Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Hepatitis B Dalam Kehamilan

Pembimbing
dr. Adi Rahmanadi, Sp.OG

Disusun oleh :
Anisa Faqih 1710221041

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN
KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
PERIODE 4 MARET 2019 – 11 MEI 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini diajukan oleh


Nama : Anisa Faqih
NRP : 1710221041
Program Study : Kepaniteraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Judul : Hepatitis B Dalam Kehamilan

Disetujui oleh:
Pembimbing,

dr. Adi Rahmanadi, Sp.OG

Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal Presentasi :

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini yang berjudul
“Hepatitis B Dalam Kehamilan”. Laporan Kasus ini kami susun untuk
melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSUD
Ambarawa. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dr. Adi Rahmanadi, Sp.OG dan dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER yang telah
membimbing dan membantu kami dalam melaksanakan kepaniteraan dan dalam
menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menambah ilmu dan
pengetahuan penulis dalam ruang lingkup ilmu kandungan dan kebidanan,
khususnya yang berhubungan dengan laporan kasus ini.

Ambarawa, Maret 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Infeksi virus Hepatitis B (HBV) yang pertama kali ditemukan pada tahun
1996, telah terjadi pada lebih dari 350 juta penduduk di seluruh dunia. Infeksi HBV
saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar serta serius, karena
selain manifestasinya sebagai penyakit HBV akut beserta komplikasinya, lebih
penting lagi ialah dalam bentuk sebagai karier, yang dapat menjadi sumber penularan
bagi lingkungan.1,3
Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak
perkutaneus atau permukosal terhadap cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi
HBV, melalui hubungan seksual dan transmisi perinatal dari seorang ibu yang
terinfeksi ke bayinya. Manifestasi klinis dapat bervariasi mulai dari hepatitis
subklinik hingga hepatitis simtomatik, dan meskipun jarang dapat terjadi hepatitis
fulminan. Komplikasi jangka panjang dari hepatitis mencakup sirosis hepatis dan
hepatoma.1
Infeksi VHB pada wanita hamil dapat ditularkan secara tranplasental dan 20
% dari anak yang terinfeksi melalui jalur ini akan berkembang menjadi kanker hati
primer atau sirosis hepatis pada usia dewasa. Oleh karena itu bayi yang lahir dari ibu
carier HBsAg harus diimunisasi dengan memberikan immunoglobulin dan vaksin
hepatitis B segera.
Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih 350 juta orang pengidap HBV
persisten, hampir 74 % (lebih dari 220 juta) pengidap bermukim dinegara-negara
Asia. Bagian dunia yang endemisitasnya tinggi adalah terutama Asia yaitu Cina,
Vietnam, Korea, dimana 50–70 % dari penduduk berusia antara 30 – 40 tahun pernah
kontak dengan HBV, dan sekitar 10 – 15 % menjadi pengidap Hepatitis B Surfase
Antigen (HbsAg). Menurut WHO Indonesia termasuk kelompok daerah dengan
endemisitas sedang dan berat (3,5 – 20 %).1

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi virus pada hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis B.2,3 Virus hepatitis B menyerang hati, masuk melalui darah ataupun
cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi seperti halnya virus HIV. Virus hepatitis
B adalah virus nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan
langsung pada sel hepar. Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat menyerang sistem
kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan radang dan kerusakan pada hepar.3

B. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali
ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen
Australia. Virus ini termasuk DNA virus.2
Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut
"Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel
inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat
Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen
permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut sifat imunologik proteinnya
virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini
secara epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan geomorfik dan rasial
dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-
rata 80-90 hari.3

5
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus
Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma
VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya
nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan
keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi;
pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati untuk
membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru.
Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang
kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Respon
antibody humoral bertanggung jawab terhadap proses pembersihan partikel virus
yang berada dalam sirkulasi, sedangkan antibody seluler mengeliminasi sel-sel yang
terinfeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan
karier sehat.2

6
Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah
sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati
disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi
hepatitis akut fulminan. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis
meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi
hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan
nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang
meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.2,3,4

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Host (Penjamu)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi:
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan
anak (25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya
umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23
-46 % dan pada orang dewasa 3-10%.8 Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi
dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria.
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi
hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada
bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun
belum berkembang sempurna.
d. Kebiasaan hidup
Pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.

7
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter
bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium
dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material
manusia (darah, tinja, air kemih).

Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus
Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.

Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:
a. Lingkungan dengan sanitasi jelek
b. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
c. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
d. Daerah unit laboratorium
e. Daerah unit bank darah.
f. Daerah dialisa dan transplantasi.
g. Daerah unit perawatan penyakit dalam5

D. SUMBER DAN CARA PENULARAN


Dalam kepustakaan disebutkan cara penularan virus Hepatitis B berupa:5
a. Darah: penerimaan produk darah, pasien hemodialisis, pekerja kesehatan,
pekerja yang terpapar darah.
b. Transmisi seksual.

8
c. Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa: tertusuk jarum, penggunaan
ulang peralatan medi yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur
dan silet, tato, akuunktur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama.
d. Transmisi maternal-neonatal, maternal-infant.

Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting


yaitu:1
a. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang
HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa
perinatal. Penularan vertical sebagian besar (95%) terjadi saat persalinan,
hanya sebagian kecil saja (5%) selama bayi didalam kandungan.
Penularan yang terjadi pada masa perinatal dapat melalui maternofetal micro
infusion yang terjadi pada saat terjadi kontraksi uterus, tertelannya cairan
amnion yang mengandung VHB serta masuknya VHB melalui lesi yang
terjadi pada kulit bayi pada waktu melalui jalan lahir. Penularan infeksi
vertikal juga dapat terjadi setelah persalinan
b. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang
pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya.
E. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis
B dibagi 2 yaitu :
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang
sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B
dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas :1
a. Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang
jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
1) Fase Praikterik (prodromal)

9
Merupakan fase di antara timbulnya keluhan-keluhan dengan gejala
timbulnya ikterus. Ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia dan
mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Nyeri abdomen
biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium,
kadang diperberat dengan aktivitas. 5
2) Fase lkterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari. Pada banyak kasus fase ini tidak
terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala
prodormal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata. Terjadi
hepatomegali dan splenomegali.5

3) Fase Konvalesen (Penyembuhan)


Diawali dengan menghilangnya ikterus dan kelainan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Munculnya perasaan
sudah lebih sehat, kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan
membaik dalam 2-3 minggu. Perbaikan klinis dan laboratorium lengkap
akan terjadi dalam 16 minggu.5
b. Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar
mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir
dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus
yang berat, tetapi pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic
Transaminase) memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan fisik, hati
menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah
yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan
uremia.2
2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk

10
menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB. Ada 3
fase penting dalam perjalanan penyakit hepatitis B kronik:
a. Fase imunotoleransi.
Pada masa anak-anak sistem imun tubuh dapat toleran terhadap VHB
sehingga kadar virus dalam darah dapat sedemikian tingginya namun tidak
terjadi peradangan yang berarti. Dalam keadaan tersebut VHB ada dalam fase
replikatif denga titer HbsAg yang tinggi, HbeAg positif, anti Hbe negatif, titer
DNA VHB tinggi dengan kadar ALT (alanin aminotransferase) yang relatif
normal.
b. Fase imunoaktif atau fase immune clearance.
Pada sekitar 30% individu dengan persistensi VHB akibat terjadinya replikasi
VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang ditandai
dengan naiknya kadar ALT. Pada keadaan ini pasien mulai kehilangan
toleransi imun terhadap VHB. Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan
virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB.
c. Fase nonreplikatif atau fase residual.
Sekitar 70% individu akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel
VHB tanpa ada kerusakan sel yang berarti. Pada keadaan ini titer HbsAg
rendah dengan HbeAg yang menjadi negatif dan anti Hbe yang menjadi
positif secara spontan, serta kadar ALT yang normal, yang menandai
terjadinya fase nonreplikatif atau fase residual. Sekitar 20-30% pasien dalam
fase residual dapat mengalami reaktivasi dan menyebabkan kekambuhan.

F. DIAGNOSIS
Oleh karena penderita hepatitis B, terutama pada anak seringkali tanpa gejala
maka diagnosis seringkali hanya bisa ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium.
Kadangkala baru dapat diketahui pada waktu menjalani pemeriksaan rutin atau untuk
pemeriksaan dengan penyakit-penyakit yang lain.4
Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah:3

11
1. Tes antigen-antibodi virus Hepatitis B:
a. HbsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B)
Merupakan material permukaan/kulit VHB. HBsAg mengandung protein yang
dibuat oleh sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg positif,
artinya individu tersebut terinfeksi VHB, karier VHB, menderita hepatatitis B
akut ataupun kronis. HBsAg bernilai positif setelah 6 minggu infeksi VHB
dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil tetap setelah lebih dari 6 bulan
berarti hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau pasien menjadi karier
VHB. HbsAg positif makapasien dapat menularkan VHB.
b. Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg)
Merupakan antibodi terhadap HbsAg. Keberadaan anti-HBsAg menunjukan
adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan
terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes anti-HbsAg bernilai positif berarti
seseorang pernah mendapat vaksin VHB ataupun immunoglobulin. Hal ini
juga dapat terjadi pada bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-
HbsAg posistif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis
B menunjukkan bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB.
c. HbeAg
Yaitu antigen envelope VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai
positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau
membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini infeksi terus berlanjut.
Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan berlanjut menjadi
hepatitis B kronis. Individu yang memiliki HbeAg positif dalam keadaan
infeksius atau dapat menularkan penyakitnya baik kepada orang lain maupun
janinnya.
d. Anti-Hbe
Merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang diproduksi oleh tubuh.
Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan fase non-
replikatif.

12
e. HbcAg (antigen core VHB)
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam inti
sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan protein
dari inti VHB.
f. Anti-Hbc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B)
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe yaitu
IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan infeksi
akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc negatif menunjukkan infeksi
kronis pada seseorang atau orang tersebut penah terinfeksi VHB. 3,4

G. Pengaruh Terhadap Kehamilan dan Bayi


Dilaporkan 10-20 % ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak mendapatkan
imunoprofilaksis, menularkan virus pada neonatusnya Dan ± 90 % wanita hamil
dengan seropositif untuk HBsAg dan HBeAg menularkan virus secara vertikel
kepada janinnya dengan insiden ± 10 % pada trimester I dan 80-90 % pada
trimester III. Adapun faktor predisposisi terjadinya transmisi vertikal adalah(7) :
1. Titer DNA VHB yang tinggi
2. Terjadinya infeksi akut pada trimester III
3. Pada partus memanjang yaitu lebih dari 9 jam
Sedangkan ± 90 % janin yang terinfeksi akan menjadi kronis dan mempunyai
resiko kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada usia dewasa
nantinya.
Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan insiden
Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) dan Prematuritas yang lebih tinggi diantara
ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam suatu studi pada
infeksi hepatitis akut pada ibu hamil (tipe B atau non B) menunjukkan tidak ada
pengaruh terhadap kejadian malformasi kongenital, lahir mati atau stillbirth,
abortus, ataupun malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier VHB tidak
akan mempengaruhi janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik

13
pervaginam maupun perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier
pada tahun pertama dan kedua kehidupannya .Pada bayi yang tidak divaksinasi
dengan ibu karier mempunyai kesempatan sampai 40 % terinfeksi VHB selama
18 bulan pertama kehidupannya dan sampai 40 % menjadi karier jangka panjang
dengan resiko sirosis dan kanker hepar dikemudian harinya.7
VHB dapat melalui ASI sehingga wanita yang karier dianjurkan mendapat
Imunoglobulin hepatitis B sebelum bayinya disusui. Penelitian yang dilakukan
Hill JB,dkk (dipublikasikan tahun 2002) di USA mengenai resiko transmisi VHB
melalui ASI pada ibu penderita kronis-karier menghasilkan kesimpulan dengan
imunoprofilaksis yang tepat termasuk Ig hepatitis B dengan vaksin VHB akan
menurunkan resiko penularan. Sedangkan penelitian WangJS, dkk
(dipublikasikan 2003) mengenai resiko dan kegagalan imunoprofilaksis pada
wanita karier yang menyusui bayinya menghasilkan kesimpulan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara ASI dengan susu botol. Hal ini mengindikasikan
bahwa ASI tidak mempunyai pengaruh negatif dalam merespon anti
HBs.Sedangkan transmisi VHB dari bayi ke bayi selama perawatan sangat
rendah.(4)
Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya
Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu
12 jam sebelum disusui untuk pertama kalinya dan sebaiknya vaksinasi VHB
diberikan dalam 7 hari setelah lahir. Imunoglobulin merupakan produk darah
yang diambil dari darah donor yang memberikan imunitas sementara terhadap
VHB sampai vaksinasi VHB memberikan efek. Vaksin hepatitis B kedua
diberikan sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan dari
vaksinasi pertama. Penelitian yang dilakukan Lee SD, dkk (dipublikasikan 1988)
mengenai peranan Seksio Sesarea dalam mencegah transmisi VHB dari ibu
kejanin menghasilkan kesimpulan bahwa SC yang dikombinasikan dengan
imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi yang ibunya penderita kronis-karier
HbsAg dengan level atau titer DNA-VHB serum yang tinggi.4

14
Tes hepatitis B terhadap HBsAg dianjurkan pada semua wanita hamil
pada saat kunjungan antenatal pertama atau pada wanita yang akan melahirkan
tapi belum pernah diperiksa HbsAg-nya. Lebih dari 90 % wanita ditemukan
HbsAg positif pada skreening rutin yang menjadi karier VHB. Tetapi
pemeriksaan rutin wanita hamil tua untuk skreening tidak dianjurkan kecuali pada
kasus-kasus tertentu seperti pernah menderita hepatitis akut, riwayat tereksposure
dengan hepatitis, atau mempunyai kebiasaan yang beresiko tinggi untuk tertular
seperti penyalahgunaan obat-obatan parenteral selama hamil, maka test HbsAg
dapat dilakukan pada trimester III kehamilan. HbsAg yang positif tanpa IgM anti
HBc menunjukkan infeksi kronis sehingga bayinya harus mendapat HBIg dan
vaksin VHB.7
h. Pencegahan
Pencegahan penularan VHB dapat dilakukan dengan melakukan aktifitas
seksual yang aman, tidak menggunakan bersama obat-obatan yang
mempergunakan alat seperti jarum, siringe, filter, spons, air dan tourniquet, dsb,
tidak memakai bersama alat-alat yang bisa terkontaminasi darah seperti sikat gigi,
gunting kuku, dsb, memakai pengaman waktu kerja kontak dengan darah, dan
melakukan vaksinasi untuk mencegah penularan.4
Profilaksis pada wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan
terinfeksi adalah sbb6 :
1. Ketika kontak seksual dengan penderita hepatitis B terjadi dalam 14 hari
 Berikan vaksin VHB kedalam m.deltoideus. Tersedia 2 monovalen vaksin
VHB untuk imunisasi pre-post eksposure yaitu Recombivax HB dan
Engerix-B. Dosis HBIg yang diberikan 0,06 ml/kgBB IM pada lengan
kontralateral.
 Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau luka mukosa,
dosis kedua HBIg dapat diberikan 1 bulan kemudian.
2. Ketika tereksposure dengan penderita kronis VHB

15
Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam rumah
dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis post eksposure
dengan vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal.
Wanita hamil dengan karier VHB dianjurkan memperhatikan hal-hal sbb :
 Tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan hepatotoksik seperti
asetaminophen
 Jangan mendonorkan darah, organ tubuh, jaringan tubuh lain atau semen
 Tidak memakai bersama alat-alat yang dapat terkontaminasi darah seperti
sikat gigi,dsb.
 Memberikan informasi pada ahli anak, kebidanan dan laboratorium bahwa
dirinya penderita hepatitis B carier.
 Pastikan bayinya mendapatkan HBIg saat lahir, vaksin hepatitis B dalam 1
minggu setelah lahir, 1 bulan dan 6 bulan kemudian.
 Konsul teratur kedokter
 Periksa fungsi hati.

Rekomendasi dari SOGC (The Society Obstetric and Gynaecologic of Canada)


mengenai amniosintesis sbb(6):
 Resiko infeksi VHB pada bayi melalui amniosintesis adalah rendah.
Pengetahuan tentang status antigen HBc pada ibu sangat berharga dalam
konseling tentang resiko penularan melalui amniosintesis.
 Untuk wanita yang terinnfeksi dengan VHB, VHC dan HIV yang memerlukan
amniosintesis diusahakan setiap langkah-langkah yang dilakukan jangan
sampai jarumnya mengenai plasenta.

Pilihan persalinan
Pilihan persalinan dengan Seksio sesaria telah diusulkan dalam
menurunkan resiko transmisi VHB dari ibu kejanin. Walaupun dari penelitian

16
para ahli cara persalinan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna dalam
transmisi VHB dari ibu ke janin yang mendapatkan imunoprofilaksis. ACOG
tidak merekomendasikan SC untuk menurunkan transmisi VHB dari ibu ke janin.
Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml atau HbeAg
positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara persalinan.
\

17
BAB III

LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. TW
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Macanmati 6/2 pringapus, Semarang
Agama : Islam
Tgl. MRS : 14/03/2019
No. RM : 007278

Identitas suami:
Nama : Tn.P
Umur : 37 tahun
Alamat : Macanmati 6/2 pringapus, Semarang
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam

3.2 Anamnesa
Keluhan Utama : G2P1A0 hamil 37 minggu dengan hepatitis B

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :


Pasien rujukan dari bidan dan datang ke IGD RSUD Ambarawa karena tes darah
menunjukan HbsAg (+) dan anemia. Pasien sedang hamil anak kedua dengan keluhan
saat ini berupa keluhan nyeri bawah perut yang menjalar sampai ke pinggang
belakang, keluar air berwarna bening, cair dan berbau langu dari jalan lahir (+) sejak
4 jam sebelum datang ke IGD, keluar darah (+) seperti flek berwana merah. Gerakan
janin masih aktif dirasakan ibu. Menurut ibu Os, pada saat usia 3 tahun os pernah

18
dirawat di RS dengan keluhan demam dan kuning. Menurut dokter saat itu os
menderita sakit kuning. Os dirawat selama sekitar 2 minggu dan pulang dengan
perbaikan. Saat lulusan SMA Os pernah memeriksa kesehatan hasilnya positip
mengidap hepatitis B.
Saat os merasa rembes pada kehamilannya, os pergi ke bidan. Os melakukan cek
darah dan hasilnya positip hepatitis b dengan nilai reaktif yang tinggi. Os disarankan
untuk berkonsultasi ke dokter kandungan.

Riwayat Mensturasi:
Menarche : ±15 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5—6 hari
Riwayat Persalinan:
Jenis kelamin Umur anak Keadaan BBL Riwayat Penolong
sekarang umum anak (gram) persalinan persalinan
Laki - laki 6.5 tahun Baik 2600 normal bidan
Hamil
sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu:


Hepatitis : ada
Asma : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Diabetes militus : disangkal
Hipertensi : disangkal
Alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

19
Hepatitis : disangkal
Asma : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Diabetes militus : disangkal
Hipertensi : disangkal
Alergi obat dan makanan : disangkal

1.3. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD: 120/70 mmHg
Nadi : 78 x/ menit
RR : 20 x/ menit
T: 36,8oC
Kepala :
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (-)
- Mulut : tidak ada kelainan
- Telinga : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada kelainan
Thorak : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral dingin -

Status obstetri
Pemeriksaan luar :
- TFU 36 cm. teratas bokong. Memanjang, Puka, presentasi kepala
belum masuk PAP. DJJ: 132 x/menit

20
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

1.4.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 15/10/14
- HB : 11,8 gr/dl
- Leukosit : 7200/ui
- Diffcount : 1/0/1/77/11/10
- Golongan darah: A
- Rhesus :+
- Clotting time : 9”
- Bleeding time :2”
- HBs Ag : reaktif : indeks 5266
.

1.5.Diagnosis Kerja
G2P1A0 hamil 37 minggu, inpartu janin tunggal hidup presentasi
kepala dengan HbsAg (+)

1.6.Penatalaksanaan
a. Bed Rest
b. Infus RL 20 tpm
c. Sikap : tunggu
– pasien diposisikan miring
– VT jam 00.00 (4 jam setelah fase aktif dimulai) -> Dx: presentasi
belakang kepala, denominator UUK menghadap/megarah ke kiri atas
arah jam 12 ,Hodge III+, pembukaaan lengkap, KK pecah warna
jernih, bau khas (amis)
– DJJ jam 00.00 :140x/reguler, TD: 130/80

21
– His: 4x/10 mnt, 40”
– Jam 00.20 Pasien mengeluhkan ingin mengedan.
• Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda kala II
- Dorongan meneran
- Tekanan pada anus (anus membuka)
- Perineum menonjol
- Vulva membuka
- Peningkatan lendir darah
– Pimpin mengerab

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke Poli Kebidanan RSMP untuk kontrol dan berkonsultasi


tentang kehamilannya karena os mengaku mengidap penyakit hepatitis B yang
diderita os sejak kecil. Os sedang hamil anak pertama keluhan nyeri bawah perut,
keluar air-air, keluar darah tidak ada. Gerakan janin masih dirasakan ibu.
Pemeriksaan vital sign TD: 120/70 mmHg, nadi : 78 x/ menit, RR : 20 x/ menit
T: 36,8oC. pemeriksaan keadaan spesifik kepala, leher, thorak, abdomen dan
ekstremitas dalam keadaan normal. TFU 2 Jbpx / 36 cm. teratas bokong. Memanjang,
presentasi kepala blum masuk PAP. DJJ: 132 x/m. Pemeriksaan laboratorium HBs
Ag reaktif : indeks 5266. Dari anamnesis dan pemeriksaan laboratorium diatas jelas
bahwa Ny. S G1P0A0 hamil 36 minggu, belum inpatu JTH Preskep dengan
menderita Hepatitis B.
Pilihan persalinan pada kasus ini adalah seksio sesaria karena untuk menghidari
terjadinya infeksi vertical dari ibu ke bayi akibat dari proses persalinan karena
sebagian besar (95%) terjadi saat persalinan, hanya sebagian kecil saja (5%) selama
bayi didalam kandungan.
Segera setelah lahir neonates di beri immunoglobulin hepatitis B dan Vaksin
Hepatitis 0 guna mencegah infeksi hepatitis dan membentuk imunitas aktif dari virus
hepatitis.

23
BAB V
KESIMPULAN

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi virus pada hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui
kontak perkutaneus atau permukosal terhadap cairan tubuh dari seseorang yang
terinfeksi HBV, melalui hubungan seksual dan transmisi perinatal dari seorang
ibu yang terinfeksi ke bayinya.
Penularan vertical sebagian besar (95%) terjadi saat persalinan, hanya
sebagian kecil saja (5%) selama bayi didalam kandungan. Sekitar ± 90 % janin
yang terinfeksi akan menjadi kronis dan mempunyai resiko kematian akibat
sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada usia dewasa nantinya.
Menurut WHO Indonesia termasuk kelompok daerah dengan endemisitas
sedang dan berat (3,5 – 20 %).
Pada laporan ini didapatkan Os datang ke Poli Kebidanan RSMP untuk
kontrol dan berkonsultasi tentang kehamilannya karena os mengaku mengidap
penyakit hepatitis B yang diderita os sejak kecil. Os sedang hamil anak pertama
keluhan nyeri bawah perut, keluar air-air, keluar darah tidak ada. Gerakan janin
masih dirasakan ibu. Hasil pemerkasaan laboratorium HBs Ag reaktif : indeks
5266.
Pilihan persalinan pada pasien ini adalah seksio sesaria. Hal itu bertujuan
untuk meminimalisir risiko infeksi vertical dari ibu ke bayi.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Navabaksh B. Hepatitis B Virus Infection During Pregnancy : Transmission


and Prevention. Iran: Midle East Journal of Digestive Diseases; 2011. p. 92-
102.
2. Khakhkhar Vipul. Sero-Prevalence of Hepatitis B Amongst Pregnant Women
Attending the Antenatal Clinic of a Tertiary Care Hospital, Jamnagar
(Gujarat).Jamnagar: National Journal of Medical Research; 2012. p. 362-65.
3. Olaitan AO. Prevalence of Hepatitis B Virus and Hepatitis C Virus in ante-
natal patients in Gwagwalada-Abuja, Nigeria. Nigeria: Deprtment of
Biological Sciences; 2010. p. 48-50
4. Indarso F. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir yang Bermasalah. Surabaya;
2011.
5. Guidelines for the Prevention, Care and Treatment of Persons with Chronic
Hepatitis B Infection. World Health Organization. 2015.
6. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. Centers for
Disease Control and Prevention. 2015. 13th edition. p. 149-74
7. Gerberding JL, Snider DE, Popovic T. A Comprehensive Immunization
Strategy to Eliminate Transmission of Hepatitis B Virus Infection in the
United States. Cent. Dis. Control Prev. 2005;54
8. Shiffman ML. Management of Acute Hepatitis B. Clin. Liver Dis.
2010;14:75–91
9. Tillmann HL, Zachou K, Dalekos GN. Management of Severe Acute to
Fulminant Hepatitis. Liver Int. 2011;1–10
10. Department of Health & Human Service. Center for Disease Control and

Prevention, Hepatitis B General Information. Cent. Dis. Control. 2010

25
11. Government of Western Australia. Department of Health. Women and
Newborn Health Service. King Edward Memorial Hospital. Antenatal Care
Hepatitis B in Pregnancy. Australia. 2015
12. Apuzzio J, Block JM, Cullison S, Cohen C, Leong SL, London WT, et al.
Chronic Hepatitis B in Pregnancy. Female Patient (Parsippany).
2012;37(April)
13. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014. p. 906 – 907
14. Shiffman ML. Management of Acute Hepatitis B. Clin. Liver Dis.
2010;14:75–91
15. World Health Organization. Hepatitis B. 2002;2.
16. Giles ML, Grace R, Tai A, Michalak K, Walker SP. Prevention of Mother to
Child Transmission of Hepatitis B Virus During Pregnancy and The
Puerperium. Aust. New Zeal. J. Obstet. Gynaecol. 2013

26

Anda mungkin juga menyukai