Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem Keperawatan Dewasa sistem Endokrin,
Pencernaan,Perkemihan, dan Imunologi
Disusun Oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Asuhan keperawatan
pada Tn. A dengan penyakit Hepatitis B
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Aida Sri Rachmawati, M.Kep selaku dosen
pengampu mata kuliah sistem Keperawatan Dewasa sistem Endokrinpencernaan,Perkemihan,
dan Imunologi yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
ucapkan terima kasih pada teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
BAB 1PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2.Rumusan penulisan.........................................................................................................................2
2.3 Etiologi...........................................................................................................................................4
2.4 Patofisiologis..................................................................................................................................5
2.5 Farmakoterapi.................................................................................................................................5
2.6 Komplikasi......................................................................................................................................6
4.1Review Jurnal..................................................................................................................................16
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan.....................................................................................................................................18
5.2Saran................................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Virus hepatitis B menyebabkan infeksi kronis yang menyerang sekitar 400 juta orang di
dunia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun (2013) menunjukkan bahwa
prevalensi penyakit semakin meningkat pada penduduk berusia diatas 15 tahun. Jenis
hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8%)
(Rahmannisa, 2017).Penyakit hepatitis kronis dengan berbagai etiologi terutama akibat
infeksi hepatitis B virus (HBV) dan hepatitis C virus (HCV) menjadi penyebab utama
meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian diseluruh dunia (Priwahyuni dkk, 2020).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan mengambil rumusan masalah
sebagai berikut
d. Manifestasi Hepatitis B ?
1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Definisi Hepatitis B
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peradangan hati yang berlangsung kurang dari enam bulan disebut “hepatitis akut”,
Tingkat keparahan hepatitis akut dapat bervariasi dari infeksi asimtomatik ringan hingga
gagal hati akut yang fatal. Tanda terakhir ini ditandai secara klinis dalam waktu 26 minggu
sejak timbulnya penyakit klinis, sedangkan “hepatitis kronis” merupakan peradangan hati
yang berlanjut tanpa perbaikan selama lebih dari enam bulan.
Kelelahan: Kelelahan yang berkepanjangan dan berat seringkali menjadi gejala awal hepatitis
B.
Nyeri di Perut: Nyeri atau ketidaknyamanan di area perut bagian atas kanan, di bawah tulang
rusuk, di mana hati terletak.
Nausea dan Muntah: Gejala pencernaan seperti mual dan muntah dapat terjadi, terutama
setelah makan.
Kehilangan Nafsu Makan: Individu yang terinfeksi dapat mengalami penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan yang tidak diinginkan.
Demam: Demam rendah hingga sedang adalah gejala umum pada hepatitis B, terutama pada
tahap awal infeksi.
Ikterus: Kulit dan mata yang kuning (ikterus) adalah tanda khas hepatitis B, disebabkan oleh
peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
3
Urin Gelap: Urin yang gelap, seperti warna teh, juga bisa menjadi tanda hepatitis B karena
peningkatan bilirubin.
Feses Pucat: Feses yang berwarna pucat atau tanpa warna juga dapat terjadi karena gangguan
dalam proses pengeluaran bilirubin dari tubuh.
Pembesaran Hati dan Limpa: Pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa
(splenomegali) dapat terjadi pada beberapa kasus hepatitis B.
Nyeri Sendi dan Otot: Nyeri otot dan sendi juga bisa terjadi sebagai gejala hepatitis B,
seringkali terasa seperti gejala flu.
Gangguan Kognitif: Pada kasus-kasus yang lebih parah atau pada hepatitis B kronis,
gangguan kognitif seperti kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi dapat terjadi.
2.3. Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus.
Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
a) Hepatitis A ( HAV)
b) Hepatitis B ( HBV)
c) Hepatitis C ( HCV)
d) Hepatitis D ( HDV)
e) Hepatitis E ( HEV)
Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan virus
DNA
a) Alkohol
b) Obat- Obatan
menyebabkan anak toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitus toksik dan hepatitis
akut
4
c) Bahan beracun ( Hepatotoksis)
2.4. Patofisiologi
Penetrasi Virus: Virus hepatitis B (HBV) memasuki tubuh melalui kontak dengan
darah, cairan tubuh yang terinfeksi, atau melalui kontak seksual. HBV dapat memasuki hati
setelah menembus sel-sel hati (hepatosit).Replikasi Virus: Setelah masuk ke dalam sel-sel
hati, HBV mulai mereplikasi diri. Virus ini menggunakan mesin replikasi sel manusia untuk
membuat salinan baru dari dirinya sendiri. Proses ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel-
sel hati.
2.5. Farmakoterapi
• Entecavir
• Tenofovir disoproxil fumarate (TDF)
• Tenofovir alafenamide (TAF)
• Telbivudine
• Lamivudine
5
• Adefovir dipivoxil
Pengobatan Supportif: Pengobatan supportif dapat diberikan untuk mengelola gejala dan
komplikasi terkait hepatitis B. Ini mungkin meliputi:
-Evaluasi dan Pengobatan Komplikasi: Jika terjadi komplikasi seperti sirosis hati atau kanker
hati, perawatan tambahan seperti transplantasi hati mungkin diperlukan.
2.6. Komplikasi
Sirosis Hati: Ini adalah kondisi di mana jaringan parut menggantikan jaringan hati
yang sehat, mengganggu fungsi hati. Sirosis hati dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan yang serius, termasuk peningkatan risiko perdarahan internal, asites (penumpukan
cairan di perut), ensefalopati hepatik (gangguan fungsi otak), dan gagal hati.
Gagal Hati: Pada beberapa kasus, hepatitis B yang tidak diobati dapat menyebabkan
gagal hati, di mana hati tidak lagi dapat melakukan fungsi-fungsi pentingnya dengan baik.
Gagal hati bisa menjadi kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan transplantasi hati
untuk bertahan hidup.
Hepatitis Kronis Aktif: Beberapa orang dengan hepatitis B mengalami hepatitis kronis
aktif, di mana peradangan hati terus-menerus terjadi. Ini dapat menyebabkan kerusakan hati
yang progresif dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti sirosis dan kanker hati.
6
Penyakit Ginjal: Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hepatitis B kronis
juga dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal, terutama glomerulonefritis.
Gejala Flu-like: Pada beberapa kasus, terutama pada infeksi akut, individu yang
terinfeksi bisa mengalami gejala yang mirip dengan flu, seperti kelelahan, demam, nyeri otot
dan sendi, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan.
Icterus (Kuning): Salah satu tanda khas hepatitis B adalah kuningnya kulit dan mata
(ikterus), yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin dalam tubuh akibat kerusakan hati.
Urin Gelap dan Feses Pucat: Urin yang gelap dan feses yang pucat adalah tanda-tanda
lain dari gangguan hati yang terkait dengan hepatitis B, karena peningkatan bilirubin dalam
darah.
Pembesaran Hati dan Limpa: Hepatitis B juga dapat menyebabkan pembesaran hati
(hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali), yang dapat terdeteksi melalui
pemeriksaan fisik oleh dokter.
Gejala Sistemik: Selain gejala langsung yang terkait dengan hati, hepatitis B juga
dapat menyebabkan gejala sistemik seperti ruam kulit, gatal, nyeri perut, dan penurunan berat
badan.
Komplikasi: Pada kasus yang lebih parah, hepatitis B dapat menyebabkan komplikasi
serius seperti sirosis hati, gagal hati, atau kanker hati (hepatoseluler karsinoma).
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pasien yang mual dan lemas
7
2. pemantauan fungsi hati berhubungan dengan edukasi terkait diet untuk meningkatkan
asupan protein
2. Mencatat dan memantau asupan makanan dan cairan pasien, serta menilai perubahan
dalam pola makan dan toleransi maka
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1Pengkajian
a. Data diri
Nama : Tn.A
Usia : 58 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Keluhan utama
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri
P :Nyeri bertambah saat beraktivitas
Q :perut kanan atas nyeri seperti ditusuk-tusuk
R :nyeri perut kanan atas menjalar ke dada
S :skala nyeri 7 (dengan intensitas nyeri 0-10)
T :-+1 jam
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang diketahui adalah hepatitis B, diketahui dari hasil pemeriksaan
yang menunjukkan nilai HbsAg (+).
d. Riwayat penyakit masa lalu
-
a) Anamnesa
Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di RS karena keluhan mual dan lemas.
b) Klinis
Pasien menderita sclera ikterik dan kulit jaundice, yang merupakan tanda demi demi
penyakit hepatitis. TTV mengukur tekanan darah yang rendah (TD 90/60 mmHg),
frekuensi nadi lebih rendah juga (85x/menit), frekuensi nafas normal (20x/menit), dan
suhu tubuh yang lebih tinggi (38 derajat celcius), yang mungkin menunjukkan
gangguan pada sistem imunitas.
e. Pemeriksaan penunjang
9
Hasil laboratorium menunjukkan HbsAg (+), yang merupakan marker positif infeksi
virus hepatitis B.
f. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital: TD :90/60 mmHG
Nadi :85 x/mnt
RR :20x/ mnt
Suhu :38 c
10
mengharuskan asupan protein
diet untuk
meningkatkan
asupan protein
11
• Monitor Berat • memudahkan
Badan pertukaran gas
• Monitor hasil untuk
pemeriksaan menurunkan
laboratorium hipoksia dan
Terapeutik : nafas pendek
• Lakukan oral berulang
hygiene namun tekanan
sebelum makan, darah dapat
jika perlu meningkat
• Fasilitasi secara dini
menentukan sehubungan
pedoman dict dengan
(mis. Piramida rangsangan
makanan) simpatis
• Sajikan kemudian
sesuai • stresmental
mencegah • menurunkan
konstipasi kerja
• Berikan hubungan
protein menurunkan
• Berikan resiko
suplemen serangan
perlu nitrogliserin
12
• Hentikan mempunyai
pemberian standar untuk
makan melalui pengobatan dan
selang mencegah nyeri
nasigastrik jika angin yang selama
asupan oral lebih dari 100
dapatditolerans tahun
i
Edukasi:
• Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
• Ajarkan dict
yang
diprogramkan
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
medikası sebelum
makan (mis.
Peredanvern
antiemenki, jika perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nudent yang
dibutuhkan jika perlu.
2. Setelah diberikan Intoleransi aktivitas • menyebutkan
tindakan keperawatan • kaji respon parameter
selama 3 kali 24 jam klien terhadap membantu
diharapkan pasien dapat aktifitas dalam
berpartisipasi dalam prhatikan mengkaji
aktivitas yang frekuensi nadi respon
13
diinginkan atau >20x /mnt di fisiologi
diperlukan dengan atas frekuensi terhadap stres
kriteria hasil : istirahat aktivitas dan
1) pasien peningkatan td bila ada
melaporkan yg nyata selama merupakan
peningkatan atau aktivitas indikator dari
dalam dyspnea atau kelebihan kerja
toleransi nyeri dada yang berkaitan
aktivitas keletihan dan dengan tingkat
yang dapat kelemahan yang aktivitas
diukur berlebihan • teknik
2) pasien • instruksikan menghemat
menunjukkan pasien tentang energi
penurunan penghematan mengurangi
dalam tanda- energy Berikan penggunaan
tanda dorongan untuk energi lemah
intoleransi melakukan juga
fisiologis aktivitas atau membantu
perawatan diri keseimbangan
bertahap jika supply dan
dapat kebutuhan
ditoleransi oksigen
berikan bantuan
sesuai
kebutuhan
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pasien yang mual dan lemas
Manajemen Nutrisi
• mengonsumsi diet yang seimbang
• Ajarkan untuk mengkonsumsi protein yang cukup
• Observasi Nutrisi yang di butuhkan
• Kendalikan kebutuhan nutrisi untuk mengimbangi fungsi hati dengan baik
14
pemantauan fungsi hati berhubungan dengan gangguan pencernaan pada hati
Manajemen energy
• Identifikasi gangguan fungsi hati
• Monitor aktivitas fisik yang teratur
• Manajemen stress yang efektif
• Makan makanan yang sehat dan bergizi
• Anjurkan penggunaan sumber energi alternatif
• Anjurkan pantau dan evaluasi respons tubuh
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
15
BAB 1V
REVIEW JURNAL
16
penularan pemulung hepatitis B
hepatitis B sampah yang melalui tes
adalah bekerja di HbsAg
pemulung beberapaTPS kepada
sampah di kota sampel darah
Palangka pemulung
Raya. sampah
menggunaka
n metode
Rapid Test.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
infeksi
hepatitis B
berdasarkan
pemeriksaan
HBsAg
positif yaitu
sebanyak
3,1%
responden (1
orang).
3 Hubungan Infeksi Untuk Tidak ada Tingkat 09-05-
pengetahuan hepatitis B mengetahui perbandig pengetahuan 2020
dengan sikap merupakan hubungan an dalam ibu tentang
ibu tentang problem antara tingkat jurnal ini imunisasi
imunisasi kesehatan pengetahuan hepatitis B
hepatitis B masyarakat ibu tentang behubungan
pada bayi didunia. Di imunisasi dengan sikap
indonesia hepatitis b mengimunisa
setiap tahun dengan sikap sikan bayinya
ada 36% bayi ibu di wilayah
yang belum mengimunisa kerja
mendapatkan sikan bayi puskesmas
imunisasi nya di kecamatan
hepatitis b. wilayah kerja panumbanga
Banyak faktor puskesmas n
yang panumbanga
menyebabkan n kecamatan
masyarat panumbanga
enggan n.
mengimunisasi
bayinya salah
satunya adalah
predisposisi
yaitu
pengetahuan
17
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Hepatitis Virus akut masih merupakan penyakit endemis di Indonesia. Hepatitis akut
yang berkembang menjadi kronis ialah hepatitis virus B dan C. Pada pengidap hepatitis
kronis perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mencegah progresi ke arah sirosis hati, bahkan
kanker hati. Untuk itu diperlukan penatalaksanaan yang baik dan terapi yang adekuat bagi
mereka yang memerl ukannya.
Sampai saat ini abat-abat yang beredar di pasaran pill1 belum mampu mengatasi
masalah hepatitis secara maksimal. Kendala yang dihadapi antaranya banyak penderita yang
berpenghasilan rendah, harga obat-obatan mahal dan hasilnya belum tentu maksimaI.
Dengan adanya pengetahuan yang berkembang, diadakan penelitian terhadap
Jombang (Taraxacum officinale Weber et Wiggers) Tumbuhan Asli obat Indonesia yang
mempunyai khasiat dapat mengurangi kerusakkan akibat radikal bebas karena sifatnya
sebagai anti oksida.
5.2 Saran
Diharapkan agar masyarakat Indonesia memahami baI1aya dari penyakit hepatitis terutama
hepatitis B dan C karena dapat menjadi hepatitis kronis, dan kegunaan Herba Jambang
(Taraxacum officinale Weber et Wiggers) sebagai obat alternatif untuk mengatasi hepatitis
virus karena sifatnya sebagai anti oksida.
18
DAFTAR PUSTAKA