Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Perempuan yang sedang hamil muda seharusnya mengetahui tentang kejadian


blighted ovum yang dapat mengancam keberlangsungan kehamilannya. Faktor risiko
terjadinya blighted ovum sangat beragam, terutama usia ibu maupun pasangan yang
tidak diperhatikan sebelumnya. Kejadian blighted ovum cukup sering dilaporkan,
namun tidak ada pengetahuan yang cukup dari ibu tentang kejadian tersebut.
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Salah satu hal yang dapat terjadi pada kehamilan adalah
perdarahan. Kejadian tersebut dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahan
pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, atau
early pregnancy loss. Adanya perdarahan tersebut dapat menyebabkan kegagalan
kelangsungan kehamilan itu sendiri.1
Blighted ovum merupakan salah satu penyebab tersering abortus selama
trimester pertama.1Normalnya, ovum dengan sperma setelah pembuahan akan
mengalami pembelahan sel. Pembentukan kantong kehamilan dan plasenta dapat
terhenti akibat adanya blighted ovum. Saat ini penyebabnya belum sepenuhnya
diketahui, namun dapat disebabkan adanya kelainan genetik dan kromosom.
Kehamilan anembrionik menjadi penyebab utama 50% kasus aborsi selama trimester
pertama, meskipun embrio tidak terbentuk plasenta akan lanjut berkembang dan
hormon tetap dieskresi dari dalam rahim ibu.2Penelitian yang dilakukan oleh Gupta N
dkk, tahun 2016 ditemukan dari 200 kasus perdarahan pervaginam pada trimester
pertama dengan 72 kasus merupakan aborsi, blighted ovum menempati urutan ketiga
dengan total 8 kasus.3
Gejala dari blighted ovum sendiri mirip dengan kehamilan normal yakni
adanya nyeri perut dan menstruasi ringan, keluarnya cairan vagina berwarna coklat,
dan test kehamilan positif. Sehingga blighted ovum ini biasanya ditemukan dengan
menggunakan USG pada umur kehamilan sekitar 7-8 minggu dimana ditemukan suatu
kantong kehamilan dengan diameter lebih dari 20-30 mm, dan apabila tidak

1
ditemukan janin dalam kantong kehamilan maka diagnosa blighted ovum dapat
ditegakkan.2 Apabila diagnosis blighted ovum sudah ditegakkan maka pengelolaan
kehamilan anembrionik dilakukan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase
secara elektif.1
Laporan kasus ini akan memaparkan mengenai tinjauan kepustakaan dari
blighted ovum, laporan kasus pasien, serta pembahasan dari kasus tersebut
berdasarkan tinjauan teoritis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Blighted ovum merupakan kondisi kehamilan dimana kantong kehamilan dan


plasenta berkembang dalam rahim, namun kantong gestasi kosong dan tidak
mengandung embrio. Blighted ovum ini sering juga dikenal sebagai “anembryonic
pregnancy” dikarenakan kondisi hamil yang tanpa adanya janin. Kelainan ini
merupakan suatu kehamilan yang baru terdeteksi setelah berkembangnya
ultrasonografi. Bila tidak dilakukan dilakukan tindakan, kehamilan akan terus
berkembang walaupun tanpa ada janin.1

2.2 Epidemiologi

Sekitar 50% dari keseluruhan kasus abortus pada trimester pertama merupakan
blighted ovum.2Penelitian yang oleh Huang YT dkk., pada tahun 2010 di Cina
menemukan bahwa sekitar 20% kasus kehamilan yang berakhir dengan
keguguran/aborsi, 80% diantaranya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 12
minggu dan sepertiganya terjadi sebelum umur kehamilan 8 minggu dimana
keseluruhannya merupakan blighted ovum.Blighted ovum terjadi sekitar 37,5% pada
umur kehamilan 10-13 minggu.4

2.3 Etiologi

Penyebab blighted ovum sendiri masih belum jelas, banyak spekulasi dan
hipotesis yang berkembang diantara peneliti. Terdapat beberapa kemungkinan
penyebab tersering yakni kelainan kromosom sekitar 60% dari total kasus blighted
ovumdan penyebab lain selain kelainan kromosom yakni kelainan genetik (mutasi
gen), kualitas yang kurang baik dari ovum atau sperma, umur ibu saat hamil, dan
faktor imunologi.5

3
Saat ini human leukocyte antigen (HLA-E) diduga berperan penting terhadap
keamanan produk konsepsi. Antigen ini berperan untuk meregulasi sekresi sitokin
dimana sebagai antigen yang mengontrol invasi tropoblas dan meregulasi toleransi
imun pada plasenta. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati S dkk, tahun 2017 di
RSU Dr. Moewardi Surakarta, pada kasus blighted ovum ditemukan ekspresi HLA-E
pada tropoblas rendah dan ekspresi sel NK (natural killer) ditemukan tinggi pada
kasus blighted ovum dibandingkan dengan kehamilan normal.6

2.4 Patofisiologi

Saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi kemudian bertemu
sperma. Namun dengan berbagai penyebab (seperti kualitas telur/sperma yang buruk),
maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap
tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan
mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah
terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi
tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya
yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya hal ini disebabkan plasenta
menghasilkan hormon hCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan
memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan
bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan
tes kehamilan yang positif.3,4,5,6

Tubuh ibu dapat mengenali keadaan tertentu seperti pada kelainan kromosom,
sehingga hasil konsepsi tidak tumbuh. Sel yang mengalami kerusakan kromosom
biasanya adalah sel tropoblas. Apabila sel tropoblas tidak tumbuh maka menyebabkan
produksi hCG yang turun. Kondisi ini menyebabkan korpus luteum sebagai penghasil
progesteron menjadi tidak terpelihara dan akhirnya menyebabkan progesteron turun.
Kantong kehamilan terus berkembang, namun embrio tidak berkembang.6

4
2.5 Diagnosis

2.5.1 Anamnesis

Anamnesis yang dilakukan pada pasien akan mengarah pada adanya tanda-tanda
kehamilan, yaitu riwayat telat haid; mual-muntah; payudara membesar, tegang, dan
nyeri; pigmentasi kulit (linea nigra, hiperpigmentasi areola), riwayat PP test positif
(apabila dikerjakan).1,3

Selain itu dapat digali juga mengenai tanda-tandaadanya abortus sepertikram


atau nyeri pada perut, adanya flek atau perdarahan vagina, danmenstruasi yang lebih
berat dari biasanya.1,3

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan blighted ovum dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi


sumber pendarahan dengan spekulum dan pemeriksaan digital dari serviks.
Perdarahan tersebut dipastikan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks atau
dari bagian dalam serviks, harus memastikan juga intensitas pendarahan seperti
pemeriksaan bekuan darah atau jaringan. Kemudian periksa adanya nyeri goyang
porsio untuk menentukan adanya kehamilan ektopik dan periksa ukuran uterus,
konsistensi, ketegangan dan adanya nyeri tekan adneksa.1

2.5.3 Diagnosis Banding

Keguguran pada trimester awal banyak terjadi dimana blighted ovum terjadi
sebanyak 50% kasus keguguran. Sehingga diagnosis banding yang mendekati antara
lain embryonic or fetal death, partial molar pregnancy, dan kehamilan ektopik.4,5

2.5.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah Pemeriksaan


darah lengkap yaitu Hb untuk menilai ada tidaknya anemia, leukosit dan laju endap
5
darah untuk melihat ada tidaknya infeksi. Kemudian pemeriksaan kehamilan melalui
pemeriksaan kadar β-hCG dengan PP test. Pemeriksaan selanjutnya adalah
ultrasonografi (USG) dimana diagnosis kehamilanan embrionik bisa dilakukan saat
kehamilan memasuki usia 7-8 minggu. USG yang dilakukan dapat berupa
transvaginal ultrasound dan abdominal ultrasound. Transvaginal ultrasound
didapatkan diameter kantong rahim >20 mm dan tidak ditemukannya yolk sac atau
embrio, sedangkan pada abdominal ultrasound ditemukan diameter kantong rahim
>25 mm dan tidak adanya janin pada kantong kehamilan. Diameter kantong rahim
kurang dari 20 mm, dan tidak adanya janin pada kantong kehamilan, dan tidak disertai
aktivitas jantung kurang dari 30 detik, maka pemeriksaan USG akan diulang 7-10 hari
kemudian untuk mengklarifikasi diagnosis.9

Gambar 1:Blighted ovum

Gambar 2: Kehamilan Normal

2.6 Penatalaksanaan

6
Apabila telah didiagnosis blighted ovum, dapat dilakukan tindakan terapi sesuai
dengan tindakan pada kasus keguguran, dimana terdapat tiga pilihan terapi: tata
laksana ekspektan, tata laksana medikamentosa, dan tata laksana pembedahan.
Kondisi hemodinamik ibu tidak stabil dan/atau tidak terkontrol, dilatase dan kuretase
(D&C) dapat menjadi terapi standar, namun apabila masih ada waktu dapat
dipertimbangkan untuk terapi alternatif, penting untuk melibatkan pasien dalam
pengambilan keputusan terapi.7

2.6.1 Tata Laksana Ekspektan


Teknik ini mempersilahkan tubuh untuk merespon secara alami proses
pengeluaran hasil konsespsi dari rahim. Perdarahan dalam rahim biasa terjadi disertai
dengan dilatasi os.cervical. Follow-up serial β-hCG dan USG berguna untuk melihat
apakah rahim sudah kosong. Perdarahan berat atau berkelanjutan dan/atau kram terus-
menerus dapat mengindikasikan bahwa terapi tidak adekuat dan diperlukan tindakan
pembedahan.7

2.6.2 Tata Laksana Medikamentosa


Misoprostol merupakan prostaglandin E1 analog. Umumnya diberikan
intravaginal terkait dengan bioavailabilitas yang tinggi. Penggunaan oral/bukal dapat
dilakukan namun sering menimbulkan efek samping yang lebih sering seperti mual
dan muntah.7

2.6.3 Tata Laksana Pembedahan


Pilihan terapi yang dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik yakni
menggunakan vakum manual atau kuretase. Teknik ini lebih pasti dan cepat,
menurunkan volume perdarahan, dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan.
Statistik menunjukkan pada wanita yang telah melakukan D&C (dilatasi dan
kuretase), 90% menunjukkan hasil pembersihan rahim sempurna pada hari ke 15, dan
97% pada hari ke-30. Pengulangan tindakan hanya terjadi 3%. Hasil kuretase akan
dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi
penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak
berulang.7
Selain itu, penting juga untuk mengatasi trauma mental pada pasangan dengan
blighted ovum tersebut. Cara yang dapat dilakukan yakni melakukan konseling untuk
7
meyakinkan pasangan tersebut bahwa kejadian ini umum terjadi. Sarankan pula agar
lebih baik menghindari kehamilan selama dua bulan kedepan. Umumnya blighted
ovum merupakan kejadian acak dan kemungkinan rekurensinya cukup kecil.7

2.7 Pencegahan

Kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya


melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal
kehamilan.1 Pencegahan terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa
tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita
yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula
darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,
menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan
kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.3,4

2.8 Prognosis
Prognosis dari blighted ovum umumnya baik, dimana bergantung pada waktu
penanganan dan jenis penanganan. Penanganan segera menggunakan prostaglandin
E1, 200µg oral pemberian segera dan 400µg intravagina pada hari kedua memiliki
prognosis 81% bersih dan 19% memerlukan tindakan kuretase. Kemudian
penanganan terlambat, tanpa medikamentosa dan dilakukan USG Transvaginal pada
hari ketujuh dan hari ke-14 didapatkan prognosis 57% bersih dan 43% memerlukan
tindakan kuretase. Prognosis secara mental, prognosis akan baik apabila segera
dilakukan konseling mendalam terkait masalah keguguran tersebut. Blighted ovum
termasuk kejadian acak dan jarang terulang, sehingga ada kemungkinan untuk hamil
kembali sembari di telusuri kemungkinan penyebab terjadinya blighted ovum pada
pasien.6

8
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
Nama : NLM
No RM : 277734
Tanggal Lahir : 16 Februari 1979
Umur : 39 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Toyobungkah, Kintamani
Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Tanggal MRS : 13 September 2018 pukul 11.00 WITA
Tanggal Pemeriksaan : 13 September 2018 pukul 20.15 WITA

3.2. Keluhan Utama


Keluar darah mengumpl dari vagina

3.3. Anamnesa
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dalam keadaan sadar ke Poliklinik Kebidanan RSUD
Bangli pada tanggal 13 September 2018 dengan keluhan keluar darah dari
vagina sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluar lendir melalui jalan
lahir dan nyeri pada perut bagian bawah disangkal. Pasien merupakan rujukan
dari dokter spesialis kandungan untuk dilakukan dilatasi dan kuretase.

2. Riwayat Penyakit Terdahulu


Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti dialami
sekarang. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit hipertensi, diabetes

9
mellitus, penyakit jantung, maupun asma yang berhubungan dengan kehamilan
ini.

3. Riwayat Menstruasi
 Menarche umur ± 14 tahun, siklus teratur 28 hari dengan lama 5 hari. Pasien
mengganti pembalut sebanyak 4-5 kali dalam sehari saat menstruasi. Tidak
ada keluhan saat menstruasi.
 Hari pertama haid terakhir : 20 Mei 2018
Taksiran Persalinan : 27 Februari 2019

4. Riwayat Perkawinan
Pasien mengatakan sudah menikah, ini merupakan pernikahan pertamanya,
menikah saat usia 19 tahun.

5. Riwayat Kehamilan
1. Tahun 2000/Aterm/Spontan/Nakes/Perempuan/3400gr/normal.
2. Tahun 2004/Aterm/Spontan/Nakes/Perempuan/3500gr/normal.
3. Abortus.
4. Tahun 2013/Aterm/Spontan/Nakes/Laki-laki/3400gr/normal.
5. Hamil saat ini.

6. Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi jenis suntik sebanyak tiga kali dan
kontrasepsi jenis pil 3 bulan sebanyak satu kali. Setelah kehamilan pertama,
pasien menggunakan kontrasepsi jenis suntik selama 3 tahun. Setelah kehamilan
kedua, pasien menggunakan kontrasepsi jenis suntik selama 4 tahun. Setelah
kehamilan ketiga, pasien menggunakan kontrasepsi jenis suntik selama 7 tahun.
Dan setelah kehamilan keempat, pasien menggunakan kontrasepsi jenis pil 3
bulan.

7. Riwayat Antenatal Care (ANC)

10
Pasien mengatakan telah berkunjung ke bidan sebanyak 3 kali untuk kontrol
kehamilan. Pasien tidak mengonsumsi obat-obatan. Riwayat berobat ke dukun
atau meminum jamu disangkal oleh pasien.

8. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, maupun asma pada
anggota keluarga pasien disangkal oleh pasien.

3.4. Pemeriksaan Fisik


Status Present
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Temperatur axilla : 36,5ºC
Berat badan : 63 kg
Tinggi badan : 154 cm
BMI : 26.6 kg/m2

Status General
Kepala : Normocepali
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, isokor
THT : Kesan normal, pembesaran KGB (-)
Cor : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status ginekologi
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat +/+

Status Ginekologi
11
Pemeriksaan luar
Inspeksi : Luka bekas operasi atau jaringan parut (-)
Perkusi : Suara timpani (+) distribusi merata
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : Distensi (-), TFU tidak teraba, nyeri tekan perut bagian bawah (-)

Pemeriksaan dalam (13 September 2018 / 20.15 WITA)


Inspeksi : Perdarahan pervaginam (+), cavum douglas menonjol (-)
VT : Fluxus (+), Fluor (-)
Pembukaan serviks tidak ada, teraba jaringan di OUE (-)
Slinger pain (-), Massa (-), nyeri (-)

3.5. Pemeriksaan Penunjang


Hematologi Rutin (13 September 2018)
HGB : 13,7 g/dL
HCT : 42,1 %
WBC : 9,8 103/µL
PLT : 308 103/µL
RBC : 4,78 106/µL
Faal Hemostasis
BT : 1`30`` Menit
CT : 8`30`` Menit
USG

12
Hasil USG : Diameter kantong gestational 22mm, tidak ditemukan yolk sac atau
embrio

3.6. Diagnosis
G5P3A1 umur kehamilan 16-17 minggu + Blighted Ovum

3.7. Penatalaksanaan
Tx : Rencana Dilatasi dan Kuretase
Misoprostal per vaginan
IVFD RL 500 cc ~ 20 tpm
Mx : Observasi keadaan dan keluhan pasien, vital sign, tanda-tanda
pendarahan aktif
KIE : Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi
pasien saat ini, rencana tindakan yang akan dilakukan beserta
komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan yang akan dilakukan

3.8. Prognosis
Dubius ad bonam

3.9. Laporan Kuretase


Dilatasi dan kuretase dilakukan pada tanggal 15 September 2018 pukul 11.10
WITA.
Dokter Operator : dr. I Nyoman Sayang, Sp.OG
Diagnosis Pra Bedah : Blighted Ovum
Diagnosis Pasca Bedah : Post Dilatasi dan Kuretase et causa Blighted Ovum
hari ke-0
Nama Tindakan Operasi : Dilatasi dan Kuretase
Laporan tindakan sebagai berikut :
 Dilakukan General Anasthesia (GA)/ bius umum
 Pasien terlentang dalam posisi litotomi
 Asepsis - antisepsis pada vulva dan sekitarnya dengan alkohol 70% dan
betadine

13
 Persempit lapangan operasi dengan duk steril
 Kosongkan kandung kemih dengan menggunakan kateter
 Pasang retraktor bawah kemudian pasang tenakulum untuk menjempit portio
uterus pada arah jam 11
 Dilakukan sondase dan didapatkan panjang uterus antefleksi 11 cm
 Dilakukan dilatasi canalis servikalis dengan Busi No VIII
 Dengan sendok kuret no. 6 dilakukan kuretase searah jarum jam hingga bersih
dan dievaluasi perdarahan 50 cc dan jaringan  40 gram
 Perdarahan dibersihkan dengan betadine kemudian dibersihkan dengan gaas
steril
 Lepas tenakulum kemudian bersihkan sisa perdarahan kemudian lepas
retraktor bawah dan dibersihkan kembali sisa perdarahannya
 Kuretase selesai
 Dilakukan asepsis, antisepsis pada regio genitalia eksterna dan sekitarnya

3.10. Perjalanan Perkembangan Pasien


15 September 2018 pukul 11.25 WITA
Telah dilakukan kuretase dengan GA kemudian pada sondase didapatkan uterus
antefleksi 11 cm, pendarahan 50 cc, dan jaringan  40 gram.
S : Nyeri pasca kuretase di perut bagian bawah (+) pendarahan (-)
O : KU : Baik Kesadaran : CM (E4V5M6)
Status Present
TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
N : 80x/menit T : 36,5oC
Status General
Kepala : Normocepali
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, isokor (+)
THT : Kesan normal, pembesaran KGB (-)
Cor : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status ginekologi
Extremitas : Edema -/-, akral hangat +/+

14
Status Ginekologi
Abdomen : TFU tidak teraba, Distensi (-), BU (+) Normal
Vagina : Pendarahan aktif (-)
A : Post Dilatasi dan Kuretase dengan GA et causa Blighted Ovum hari ke-0
P : Cefadroxil 3 x 500 mg per oral
Asam Mefanamat 3 x 500 mg per oral
Sulfas Ferosus 2 x 200 mg per oral
Metilergometrin 3 x 0,125 mg per oral
Observasi ulang 2 jam post kuretase
Monitoring vital sign pasien dan keluhan lainnya

15 September 2018 pukul 13.20 WITA>> Observasi 2 jam post kuretase


S : Nyeri pasca kuretase di perut bagian bawah (+) berkurang, pendarahan (-),
sedikit mual dan sedikit pusing
O : KU : Baik Kesadaran : CM (E4V5M6)
Status Present
TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
N : 80x/menit T : 36,3oC

Status General
Kepala : Normocepali
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-
THT : Kesan normal, pembesaran KGB (-)
Cor : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status ginekologi
Extremitas : Edema -/-, akral hangat +/+
Status Ginekologi
Abdomen : TFU tidak teraba, Distensi (-), BU (+) Normal
Vagina : Pendarahan aktif (-)
A : Post Dilatasi dan Kuretase dengan GA ec Blighted Ovum hari ke-0
P : Cefadroxil 3 x 500 mg per oral
Asam Mefanamat 3 x 500 mg per oral
15
Sulfas Ferosus 2 x 200 mg per oral
Metilergometrin 3 x 0,125 mg per oral

Waktu BP HR RR Tax VAS Perdarahan Akral


11.20 110/70 80 20 36,5 3 Minimal Hangat
11.35 110/70 80 20 36,3 3 Minimal Hangat
11.50 120/80 822 22 36,6 3 Minimal Hangat
12.05 120/80 84 20 36,6 3 Minimal Hangat
12.20 120/80 84 24 36,4 2 Minimal Hangat
12.35 110/70 80 20 36,4 2 Minimal Hangat
12.50 110/70 80 20 36,5 2 Minimal Hangat
13.05 120/80 82 20 36,5 2 Minimal Hangat
13.20 110/70 80 20 36,3 2 Minimal Hangat

16
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien dengan umur kehamilan 16 minggu datang dalam
keadaan sadar ke Poliklinik Kebidanan RSUD Bangli dengan keluhan keluar darah
dari vagina sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit (31 Agustus 2018) tanpa
disertai lendir melalui jalan lahir dan nyeri di perut bagian bawah. Berdasarkan
anamnesis dan gejala yang dikeluhkan tersebut dimungkinkan bahwa pasien
mengalami abortus. Dimana abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang
dikeluarkan pada saat kehamilan kurang dari 20 minggu. Akan tetapi perlu dipastikan
melalui pemeriksaan penunjang USG mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga
dapat disimpulkan diagnosis pasti yang ada. Adapun abortus yang terjadi pada pasien
tergolong sebagai Blighted ovum yang mana kehamilan yang bisa ditegakkan pada
usia kehamilan 7-8 minggu dengan dilakukan pemeriksaan USG.2
Hasil pemeriksaan USG pasien ini didapatkan bahwa diameter kantong
gestasional sebesar 22 milimeter dan tidak ditemukan yolk sac atau embrio.
Disimpulkan diagnosis dari kasus ini adalah blighted ovum atau kehamilan kosong
dimana terbentuk kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan
embrio. Blighted ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan
biasa hingga terjadi abortus spontan dan telah dilakukan pemeriksaan USG. Untuk
memastikan kembali kehamilan yang terjadi pada pasien maka dapat dilakukan
evaluasi USG ulang pada 2 minggu setelahnya. Bila kantong gestasi masih tidak
berkembang hingga 25 milimeter, maka bisa dipastikan bahwa kehamilan yang terjadi
pada pasien merupakan kehamilan anembrionik atau blighted ovum.1,7
Setelah pasien didiagnosis dengan blighted ovum, tindakan selanjutnya yang
dilakukan terminasi kehamilan dengan cara kuretase jaringan untuk menghentikan
perdarahan, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi, sehingga rahim siap
untuk kehamilan berikutnya. Sesuai teori, hal yang dapat dilakukan pada pasien
dengan diagnosa blighted ovum adalah terminasi kehamilan segera setelah ditegakkan
diagnosa pasti dan dilakukan pemeriksaaan penunjang berupa USG. Tindakan
terminasi yang dapat dilakukan berupa kuretase yang merupakan serangkaian proses

17
pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi
ke dalam kavum uteri. Dimana hasil konsepsi di bersihkan dan dikeluarkan secara
keseluruhan dari kavum uteri. Selain itu, sisa jaringan yang diambil dapat juga
digunakan sebagai sampel laboratorium untuk mengetahui penyebab terjadinya
blighted ovum.2,7
Terapi pasca tindakan kuretase pada pasien ini diberikan analgetik yaitu asam
mefenamat untuk mengurangi nyeri jika diperlukan, pemberian antibiotik berupa
cefadroxil untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, metilergometrin untuk
menimbulkan kontraksi dan mencegah perdarahan post partum atau keguguran,
menganjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri, sulfas ferosus
untuk mencegah anemik dan membantu pembentukan hemoglobin karena kehilangan
darah pasca kuretase, serta melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan
pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.3,7

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Blighted ovum merupakan kondisi kehamilan dimana kantong kehamilan dan


plasenta berkembang dalam rahim, namun kantong gestasi kosong dan tidak
mengandung embrio. Penyebab pasti blighted ovum masih belum diketahui. Namun,
diduga penyebabnya adalah adanya kelainan kromosom pada saat pembelahan terjadi.

Telah dilaporkan kasus pada perempuan usia 28 tahun dengan blighted ovum.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Tatalaksana pembedahan berupa dilatasi dan kuretase dipilih karena lebih
pasti dan cepat, menurunkan volume perdarahan, dan menurunkan tingkat nyeri yang
dirasakan oleh pasien. Statistik menunjukkan dilatasi dan kuretase ini menunjukkan
hasil yang bersih sekitar 90% kasus. Prognosis pasien baik karena keadaan pasien
stabil sebelum dan setelah operasi dan tidak ditemukan adanya komplikasi operasi.

5.2 Saran

Kejadian blighted ovum cukup tinggi, sehingga perlu untuk ditelaah lebih
lanjut dan mendalam mengenai blighted ovum itu sendiri sehingga setiap pasien yang
datang dengan blighted ovum dapat didiagnosis dan ditangani dengan cepat dan tepat.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2010; 213, 459, 473-4.
2. Moshtaghi A., dkk. Polymorphism of MnSOD (Val16Ala) gene in
preganancies with blighted ovum: A case-control study. Int J Reprod BioMed,
2017; 15(8): 503-8.
3. Gupta, N.,dkk. Ultrasonographic evaluation of first trisemester bleeding per
vaginum. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016; 5(9): 3085-3087.
4. Huang YT., Horng SG., Lee FK., dkk. Management of anembryonic
pregnancy loss: an observational study. J Chin Med Assoc. 2010 Mar;
73(3):150-5.
5. Bansal AS. Joining the immunological dots in recurrent miscarriage. Am J
Reprod Immunol. 2010 Nov; 64(5): 307–315. 


6. Sulistyowati, S., Rahadian, F., Respati, SH., Soetrisno.Blighted ovum: Roles of


human leukocyte antigen-E and natural killer cells. Bali Med J; 2017, 6(2): p
381-385.
7. Clinical Practice Guideline. Ultrasound diagnosis of early pregancy
miscarriage. Institute of Obstetricians & Gynaecologist. Royal College of
Physicians of Ireland. 2010.

20

Anda mungkin juga menyukai