PENDAHULUAN
Pada ibu hamil dengan Blighted Ovum, kantung uterus akan berhenti
perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati.
Kemudian, gugurlah bahan-bahan atau produk kehamilan. Proses keguguran
itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan hadirnya bercakbercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak jarang
keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang
keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi
janin memang tidak berkembang dan mekanisme tubuh secara alami
mengeluarkannya.
1.2 Tujuan
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke
dalam proses asuhan kebidanan serta pengalaman memecahkan
masalah pada ibu Blighted Ovum dengan usia kehamilan 7 minggu
dengan menggunakan manajemen Hellen Varney, serta mendapatkan
pengalaman yang nyata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Blighted ovum
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa
hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang
mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti
terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan
(morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran
perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu
sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah
dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya
terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta
tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan
hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini
akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai
pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.
Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan
seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan
menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun
mengakibatkan
kerusakan
genetik
yang
parah.
tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi
tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai
pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim.
Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan
menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya
yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya.
2.4 Tanda Gejala
a. Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tandatanda kelainan.
b. Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif
kemungkinan akan mengalami gejala umum kehamilan biasa,
kemudian dapat timbul gejala tidak khas yaitu perdarahan
spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, dan bertambahnya
ukuran rahim yang lambat.
c. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia
kehamilan memasuki 6-7 minggu.
2.5 Diagnosis
a. Tes kehamilan: Positif
b. Pemeriksaan DJJ
c. Pemeriksaan USG abdominal atau transvaginal akan
mengungkapkan ada tidaknya janin yang berkembang dalam
rahim
2.6 Pencegahan
1. Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya
virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun
2.7 Penatalaksanaan
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya
adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan
dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi
penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobatai agar tidak terjadi
kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum
yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika
kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang
rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini, pil
hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian
hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi
kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan
mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor
sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal
dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika
belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.
Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah
terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.
sebaiknya
Anda
berkonsultasi
dengan
spesialis
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya
pertumbuhan embrio dan kuretase adalah alternatif cara untuk membersihkan
rahimyang merupakan sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan
atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang
mengalami abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa
plasenta yang tertinggal seusai persalinan.
Pasien yang ditemukan di Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru
setelah dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi juga mengalami
blighted ovum dan dilakukan penatalaksanaan berupa kuretase.
Dari teori yang didapatkan dan pasien yang ditemukan memiliki
beberapa persamaan setelah kuretase yaitu tidak mengalami perdarahan lagi
dan tidak mengalami tanda-tanda bahaya setelah kuret sepertiperdarahan
karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di dinding rahim, gangguan
haid, bahkan infeksi sehingga dapat dikatakan bahwa ibu mengalami masa
post kuretase yang normal.
3.2 Saran
Saat mengetahui jika dirinya mengalami tanda-tanda hamil
atau mengetahui bahwa dirinya hamil namun tidak mengalami
perkembangan pada perutnya atau perut terasa kosong, tidak ada
gerakan janin maka segera memeriksakan diri kepetugas kesehatan
10
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005. Buku
Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.
Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc GrawHill Companies, USA.
Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan,
edisi 14. EGC, Jakarta.
Mochtar. 2002. Synopsis Obstetri, edisi 2. EGC, Jakarta.
Varney, Kriebs, Gegor. 2002. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Volume
1. EGC, Jakarta.
11