KELOMPOK 6 :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI
SALURAN KEMIH (ISK)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penyusun buat untuk memenuhi tugas pada bidang studi Islam
Keperawatan Medikal Bedah 2. Penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan penyusun juga menyadari akan
pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Penyusun mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan...................................................................................................3
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian................................................................................................................4
B. Etiologi/Predisposisi................................................................................................4
C. Patofisiologi.............................................................................................................5
D. Manifestasi Klinik...................................................................................................6
E. Pentalaksanaan.........................................................................................................6
F. Pengkajian Fokus.....................................................................................................7
G. Demografi ...............................................................................................................7
H. Riwayat Kesehatan..................................................................................................8
I. Data Fokus ..............................................................................................................9
J. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................10
K. Pathway Keperawatan.............................................................................................11
L. Pengkajian dan Analisa Data...................................................................................11
M. Data Pengkajian yang harus Dilengkapi..................................................................12
N. Diagnosa Keperawatan............................................................................................13
O. Fokus Intervensi dan Rasional.................................................................................14
P. Edukasi untuk Pasien...............................................................................................15
BAB III TELAAH ARTIKEL RISET
A. Judul Penelitian........................................................................................................16
B. Peneliti.....................................................................................................................18
C. Latar Belakang (Singkat).........................................................................................19
D. Review Penelitian....................................................................................................20
E. Hasil Penelitian dan analisis....................................................................................22
F. Kemungkinan diterapkan di Klinik.........................................................................24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................25
B. Saran........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna (Hastuti dan Sjaifullah, 2016).
Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 2011,
sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi (WHO, 2011). Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih
sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara
berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Infeksi
saluran kemih di masyarakat makin meningkat seiring meningkatnya usia.
Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul dari Infeksi
Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka kematian). Pada usia
muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65 tahun
angka infeksi saluran kemih sebesar 20%. Sementara itu Penduduk Indonesia yang
menderita Infeksi Saluran Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.Infeksi saluran
kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut perkiraan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah
90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Darsono, 2016) sementara itu, angka kejadian ISK di jawa timur tahun 2016
mencapai 3-4 kasus per 100.000 penduduk pertahun.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum. Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya ISK seperti umur, jenis kelamin, berbaring lama,
penggunaan obat immunosupresan dan steroid, pemasangan katerisasi, kebiasaan
menahan kemih, kebersihan genitalia, dan faktor predisposisi (Irawan, 2018) Salah
satu keadaan penting yang perlu diperhatikan pada gejala ISK adalah bakteriuria.
Bakteriuria adalah suatu keadaan dimana bakteri dapat ditemukan didalam urine,
tetapi keadaan ini tidak selalu berarti ISK. Bakteriuria seringkali bersifat
asimptomatik. Bakteriuria seringkali dikenal dengan istilah lain yaitu pyuria, yang
berarti keadaan dimana ditemukan leukosit pada urine. Leukosit dalam urine
merupakan tanda bahwa adanya respon inflamasi akibat infeksi bakteri.
Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah
leukosit urin sebagai pemeriksaan skrining yang bertujuan untuk menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, sehingga secepat mungkin dapat dilakukan tindakan
yang tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih (Ardhiyand, S dan Habib,
I.2011). Infeksi saluran kemih memerlukan identifikasi secara komprehensif dan tata
laksana yang tepat dan optimal oleh karena itu, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan infeksi
saluran kemih (ISK)
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan
a. Definisi infeksi saluran kemih
b. Etiologi infeksi saluran kemih
c. Pathogenesis infeksi saluran kemih
d. Epidimiologi infeksi saluran kemih
e. Manifestasi klinis infeksi saluran kemih
f. Penatalaksanaan infeksi saluran kemih
g. Edukasi infeksi saluran kemih
h. Data pengkajian fokus pasien penderita infeksi saluran kemih
i. Diagnosa pasien penderita infeksi saluran kemih
Intervensi pasien penderita infeksi saluran kemih
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit infeksi saluran kemih
(ISK ) dapat memberikan asuhan kepada pasien dengan baik.
2. Bagi Institusi
a. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan
acuanperbandiangan pada penanganan kasus Infeksi saluran
kencingkhasusnya pada asuhan keperawatan.
b. Menghasilkan Ahli Madya Keperawatan sebagai perawat
Profesional yang memiliki pengetahuan yang memadai sesuai
perkembangan Ilmudan pengetahuan.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam
rumah sakit
4. Bagi pasien
Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai penyakit yang
diderita pasien yaitu infeksi saluran kemih.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih merupakan suatu informasi yang diakibatkan adanya
tumbuh kembang mikroorganisme pada saluran kencing yang akan merusaki
saluran kencing, seharusnya pada suasana badan sehat tidak adanya bakteri virus
atau mikroorganisme lainnya ( Arivo & Dwi Ningtyas, 2019).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
B. Etiologi/Predisposisi
Terjadinya infeksi dapat terjadi akibat bakteri jamur dan virus. akan tetapi
penyebab infeksi secara sering ialah bakteri-bakteri penyebab ISK paling banyak
ialah bakteri gram negatif. Adapun bakteri berada di usus dan memasuki sistem
saluran kencing antara lain escherichiae coli,klebsiella,proteus SP, enterobacter.
Setelah operasi banyak ditemukan adanya infeksi pseudomonas Adapun bakteri
lainnya seperti klamydia dan mycoplasma akan menginfeksi dengan sedikit
presentasinya di penderita infeksi saluran kemih. ( Aisyah, 2017 )
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus,
biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain
kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi adalah
C. Patofisiologi
Kuman paling sering sebagai pemicu ISK ialah kuman, asalnya dari flora
normal usus, serta hidup dengan komensal ketika di intoisis vagina, preposium
uterus, kulit perineum serta anus. Adapun 4 tahapan ascending mikroorganisme
memasuki saluran kemih (belo, 2019) :
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis ISK tergantung pada lokalisasi infeksi dan umur penderita.
Pada ISK atas (pielonefritis), gejala ditandai dengan adanya demam, nyeri perut
atau pinggang, mual dan muntah, kadang-kadang disertai diare.
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi, dari tanpa gejala
(asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) dari yang ringan (panas,
uretritis, sistitis) hingga cukup berat (pielonefritis akut, batu saluran kemih dan
bakteremia).
Gejala yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa sakit saat
buang air kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna air seni sangat pekat
seperti air teh, nyeri pada bagian pinggang, hematuria (kencing berdarah),
perasaan tertekan pada perut bagian bawah, rasa tidak nyaman pada bagian
panggul serta tidak jarang pula penderita mengalami panas tubuh Kasus
asimptomatik berhubungan dengan meningkatnya resiko terjadinya infeksi
simptomatik berulang yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada lokalisasi
infeksi dan umur penderita. Infeksi saluran kemih atas pielonefritis yang paling
sering dijumpai, ditandai dengan adanya demam, nyeri perut atau pinggang, mual,
muntah, kadang-kadang disertai diare. Pielonefritis pada neonatus umumnya tidak
spesifik berupa mudah terangsang, tidak nafsu makan dan berat badan yang
menurun, pada anak usia <2 tahun dapat disertai demam.
F. Pentalaksanaan
a) Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan
perawatan berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Mencegah konstipasi
3) Perubahan pola hidup, diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
c) Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
d) Menghindari kopi, alcohol
b) Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari (2014)
penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara
empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik
dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh
penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk meredakan
gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan
secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat.
Pemberian obat ISK pada penderita geriatri mengacu kepada prinsip
pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan memperhitungkan
kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin),
dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).
G. Pengkajian Fokus
Data pengkajian terfokus untuk pasien ISK adalah sebagai berikut : (LeMone,
Burke, & Bauldoff, 2015)
Riwayat kesehatan : Gejala saat ini, termasuk frekuensi, urgensi,
rasanya seperti ditusuk-tusuk saat berkemih, berkemih per malam: warna,
kejernihan dan bau urine. Manifestasi lain seperti nyeri abdomen bawah,
punggung atau panggul, mual atau muntah, demam.
Pemeriksaan fisik kesehatan umum : tanda vital termasuk suhu, bentuk
abdomen, kontur, nyeri tekan pada palpasi (khususnya suprapubik), perkusi
apakah ada nyeri tekan kostrovertebral.
H. Demografi
Identitas Pasien
I. Riwayat Kesehatan
o Keluhan Utama
nyeri dan panas saat berkemih (disuria)
o Riwayat penyakit Sekarang
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
- Td : 140/90 mmHg
- RR : 20x/mnt reguler
- Suhu : 38.2 C
J. Data Fokus
Analisa data
1) DS :
- pasien mengeluh badan lemas
- pasien mengatakan nyeri dan panas saat berkemih (disuria)
DO :
DO :
- klien sering tidak bisa menahan kencing dalam waktu yang lama (urgensi)
- pasien mengalami nokturia
- (Masalah : gangguan eliminasi urin, etiologi : iritasi kandung kemih)
3) DS :
- pasien mengeluh badan lemas
- pasien mengeluh demam
DO :
- TTV
TD : 140/90 mmHg, nadi : 84x/menit, S : 38,2⁰C
K. Pemeriksaan Penunjang
a. PemeriksaanUrinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein,
dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria,
leukosituria biasanya ditemukan Bakteriuria dapat juga terjadi tanpa
leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin steril perlu dipertimbangkan
pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan Ureaplasma
urealitikum. Neutrophil gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL) dan
rasional dengan kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya ISK.
Peningkatan uNGAL dan rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mgmerupakan tanda ISK
(Pardede,2018).
Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai pemeriksaan
skrining dan penunjang diagnosa infeksi saluran kemih adalah leukosit
esterase dan nitrit (Gaw, A dkk, 2011). Dan Menurut Roring, A.G dkk (2016)
bahwa salah satu parameter yang bermakna dalam mendiagnosis ISK adalah
jumlah leukosit dalam sedimen urin
b. Pemeriksaandarah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap darah
(LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif, merupakan indikator non-
spesifk ISK atas. Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat digunakan sebagai
prediktor yang valid untuk pielonefritis akut pada anak dengan ISK febris
(febrile urinary tract infection) dan skar ginjal. Sitokin merupakan protein
kecil yang penting dalam proses inflamasi. Prokalsitonin, dan sitokin
proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β) meningkat pada fase akut infeksi,
termasuk pada pielonefritis akut (Pardede, 2018)
L. Pathway Keperawatan
M. Pengkajian dan Analisa Data
O. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
mengeluh nyeri (SDKI D.0077)
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
dibuktikan dengan urgensi dan nokturia (SDKI D.0149)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal (SDKI D.0130)
Edukasi dan promosi kesehatan infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract
infection utamanya adalah mengenai pengobatan dan pencegahan rekurensi.
Pasien ISK umumnya diedukasi untuk menghindari faktor risiko guna
pencegahan terjadinya ISK rekuren. Berikut ini merupakan beberapa edukasi
yang dapat diberikan pada pasien ISK:
A. Judul Penelitian
Pencegahan Infeksi Saluran Kemih Pada Pemasangan Kateter Dengan Teknik Bundle
Catheter Education
B. Peneliti
Ratih Pramudyaningrum, Titih Huriah
D. Review Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengetahui efektivitas bundle catheter education terhadap
pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam pencegahan infeksi saluran
kemih.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan quasi experimental pretest and posttest with control
group design.
3. Sampel
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli–Agustus 2018. Populasi dalam penelitian
adalah perawat di ruang rawat inap dewasa RSUD dengan jumlah sampel penelitian
48 orang yang dibagi menjadi 24 orang kelompok kontrol dan 24 orang kelompok
intervensi. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu
pengambilan sampel secara random sederhana dengan mengambil kelompok
intervensi 2 ruang rawat dewasa dan kelompok kontrol 2 ruang rawat inap dewasa.
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli–Agustus 2018. Populasi dalam penelitian
adalah perawat di ruang rawat inap dewasa RSUD dengan jumlah sampel penelitian
48 orang yang dibagi menjadi 24 orang kelompok kontrol dan 24 orang kelompok
intervensi.
5. Prosedur Intervensi Pada Pasien
Intervensi diberikan tindakan bundle catheter education, kelompok kontrol tidak
diberikan tindakan apapun. Data diukur dengan mengunakan instrumen kuesioner
untuk mengetahui pengetahuan dan sikap responden. Untuk pengukuran keterampilan
dengan menggunakan instrumen standar prosedur operasional perawatan kateter urin
di RSUD. Hasil dianalisa dengan mengunakan uji Wilcoxon untuk mengatahui
perbedaan hasil pre dan post intervensi. Uji Mann Whitney untuk mengetahui
efektivitas bundle catheter education dengan menguji perbedaan antara kelompok
control dan kelompok intervensi. Keputusan uji Wilcoxon dan Mann Whitney dengan
mengunakan nilai p value ≤ 0,05.
Pada tabel 2 didapatkan data dari uji Wilcoxon kelompok berpasangan untuk
tingkat pengetahuan didapatkan p value 0,00 < α (0,05). Sikap responden di dapatkan
hasil p value 0,00 < α (0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan dan sikap terdapat peningkatan antara pre intervensi dan post intervensi.
Penilaian keterampilan perawatan kateter post intervensi dilakukan 2 (dua) kali observasi,
yaitu setelah dilakukan intervensi dilakukan dan mulai tanggal 27 Juli 2018.
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih disebabkan terjadinya infeksi dapat terjadi akibat bakteri
jamur dan virus. Adapun bakteri berada di usus dan memasuki sistem saluran kencing
antara lain escherichiae coli,klebsiella,proteus SP, enterobacter.setelah operasi banyak
ditemukan adanya infeksi pseudomonas Adapun bakteri lainnya seperti klamydia dan
mycoplasma akan menginfeksi dengan sedikit presentasinya di penderita infeksi
saluran kemih. ISK akan terjadi ketika mikroorganisme bersarang ke dalam saluran
kencing dan akan bertumbuh kembang di dalam urine.
Gejala klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi, dari tanpa gejala
(asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) dari yang ringan (panas, uretritis,
sistitis) hingga cukup berat (pielonefritis akut, batu saluran kemih dan bakteremia).
Gejala yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa sakit saat buang air
kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna air seni sangat pekat seperti air teh,
nyeri pada bagian pinggang, hematuria (kencing berdarah), perasaan tertekan pada
perut bagian bawah, rasa tidak nyaman pada bagian panggul serta tidak jarang pula
penderita mengalami panas tubuh. Kasus asimptomatik berhubungan dengan
meningkatnya resiko terjadinya infeksi simptomatik berulang yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal. Penyebab ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara empirik selama
7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita, obat golongan
venozopyiridine/pyridium untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih.
Pasien ISK umumnya diedukasi untuk menghindari faktor risiko guna pencegahan
terjadinya ISK rekuren. Berikut ini merupakan beberapa edukasi yang dapat diberikan
pada pasien ISK:. Pasien harus diedukasi untuk mengonsumsi antibiotik sesuai
dengan arahan dan waktu yang diminta dokter.
B. Saran
Diharapkan dengan penulisan makalah ini, penulis maupun pembaca dapat
memahami dan menambah wawasan terhadap infeksi saluran kemih dan hal-hal yang
harus dihindari atau upaya pencegahan dan pengobatan bagi penderitapun dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R. 2010. Peranan Pencitraan dalam Deteksi Kelainan Anatomik pada Anak dengan
Infeksi Saluran Kemih Atas. Vol XXVII No.2. Majalah Kedokteran FK UKI
Aristanti, Putri Ayu. (2015). Efektivitas terapi antibiotik pada pasien rawat inap penderita
infeksi saluran kemih di RSD dr. Soebandi jember periode januari-desember. digital
repository universitas Jember.
Arivo.D, & Dwi Ningtyas A.W. (2019). pola kepekaan escherichiacoli penyebab infeksi
saluran kemih terhadap antibiotik. jurnal farmasi Malahayati,2(1),12-2 3
Belo A.M.D. (2019). pola sensitifitas bakteri terhadap antibiotik pada pasien infeksi saluran
kemih di RSUD prof Dr. WS Johannes Kupang tahun 2018. Poltekkes Kemenkes
Kupang.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2015). National Center for
Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang
terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.(Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar). Diakses tanggal
21 April 2022
Hall, J. (2014). Buku ajar fisiologi kedokteran (E. I. M Widjajahkusumah, Antonia Tanzil
(ed.); edisi 12). EGC
Healthcare Quality Promotion (DHQP), Catheter-associated Urinary Tract
Infections (CAUTI)
Irawan, E, (2018). faktor-faktor penyebab infeksi saluran kemih (literature review). prosiding
seminar nasional dan penelitian kesehatan 2018.
Manurung, N. (2018). Keperawatan medical bedah konsep, mind mapping dan NANDA NIC
NOC. Jakarta: TIM.
Margareth, R. C. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah dan penyakit dalam. Nuha
Medika
Nicolle, E.L. (2015). Catheter Associated Urinary Tract Infections. Nicholle Antimicrobial
Resistance and Infection Control 2014. 3:23,
http://www.aricjournal.com/content/3/1/23. diakses 26 Januari 2018