“HEPATITIS B”
Di Susun Oleh:
Putri Larasati (2114901059)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
2.1 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian.................................................................................................4
2.2 Anatomi Dan Fisiologi.............................................................................6
2.3 Klasifikasi ................................................................................................9
2.4 Etiologi ..................................................................................................10
2.5 Patofisiologi ..........................................................................................11
2.6 Pathway..................................................................................................12
2.7 Manifestasi klinis ..................................................................................13
2.8 Komplikasi ............................................................................................15
2.9 Pemeriksaan penunjang .........................................................................15
2.10 Penatalaksaan ......................................................................................16
BAB III Asuhan Keperawatan Teoritis
3.1 Pengkajian .............................................................................................17
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................20
3.3 Intervensi................................................................................................21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................23
4.2 Saran.......................................................................................................24
Daftar Pustaka.......................................................................................................35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(21,8%), Hepatitis A (19,3%) dan Hepatitis C (2,5%). Dengan besaran
masalah yang ada dan dampaknya bagi kesehatan masyarakat, maka perlu
dilakukan upaya yang terencana, fokus, dan meluas agar epidemi virus
Hepatitis ini dapat ditanggulangi. Untuk itu diperlukan payung hukum berupa
Peraturan Menteri Kesehatan yang dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan
kegiatan dalam melakukan penanggulangan Hepatitis, yaitu Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 Tahun 2015 (Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Infeksi Hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan global yang
menjangkiti hampir 2 miliar individu dan menyebabkan 350 juta kasus infeksi
kronik[6]. Beban epidemiologi akibat infeksi Hepatitis B dibagi menurut
prevalensi individu dengan HBsAg positif yang ditemukan dalam suatu
populasi: prevalensi tinggi (>8% populasi memiliki antigen HBsAg), sedang
(2%-7%), dan rendah (<2%). Wilayah yang memiliki prevalensi rendah
(0,1%-2%) antara lain Amerika Serikat, Kanada, Eropa Barat, dan Australia;
sedangkan wilayah yang memiliki prevalensi tinggi banyak ditemukan di
Asia Tenggara, Tiongkok, Timur Tengah, Haiti, dan Afrika (Sunita, 2017)
Tak dapat dipungkiri, Indonesia termasuk daerah endemis hepatitis
virusB (HVB). Tentu saja hal ini menjadi masalah besar karena mempunyai
dampakmorbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan dampak psikososial
sertaekonomi. Infeksi HVB pada awal kehidupan (sebelum usia 1 tahun) akan
berisikomenjadi kronis sebesar 90%. Sedangkan pada usia 2-5 tahun
risikonya menurunmenjadi 50%, dan bila terjadi infeksi pada anak usia di atas
5 tahun hanya 5-10%untuk menjadi kronis.
2
1. 2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Hepatitis B.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep teori tentang Hepatitis B.
b. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan teoritis dengan
Hepatitis B : Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Intervensi,
Implementasi, dan Evaluasi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
4
nafsu makan dan pada hepatitis B kadang disertai sakit di persendian (Kalbar,
2018).
1. Virus hepatitis A (HAV) Ada di dalam tinja orang yang terinfeksi dan
paling sering ditularkan melalui konsumsi air atau makanan yang
terkontaminasi. Kontak seksual juga dapat menjadi media penyebar HAV.
Dalam banyak kasus ringan, penderita bisa pulih dan kemudian kebal
terhadap HAV. Namun, infeksi HAV yang parah daapat mengancam
kehidupan. Ada banyak orang di daerah dengan sanitasi buruk, terinfeksi
virus ini. Saat ini, sudah tersedia vaksin yang aman dan efektif untuk
mencegah HAV. Anda bisa menanyakan kepada dokter atau rumah sakit
terdekat untuk mendapatkannya.
2. Virus hepatitis B (HBV) Ditularkan melalui kontak dengan darah yang
terinfeksi melalui transfusi atau produk darah yang terkena virus, alat
medis dan jarum suntik narkoba dan tato yang terkontaminasi, air mani,
serta cairan tubuh lainnya. HBV juga dapat ditularkan dari ibu yang
terinfeksi kepada bayinya saat proses persalinan dan dari anggota keluarga
yang terinfeksi ke bayi atau anak usia dini. Vaksin yang aman dan efektif
juga sudah tersedia untuk mencegah HBV.
5
4. Virus hepatitis D (HDV) Infeksi virus hepatitis D (HDV) hanya terjadi
pada mereka yang terinfeksi HBV. Infeksi ganda HDV dan HBV dapat
mengakibatkan penyakit yang lebih serius. Tapi, vaksin hepatitis B juga
memberikan perlindungan terhadap HDV.
5. Virus hepatitis E (HEV) Virus hepatitis E (HEV) sebagian besar ditularkan
melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi. HEV merupakan
penyebab umum dari wabah hepatitis di negara-negara berkembang.
Vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah infeksi HEV telah
dikembangkan, tetapi tidak banyak tersedia (Kalbar, 2018).
Hati merupakan organ terbesar dari system pencernan yang ada dalam
tubuh manusia. Berwarna coklat, sangat vaskules lunak. Beratnya sekitar 1300-
1550 gram. Di dalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar 50.000-
100.000 buah. Lobulus yang terbentuk segienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran
sel hati (hematosist) seperti jari-jari roda melingkari suatu vena sentralis diantara
sel hati terdapat sinusinoid yang pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut
sel kuffer yang dapat memfagosit sel-sel darah yang rusak dan bakteri. Hematosit
menyerap nutrient, oksigen dan zat racun dari darah sinusinoid. Didalam
hematosit zat racun akan didetoksifikasi. Diantara hematosist terdapat saluran
empedu (kanalikuli empedu) untuk menyerap bahan pembentuk cairan empedu.
Kanalikuli-kanalikuli akan bergabung menjadi duktus hepatikus, yang bercabang
menjadi dua, satu menuju kandung empedu yang disebut duktus sitius, yang 10
kedua duktus koleodokus akan bergabung dengan duktus wisrung dari pankreas
menuju duodenum.
Bagian-bagian Hati
6
Menurut Qorry, 2016, bagian sel-sel dari organ hati yang memiliki
peranan besar dalam menunjang fungsi dan kinerja hati yang sangat penting bagi
kesehatan tubuh, diantaranya:
a) Lobus hati
Lobus hati terbentuk dari sel parenkim dan sel non parenkim. Sel parenkim
pada hati disebut heptosit. Sel parenkim ini memiliki sekitar 80% volume hati
yang memiliki fungsi dari kinerja utama organ hati. Selain lobus hati juga
terdapat lobus sinusoidal yang memiliki 40% sel hati.
b) Hepatosis
Ia merupakan bagian dari sel endodermal merupakan stimulasi dari jaringan
mesenkimal yang secara terus-menerus saat embrio sedang berkembang yang
kemudian menjadi sel parenkimal. Selama masa perkembangan tersebut, akan
terjadi peningkatan pada transkripsi mRNA albumin yang berfungsi untuk
stimulan proliferasi dan diferensiasi sel endodermal yang menjadi hepatosit.
c) Lumen lobus
Lumen lobus yang terbentuk dari SEC yang memiliki 3 jenis sel lainnya,
seperti sel kupffer, sel ito, linfosit intrahepatic seperti sel pit. Sel non-
parenkimal yang memiliki volume hati sekitar 6,5% yang memproduksi
berbagai jenis substansi yang mengatur dan mengontrol dari berbagai macam
fungsi dan kerja dari Hepatosit.
7
d) Filtrasi
Filtrasi yang merupakan salah satu fungsi dari lumen lobus sinusoidal yang
memisahkan antara permukaan hepatosit dari darah, SEC yang memiliki
muatan endosisitas yang sangat besar dengan berbagai ligan seperti
glikoprotein, kompleks imun, transferrin dan seruroplasmin.
e) Sel ito
Sel ito yang berada pada jaringan perisinusoidal, yang merupakan sel dengan
banyak vesikel lemak di dalam sitoplasma yang mengikat SEC sangat kuat
hingga memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat hati
berada pada kondisi normal, sel ito menyimpan vitamin A guna mengendalikan
kelenturan matriks ekstraseluler yang dibetuk dengan SEC, yang juga
merupakan kelenturan dari lumen sinusoid.
f) Sel kupffer
Sel kupffer yang berada pada jaringan intrasunisoidal, yang merupakan
makrofag dengan kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangakan.
Sel kupffer sehari-hari berinterkasi dengan material yang berasal saluran
pencernaan yang mengandung larutan bacterial, dan mencegah aktivasi efek
toksin senyawa tersebut kedalam hati. Paparan larutan bacterial yang tinggi,
terutama paparan LPS, membuat sel kupffer melakukan sekresi berbagai
sitokinin yang memicu proses peradangan
2.3 Klasifikasi
1) Infeksi hepatitis B akut berlangsung kurang dari enam bulan. Sistem
kekebalan tubuh Anda kemungkinan dapat membersihkan hepatitis B akut
dari tubuh Anda, dan Anda dapat saja pulih sepenuhnya dalam beberapa
bulan. Kebanyakan orang yang menderita hepatitis B sebagai orang
dewasa memiliki infeksi akut, tetapi dapat juga infeksi hepatisi B ini
menyebabkan infeksi kronis.
8
2) Infeksi hepatitis B kronis berlangsung enam bulan atau lebih. Itu tetap
hidup karena sistem kekebalan Anda tidak dapat melawan infeksi. Infeksi
hepatitis B kronis dapat berlangsung seumur hidup, mungkin mengarah
pada penyakit serius seperti sirosis dan kanker hati.
Semakin muda usia Anda saat Anda menderita hepatitis B - terutama
bayi baru lahir atau anak-anak di bawah 5 tahun - semakin tinggi risiko
infeksi menjadi kronis. Infeksi kronis mungkin tidak terdeteksi selama
beberapa dekade sampai seseorang menjadi sakit parah akibat penyakit hati
(Info Laboratorium Medik, 2019).
2.4 Etiologi
Hepatitis B Virus (HBV) merupakan virus etiologi hepatitis B, virus
DNA kecil dengan 3200 kilobasa genom DNA rantai ganda parsial dalam
formasi sirkuler. Keunikan HBV terletak pada adanya struktur filamen
melingkar pada partikel subviral yang kemudian dikenal dengan sebutan
partikel HBsAg. HBsAg merupakan komponen amplop virus yang melingkupi
cangkang inti yang mengandung genom DNA dan protein polimerase. HBsAg
tidak memiliki genom DNA, tidak infeksius, dan memiliki imunogenisitas
yang tinggi sehingga menjadi komponen dasar dalam vaksin HBV. Inti virus
(nukleokapsid) terdiri atas fosfoprotein basa 21 kDa yang disebut dengan
antigen inti hepatitis B (HBcAg) (Sunita, 2017).
Infeksi hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Virus
ditularkan dari orang ke orang melalui darah, air mani atau cairan tubuh
lainnya. Virus ini tidak mudah menyebar melalui bersin atau batuk.
Cara umum HBV dapat menyebar adalah:
- Kontak seksual. Anda mungkin terkena hepatitis B jika melakukan
hubungan seks tanpa kondom dengan seseorang yang terinfeksi. Virus ini
dapat menular kepada Anda jika darah, air liur, air mani, atau cairan
vagina orang tersebut masuk ke tubuh Anda.
- Berbagi jarum. HBV mudah menyebar melalui jarum suntik dan
jarum yang telah terkontaminasi oleh darah yang terinfeksi. Berbagi
9
perlengkapan obat IV membuat Anda berisiko tinggi terhadap infeksi
hepatitis B.
- Kecelakaan pada pemakaian jarum suntik. Hepatitis B merupakan
masalah bagi pekerja perawatan kesehatan dan siapa pun yang kontak
dengan darah manusia.
- Ibu ke anak. Wanita hamil yang terinfeksi HBV dapat menularkan virus
ke bayinya saat melahirkan. Namun, bayi baru lahir dapat divaksinasi
untuk menghindari infeksi di hampir semua kasus. Bicaralah dengan
dokter tentang tes hepatitis B jika Anda sedang hamil atau ingin hamil
(Info Laboratorium Medik, 2019).
2.5 Patofisiologi
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus
Hepatitis B mula-mula melekat pada resptor spesifik di membram sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus
melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selajutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat VHB
akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan
berintergrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus
Hepatitis B dilepaskan ke peradangan darah, terjadi mekanisme kerusakan hati
yang kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi
(Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel,
terbukti banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya menyebabkan kerusakan
hati ringan. Respon imun host terhadap antigen virus merupakan factor penting
terhadap kerusakan hepatoseluler dan proses klirens virus, makin lengkap
respon imun, makin besar klirens virus dan semakin berat kerusakan sel hati.
Respon imun host dimediasi oleh respon seluler terhadap epitope protein VHB,
terutama HBsAg yang ditansfer ke permukaan sel hati. Human Leukocyte
Antigen (HLA) class I-restriced CD8+ cell mengenali fragmen peptide VHB
setelah mengalami proses intrasel dan dipresentasikan ke permukaan sel hati
10
oleh molekul Major Histocompability Complex (MHC) kelas I. Proses berakhir
dengan penghancuran sel secara langsung oleh Limfosit T sitotoksik CD8+
11
2.6 PATHWAY
Sumber: 12
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC
2.7 Manifestasi Klinis
1) Hepatitis B Akut
Hepatitis B akut adalah infeksi virus bersifat akut yang
berlangsung selama kurang dari 6 bulan. Infeksi virus hepatitis akut
biasanya tidak menimbulkan gejala dan bisa diatasi dengan perawatan
rumahan, seperti beristirahat dan menghindari faktor risiko. Di lain sisi,
infeksi akut ini membuat kebanyakan penderitanya tidak menyadari
tubuhnya telah diserang virus. Akibatnya, penyakit ini sulit dideteksi,
sehingga tingkat penularannya pun semakin tinggi.
Pada orang yang merasa sakit, gejala hepatitis B akut muncul
sekitar 1 – 4 bulan setelah terinfeksi. Namun, tanda dan gejala virus akut
ini bervariasi pada setiap orang. Meski begitu, ada beberapa tanda hepatitis
B yang perlu Anda waspadai, yakni:
- Kelelahan,
- Kehilangan nafsu makan,
- Nyeri perut,
- warna urine menjadi gelap seperti teh,
- Perubahan warna feses yang pucat,
- Demam,
- Nyeri sendi,
- Mual atau muntah, dan
- Kulit dan mata yang menguning (penyakit kuning) (Samiadi, 2021).
2) Hepatitis B Kronis
Hepatitis B berlangsung lebih dari 6 bulan, ada kemungkinan
mengalami hepatitis B kronis. Infeksi hepatitis kronis berpotensi memicu
komplikasi serius, seperti sirosis dan kanker hati.
Kebanyakan kasus menunjukkan bahwa bayi yang tertular hepatitis
B melalui proses persalinan akan langsung terjangkit hepatitis B kronis.
Selain itu, gejala hepatitis B kronis pada bayi juga bisa berlangsung selama
bertahun-tahun.
13
Sementara itu, ciri-ciri hepatitis B yang muncul juga tergantung
pada tingkat kerusakan hati yang terjadi, sehingga biasanya bervariasi.
Kondisi kesehatan akibat hepatitis B juga relatif bersifat sedang hingga
berat dan mirip dengan infeksi akut, antara lain:
- Kelelahan,
- Sakit perut,
- Pembesaran limpa (splenomegali),
- Nyeri otot dan sendi,
- ensefalopati,
- Kehilangan nafsu makan,
- Urine berwarna gelap seperti teh,
- Perubahan warna feses menjadi pucat,
- Perut bagian atas membengkak (asites), dan
- Kulit dan mata menguning (penyakit kuning).
Gejala hepatitis B kronis sendiri dapat berlangsung selama
beberapa tahun hingga lebih dari 30 tahun. Beberapa orang mungkin
mengalami peradangan hati, sedangkan yang lainnya tidak (Samiadi,
2021).
Menurut Arif mansjoer (2017: 513) Manifestasi klinis merupakan
suatu gejala klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien.
Berikut adalah gejala klinis dari penyakit hepatitis :
a. Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh
sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot,
dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
b. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-
mula terlihat pada sclera,kemudian pada kulit seluruh tubuh.keluhan-
keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah.
Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar
dan nyeri tekan.
c. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan
tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat
14
dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab
yang biasanya berbeda.
2.8 Komplikasi
Hepatitis B yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan
dan pengerasan hati, meliputi:
1) Kanker hati,
2) Gagal hati,
3) Sirosis hati, dan
4) Penyakit lainnya, seperti peradangan pembuluh darah atau anemia.
Pada saat komplikasi terjadi, gejala hepatitis B akan semakin bertambah
parah. Ada sejumlah ciri-ciri yang terjadi saat seseorang mengalami
komplikasi hepatitis B, antara lain:
1) Kehilangan kesadaran hingga koma akibat hati tidak dapat menyaring
racun,
2) Tekanan darah tinggi hingga menurunkan jumlah sel darah merah,
3) Darah sulit membeku dan mudah mengalami perdarahan, dan
4) Penyakit kuning akibat hati tidak dapat menyaring zat bilirubin (Samiadi,
2021).
15
Biopsi hati dilakukan dengan mengambil sedikit sampel jaringan hati.
Tujuannya adalah memeriksa kerusakan hati.Selama prosedur ini, dokter
akan memasukkan jarum tipis melalui kulit Anda dan ke dalam hati dan
mengambil sampel jaringan untuk analisis di laboratorium (Putri, 2021).
2.10 Penatalaksanaan
Menurut Elizabeth J.Corwin (2016) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari:
1. Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alcohol.
Alkohol memperburuk stadium dan mempercepat perburukan HBV
dan khususnya HCV.
2. Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara
bertahap untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa (IFN-α), suatu
sitokin panen telah dipakai untuk mengobati HBV dan HCV. Suntikan
biasanya diberikan 3 kali seminggu selama minimal 3 bulan.
Keefektifan IFN-α untuk kedua infeksi tersebut bervariasi. Interferon
umunya di kontraindikasikan bagi penderita penyakit hati yang berada
pada stadium lanjut.
3. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse
transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis. Analog
nukleotida seperti lamivudine dan rivabirin, biasanya ditoleransi
dengan baik sehingga sering dijadikan obat pilihan utama bagi pasien
hepatitis.
4. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog nukleotida
adalah pengobatan yang sangat berhasil untuk saat ini. Interferon
termodifikasi disebut interferon pegilase atau penginterferon
mempunyai paruh waktu lebih lama disbanding IFN-α dan tidak
membutuhkan pengukuran dosis berulang.
5. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma
lobulin murni yang spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat
memberikan imunitas pasif terhadap infeksi. Imunitas ini bersifat
sementara. Tersedia vaksin HAV yang dibuat dari virus hepatitis
inaktif.
16
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1 Pengkajian
A. Data umum
B. Kesehatan umum
17
C. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya
mual, muntah.
2) Eliminasi
BAB : biasanya berwarna hitam (melena)
BAK : biasanya urine berwarna gelap
3) Personal Hygiene
Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena
Kelelahan
4) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik, malam hari
terbangun dan siang hari tertidur
5) Pola aktivitas
Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena adanya
Kelelahan
D. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati
hepatikum akan terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital
juga diperiksa untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Kepala
Inspeksi : Biasanya icterus pada kulit, nyeri kepala
Palpasi : Tidak ada benjolan atau massa
3) Wajah
Inspeksi : Wajah biasanya tampak pucat
4) Mata
Inspeksi : Biasanya sklera tampak ikterik dan konjungtiva tampak
anemis
5) Hidung
Inspeksi : Biasanya tampak kotor, simetris kanan dan kiri
18
Palpasi : Biasanya tidak ada massa
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering
7) Telinga
Inspeksi :Tidak ada masalah pendengaran
8) Paru
- Inspeksi :
- Palpasi : fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
- Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka bunyinya hipersonor
- Auskultasi : secara umum normal, akan ada stridor bila ada akumulasi
sekret.
9) Jantung
- Inspeksi : tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada.
- Palpasi : rama jantung teratur, tekanan darah bisa meningkat atau
menurun.
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : Bunyi Jantung I & II
10) Abdomen
- Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan atas, hepar
teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau gelombang cairan
- Perkusi : Redup
- Auskultasi : penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Biasanya penurunan kekuatan otot,
12) Genitalia
Biasanya terjadi konstipasi
19
3. Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, malaise.
4. Istirahat/ Tidur : Gangguan pola tidur diakibatkaan rasa nyeri perut
kuadaran kanan atas.
5. Personal Hygiene : Kurangnya kebersihan diri khusunya Oral Hygiene.
20
3.3 Intervensi
DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d agen NOC :
injuri Pain Level, NIC :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
pain control,
termasuk
comfort level - lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Setelah dilakukan tinfakan dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. Pasien tidak - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Mampu mengontrol nyeri (tahu menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyebab nyeri, mampu
nyeri seperti
menggunakan tehnik - suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nonfarmakologi untuk mengurangi - Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri, mencari bantuan) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang intervensi
dengan menggunakan manajemen - Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
nyeri dala,
- relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
- Mampu mengenali nyeri (skala,
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Tingkatkan istirahat
- Menyatakan rasa nyaman setelah - Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri berkurang nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
- Tanda vital dalam rentang normal antisipasi
- Tidak mengalami gangguan tidur ketidaknyamanan dari prosedur Monitor vital sign
Ketidakseimbangan sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
21
nutrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of nutrient - Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan b. Nutritional Status : food and Fluid - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
mual muntah , Intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
anoreksia c. Weight Control - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
Setelah dilakukan tindakan serat untuk mencegah konstipasi
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
keperawatan selama….nutrisi kurang
makanan harian.
teratasi dengan indikator:
- Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Albumin serum
- Monitor turgor kulit
- Pre albumin serum - Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
- Hematokrit Hb dan kadar Ht
- Hemoglobin - Monitor mual dan muntah
- Total iron binding - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor intake nuntrisi
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
- Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
- Kelola pemberan anti emetik:.....
- Anjurkan banyak minum
- Pertahankan terapi IV line
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
22
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis B adalah infeksi hati yang dapat menyebabkan jaringan parut
di organ hati, termasuk gagal hati sampai kanker. Penyebarannya adalah
ketika orang-orang bersentuhan dengan darah, luka terbuka, ataupun cairan
tubuh seseorang yang memiliki virus hepatitis B (Redaksi Halodoc, 2018).
Ada lima jenis virus hepatitis, disebut sebagai tipe A, B, C, D dan E.
Kelima jenis virus ini menjadi perhatian, karena beban penyakit dan kematian
yang mereka bawa, serta berpotensi menyebabkan wabah dan epidemic.
Klasifikasi hepatitis adalah :
1) Infeksi hepatitis B akut berlangsung kurang dari enam bulan. Sistem
kekebalan tubuh Anda kemungkinan dapat membersihkan hepatitis B akut
dari tubuh Anda, dan Anda dapat saja pulih sepenuhnya dalam beberapa
bulan. Kebanyakan orang yang menderita hepatitis B sebagai orang
dewasa memiliki infeksi akut, tetapi dapat juga infeksi hepatisi B ini
menyebabkan infeksi kronis.
2) Infeksi hepatitis B kronis berlangsung enam bulan atau lebih. Itu tetap
hidup karena sistem kekebalan Anda tidak dapat melawan infeksi. Infeksi
hepatitis B kronis dapat berlangsung seumur hidup, mungkin mengarah
pada penyakit serius seperti sirosis dan kanker hati.
Infeksi hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Virus
ditularkan dari orang ke orang melalui darah, air mani atau cairan tubuh
lainnya. Virus ini tidak mudah menyebar melalui bersin atau batuk.
Hepatitis B yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan
dan pengerasan hati, meliputi:
5) Kanker hati,
6) Gagal hati,
7) Sirosis hati, dan
8) Penyakit lainnya, seperti peradangan pembuluh darah atau anemia.
23
4.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25