Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

P UMUR 44 TAHUN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEPATITIS B DI RUANGAN MARIA
RUMAH SAKIT KARITAS WEETEBULA

Di ajukan guna memenuhi syarat-syarat menyelesaikan masa orientasi


di Rumah Sakit Karitas Weetebula

Di susun oleh:
Ns. Bernardus Dama Nini, S.Kep

RUMAH SAKIT KARITAS WEETEBULA


SUMBA BARAT DAYA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Hepatitis B
2.2 Klasifikasi Hepatitis B
2.3 Etiologi Hepatitis B
2.4 Manifestasi Klinis
2.5 Patofiologi
2.6 Pathway
2.7 Komplikasi
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.9 Penatalaksanaan
2.10 Upaya pencegahan penularang

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis laporan asuhan keperawatan
yang berjudul “Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn. P umur 44 Tahun Dengan Diagnosa
Medis Hepatitis B “ Penyusunan laporan ini disusun guna memenuhi salah satu tugas masa
selesai Orientasi kerja di Rumah Sakit Karitas Weetebula. Penulis menyadari penyusunan
laporan asuhan keperawatan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada:
1. Ketua Yayasan rumah sakit karitas weetabula
2. Dr. Didik Hadi Santosa Direktur Rumah Sakit Karitas Weetabula
3. NS.Sesilia Bouka, M.Kep (Sr Yudith, ADM) Selaku Kepala Bidang Keperawatan
4. Maria Y. Himan, A.Md kep selaku bidang instalasi rawat inap
5. Angela Nana Lestari Amd., Kep selaku pebimbing yang telah memberikan masukan dan
arahan selama penyusunan laporan asuhan keperawatan
6. Tn.P dan keluarga yang telah memberikan kepercayaan
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan ini Penulis menyadari laporan
asuhan keperawatan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan dan perbaikan sehingga akhirnya laporan asuhan
keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Weetebula, 2023

Ns. Bernardus Dama Nini, S.Kep


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, toksin,
atau kimia (termasuk obat) selain itu Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada hati
yang di sebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Keadaan ini mengakibatkan
pembengkakan dan peradangan pada hati, dan sering pula megakibatkan kerusakan hati.
Tak jarang penderita sama sekali tidak merasakan dan menyadari bahwa dirinya
terinfeksi oleh virus hepatitis B karena gejala yang khas seperti flu bahkan bisa tidak
muncul sehingga penderita tidak merasakan keluhan sama sekali (Sulaiman, 2011).
Hepatitis B menjadi masalah kesehatan global karena menyebabkan penyakit hati
kronik dan hepatoma. Gejala dari penyakit hepatitis B ini mungkin bersifat tersembunyi
dan beragam seperti kehilangan nafsu makan, dispepsia, nyeri abdomen, sakit di seluruh
tubuh, malaise, dan kelemahan juga dapat terjadi (Smeltzer, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 Jumlah penderita
hepatitis B di dunia diperkirakan terdapat 350 juta (Astuti, Hutari Puji, & Kusumawati,
2014), dengan prevalensi tertinggi di sub-Sahara Afrika dan Asia Timur. Indonesia
merupakan negara dengan endemis tinggi hepatitis B, terbesar kedua di negara SEAR
(South East Asian Region), setelah Myanmar. Sekitar 240 juta. Data dari World Health
Organization (WHO) pada tahun 2013 terdapat 2 milyar penduduk dunia menderita
penyakit hepatitis B. Sejumlah 240 juta orang menderita penyakit Hepatitis B kronik dan
1,46 juta diantaranya mengalami kematian (WHO, 2013). Mayoritas (85%) kematian
virus hepatitis terjadi di Asia, Afrika Timur, Afrika Utara dan Afrika Barat. Di Indonesia
sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi
hepatitis di indonesia, yaitu rata-rata 0.4% dari hasil diagnosis dokter umum dan spesialis
(Riskesdas, 2018). Di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil riset kesehatan
tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi hepatitis di NTT, yaitu rata-rata 0.3% dari hasil
diagnosis dokter umum dan spesialis (Riskesdas, 2018). Data pasien hepatitis B
RS.Karitas Weetebula bulan September 2022-Januari 2023 berjumlah 2 orang (Rekam
Medik RS.Karitas).
Peran perawat dalam penatalaksanaan hepatitis meliputi pemberian pendidikan
kesehatan dan Asuhan keperawatan merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan kepada individu, untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan tersebut dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang nampak pada pasien dan
mengevaluasi seluruh tindakan yang telah dilakukan (Teli, 2018).
Berdasarkan latar belakang yang ada penulis merasa penting untuk mengetahui
secara lebih mendalam tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan hepatitis B di
Ruang Maria RS Karitas Weetebula 18-21 Januari 2023.

1.2 Tujuan penulisan


1. Tujuan umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan terhadap pasien dengan hepatitis
B di ruang Maria Rumah Sakit Karitas Weetebula.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit Hepatitis B yang meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan dari
hepatitis B baik secara medis maupun keperawatan.
b. Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan Hepatitis B yang
meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan fokus intervensi
keperawatan.
c. Menjelaskan dan menganalisa asuhan keperawatan pasien dengan Hepatitis B
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
3. Manfaat penulisan
a) Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai kepustakaan bagi mahasiswa dalam menyusun
asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis B
b) Bagi lahan praktik
Dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan di
bidang keperawatan khususnya pada pasien dengan Hepatitis B.
c) Bagi masyarakat
Sebagai materi dan sumber pengetahuan dalam merawat anggota keluarganya
yang menderita penyakit Hepatitis B.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hepatitis B


Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan infeksi bakteri,
virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan zat berbahaya lainnya.
(Kemenkes RI, 2016) Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B yang merusak hati dengan masa inkubasi 14-160 hari.
Hepatitis B adalah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh virus hepatitis
B (VHB) yang menyerang hati, menyebabkan nekrosis dan peradangan pada sel sel hati.
Infeksi virus hepatitis B ini dapat berkembang menjadi akut maupun kronik dan
merupakan penyakit yang bersifat progresif (WHO, 2017).

2.2 Klasifikasi Hepatitis B


Menurut Kemenkes RI (2016), Hepatitis B dibagi menjadi dua, yakni:
1. Hepatitis B Akut
Hepatitis B Akut merupakan hepatitis B dari golongan virus DNA yang penularannya
vertikal 95% terjadi saat masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intrauterin.
Penularan Horisontal melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tatto
dan transplantasi organ. Hepatitis B akut memiliki masa inkubasi 60-90 hari
2. Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik merupakan perkembangan dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadi
infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95%
akan menjadi Hepatitis kronik. Sedangkan bila penularan terjadi saat usia balita, maka
20-3- % menjadi penederita Hepatitis B kronik dan bila penularan saat dewasa maka
hanya 5% yang menjadi penderita Hepatitis kronik.

2.3 Etiologi Hepatitis B


Penyakit Hepatitis B menurut Susan Smeltzer (dalam Brunner and Suddarth,
2015), yaitu:
1. Penularan melalui cairan tubuh
Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B.
Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan
vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan
seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang
tertular penyakit ini. bu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan
kepada bayinya melalui jalan lahir.
2. Konsumsi alkohol
Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol
berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi
gagal hati atau sirosis.
3. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan
hepatitis.
4. Autoimun
Pada Hepatitis terutama Hepatitis B, sistem imun tubuh justru menyerang dan
merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga
menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang
ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding
pria.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Malaise/lesu/kelelahan.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mal dan nyeri uluhati
4. Demam ringan.
5. Nyeri abdomen kuadran dextra bagian atas, regio hipokondria dextra atas
6. Kencing berwarna seperti teh.
7. Ikterik.
8. HbsAg (Hepatitis B surface Antigen) positif.
9. HbeAg (Hepatitis B E-Antigen, anti-Hbe dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino
Transferase), HBV DNA (Hepatitis B Virus-Deoxyyribunukleic Acid) positif.
10. Berlangsung >6 bulan.

2.5 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan pada oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri seiring dengan berkembangnya imflamasih pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sisitem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuatran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan selo parenkim hati. Walaupun jumlah
bilirubin yang belum mengalami konjungasi masuk kedalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intra hepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkuta bilirubin tersebbut dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hati konjungaasi akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus. Karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi ) dan resusitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjungasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kerusakan dalam pengangkutan, konjungasi dan
eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh kerena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjungasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
kedalm kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkunjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus (Dwi Yulia, 2019).
2.6 Pathway

Pengaruh alcohol, Inflamasi pada Hepar


virus hepatitis, toksi

Gangguan suplai Hipertermi Perengangan kapsula hati


darah normal pd sel-

Perasaan tidak nyaman Hepatomegali


Kerusakan sel Paremkim, di kuadran kanan atas
sel hati & ductuli empedu Anoreksi
a
Nyeri Akut
gangguan metabolism
Ketidakseimbangan
kaborhidrat, protein & lemak
nutrisi kurang dari
Obstruks kebutuhan
i
Glikogenesis menurun
Gangguan
kerusakan konjugasi
ekskresi
Glukogenesis
menurun Bilirubin tidak sempurna
Retensi bilirubin
dikeluarkan melalui ductus
Glukosa dalam darah berkurang hepatikus
Regurgitasi pada ductuli Bilirubin direk
Resiko ketidak empedu intra hepatik meningkat
stabilan gula darah
Bilirubin direk Ikterus
meningkat
Cepat lelah
Peningkatan garam Larut dalam air
empedu dalam darah
Intoleransi aktifitas
Ekskresi kedalam kemih
Pruritus

Bilirubin dan kemih


Perubahan berwarna gelap
Kenyamanan

Resiko gangguan
fungsi hati

(Nurarif, 2015)
2.7 Komplikasi Hepatitis B
Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):

3 Ensefalopati hepatic terjadi


pada kegagalan hati berat
yang disebabkan
4 oleh akumulasi amonia serta
metabolic toksik merupakan
stadium lanjut
5 ensefalopati hepatic.
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
ammonia serta metabolic toksik merupakan stadium lanjut Ensefalopati hepatic
2. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak didapatkan pada alkoholik
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti
oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin berat jaringan parut
yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma
5. Edema serebral, hipoglikemia, hipotensi, dan sepsis
6. Gagal ginjal, gangguan elektrolit dan gangguan pernapasan
7. Hepatitis kronik persisten
8. Hepatitis agresif
9. Perkembangan karsinoma hepato seluler

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013) pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada pasien dengan Hepatitis B adalah:
1. ASR (SGOT)/ALT (SGPT) Awalnya meningkat.
Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim-enzim intra seluler yang terutama berada di jantung,
hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkatkan pada
kerusakan hati.
2. Darah Lengkap (DL)
Eritrosit menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit (gangguan enzim
hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia Trombositopenia mungkin ada (splenomegaly).
4. Diferensia Darah Lengkap Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel
plasma.
5. Feses
Warna seperti tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
6. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati
dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
7. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A.
8. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A).
9. Masa protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang
meningkat absorbs vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
10. Bilirubin Serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
11. Biopsi Hati
Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis.
12. Scan Hati
Membantu dalam perkiraaan beratnya kerusakan parenkin hati.
13. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan ekskresi bilirubin mengakibatkan
hiperbilirubinemia terkonjugasi larut dalam air, ia di sekresi dalam urin
menimbulkan bilirubinuria.
2.9 PENATALAKSANAAN
Menurut Elizabeth J. Corwin (2016) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari:
1. Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alcohol. Alkohol

memperburuk stadium dan mempercepat perburukan HBV dan khususnya HCV.

2. Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara

bertahap untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa (IFN-α), suatu sitokin panen

telah dipakai untuk mengobati HBV dan HCV. Suntikan biasanya diberikan 3 kali

seminggu selama minimal 3 bulan. Keefektifan IFN-α untuk kedua infeksi

tersebut bervariasi. Interferon umunya di kontraindikasikan bagi penderita

penyakit hati yang berada pada stadium lanjut.

3. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse

transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis.

Analognukleotida seperti lamivudine dan rivabirin, biasanya ditoleransi dengan baik

sehingga sering dijadikan obat pilihan utama bagi pasien hepatitis.

4. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog nukleotida adalah

pengobatan yang sangat berhasil untuk saat ini. Interferon termodifikasi

disebut interferon pegilase atau penginterferon mempunyai paruh waktu lebih

lama disbanding IFN-α dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang.

5. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni yang

spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap

infeksi. Imunitas ini bersifat sementara. Tersedia vaksin HAV yang dibuat dari virus

hepatitis inaktif IFN-α untuk kedua infeksi tersebut bervariasi. Interferon

umunya di kontraindikasikan bagi penderita penyakit hati yang berada pada stadium

lanjut.

6. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse

transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis.


Analognukleotida seperti lamivudine dan rivabirin, biasanya ditoleransi dengan baik

sehingga sering dijadikan obat pilihan utama bagi pasien hepatitis.

7. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog nukleotida adalah

pengobatan yang sangat berhasil untuk saat ini. Interferon termodifikasi

disebut interferon pegilase atau penginterferon mempunyai paruh waktu lebih

lama disbanding IFN-α dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang.

8. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni yang

spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap

infeksi. Imunitas ini bersifat sementara. Tersedia vaksin HAV yang dibuat dari virus

hepatitis inaktif
1. Ensefalopati hepatic terjadi
pada kegagalan hati berat yang
disebabkan
oleh akumulasi amonia serta
metabolic toksik merupakan
stadium lanjut
ensefalopati hepatic.
2. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas
akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak didapatkan pada
alkoholik.
3. Komplikasi yang sering
adalah serosis, pada serosis
kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan
parut (sikatrik) semakin
parah kerusakan,
semakin berat jaringan
parut yang terbentuk dan
semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma.
5. Edema serebral,
hipoglikemi, hipotensi, dan
sepsis.
6. Gagal ginjal, gangguan
elektrolit, gangguan
pernafasan.
7. Sindroma Guilain Baire.
8. Hepatitis kronik persisten.
9. Hepatitits agresif.
10. Perkembangan karsinoma
hepato seluk
ataupun hepatitis
kronik.penularan melalui
transfuse darah dan jarum
suntik.
G. KOMPLIKASI
1. Ensefalopati hepatic terjadi
pada kegagalan hati berat yang
disebabkan
oleh akumulasi amonia serta
metabolic toksik merupakan
stadium lanjut
ensefalopati hepatic.
2. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas
akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak didapatkan pada
alkoholik.
3. Komplikasi yang sering
adalah serosis, pada serosis
kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan
parut (sikatrik) semakin
parah kerusakan,
semakin berat jaringan
parut yang terbentuk dan
semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma.
5. Edema serebral,
hipoglikemi, hipotensi, dan
sepsis.
6. Gagal ginjal, gangguan
elektrolit, gangguan
pernafasan.
7. Sindroma Guilain Baire.
8. Hepatitis kronik persisten.
9. Hepatitits agresif.
10. Perkembangan karsinoma
hepato seluler.
K
1. Ensefalopati hepatic terjadi
pada kegagalan hati berat yang
disebabkan
oleh akumulasi amonia serta
metabolic toksik merupakan
stadium lanjut
ensefalopati hepatic.
2. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas
akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak didapatkan pada
alkoholik.
3. Komplikasi yang sering
adalah serosis, pada serosis
kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan
parut (sikatrik) semakin
parah kerusakan,
semakin berat jaringan
parut yang terbentuk dan
semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma.
5. Edema serebral,
hipoglikemi, hipotensi, dan
sepsis.
6. Gagal ginjal, gangguan
elektrolit, gangguan
pernafasan.
7. Sindroma Guilain Baire.
8. Hepatitis kronik persisten.
9. Hepatitits agresif.
10. Perkembangan karsinoma
hepato sel
2.10 Upaya Pencegahan Penularan
Penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu penularan horizontal
dan vertikal. Penularan horizontal HBV dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu
penularan perkutan, melalui selaput lendir atau mukosa. Mother-to-child-transmission
(MTCT) terjadi dari seorang ibu hamil yang menderita hepatitis B akut atau pengidap
prsisten HBV kepada bayi yang dikandungnya atau dilahirkannya. Penularan HBV in-
utero, penularan perinatal dan penularan post natal. Penularan HBV in-utero ini sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti, karena salah satu fungsi dari plasenta adalah
proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan infeksi in-utero jika dalam satu bulan
postpartum sudah menunjukkan Hepatitis B (Ajeng, 2017).
Menurut soewignjo (2008) adapun upaya pencegahan HbsAg ibu hamil pada
anaknya adalah:
1. Cara pencegahan infeksi VHB pascapaparan Hepatitis B Immune Globuline adalah
suatu sediaan anti-HBs titer tinggi yang dimurnikan dari plasma yang diambil dari
individu anti-HBs positif titer tinggi. HBIG dipergunakan untuk pencegahan infeksi
VHB pascapaparan, yaitu pencegahan infeksi paparan terhadap sumber infeksi VHB
telah terjadi sebelumm tindakan pencegahan, misalnya penularan dari ibu kepada
anak, penularan dari tusukan tidak sengaja dan penularan dari hubungan kelamin
dengan seorang karer. HBIG tidak diberikan bila paparan telah terjadi 7 hari atau
lebih.
2. Pencegahan penularan vertical Telah diketahui bahwa vaksin hepatitis B diberikan
kepada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu Hepatitis B dan HBeAg positif segera
setelah dilahirkan, penularan infeksi dapat dicegah pada 75% bayi. Sedangkan bila di
samping vaksin juga diberikan HBIG, ditemukan peningkatan efektivitas pencegahan
penularan vertical sebanyak 10-15% sehingga tercapai efektifitas 85-90%. Karena itu,
tindakan pencegahan standar yang diberikan kepada bayi yag lahir dari ibu Hepatitis
B di amerika serikat adalah memberikan 100 IU HBIG secara intramuscular dan
memberikan vaksin hepatitis B intra muscular dosis lain dan vaksin ini di ulang pada
umur 1 blan dan 6 bulan. Program pencegahan penularan ini telah dilakukan secara
luas di jepang dan dilakukan pemerikaan HBsAg dan HBeAg positif, dilakukan
pemberian HBIG dan vaksin hepatitis B untuk mencegah penulatran infeksi VHB
vertical. Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan yang paling efektif untuk
mencegah penularan penyakit Hepatitis B yang dianjurkan WHO (World Health
Organization) melalui program The Expanded Program On Immunitation (EPI)
merekomendasikan pemberian vaksinasi terhadap 7 jenis antigen penyakit sebagai
imunisasi rutin di negara berkembang, yaitu: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis
B.
3. Pendidikan Kesehatan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penuran hepatitis B
adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang Hepatitis B yang meliputi
tokoh masyarakat dan keluarga

2.11Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan individu dilakukan fokus pada keluhan yang dialami
pasien dan pemeriksaan fisik. pengkajian keluhan pasien dilakukan dengan cara
wawancara sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi,
palpasi dan perkusi (Teli, 2018). Keluhan utama pada klien dengan hepatitis meliputi
keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa
pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok
(Brunner & Suddarth, 2015).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang individu,
keluarga atau masyarakat akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan individu difokuskan terhadap masalah
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perumusannya mengunakan diagnosis
keperawatan berdasarkan SDKI disesuaikan dengan data/karakteristik lain (SDKI,
2015).
Menurut Nurarif (2015) dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis. Ada 6 diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan
hepatitis yaitu:
1) hipertermia b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadapt inflamasi
hepar.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perasaan tidak nyaman
di kwadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual,
muntah.
3) Nyeri akut b.d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan
vena porta.
4) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum, ketidak-seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
5) Risiko gangguan fungsi hati b.d penurunan fungsi hati dan terinfeksi virus
hepatitis.
6) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan metabolisme kaborhidrat
lemak dan protein, kurang penerimaan terhadap diagnostic dan asupan diet yang
tepat.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan tahapan penyusunan strategi intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami
pasien. 39 Perencanaan diawali dengan menyusun kriteria hasil atau NOC dan
dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan atau NIC (Teli, 2018).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahapan melakukan rencana tindakan
sesuai kondisi pasien. Implementasi sepenuhnya mengacu pada rencana tindakan yang
disusun. Tindakan keperawatan berupa perawatan langsung maupun tindakan
kolaboratif lainnya, penyuluhan kesehatan dan juga rujukan jika pasien membutuhkan
perawatan lanjutan (Teli, 2018).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriterial yang ditetapkan untuk melihat keberhasilannya (Teli,
2018).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. P No. RM : 09050
Usia : 73 Tahun Tanggal MRS : 18-01-2023
Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl Pengkajian : 18-01-2023
Alamat : Kodi Utara Sumber Informasi :Pasien
No. Tlp :- Nama Keluarga yg Dapat
Status Pernikahan: Menikah Dihubungi : Ny. N
Agama : katolik Status : Istri
Suku : Kodi Alamat : Kodi Utara
Pendidikan : SD No. Tlp :-
Pekerjaan : Petani Pendidikan :SD
2. Keluhan Utama:
a. Saat MRS : seluruh badan tampak menguning, mual
muntah, sakit perut bagian sebelah kanan atas dan terasa keras
b. Saat Pengkajian : seluruh badan tampak menguning, sakit perut bagian
sebelah kanan atas dan terasa keras
3. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien mengatakan tanggal 18-01 2023 datang ke IGD
dengan keluhan <1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit perut bagian sebelah kanan
bagian atas, pasien pergi berobat ke dokter praktek dan tidak ada perubahan, makin
parah kondisi kesehatan sehingga datang berobat ke Rumah Sakit
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu: tidak ada
5. Penyakit yang pernah dialami : batuk dan pilek
6. Alergi (obat, makanan, plester, dll): tidak ada
7. Imunisasi: BCG, Hepatitis, Polio, Campak, DPT

8. Kebiasaan

Jenis Frekuensi Jumlah

Merokok Sering 12 batang perhari


Minum Kopi 1 perhari 250cc

Alkoholisme Tidak menentu 250cc

9. Obat-obatan yang digunakan

Jenis Lamanya Dosis

Tidak ada - -

10. Riwayat Keluarga

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Tinngal Serumah
----------: Ada Hubungan
: Pasien
11. Riwayat Lingkungan

Jenis Rumah

Kebersihan Bersih

Bahaya Kecelakaan Tidak ada

Polusi Tidak ada

Ventilasi Ada

Pencahayaan Terang

12. Pola Aktivitas-Latihan


Jenis Di Rumah Di RS

Makan/minum Dibantu Dibantu

Mandi Dibantu Dibantu

Berpakaian/berdandan Dibantu Dibantu

Toiletting Dibantu Dibantu

Mobilitas di tempat tidur Dibantu Dibantu

Berpindah Dibantu Dibantu

Berjalan Dibantu Dibantu

Naik tangga Dibantu Dibantu

13. Pola Nutrisi-Metabolik

Jenis Di Rumah Di RS

Jenis diet/makanan - Diet lunak

Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari

Porsi yang dihabiskan ½ porsi ¾ porsi

Komposisi menu Nasi Nasi lembek

Pantangan Tidak ada Tidak ada

Nafsu makan Menurun Menurun

Fluktuasi BB 6 bln terakhir Ada Ada

Sukar menelan (padat/cair) Tidak Tidak

Pemakaian gigi palsu (area) Tidak ada Tidak ada

Riw. Mslh penyembuhan luka Tidak ada Tidak ada


14. Pola Eliminasi

Jenis Di Rumah Di RS

BAB

Frekuensi/pola 1x/2 hari 2x/hari

Konsistensi keras Lembek

Warna & bau Kuning kegelapan Kuning kegelapan

BAK

Frekuensi/pola 2x/hari 3-4x/hari

Warna & bau Kuning pekat Kuning pekat

Konsistensi Cair Cair

15. Pola Tidur-Istirahat

Jenis Di Rumah Di RS

Tidur siang

Lamanya 1-2 menit/hari 30-60 jam/hari

Tidur malam

Lamanya 5-6 jam/hari 3-4 jam/hari

16. Pola Kebersihan Diri

Jenis Di Rumah Di RS

Mandi : Frekuensi 1x/2 hari 2x/hari

Penggunaan sabun Menggunakan Menggunakan

Penggunaan sampo Menggunakan Menggunakan

Gosok gigi : Frekuensi 1x/hari 1x/hari

Penggunaan odol Menggunakan Menggunakan


17. Pola Toleransi-Koping Stres

o Pengambil Keputusan : Sendiri dan dibantu istri


18. Pola Peran-Hubungan

o Peran dalam keluarga : sebagai kepala rumah tangga


o Sistem pendukung : Istri dan Anak
19. Pola Komunikasi

o Bicara : Normal, Mampu mengerti pembicaraan orang lain


Bahasa utama : Indonesia
Bahasa daerah: Kodi
o Tempat tinggal: Bersama keluarga
o Kehidupan keluarga :
Adat istiadat yang dianut : tidak ada
Pantangan adat dan agama yang dianut : tidak ada
Penghasilan keluarga : Diatas Rp 1juta-2 juta
20. Pola Seksualitas

o Masalah dalam hubungan seksual selama sakit : Tidak ada


o Upaya yg dilakukan pasangan : Perhatian, Sentuhan dan kehadiran
21. Pola Nilai dan Kepercayaan

o Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda : Ya


o Kegiatan agama/kepercayaan yang dilakukan di rumah (jenis & frekuensi): Setiap
hari minggu pergi gereja

3.2 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda vital : TD : 90/60mmHg Suhu : 36,8 c
RR : 22x/mnt Nadi : 90x/mnt
c. Tinggi badan : 168 cm Berat badan : 69 kg
2. Kepala dan leher
a. Kepala : Bentuk Bulat Massa: tidak ada
Distribusi rambut: merata Warna kulit kepala: putih
b. Mata : Bentuk : simetris Konjungtiva: anemis dan kuning
Ikterus : ya
Pupil : Reaksi terhadap cahaya baik
Fungsi penglihatan : Baik
c. Hidung : Bentuk :simetris Warna: sawo matang
Pembengkakan: tidak ada Nyeri: tidak ada
Mulut dan tenggorokan
Warna bibir: pucat Mukosa: lembab
Ulkus: tidak ada Lesi: tidak ada
Massa: tidak ada Warna Lidah: tidak ada
Perdarahan gusi : tidak ada Karies : tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada Sakit tenggorokan: tidak ada
Gangg. Bicara: tidak ada

d. Telinga : Bentuk: simetris Lesi: tida ada


Massa: tidak ada
Nyeri: tidak ada Fgs pendengaran: baik
e. Leher : Kekakuan: tidak ada kelainan Nyeri/nyeri tekan: tidak ada
Benjolan/massa: tidak ada Keterbatasan gerak: tidak ada
Vena Jugularis: tidak ada kelainan Tiroid: tidak ada kelainan
3. Dada :
a. Jantung :
a) Inspeksi & palpasi : tidak ada kelainan
b) Perkusi : sonor
c) Auskultasi : vesikuler
b. Paru :
a) Inspeksi : simetris
b) Palpasi : tidak ada kelaina
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : vesikuler
4. Abdomen
a. Inspeksi : tampak penonjolan pada kuadran kanan atas
b. Auskultasi : bising usus 14x/menit
c. Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas
P: Nyeri perut bagian kanan atas
Q: Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Diperut sebelah kanan
S: Skala 6
T: Saat beraktivitas
d. Perkusi : timpani

5. Genitalia : Inspeksi: tidak ada kelainan


Palpasi: tidak ada kelainan
Keluhan: Tidak ada keluhan
6. Ekstremitas : Kekuatan otot: 4.4.4.4
Kontraktur: tidak ada Pergerakan: lemas
Deformitas: tidak ada Pembengkakan: tidak ada
Edema: tidak ada Nyeri: tidak
Nyeri tekan: tidak ada Pus/luka: tidak ada
7. Kulit dan kuku
Kulit : Warna: kuning Jaringan parut: tidak ada
Lesi: tidak ada Suhu: tidak ada
Tekstur: kasar Turgor: tidak ada
Kuku : Warna: kuning Bentuk: simetris
Lesi: tidak ada CRT: <3 detik
3.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Pemeriksaan Darah Hasil Nilai rujukan
lengkap
Leukosit (WBC) 17.200/mm3 5.000-10.000
Limfosit 4,7% 20-40
Trombosit 532/ul 150.000-400.000
Basofil 0,4% 0-1
Haemoglobin 5,7gr/dl 14-18
Neutrofil 87,1% 0-3
Eritrosit (RBC) 2,54 juta 4,7-6,1
Monosit 7,1% 3-7
Hematokrit (HCT) 19,2% 42-52
Eosinophil 0,7% 1-2
Gula Darah 70mg/dl <200
Sewaktu
Ureum 52,1mg/dl 10-20
Kreatinin 2,1mg/dl 0,5-1,1
SGOT 78u/l 0-35
SGPT 9u/l 4-36
Golongan Darah O

 USG
Parenkim liver disease
Ascites minimal di para-liver
3.4 Pengobatan
1. Pantoprazole 1x40mg
2. Cefotaxime 3x1gr
3. Fibumin 2x1kapsul
4. Curcuma 3x200mg
5. Infus ns 8tpm
6. Vaskon 2 ampl dalam 42 cc Ns

3.5 Perencanaan Pulang


o Tujuan pulang : ke rumah
o Transportasi pulang : transportasi umum (BUS )
o Dukungan keluarga : Ada
o Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : Ada
o Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : Ada

Weetebula,

TTD

Ns. Bernardus Dama Nini, S.Kep


o ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

Ds: Pasien mengatakan nyeri Pembesaran diperut Nyeri akut


perut sebelah kanan bagian
atas Mendesak organ

P : Nyeri perut Rasa tidak nayam Nyeri


pada abdomen
Q : Nyeri seperti ditusuk –
tusuk Merangsang sel mast
R : Di perut sebelah kanan mengeuluarkan mediator
bagian atas nyeri
S : Skala nyeri 6 Nosiseptor terangsang
T : Saat beraktivitas Proses tranduksi, transmisi,
Do: - Wajah pasien tampak mudulasi, persepsi nyeri
menyeringai saat beraktivitas
dan kesakitan jika di tekan
pada perut
TTV : TD : 90/60 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,5◦c
RR : 20x/menit
Ds: pasien mengatakan tidak Hepato megali Ketidakseimbangan nutrisi
nafsu makan, porsi makanan kurang dari kebutuhan tubuh
tidak dihabiskan Perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas
-IMT 18,4 kategori gizi
kurang Gangguan metabolism GI

-adanya reflex mual. Anoreksia, anoreksia,


nausea, vomitus
- Porsi makan pasien 4
sendok makan Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
- Berat badan sebelum sakit :
69 kg, berat badan saat
sakit : 60 kg
- HB :5,7mg/dl
- Gula darah :70mg/dl
Ds: Pasien mengatakan Glukoginesis menurun Intoleransi aktivitas
lemas
Glikogen dalam hepar
Do: - Pasien tampak lemah -
Konjungtiva anemis berkurang glukosa dalam
darah berkurang
- Porsi makan pasien 4
sendok makan cepat lelah
- Berat badan sebelum sakit :
69 kg, berat badan saat
sakit : 60 kg
- HB :5,7mg/dl
- Gula darah :70mg/dl
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)

No Tangga Diagnosis Keperawatan Tanggal Tanda


. l Teratasi Tangan
Muncul

1. Nyeri akut b.d agen pencedera


fisiologis (inflamasi)

2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan


mencerna nutrient

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien :
No.Reg :

No Diagnosis
No Tgl Tujuan & Kriteria Standart NIC TTD
Dx Keperawatan

SLKI

No Luaran 1 2 3 4 5

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.

IMPLEMENTASI
Nama Pasien :
Diagnosa Medis:

No.
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TTD
Dx
EVALUASI

Tgl/Jam No.Diagnosa Evaluasi PARAF

S:

O:

SLKI:

No Luaran Awal Target Akhir

A:
P:
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakann asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Hepatitis B di ruang Maria Rumah Sakit Karitas Weetabula, maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pengkajian keperawatan pada Tn.P dengan hepatitis B di Maria RS. Karitas
Weetebula adalah nyeri perut kanan, mual muntah, badan lemas dan nafsu makan
menurun, tingkat kesadaran pasien secara kualitatif adalah compos mentis dengan
GCS E4, V5, M6, tanda vital didapatkan tensi 90/60 mmHg, suhu 38 C, nadi
84x/menit, pernapasan 22x/menit, pasien terpasang infus nacl 0,9% 500 cc/ 8 jam
dengan cosmo nomor 20 pada tangan bagian metacarpal dekstra.
2. Diagnosa keperawatan yang di angkat pada kasus Tn. P ada tiga diagnosa
keperawatan yang didapatkan yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan pada hepar dibuktikan dengan
pasien tampak meringis kesakitan adanya pembengkakan pada perut kanan atas,
nyeri yang dirasakan tertikam, nyeri menetap pada perut kanan atas dan tidak
menyebar skala nyeri 6 dan pasien tampak meringis kesakitan. TTV: tensi 90/60
mmHg, suhu 38 C, nadi 84x/menit, pernapasan 22x/menit.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual dan muntah dibuktikan dengan porsi makanan tidak dihabiskan,
IMT 18,4 kategori gizi kurang, adanya reflex mual.
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit
dibuktikan dengan keadaan umum lemah, aktifitas dibantu asupan nutrisi tidak
adekuat.
3. Dalam perencanaan difokuskan pada manajemen nyeri, manajemen nutrisi dan
manajemen energi.
4. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah disusun.
5. Evaluasi keperawatan dari 3 diagnosa keperawatan sejak 3 hari perawatan.
1) Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan pada hepar:
masalah teratas teratasi sebagian.
2) Diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia mual dan muntah: masalah teratasi sebagian.
3) Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelamahan fisik
dan proses penyakit: belum teratasi sebagian.
4.2 Saran
1. Bagi klien
Hasil penyusun ini diharapkan agar klien dapat membangun tekad dan dapat
lebih memotivasi diri untuk sehat, mennyikapi kondisi sakit dengan optimis dan
melakukan penatalaksanaan penyakit sesuai dengan saran dokter
2. Bagi penulis
Hasil penyusun ini diharapkan dapat memperoleh pengalamann dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan malaria falciparum
3. Untuk ruang Maria Rumah Sakit Karitas Weetabula
Diharapakn untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
kesehatan yang baik semoga laporan ini dapat menjadi sumber informasi bagi tim
medis dalam penanganan pasien Hepatitis B di ruang maria
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Yulia. (2019). Virus Hepatitis B Ditinjau dari Aspek Laboratorium. Jurnal
Kesehatan Andalas, 8(4), 247–254.
Han ddk. (2019). Situasi Penyakit Hepatitis B di Indonesia. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Hasil Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI Situasi hepatitis B. Jakarta Selatan.
Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta: Medication.
Smeltzer, S.C., & Brenda G.B. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8, vol 2. Terjemahan oleh Monica Ester. 2015 Jakarta: EGC
Sulaiman, A. (2011) Buku Ajar Penyakit Hati, Jakarta: EGC
Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang: Lima
Bintang.

Anda mungkin juga menyukai