuktikan dengan urgensi dan nokturia (SDKI D.0149)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal (SDKI D.0130)

P. Fokus Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri (SDKI D.0077)
Intervensi
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
- identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- identifikasi skala nyeri
- identifikasi respons nyeri non verbal
- indentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Terapeutik
- berikan elnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, terapi pijat,
aromaterapi, kompres hangat/dingin)
- kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- fasilitasi istirahat dan tidur
- pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
dibuktikan dengan urgensi dan nokturia (SDKI D.0149)
Intervensi
Manajemen eliminasi urin (I.04152)
Observasi
- identifikasi tanda dan gejala inkontinensia urine
- identifikasi faktor yang menyebabkan inkontinensia urin
- monitor eliminasi urin (mis.frekuensi, konsistensi, aroma,
volume dan warna)
Terapeutik
- catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
- batasi asupan cairan, jika perlu
- ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
- ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran berkemih
- ajarkan mengambil spesimen urin midstream
- ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
- anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontrainidikasi
- anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal (SDKI D.0130)
Intervensi
Manajemen hipertermia (I.15506)
Observasi
- identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
- monitor suhu tubuh
- monitor haluaran urine
- monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- sediakan lingkungan yang dingin
- longgarkan atau lepaskan pakaian
- berikan cairan oral
- lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut, atau kompres
dingin pada dahi, leher, abdomen, aksila)
- hindari pemberian antipietik dan aspirin
Edukasi
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit IV, jika perlu
Q. Edukasi untuk Pasien

Edukasi dan promosi kesehatan infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract
infection utamanya adalah mengenai pengobatan dan pencegahan rekurensi.
Pasien ISK umumnya diedukasi untuk menghindari faktor risiko guna
pencegahan terjadinya ISK rekuren. Berikut ini merupakan beberapa edukasi
yang dapat diberikan pada pasien ISK:

1. Hindari penggunaan produk spermisida dan intrauterine device (IUD)


2. Pasien setelah berhubungan seksual disarankan untuk langsung berkemih
3. Jangan menahan buang air kecil
4. Membersihkan anus setelah BAB dengan cara dari depan ke belakang
5. Pasien harus diedukasi untuk mengonsumsi antibiotik sesuai dengan arahan
dan waktu yang diminta dokter. Sampaikan bahwa hal ini krusial dalam
mencegah rekurensi dan resistensi mikroba. Edukasi pasien untuk menjaga
hidrasi tubuhnya dengan cukup minum air agar fungsi ginjalnya tetap baik.
BAB III

TELAAH ARTIKEL RISET

A. Judul Penelitian
Pencegahan Infeksi Saluran Kemih Pada Pemasangan Kateter Dengan Teknik Bundle
Catheter Education

B. Peneliti
Ratih Pramudyaningrum, Titih Huriah

C. Latar Belakang (Singkat)


Infeksi saluran kemih paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi
saluran kemih yang terjadi di rumah sakit, sekitar 75-80% disebabkan karena pemasangan
kateter urin (Nicole, 2014). Lima belas persen (15%) sampai 20% pasien yang dirawat di
rumah sakit mendapatkan tindakan pemasangan kateter selama perawatan di rumah sakit
(CDC, 2015).
National Healthcare Safety Network (NHSN) melaporkan angka kejadian infeksi
saluran kemih karena pemasangan kateter tahun 2011 pada pasien yang dirawat inap
antara 0,2–4,8 kejadian per 1000 pemasangan kateter (Sobeih & Nasr, 2015). Angka
kejadian infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter di RSUD pada tahun 2015
dilaporkan sebanyak 6 kejadian, tahun 2016 sebanyak 12 kejadian dan tahun 2017 pada
bulan Januari–Juni sebanyak 16 kejadian (Komite PPI RSUD, 2017). Infeksi saluran
kemih ini merupakan infeksi terbanyak kedua ditahun 2016 setelah infeksi luka operasi
(Komite PPI RSUD, 2017).
Tietjen et al. (2014) menyatakan bahwa faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih
yang disebabkan oleh pemasangan kateter adalah jenis kelamin perempuan, usia lanjut,
penyakit penyerta misalnya diabetes melitus dan tingkat kreatinin darah yang tinggi.
Faktor penyebab dari infeksi saluran kemih adalah bakteriuria, bakteri akan tumbuh dan
berkembang rata–rata antara 3%-10% setiap hari pada pemasangan kateter (Kaye & Dhar,
2016).
Faktor penyebab dari infeksi saluran kemih adalah bakteriuria, bakteri akan tumbuh
dan berkembang rata–rata antara 3%-10% setiap hari pada pemasangan kateter (Kaye &
Dhar, 2016). Pasien rawat inap yang mengalami infeksi akibat pemasangan kateter 10%-
30% pasien tersebut mengalami bakteriuria (Magill et al., 2014). Mikroorganisme
penyebab infeksi saluran kemih yang menjadi penyebab infeksi saluran kemih meliputi
Proteus, Escherchia coli, Klebseilla, Enterobacter, S aureus, Candida, Pseudomonas,
Staphylococcus saprophytucus dan Enterococcus (Clayton, 2017, Lee et al., 2013).
Bakteri mikroorganisme yang paling sering menginfeksi adalah E coli, karena bakteri
hidup didalam anus dan dapat berjalan menuju saluran kemih melalui urethra (Moore &
Spence, 2014).
Dampak infeksi saluran kemih karena pemasangan kateter sangat berkaitan dengan
meningkatnya morbiditas, lama rawat inap yang memanjang dan membesarnya biaya
perawatan pada pasien (Sobeih & Nasr, 2015). Infeksi saluran kemih masih menjadi
faktor utama penyebab kuman patogen resisten terhadap antibiotik. Penggunaan antibiotik
tidak direkomendasikan untuk pencegahan infeksi saluran kemih terkait kateter urin
(Fagernes, 2015).
Strategi pencegahan infeksi saluran kemih terkait pemasangan kateter di pelayanan
kesehatan sangat diperlukan karena angka kejadian infeksi di rumah sakit merupakan
salah satu sasaran dari keselamatan pasien (DEPKES RI, 2009). Tolak ukur akreditasi
rumah sakit di Indonesia. Strategi untuk pencegahan infeksi saluran kemih terkait
pemasangan kateter disebut dengan “bundle catheter”. Bundle catheter meliputi intervensi
edukasi untuk memperbaiki penggunaan kateter yang tepat dan keterampilan klinis dalam
penempatan kateter, intervensi praktek seperti pembatasan kateter dan protokol pelepasan
dan penggunaan teknologi spesifik seperti ultrasound kandung kemih (Loveday et al.,
2014, Abdella, Banks & Wilmann, 2016). Pencegahan infeksi saluran kemih terkait
pemasangan kateter telah terbukti berhasil dalam tindakan pecegahan infeksi, misalnya
memonitor penggunaan kateter urin, praktek pemasangan urine yang tepat dan merubah
kebiasaan dan pola pikir perawat, dokter serta pasien tentang kebutuhan pemasangan
kateter (Medding et al., 2013).

D. Review Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengetahui efektivitas bundle catheter education terhadap
pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam pencegahan infeksi saluran
kemih.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan quasi experimental pretest and posttest with control
group design.
3. Sampel
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli–Agustus 2018. Populasi dalam penelitian
adalah perawat di ruang rawat inap dewasa RSUD dengan jumlah sampel penelitian
48 orang yang dibagi menjadi 24 orang kelompok kontrol dan 24 orang kelompok
intervensi. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu
pengambilan sampel secara random sederhana dengan mengambil kelompok
intervensi 2 ruang rawat dewasa dan kelompok kontrol 2 ruang rawat inap dewasa.
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli–Agustus 2018. Populasi dalam penelitian
adalah perawat di ruang rawat inap dewasa RSUD dengan jumlah sampel penelitian
48 orang yang dibagi menjadi 24 orang kelompok kontrol dan 24 orang kelompok
intervensi.
5. Prosedur Intervensi Pada Pasien
Intervensi diberikan tindakan bundle catheter education, kelompok kontrol tidak
diberikan tindakan apapun. Data diukur dengan mengunakan instrumen kuesioner
untuk mengetahui pengetahuan dan sikap responden. Untuk pengukuran keterampilan
dengan menggunakan instrumen standar prosedur operasional perawatan kateter urin
di RSUD. Hasil dianalisa dengan mengunakan uji Wilcoxon untuk mengatahui
perbedaan hasil pre dan post intervensi. Uji Mann Whitney untuk mengetahui
efektivitas bundle catheter education dengan menguji perbedaan antara kelompok
control dan kelompok intervensi. Keputusan uji Wilcoxon dan Mann Whitney dengan
mengunakan nilai p value ≤ 0,05.

E. Hasil Penelitian dan analisis


Pelaksanaan intervensi Bundle Catehter Education dilakukan dalam waktu 1 hari
dari pukul 08.00–14.00 dan dibagi menjadi 2 tahap. Edukasi yang pertama dilakukan
pada tanggal 26 Juli 2018 dan tahap yang kedua pada tanggal 1 Agustus2018. Peserta
edukasi adalah seluruh perawat yang ada di ruang Alamanda 2 dan Alamanda 3 yang
merupakan kelompok intervensi penelitian. Pemberian materi dengan metode ceramah
dan metode praktek. Media edukasi yang digunakan adalah slide presentasi power point,
modul Bundle Catether Education dan alat boneka peraga untuk perawatan kateter urin
beserta alat yang digunakan untuk perawatan kateter urin.
Materi yang diberikan dengan cara ceramah meliputi konsep dasar infeksi saluran
kemih terkait pemasangan kateter urin, indikasi pemasangan kateter, cara insersi kateter
yang tepat, pelepasan kateter secara tepat, perawatan kateter, hand hygiene, dan
penerapan prinsip sterilitas. Metode praktek dilakukan untuk pemberian materi tentang
perawatan kateter urin dengan pertemuan yang dilakukan selama 1 kali pertemuan. Dalam
penelitian ini intervensi bundle catheter education dilakukan dalam 2 (dua) tahap agar
semua perawat dalam kelompok intervensi dapat mengikuti seluruh kegiatan.

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat karakteristik responden didapatkan presentase


terbanyak pada kelompok intervensi adalah usia dewasa awal (26–35 tahun) sebanyak 10
orang (41,7%). Mayoritas jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (79,2%). Tingkat
pendidikan terbanyak yaitu D3 Keperawatan sebanyak 22 orang (91,7%). Lama bekerja
di rumah sakit paling banyak antara 1–5 tahun sebanyak 8 orang (33,3%). Presentase
terbanyak pada kelompok kontrol adalah usia dewasa awal (26–35 tahun) sebanyak 15
orang (62,5%). Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 15 orang (62,5%).
Pendidikan terbanyak adalah D3 Keperawatan sebanyak 21 orang (87,5%). Lama bekerja
di rumah sakit paling banyak berkerja antara 1–5 tahun sebanyak 8 orang (33,3%).
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kelompok intervensi tingkat pengetahuan
responden paling banyak pada kategori baik sebanyak 15 responden (52,5%) dan
meningkat kategori baik menjadi 24 (100%). Sikap responden paling banyak pada
katagori baik sebanyak 17 responden (70,8%) dan meningkat pada kategori baik menjadi
23 (95,8%). Pada kelompok kontrol untuk tingkat pengetahuan responden menurun dari
kategori baik sebanyak 14 (58,3%), menjadi 13 responden (54,2%). Sikap responden
banyak pada kategori baik sebanyak 16 responden (66,7%) meningkat menjadi 18
responden (75%).

Pada tabel 2 didapatkan data dari uji Wilcoxon kelompok berpasangan untuk
tingkat pengetahuan didapatkan p value 0,00 < α (0,05). Sikap responden di dapatkan
hasil p value 0,00 < α (0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan dan sikap terdapat peningkatan antara pre intervensi dan post intervensi.
Penilaian keterampilan perawatan kateter post intervensi dilakukan 2 (dua) kali observasi,
yaitu setelah dilakukan intervensi dilakukan dan mulai tanggal 27 Juli 2018.

F. Kemungkinan diterapkan di Klinik


Peningkatan pengetahuan setelah dilakukan edukasi sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sobeih & Nasr (2015) yang melakukan penelitian tentang efektivitas
interaktif workshop dalam manajemen perawatan kateter urin. Dari penelitian tersebut di
dapatkan hasil bahwa ada peningkatan pengetahuan setelah dilakukan interaktif workshop
sebesar 80% dengan kriteria baik. Interaktif workshop berarti melibatkan peserta untuk
berperan aktif dalam mempelajari teknik atau informasi yang baru. Fasilitator dalam
workshop memberi kesempatan bagi peserta workshop untuk berpartisipasi aktif melalui
berperan dalam membantu menetapkan materi yang akan diberikan, membantu
menganalisis masalah dan mencari solusi dan berbagi pengalaman dan gagasan (Barnett,
2014). Interaktif workshop sangat direkomendasikan karena dapat mendorong pemikiran
dan kemampuan yang kreatif sehingga dengan cepat dapat menghasilkan ide dan solusi
dari masalah yang ditetapkan bersama sehingga peserta akan jauh lebih paham dan
mengerti (Sobeih & Nasr, 2015).
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shaver et.al
(2018) yang melakukan penelitian tentang pemberian program edukasi pencegahan
infeksi saluran kemih terkait pemasangan kateter. Pada penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan perawat meningkat secara signifikan pada post test
dengan nilai (86,9 ± 8,3%) yang sebelumnya hasil pre test di dapatkan hasil sebesar (76,0
± 12,3%)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi saluran kemih disebabkan terjadinya infeksi dapat terjadi akibat bakteri
jamur dan virus. Adapun bakteri berada di usus dan memasuki sistem saluran kencing
antara lain escherichiae coli,klebsiella,proteus SP, enterobacter.setelah operasi banyak
ditemukan adanya infeksi pseudomonas Adapun bakteri lainnya seperti klamydia dan
mycoplasma akan menginfeksi dengan sedikit presentasinya di penderita infeksi
saluran kemih. ISK akan terjadi ketika mikroorganisme bersarang ke dalam saluran
kencing dan akan bertumbuh kembang di dalam urine.

Gejala klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi, dari tanpa gejala
(asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) dari yang ringan (panas, uretritis,
sistitis) hingga cukup berat (pielonefritis akut, batu saluran kemih dan bakteremia).
Gejala yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa sakit saat buang air
kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna air seni sangat pekat seperti air teh,
nyeri pada bagian pinggang, hematuria (kencing berdarah), perasaan tertekan pada
perut bagian bawah, rasa tidak nyaman pada bagian panggul serta tidak jarang pula
penderita mengalami panas tubuh. Kasus asimptomatik berhubungan dengan
meningkatnya resiko terjadinya infeksi simptomatik berulang yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal. Penyebab ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara empirik selama
7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita, obat golongan
venozopyiridine/pyridium untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih.

Pasien ISK umumnya diedukasi untuk menghindari faktor risiko guna pencegahan
terjadinya ISK rekuren. Berikut ini merupakan beberapa edukasi yang dapat diberikan
pada pasien ISK:. Pasien harus diedukasi untuk mengonsumsi antibiotik sesuai
dengan arahan dan waktu yang diminta dokter.

B. Saran
Diharapkan dengan penulisan makalah ini, penulis maupun pembaca dapat
memahami dan menambah wawasan terhadap infeksi saluran kemih dan hal-hal yang
harus dihindari atau upaya pencegahan dan pengobatan bagi penderitapun dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah .K.(2017) Gambaran mikroorganisme penyebab infeksi saluran kemih di Puskesmas


Ciputat dan Pamulang pada Agustus_Oktober 2017. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Amin Hardi, (2015). Pathway Infeksi saluran kemih (ISK)

Andriani, R. 2010. Peranan Pencitraan dalam Deteksi Kelainan Anatomik pada Anak dengan
Infeksi Saluran Kemih Atas. Vol XXVII No.2. Majalah Kedokteran FK UKI

Aristanti, Putri Ayu. (2015). Efektivitas terapi antibiotik pada pasien rawat inap penderita
infeksi saluran kemih di RSD dr. Soebandi jember periode januari-desember. digital
repository universitas Jember.

Arivo.D, & Dwi Ningtyas A.W. (2019). pola kepekaan escherichiacoli penyebab infeksi
saluran kemih terhadap antibiotik. jurnal farmasi Malahayati,2(1),12-2 3

Aru. W Sudoyo.(2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing. Jakarta

Belo A.M.D. (2019). pola sensitifitas bakteri terhadap antibiotik pada pasien infeksi saluran
kemih di RSUD prof Dr. WS Johannes Kupang tahun 2018. Poltekkes Kemenkes
Kupang.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2015). National Center for

Digiulio, M. (2014). Keperawatan medikal bedah. rapha publishing.

Emerging and Zoonotic Infectious Diseases (NCEZID) Division of

Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang
terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.(Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar). Diakses tanggal
21 April 2022

Hall, J. (2014). Buku ajar fisiologi kedokteran (E. I. M Widjajahkusumah, Antonia Tanzil
(ed.); edisi 12). EGC
Healthcare Quality Promotion (DHQP), Catheter-associated Urinary Tract

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi&Klasifikasi. Jakarta: EGC

Infections (CAUTI)

Irawan, E, (2018). faktor-faktor penyebab infeksi saluran kemih (literature review). prosiding
seminar nasional dan penelitian kesehatan 2018.

Manurung, N. (2018). Keperawatan medical bedah konsep, mind mapping dan NANDA NIC
NOC. Jakarta: TIM.

Margareth, R. C. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah dan penyakit dalam. Nuha
Medika

Nicolle, E.L. (2015). Catheter Associated Urinary Tract Infections. Nicholle Antimicrobial
Resistance and Infection Control 2014. 3:23,
http://www.aricjournal.com/content/3/1/23. diakses 26 Januari 2018

Purnomo, B. B. (2011). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV sagung seto

Wartonah, Tarwoto.2010. kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.


Jakarta:Salemba Medikal.

Anda mungkin juga menyukai