Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

Disusun Oleh :
KELOMPOK III

Sri yusra kone 2121007


Priskawati S. Tanua 2121019
Ramlawati Nebu 2121003
Yenita Sera Bulu 2121020
Emanuel Dedo Ngara 2121017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GRMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan askep
dengan judul

“Asuhan Keperawatan Hepatitis”.

Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis menyadari
bahwa penulisan askep ini masi jauh dari kata sempurna,baik dari sisi materi
maupun penulisannya.Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun yang
diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Makassar, 2 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

a. Latar Belakang ....................................................................................


b. Rumusan Masalah ..............................................................................
c. Tujuan .................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................................

A. Konsep dasar medis (penyakit).........................................................


a. Definisi...........................................................................................
b. Etilogi dan klasifikasi.....................................................................
c. Patofisiologi...................................................................................
d. Manifestasi klinik...........................................................................
e. Pemeriksaan diagnostik................................................................
f. Penatalaksanaan medis................................................................
g. Komplikasi.....................................................................................
h. Patoflowdiagram............................................................................
B. Asuhan Keperawatan........................................................................
a. Pengkajian.....................................................................................
b. Analisa data dan Diagnosa Keperawatan.....................................
c. Intervensi.......................................................................................
d. Discharga Planning.......................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

a. Kesimpulan .........................................................................................
b. Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola makan,
kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan. bahkan tingkat
ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini. Penyakit
hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang dapat
disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi v gangguan metabolisme, obat-obatan,
alkohol, maupun parasit. Hepatit 2/5 merupakan salah satu penyakit yang
mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang
besar serta kompleksitas yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas,
diabetes melitus, dan hiperlipidemia, membawa konsekuensi bagi komplikasi hati,
salah satunya hepatitis (Wening Sari, 2021). Hepatitis virus merupakan infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Bar,
2020).

Hepatitis telah menjadi masalah global. Saat ini diperkirakan 400 juta orang di
dunia terinfeksi penyakit hepatitis B kronis, bahkan sekitar 1 juta orang meninggal
setiap tahun karena penyakit tersebut. Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia
yang merupakan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Wening Sari, 2021).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 dalam Anna (2011)
menyebutkan, hingga saat ini sekitar dua miliar orang terinfeksi virus hepatitis B di
seluruh dunia dan 350 juta orang di antaranya berlanjut jadi infeksi hepatitis B kronis.
Diperkirakan, 600.000 orang meninggal dunia per tahun karena penyakit tersebut.
Angka kejadian infeksi hepatitis B kronis di Indonesia diperkirakan mencapai 5-10
persen dari jumlah penduduk. Hepatitis B termasuk pembunuh diam-diam karena
banyak orang yang tidak tahu dirinya terinfeksi sehingga terlambat ditangani dan
terinfeksi seumur hidup. Kebanyakan kasus infeksi hepatitis B bisa sembuh dalam
waktu enam bulan, tetapi sekitar 10 persen infeksi bisa berkembang menjadi infeksi
kronis. Infeksi kronis pada hati bisa menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan
ikat pada hati sehingga hati berbenjol-benjol dan fungsi hati terganggu dan dalam
jangka panjang penderitanya bisa terkena sirosis serta kanker hati.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2019), prevalensi nasional hepatitis


klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi di
atas nasional. Kasus penderita hepatitis tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah dan
Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit heratitis kronik menduduki urutan kedua
berdasarkan penyebab kematian. pada golongan semua umur dari kelompok penyakit
menular "Rata-rata penderita hepatitis antara umur 15-44 tahun unnak di pedesaan.
Penyakit hati ini menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian. Sedangkan
di daerah perkotaan menduduki urutan ketiga," kata Menteri Kesehatan Endang
Rahayu Sedyaningsih dalam peringatan di RS Dr Sardjito Yogyakarta. Indonesia telah
mengusulkan kepada WHO agar hepatitis menjadi isu dunia dengan menetapkannya
sebagai resolusi World Health Assembly (WHA) tentang viral hepatitis. Usulan
tersebut diterima WHO untuk dibahas dalam sidang WHA atau majelis kesehatan
sedunia ke-63 pada bulan Mei 2010 yang menetapkan tanggal 28 Juli sebagai
harihepatitis sedunia. Menurut data yang diperoleh dari bagian Rekam Medik RSUD
Banyudono Boyolali, pada tahun 2012 angka kejadian pasien dengan penyakit
hepatitis tercatat sebanyak 97 kasus. Dengan presentase 65% hepatitis akut dan 35%
kronis.

B. Rumusan Masalah

a.   Apa Definisi Hepatitis ?


b.   Apa Etiologi Hepatitis ?
c.   Bagaimana Klasifikasi dan penyebab Hepatitis ?
d.   Manifestasi Hepatitis ?
e.   Bagaimana Patofisiologi Hepatitis ?
f.   Bagaimana Pathway Hepatitis ?
g.   Bagaimana penatalaksanaan Hepatitis ?
h.   Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis ?
C. Tujuan penulisan
a.   Untuk Mengetahui Definisi Hepatitis
b.   Untuk Mengetahui Etiologi Hepatitis
c.   Untuk Mengetahui Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis
d.  Untuk Mengetahui Manifestasi Hepatitis
e.   Untuk Mengetahui Patofisiologi Hepatitis
f.    Untuk Mengetahui Pathway Hepatitis
g.   Untuk Mengetahui penatalaksanaan Hepatitis
h.   Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi
Hepatitis merupakan penyakit yang menyebabkan peradangan pada hati yang
disebabkan oleh virus sehingga mudah menular dari orang ke orang. Pada tahun 2019
pemerintah Indonesia menetapkan hepatitis sebagai kejadian luar biasa karena
banyaknya kasus hepatitis. Hepatitis mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat,
produktivitas, harapan hidup, dan dampak sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu
perlu adanya gerakan bersama, komprehensif dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit menular, khususnya hepatitis
(2019).
Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati yang
dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun
kelainan auto imun. Infeksi yang disebabkan virus, bakteri, maupun parasit merupakan
penyebab terbanyak hepatitis akut. Virus hepatitis merupakan penyebab terbanyak
dari infeksi tersebut. Infeksi virus hepatitis masih merupakan masalah kesehatan
utama, baik di negara yang sedang berkembang maupun dinegara maju (Arief, 2012).
Salah satu keluhan yang muncul pada pasien dengan penyakit hepatitis adalah
kurangnya rasa nyaman yaitu nyeri pada bagian abdomen bahkan sampai nyeri akut
karena meningkatnya perluasan virus atau edema pada abdomen. Jika sudah
mengalami hepatitis dengan nyeri akut harus segera di tangani oleh tim medis.
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak
menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut
dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk- tusuk, panas
terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter, 2012). Hal ini juga
merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan secara berbeda oleh
masingmasing individu dan nyeri termasuk sensasi ketidaknyamanan yang bersifat
individual. Rasa sakit melekat pada sistem saraf manusia dan merupakan
pengalaman individual yang berlangsung lama. World Health Organization (WHO
2018) dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 9 Nomor 1 (2018) memperkirakan
angka kejadian 1 dari 3 penduduk dunia terkena virus hepatitis, dan 500 juta
penduduk diantaranya telah terinfeksi hepatitis B dan C kronis, virus yang telah
membunuh 1, 5 juta orang di dunia setiap tahunnya. Di Asia Tenggara diperkirakan
100 juta orang hidup dengan Hepatitis B kronis dan 30 juta
Hepatitis akut lebih rentan pada anak karena anak itu sistem imun belum
sempurna terutama anak-anak yang kecil di bawah 6 tahun." "Pada kasus ini banyak
menyerang anak di bawah 6 tahun,” (2022)
B. Etiologi dan Klasifikasi
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus. Virus ini banyak
menyerang anak-anak. Biasanya ,jenis hepatitis yang ditimbulkan mengenai
masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal di lingkungan tidak
bersih. Price (2001) mengemukakan bahwa sebagian besar infeksi VHA (Virus
Hepatitis A) terjadi pada usia anak-anak dan bersifat asimtomatik.
Penularan dapat terjadi melalui fecal-oral dan kontaminasi pada minuman dan
makanan yang tercemar virus hepatitis A, lewat makanan/minuman mentah atau
setengah matang, minum air atau es batu yang terkontaminasi dengan feses, dan
kerang-kerangan yang tidak dimasak. VHA juga dapat menular melalui hubungan
seks oral-anal (mulut-dubur) dan jarang menular melalui transfusi parenteral (infus).
b. Hepatitis B
VHB/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang dapat
terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui
darah,kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya
50-
180 hari dengan rata-rata 60-90hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual,
pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis,
pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa
terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami
penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak
enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah
dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar
hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal
posterior juga membesar. c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. (HCV = hepatitis C virus) yang
masuk ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan material yang
terdapat dalam sel dan menginfeksi banyak sel lainnya. Sekitar 85% kasus hepatitis
C berkembang menjadi kronis dan merusak hati bertahun-tahun, hati kemudian
dapat menjadi sirosis atau berkembang ke arah keganasan. Penularan hepatitis C
dapat terjadi melalui kontak langsung lewat darah atau produknya, serta jarum atau
alat tajam lainnya yang telah terkontaminasi. Resiko terinfeksi hepatitis C melalui
hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu
pasangan.
d. Hepatitis D
Hepatitis D (delta) adalah virus tak sempurna yang mengandung RNA. Agar
infeksi dan replikasi virus ini dapat terjadi, diperlukan kehadiran HBV. Hepatitis D
terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen permukaan
hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko
terkena hepatitis D.Infeksi terjadi dengan hubungan seksual dan parenteral serta
penderita yang melakukan transfusi darah berulang-ulang.
e. Hepatitis E
Hepatitis E banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama yang
airnya terkontaminasi. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis atau
pelancong.penyebaran penyakit ditemukan pada feses manusia dan binatang
dengan hepatitis E, kuman penyebabnya juga bisa disebarkan oleh makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
f. Penyebab lain dari hepatitis :
1. Pola hidup yang tak sehat. tubuh dipaksa untuk bekerja keras sampai-sampai
tidak memperhatikan asupan gizi.
2. Pekerja malam atau yang sering bergadang, rentan mengidap penyakit hati. Ini
disebabkan secara biologis fungsi hatinya dipicu untuk bekerja lebih cepat
sehingga detoksifikasi lebih tinggi. akibatnya, kondisi tubuh mudah drop.
3. Adanya infeksi virus atau bakteri
4. Kecandual alkohol
5. Efek samping obat-obatan tertentu yang merupakan racun bagi hati
6. Kelainan bawaan lahir
7 . Kelainan-kelainan dalam metabolisme tubuh
8. Tidak memperhatikan kebersihan alat-alat makan dan minum
9. Penularan penyakit hati lewat darah, keringat, hubungan seks dan air liur.

C. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis,kerusakan parenkim dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah
lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang menyababkan hepatomegaly yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Halini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan bilirubin billirubin tersebut didalam hati. . Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak kuning
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

D. Manifestasi Klinis
1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai timbulnya gejala
atau ikterus.
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala
timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum (malaise),
mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas, anoreksia, mual,
muntah,diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan
pada abdomen kuadran kanan atas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah nafsu makan menurun
(pertama kali timbul), nausea,vomitus, dan nyeri perut kanan atas (uluh hati).
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu, dan malaise, lekas capek
terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39°C berlangsung selama 2-5
hari, pusing, dan nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok juga pada virus
hepatitis B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat,tinja berwarna kuning, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-
kadang disertai gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capek.
E. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
1. Tes antibodi virus hepatitis. Pada pemeriksaan ini, sampel darah pasien akan
diperiksa untuk mendeteksi antigen dan antibodi hepatitis yang ada dalam darah.
2. Radiologi
 USG
 CT Scan
3. Biopsy hati
Metode ini sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoseluler
kronik atau serosis hati. Melakukan biopsi hati untuk memastikan diagnosis
hepatitis serta menentukan tingkat dan jenis kerusakan hati. Prosedur biopsi hati
dilakukan dengan cara mengambil sedikit jaringan pada hati menggunakan jarum
tipis yang dimasukkan ke dalam hati. Kemudian, sampel jaringan akan dikirimkan
ke dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
4. Tes fungsi hati adalah sebuah tes yang menggunakan sampel darah untuk
mendeteksi tingkat enzim yang diproduksi hati. Jika hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa enzim berada di atas normal, maka itu merupakan
tanda penyakit hati.

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


 Penatalaksanaan medis
a. Pencegahan
1). Hepatitis virus B, penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak
menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2). Pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan
1). Kortikosteroid, Obat kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada kasus OLP dan
OLR yang berat, atau pada kasus eksaserbasi akut, dan sudah diberi secara
topikal tapi gagal. dapat diberikan dalam dosis tunggal pagi hari untuk
mengurangi insomnia dan sebaiknya diberikan bersamaan dengan makanan
untuk menghindari mual dan ulkus peptik.
2). Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg /hr peroral. Antibiotik seperti obat
Paracetamol, untuk meredakan demam
3). Lactose 3 x (30-50) ml peroral. Lactulose merupakan obat yang digunakan
melalui mulut atau dubur untuk mengobati sembelit, dan mengobati atau
mencegah kemungkinan komplikasi penyakit hati (hepatic encephalopathy).
Obat ini sebenarnya tidak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dialami,
hanya membantu meningkatkan status mental pengidapnya.
4). Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
Vitamin K mengatasi gangguan koagulasi dengan memproduksi faktor-faktor
pembekuan darah pada pasien sirosis hepatik dengan perdarahan
varises esofagus.
5). Roboransia dipergunakan lebih pada injeksi vitamin C. Vitamin C khasiatnya
bagi tubuh untuk membantu mengelola tekanan darah tinggi, dan meningkatkan
kekebalan tubuh
6). Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia) mencegah atau
mengatasi rendahnya kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia).
7). Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air. Sulfas magnesikus mengobati dan
mencegah kejang akibat eklamsia, jantung, tulang, dan fungsi kerja otot. Kadar
magnesium bisa mengalami penurunan pada beberapa kondisi, seperti pola
makan yang tidak seimbang, kecanduan alkohol, diare kronis, hingga gangguan
pada proses pencernaan.
8). Infus glukosa 10% 2 lt/hr. infus cairan glukosa agar kadar gulanya
kembali normal.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
d. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah - muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup.
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat - obatan yang
mengubah susunan feora usus, misalnya neomisin atau kanamycin sampai dosis
total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
 Penatalaksanaan keperawatan
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b. Nutrisi yang adekuat
c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori
d. Pengendalian dan pencegahan

F. Komplikasi
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik tksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
2. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti
oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan,semakin berat jaringan parut
yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma
H. PATHWAY

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian dan Analisa Data
1). Biodata
a. Identitas klien meliputi : Nama klien, umur, jenis kelamin,pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No RM dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua klien yang meliputi :Nama Ayah dan Ibu klien,agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur dan pendidikan terakhir.
c. Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan
dan hubungan dengan klien.
2). Keluhan Utama
Keluhan utama penderita Hepatitis dapat berupa nafsu makan menurun,
muntah, lemah,sakit kepala, batuk, sakit perut kananatas, demam dan kuning.
3). Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan saat ini
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi, dan perawatan rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
4). Dasar-dasar Pengkajian pada Pasien dengan penyakit Hepatitis
a. Aktifitas
a). Kelemahan
b). Kelelahan
c). Malaise
b. Sirkulasi
a) Bradikardi (Hiperbilirubin berat), Anemia
b) Ikterik pada sclera kulit, membrane mukosa
c. Eliminasi
a). Urine gelap
b). Diare feses warna gelap.
d. Makanan dan Cairan
a). Anoreksia
b). Berat badan menurun
c). Mual dan muntah
d). Peningkatan edema
e). Asites
e. Istrahat/Tidur
Tldak bisa Istilanat total seperti blasaliya kalena ada liyeni pada
abuomen,
mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Neurosensori
a). Peka terhadap rangsang
b). Letargi
c). Asteriksis
g. Nyeri/Kenyamanan
a). Kram Abdomen
b). Nyeri tekan perut kanan atas dan perasaan tidak nyaman diperut
c). Mialgia
d). Sakit Kepala
e). Gatal (pruritus)
h. Keamanan
a). Demam
b). Urtkaria
c). Lesi makulopopuler
d). Eritema
e). Splenomegali
f). Pembesaran nodus servikal posterior
i. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkatkan risiko homoseksual aktif / biseksual
pada wanita).
j. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus bakteri atau toksin.
Makanan terkontaminasi,air, jarum, alat bedah dengan anastesi halotan:
terpajan pada kimia toksik (contoh : karbon tetraklorida, vinil klorida).
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Pada pasien Hepatitis Kesadaran composmentis,biasanya wajah tampak
menyeringai kesakitan menahan nyeri, konjungtiva anemis, Suhu tubuh
meningkat.
b. Sistem Respirasi
Frekuensi nafas normal (16-20kali/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang
O2,tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem Kardiovaskuler
TD Meningkat,tidak adanya oedema, tidak ada pembesaran jantung, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem Urogenital
Urine berwarna gelap
e. Sistem Musculoskeletal
Kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia).
f. Abdomen
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus positif pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hipertimpani

B. Diagnosis Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
Hepatitis :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake makanan
yang tidak adekuat.
2. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan
3. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan berdungan vena porta.
5. Hipertermi b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam
empedu
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake makanan
yang tidak adekuat.
 Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi klien
terpenuhi.
 Kriteria Hasil:
a). Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
labolatoriunormal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
b). Memperlihatkan asupan makanan dan cairan yang adekuat
c). Tidak ada mual, muntah.
 Intervensi:
a). Kaji status pasien, tanda-tanda vital, sensori dan bising usus.
b). Ukur intake makanan dan timbang berat badan.
c). Pantau pemasukan diet/jumlah kalori dan Anjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering.
d). Anjurkan makan pada posisi duduk
e). Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
f). Kolaborasi dengan medis pemberian obat-obatan anti emetic seperti
metoloperamid, trimetobenzamid.
g). Pemberian transfuse albumin secara IV
 Rasional:
a). Membantu mengkaji keadaan klien
b). Observasi kebutuhan nutrisi
c). Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastrointestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
d). Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
e). Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan eneroy
sedangkan lemak sulit untuk diserap/ dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
f). Diberikan 1/2 jam sebelum makan dapat menurunkan mual dan
meningkatkan toleransi pada makanan.
g). Transfusi albumin diberikan sebagai tanda nutrisi.
2. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
 Kriteria Hasil:
a). Intake dan output cairan seimbang
b). TTV
c). Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 Intervensi:
a). Monitor TTV
b). Monitor Intake dan Output
c). Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas
sehari
d). Kolaborasi pemberian cairan IV jika diinstruksikan.
 Rasional:
a). Untuk mengetahui keadaan umum klien
b). Membantu menganalisa keseimbangan cairan dan derajat
kekurangan cairan.
c) Untuk mengganti kehilangan cairan.
d) Membantu kebutuhan cairan dalam tubuh.
3. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
 Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 24 jam Nyeri
yang dirasakan dapat berkurang atau bahkan tidak merasakan nyeri.
 Kriteria Hasil:
a). Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
b). Klien mampu mengontrol dan mengendalikan nyeri
c). Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi dan tanda nyeri).
 Intervensi:
a). Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif (PQRST).
b). Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (teknik relaksasi).
c). Modifikasi lingkungan yang aman dan nyaman.
d). Berikan informasi akurat dan jelaskan Penyebab nyeri,dan tunjukan
berapa lama nyeri akan berakhir jika diketahui.
e). Kolaborasi pemberian analgetik.
 Rasional:
a). Untuk mengetahui penyebab nyeri
b). Dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
c). Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi intensitas nyeri.
d). Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri
yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
e). Kolaborasi dengan dokter dilakukan apabila tindakan nyeri yang
dilakukan tidak berhasil.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan berdungan vena porta.
 Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri
pasien berkurang atau teratasi.
 Kriteri Hasil:Menunjukan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan,menangis, intensitas dan lokasinya).
 Intervensi:
a). Monitor Tanda-tanda Vital
b). Kaji tingkat nyeri klien
c). Jelaskan kepada klien penyebab nyeri dan cara mengatasi nyeri saat
nyeri datang atur posisi klien.
 Rasional:
a). Untuk mengetahui keadaan umum dan tingkat kronis, akut.
b). Mengetahui tingkat nyeri klien sebagai dasar pengambilan tindakan.
c). Informasi kesehatan diberikan agar klien siap saat nyeri.
5. Hipertermi b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24 jam
diharapkan suhu tubuh pasien dalam rentang normal
 Kriteria Hasil:Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37°C), tidak
perubahan warna kulit dan tidak pusing.
 Intervensi:
a). Monitor suhu tubuh sesering mungkin minimal tiap 2 jam.
b). Pantau suhu lingkungan,batasi tambahan linen susuai indikasi.
c). Berikan kompres hangat pada pasien di lipat paha dan aksila.
d). Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
e). Kolaborasi pemberian obat Antipiretik
 Rasional:
a). Suhu 38,9-41,1°C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b). Untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
c). Untuk menurunkan demam
d). Adanya peningkatan metabolisme menyebabkan kehilangan banyak
energi,untuk itu diperlukan peningkatan intake cairan dan nutrisi.
e). Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam.
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam
empedu
 Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
diharapkan risiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
 Kriteria Hasil:
a). Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan.
b). Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit
yang mengalami iritasi.
 Intervensi:
a). monitor kulit akan adanya kemerahan.
b). Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian longgar.
c). Oleskan lotion pada derah yang tertkan.
 Rasional:
a). Untuk mengetahui adanya iritasi pada kulit
b). Dengan memakai pakaian longgar memperkecil kemungkinan
terjadinya luka pada kulit.
c). Untuk menghindari kemungkinan terjadi iritasi & kerusakan kulit.
7. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan fisik
 Tujuan : Setelah dibrikan asuhan keperawatan selama 24 jam klien
dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
 Kriteria Hasil: Aktivitas dapat dilakukan sendiri secara optimal.
 Intervensi:
a). Kaji Tingkat aktivitas Klien
b). Dorong aktivitas kreatif yang tepatc) Anjurkan kepada pasien untuk
bisa melakukan aktifitas yang membangun ketahanan.
d). Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara bergantian dan
lakukan ROM aktif/pasif.
 Rasional:
a). Mengetahui tingkat aktivitas klien.
b). Aktifitas yang tepat dapat meningkatkan kekuatan
c). Agar klien dapat mengetahui dan dapat melakukannya sendiri.
d). Dilakukan untuk menghilangkan ketegangan otot.

 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Teli,2018).
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yangdiharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan,pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatandan memfasilitasi
koping (Teli, 2018).

 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Teli,2018).
Evaluasi yang diharapkan pada Hepatitis :
 Klien menunjukan Peningkatan berat badan dan bebas dari tanda-tanda
malnutrisi.
 Memperlihatkan asupan dan cairan yang adekuat.
 Tidak ada mual,muntah
 TTV dalam batas normal
 Intake dan Output cairan Seimbang.
 Klien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembab.
 Klien mengungkapkan Rasa nyeri berkurang, mampu mengontrol dan
mengendalikan nyeri.
 Klien dapat mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi dan tanda nyeri).
 Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37°C).
 Tidak ada perubahan warna kulit.
 Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan.
 Aktivitas dapat dilakukan sendiri secara optimal dan mandiri.
 Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi.
D. Discharga Planning (Perencanaan pulang)
1. Memakai masker agar virus tidak dapat menular
2. Menyadiakan alat makan sendiri
3. Minum obat secara teratur sesuai dengan resep yang diberikan
4. Istirahat yang cukup
5. beraktivitas yang ringan
6. Makan makanan yang bergizi
7. Olahraga secara teratur
8. Menciptakan lingkungan yang aman dirumah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus menyebakan
peradangan pada hati Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan juga
alkohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada anak
sebagian besar disebabkan oleh bahan- bahan kimia yang terkandung dalam
snack Selain itu juga anak-anak kurang memperhatikan kebersihan sehingga
memudahkan virus untuk masuk ke dalam tubuh.

B. Saran
Orang mua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan
makanan serta memberikan pendidikan pentingnya kebersihan agar tidak
terkena virus yag dapat menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi sebaiknya
ibu memberikan tepat waktu untuk mencegah terjadinya hepatitis
DAFTAR PUSTAKA

Afridadewi,Ricka. Askep Hepatitis. Academia.edu.


https://www.academia.edu/10534799/Askep hepatitis. (Diakses 23 Juni 2020).
Kolo,Angela. (2019).
KUPANG 15-18 JULI 2019.https://core.ac.uk/download/pdf/236674028.pdf.(Diakses 23
Juni 2020).
Nanda International. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi
11 editor T.Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Siddiq,Ikhwan.(2016).Hepatitis.Academia.edu.
https://www.academia.edu/34626836/Hepatitis
(Diakses 23 Juni 2020).
Teli Margaretha. (2018). Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang: Lima
Bintang

Anda mungkin juga menyukai