P UMUR 44 TAHUN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEPATITIS B DI RUANGAN MARIA
RUMAH SAKIT KARITAS WEETEBULA
Di susun oleh:
Ns. Bernardus Dama Nini, S.Kep
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Manfaat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis laporan asuhan keperawatan
yang berjudul “Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn. P umur 44 Tahun Dengan Diagnosa
Medis Hepatitis B “ Penyusunan laporan ini disusun guna memenuhi salah satu tugas masa
selesai Orientasi kerja di Rumah Sakit Karitas Weetebula. Penulis menyadari penyusunan
laporan asuhan keperawatan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada:
1. Ketua Yayasan rumah sakit karitas weetabula
2. Dr. Didik Hadi Santosa Direktur Rumah Sakit Karitas Weetabula
3. NS.Sesilia Bouka, M.Kep (Sr Yudith, ADM) Selaku Kepala Bidang Keperawatan
4. Maria Y. Himan, A.Md kep selaku bidang instalasi rawat inap
5. Angela Nana Lestari Amd., Kep selaku pebimbing yang telah memberikan masukan dan
arahan selama penyusunan laporan asuhan keperawatan
6. Tn.P dan keluarga yang telah memberikan kepercayaan
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan ini Penulis menyadari laporan
asuhan keperawatan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan dan perbaikan sehingga akhirnya laporan asuhan
keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Weetebula, 2023
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan pada oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri seiring dengan berkembangnya imflamasih pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sisitem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuatran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan selo parenkim hati. Walaupun jumlah
bilirubin yang belum mengalami konjungasi masuk kedalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intra hepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkuta bilirubin tersebbut dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hati konjungaasi akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus. Karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi ) dan resusitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjungasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kerusakan dalam pengangkutan, konjungasi dan
eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh kerena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjungasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
kedalm kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkunjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus (Dwi Yulia, 2019).
2.6 Pathway
Resiko gangguan
fungsi hati
(Nurarif, 2015)
2.7 Komplikasi Hepatitis B
Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):
bertahap untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa (IFN-α), suatu sitokin panen
telah dipakai untuk mengobati HBV dan HCV. Suntikan biasanya diberikan 3 kali
5. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni yang
spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap
infeksi. Imunitas ini bersifat sementara. Tersedia vaksin HAV yang dibuat dari virus
umunya di kontraindikasikan bagi penderita penyakit hati yang berada pada stadium
lanjut.
8. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni yang
spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap
infeksi. Imunitas ini bersifat sementara. Tersedia vaksin HAV yang dibuat dari virus
hepatitis inaktif
1. Ensefalopati hepatic terjadi
pada kegagalan hati berat yang
disebabkan
oleh akumulasi amonia serta
metabolic toksik merupakan
stadium lanjut
ensefalopati hepatic.
2. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas
akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak didapatkan pada
alkoholik.
3. Komplikasi yang sering
adalah serosis, pada serosis
kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan
parut (sikatrik) semakin
parah kerusakan,
semakin berat jaringan
parut yang terbentuk dan
semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma.
5. Edema serebral,
hipoglikemi, hipotensi, dan
sepsis.
6. Gagal ginjal, gangguan
elektrolit, gangguan
pernafasan.
7. Sindroma Guilain Baire.
8. Hepatitis kronik persisten.
9. Hepatitits agresif.
10. Perkembangan karsinoma
hepato seluk
ataupun hepatitis
kronik.penularan melalui
transfuse darah dan jarum
suntik.
G. KOMPLIKASI
1. Ensefalopati hepatic terjadi
pada kegagalan hati berat yang
disebabkan
oleh akumulasi amonia serta
metabolic toksik merupakan
stadium lanjut
ensefalopati hepatic.
2. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas
akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak didapatkan pada
alkoholik.
3. Komplikasi yang sering
adalah serosis, pada serosis
kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan
parut (sikatrik) semakin
parah kerusakan,
semakin berat jaringan
parut yang terbentuk dan
semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma.
5. Edema serebral,
hipoglikemi, hipotensi, dan
sepsis.
6. Gagal ginjal, gangguan
elektrolit, gangguan
pernafasan.
7. Sindroma Guilain Baire.
8. Hepatitis kronik persisten.
9. Hepatitits agresif.
10. Perkembangan karsinoma
hepato seluler.
K
1. Ensefalopati hepatic terjadi
pada kegagalan hati berat yang
disebabkan
oleh akumulasi amonia serta
metabolic toksik merupakan
stadium lanjut
ensefalopati hepatic.
2. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas
akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak didapatkan pada
alkoholik.
3. Komplikasi yang sering
adalah serosis, pada serosis
kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan
parut (sikatrik) semakin
parah kerusakan,
semakin berat jaringan
parut yang terbentuk dan
semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma.
5. Edema serebral,
hipoglikemi, hipotensi, dan
sepsis.
6. Gagal ginjal, gangguan
elektrolit, gangguan
pernafasan.
7. Sindroma Guilain Baire.
8. Hepatitis kronik persisten.
9. Hepatitits agresif.
10. Perkembangan karsinoma
hepato sel
2.10 Upaya Pencegahan Penularan
Penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu penularan horizontal
dan vertikal. Penularan horizontal HBV dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu
penularan perkutan, melalui selaput lendir atau mukosa. Mother-to-child-transmission
(MTCT) terjadi dari seorang ibu hamil yang menderita hepatitis B akut atau pengidap
prsisten HBV kepada bayi yang dikandungnya atau dilahirkannya. Penularan HBV in-
utero, penularan perinatal dan penularan post natal. Penularan HBV in-utero ini sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti, karena salah satu fungsi dari plasenta adalah
proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan infeksi in-utero jika dalam satu bulan
postpartum sudah menunjukkan Hepatitis B (Ajeng, 2017).
Menurut soewignjo (2008) adapun upaya pencegahan HbsAg ibu hamil pada
anaknya adalah:
1. Cara pencegahan infeksi VHB pascapaparan Hepatitis B Immune Globuline adalah
suatu sediaan anti-HBs titer tinggi yang dimurnikan dari plasma yang diambil dari
individu anti-HBs positif titer tinggi. HBIG dipergunakan untuk pencegahan infeksi
VHB pascapaparan, yaitu pencegahan infeksi paparan terhadap sumber infeksi VHB
telah terjadi sebelumm tindakan pencegahan, misalnya penularan dari ibu kepada
anak, penularan dari tusukan tidak sengaja dan penularan dari hubungan kelamin
dengan seorang karer. HBIG tidak diberikan bila paparan telah terjadi 7 hari atau
lebih.
2. Pencegahan penularan vertical Telah diketahui bahwa vaksin hepatitis B diberikan
kepada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu Hepatitis B dan HBeAg positif segera
setelah dilahirkan, penularan infeksi dapat dicegah pada 75% bayi. Sedangkan bila di
samping vaksin juga diberikan HBIG, ditemukan peningkatan efektivitas pencegahan
penularan vertical sebanyak 10-15% sehingga tercapai efektifitas 85-90%. Karena itu,
tindakan pencegahan standar yang diberikan kepada bayi yag lahir dari ibu Hepatitis
B di amerika serikat adalah memberikan 100 IU HBIG secara intramuscular dan
memberikan vaksin hepatitis B intra muscular dosis lain dan vaksin ini di ulang pada
umur 1 blan dan 6 bulan. Program pencegahan penularan ini telah dilakukan secara
luas di jepang dan dilakukan pemerikaan HBsAg dan HBeAg positif, dilakukan
pemberian HBIG dan vaksin hepatitis B untuk mencegah penulatran infeksi VHB
vertical. Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan yang paling efektif untuk
mencegah penularan penyakit Hepatitis B yang dianjurkan WHO (World Health
Organization) melalui program The Expanded Program On Immunitation (EPI)
merekomendasikan pemberian vaksinasi terhadap 7 jenis antigen penyakit sebagai
imunisasi rutin di negara berkembang, yaitu: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis
B.
3. Pendidikan Kesehatan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penuran hepatitis B
adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang Hepatitis B yang meliputi
tokoh masyarakat dan keluarga
8. Kebiasaan
Tidak ada - -
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Tinngal Serumah
----------: Ada Hubungan
: Pasien
11. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah
Kebersihan Bersih
Ventilasi Ada
Pencahayaan Terang
Jenis Di Rumah Di RS
Jenis Di Rumah Di RS
BAB
BAK
Jenis Di Rumah Di RS
Tidur siang
Tidur malam
Jenis Di Rumah Di RS
USG
Parenkim liver disease
Ascites minimal di para-liver
3.4 Pengobatan
1. Pantoprazole 1x40mg
2. Cefotaxime 3x1gr
3. Fibumin 2x1kapsul
4. Curcuma 3x200mg
5. Infus ns 8tpm
6. Vaskon 2 ampl dalam 42 cc Ns
Weetebula,
TTD
No Diagnosis
No Tgl Tujuan & Kriteria Standart NIC TTD
Dx Keperawatan
SLKI
No Luaran 1 2 3 4 5
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
IMPLEMENTASI
Nama Pasien :
Diagnosa Medis:
No.
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TTD
Dx
EVALUASI
S:
O:
SLKI:
A:
P:
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakann asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Hepatitis B di ruang Maria Rumah Sakit Karitas Weetabula, maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pengkajian keperawatan pada Tn.P dengan hepatitis B di Maria RS. Karitas
Weetebula adalah nyeri perut kanan, mual muntah, badan lemas dan nafsu makan
menurun, tingkat kesadaran pasien secara kualitatif adalah compos mentis dengan
GCS E4, V5, M6, tanda vital didapatkan tensi 90/60 mmHg, suhu 38 C, nadi
84x/menit, pernapasan 22x/menit, pasien terpasang infus nacl 0,9% 500 cc/ 8 jam
dengan cosmo nomor 20 pada tangan bagian metacarpal dekstra.
2. Diagnosa keperawatan yang di angkat pada kasus Tn. P ada tiga diagnosa
keperawatan yang didapatkan yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan pada hepar dibuktikan dengan
pasien tampak meringis kesakitan adanya pembengkakan pada perut kanan atas,
nyeri yang dirasakan tertikam, nyeri menetap pada perut kanan atas dan tidak
menyebar skala nyeri 6 dan pasien tampak meringis kesakitan. TTV: tensi 90/60
mmHg, suhu 38 C, nadi 84x/menit, pernapasan 22x/menit.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual dan muntah dibuktikan dengan porsi makanan tidak dihabiskan,
IMT 18,4 kategori gizi kurang, adanya reflex mual.
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit
dibuktikan dengan keadaan umum lemah, aktifitas dibantu asupan nutrisi tidak
adekuat.
3. Dalam perencanaan difokuskan pada manajemen nyeri, manajemen nutrisi dan
manajemen energi.
4. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah disusun.
5. Evaluasi keperawatan dari 3 diagnosa keperawatan sejak 3 hari perawatan.
1) Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan pada hepar:
masalah teratas teratasi sebagian.
2) Diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia mual dan muntah: masalah teratasi sebagian.
3) Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelamahan fisik
dan proses penyakit: belum teratasi sebagian.
4.2 Saran
1. Bagi klien
Hasil penyusun ini diharapkan agar klien dapat membangun tekad dan dapat
lebih memotivasi diri untuk sehat, mennyikapi kondisi sakit dengan optimis dan
melakukan penatalaksanaan penyakit sesuai dengan saran dokter
2. Bagi penulis
Hasil penyusun ini diharapkan dapat memperoleh pengalamann dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan malaria falciparum
3. Untuk ruang Maria Rumah Sakit Karitas Weetabula
Diharapakn untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
kesehatan yang baik semoga laporan ini dapat menjadi sumber informasi bagi tim
medis dalam penanganan pasien Hepatitis B di ruang maria
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Yulia. (2019). Virus Hepatitis B Ditinjau dari Aspek Laboratorium. Jurnal
Kesehatan Andalas, 8(4), 247–254.
Han ddk. (2019). Situasi Penyakit Hepatitis B di Indonesia. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Hasil Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI Situasi hepatitis B. Jakarta Selatan.
Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta: Medication.
Smeltzer, S.C., & Brenda G.B. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8, vol 2. Terjemahan oleh Monica Ester. 2015 Jakarta: EGC
Sulaiman, A. (2011) Buku Ajar Penyakit Hati, Jakarta: EGC
Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang: Lima
Bintang.