Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

MOLA HIDATIDOSA

Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Askeb Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal

Oleh Kelompok : 5

1. Ayustina Dewi
2. Indah Cahyaningsih
3. Margareta Faustina Naes
4. Defri Surya Pramesti
5. Ika Kurnia
6. Eryni Kertika Putri

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka kematian ibu diIndonesia masih tergolong tinggi, dengan
penyebab paling tinggi adalah perdarahan. Mola hidatidosa dapat menjadi
salah satu penyebabnya karena keluhan utama mola hidatidosa adalah
perdarahan pervaginam. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sendiri
masih sangat tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2015 jumlah AKI di Indonesia sebanyak 305/100.000 KH
(Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).
Kematian Ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin
sebesar (49,5%), kematian waktu hamil (26%) pada waktu nifas (24%)
(Kementrian Kesehatan RI, 2012). Sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) pada tahun 2015 di Indonesia sebanyak 22,23/1000 KH
(Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016). Kematian neonatal paling banyak
asfiksia (51%), BBLR (42,9%), SC (18,9%), prematur (33,3%), kelainan
kongenital (2,8%) dan sepsi (12%) (Riskerdas, 2015).
Jumlah kematian ibu di Provinsi Jawa Timur mengalami
penurunan yang cukup bermakna dari 642 kematian (2013) menjadi 291
kematian (2014). Penyebab terbanyak kematian ibu hamil adalah
preeklamsia dan sebagian besar juga diakibatkan keterlambatan
pengambilan keputusan keluarga untuk membawa ibu hamil beresiko
tinggi ke pusat rujukan. Ada 3 keterlambatan yang menjadi penyebab ibu
hamil beresiko tidak tertolong,yaitu: keluarga terlambat mengambil
keputusan, terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat mendapat
penanganan.

Terdapat dua kategori penyebab kematian ibu yaitu penyebab


kematian langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu
di Indonesia antara lain perdarahan 30,3%, preeklampsi 27,1%, infeksi
7,3%, partus lama/ macet 1,8%, dan abortus 1,6%. Pada tingkat nasional,
kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama
kematian yaitu perdarahan, preeklampsi, dan infeksi. Dapat kita lihat
lebih dari 25% kematian ibu di Indone- sia pada tahun 2013
disebabkan oleh preeklampsia, hal ini menunjukkan pre eklampsia
merupakan merupakan penyebab kematian nomor dua di Indonesia
setelah perdarahan (Kementerian Kesehatan RI, 2015 ).

Kabupaten Kediri Angka kematian Ibu (AKI) pada tahun 2017, 53%
karena perdarahan disusul Pre Eklamsi 33%, selanjutnya dengan jantung
sebanyak 7%. Untuk emboli kita masukkan pada kelompok lain-lain
sebanyak 7% (Dinkes kabupaten kediri, 2018).
Salah satu komplikasi kehamilan dan persalinan yang menyebakan
kematian pada ibu adalah perdarahan. Perdarahan dalam kehamilan terbagi
dua yaitu perdarahan hamil muda dan hamil tua, yang termasuk perdarahan
hamil muda salah satunya adalah kehamilan trofoblas yang disebut dengan
mola hidatidosa atau hamil anggur. Pada kehamilan mola hidatidosa ini
terjadi penimbunan cairan dalam jaringan vili chorionic dan terbentuklah
gelembung mola. Telah diketahui bahwa penyakit ini banyak ditemukan
pada golongan sosial ekonomi rendah, umur dibawah 20 tahun dan diatas 34
tahun dan paritas tinggi (Prawirohardjo, 2007).
Mola hidatidosa diyakini sebagai penyebab aborsi yang paling
spontan pada trimester pertama.Nyeri tekan pada ovarium dan ovarium
kerap membesar kejadian itu sering terjadi pada penderita mola hidatidosa.
Perdarahan tanpa nyeri yang tidak teratur paling banyak terjadi pada 12
minggu kehamilan, mungkin terus – menerus atau (intermiten), biasanya
berwarna kecoklatan, dan tidak banyak seperti wanita yang sedang
menstruasi (Morgan, 2009).
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan umum

Memberikan asuhan kehamilan pada ibu hamil hamil TM II


dengan mola Hidatidosa menggunakan manajemen asuhan kebidanan.

1.2.2 Tujuan khusus

Memberikan asuhan kehamilan pada ibu hamil hamil TM II


dengan mola Hidatidosa dan menganalisis kesenjangan antara teori dan
fakta dilapangan dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan.

1.3. Metode pengumpulan data


1. Wawancara baik pembicaraan formal maupun informal secara umum,
terarah, terbuka yang dilakukan secara langsung. Wawancara dilakukan
untuk mengumpulkan data subjektif.
2. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap responden. Observasi
yang dilakukan untuk mengetahui keadaan ibu. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara head to toe. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
keadaan ibu dan janinnya.
3. Kajian dokumen digunakan untuk menunjang hasil pengamatan.
Dokumen pendukung ini berupa data yang diperoleh dari buku KIA,
kohort ibu hamil dan buku register pemeriksaan. Peneliti juga
mengambil gambar hasil pengamatan yang dilakukan.

1.4. Sistematika Penulisan


Halaman judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB. 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan pada pasien Molahidatidosa

BAB. 3 TINJAUAN KASUS


BAB. 4 PEMBAHASAN
BAB.5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Mola Hidatidosa


2.1.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional,
yang disebabkan oleh kelainan pada villi khorionik yang disebabkan oleh
poliferasi trofoblastik dan edem. Mola merupakan hamil yang tidak normal,
dimana tidak terbentuk jaringan atau janin, yang terbentuk hanya plasenta
yang berkembang secara degenerasi hidrofik dan tidak terbentuk jarigan
karena sperma membuahi ovum yang kosong atau tidak memiliki materi
genetik (WHO, IDAI, IBI, 2013).
2.1.2 Diagnosis
a. Perdarahan pervaginam
b. Mual muntah berlebih karena peningkatan hormon HCG
c. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
d. Tidak ditemukan janin intrauterin, pada palpasi tidak teraba apa – apa
e. DJJ negatif
f. Nyeri perut
g. Servix terbuka
h. Keluar jarngan seperti anggur
i. Takikardi, berdebar - debar (tanda – tanda tirotoksikosis)
Penegakan diagnosa dapat dibantu dengan melakukan pemeriksaan
USG.

2.1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Uji sonde uterus.
Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar
3600 dengan deviasi sonde kurang dari 100.
2. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin.
3. USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).
4. Foto thoraks ada gambaran emboli udara.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
6. Hitung darah lengkap dengan apusan darah : lazimnya ditemukan anemia
defisiensi besi, eritropoesis megaloblastik jarang.
7. Urinalisis : biasanya normal proteinuria memberi kesan adanya kaitan
dengan kaitan pre eklamsia.
2.1.4 Faktor Predisposisi
a. Usia (kehamilan terlalu muda dan tua)
b. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
c. Gangguan pada sel telur
2.1.4 KOMPLIKASI
 Anemia.
 Syok.
 Infeksi.
 Eklamsia.
 Tirotoksikosis.
 Perdarahan hebat.
 Perforasi usus.
 Keganasan.
2.1.4 Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan, yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum.
 Koreksi dehidrasi.
 Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang).
 Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit
dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi.
Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
 Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah
rutin dan kadar beta HCG), kecuali bila jaringan mola telah keuar
spontan.
 Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
 Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus
dengan tetesan oxytosin 10 IU dalam 500 cc NaCl 0.9% atau RL
dengan kecepatan 40 – 60 tetes/menit untuk mencegah perdarahan.
 Kuretase dilakukan 2x dengan interval minimal 1 minggu. Dilakukan
2 kali kuretase karena ada potensi komplikasi karena corio carsinoma.
 Selanjutnya ibu dipantau pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu
sampai kadar serum HCG kembali normal
3. Histerektomi.
Syarat melakukan histerektomi :
 Umur ibu 35 tahun atau lebih.
 Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
4. Pemeriksaan tindak lanjut.
Meliputi :

 Lama pengawasan 1-2 tahun.


 Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai alat
kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik
dilakukan setiap kali pasien datang untuk kontrol.
 Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap 1 minggu sampai
ditemukan kadarnya yang normal 3 x berturut-turut.
 Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan
kadarnya normal 6 x berturut-turut.
 Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik
semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut berhenti
menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.
 Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat
dan pada pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya tanda-tanda
metastasis maka pasien harus dievaluasi dimulai pemberian
kemoterapi.

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada pasien dengan


Molahidatidosa berdasarkan 7 Langkah Varney (Walyani, 2017)
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien. Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan
terdiri dari 7 langkah yang berurutan yaitu:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien secara keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian dengan
efektif, maka harus menggunakan format pengkajian yang terstandar
agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relevan. Pengkajian
data terdiri dari:
a. Data subyektif
Data subyektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa.
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data
pasien dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan, kepada
pasien maupun anggota keluarga yang lain. Data subyektif yang
perlu dikaji pada pasien dengan molahidatidosa antara lain
meliputi: biodata/ identitas pasien dan identitas suami, keluhan
utama, riwayat kesehatan ibu, HPHT, riwayat kesehatan keluarga.

b. Data obyektif
Data obyektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Pemeriksaan fisik pada pasien molahidatidosa meliputi :
pemeriksaan keadaan umum, kesadaran pasien, TTV, pemeriksaan
kepala dan leher, pemeriksaan dada, perut, genetalia dan
ekstrimitas. Serta pemeriksaan dalam/ VT.
Sedangkan pemeriksaan penunjang dapat diperoleh melalui
pemeriksaan laboratorium (kadar Hb, hematocrit, leukosit,
golongan darah), dan USG

2. Interpretasi data
Interpretasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa,
masalah dan kebutuhan pasien pada pasien dengan molahidatidosa.
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Interpretasi data meliputi:

a. Diagnosa kebidanan
Contoh diagnosa kebidanan pada pasien dengan Molahidatidosa
adalah: G….P…..A….….usia kehamilan……minggu dengan
molahidatidosa
Masalah
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang
terjadi pada pasoien dengan mollahidatidosa. Masalah ini terjadi
belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah
tersebut membutuhkan penanganan bidan, maka masalah
dirumuskan setelah diagnosa. Pada pasien dengan molahidatidosa
masalah yang sering muncul adalah perdarahan
Kebutuhan
Kebutuhan pada pasien dengan molahidatidosa antara lain:
- Kebutuhan cairan
- Kebutuhan psikologis
- Pendidikan kesehatan

3. Diagnosa/ Masalah Potensial


Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada.
Contoh :
G 1 P0 A0 Usia kehamilan 20 minggu dengan Molahidatidosa
Diagnosa potensial:
- syock hypovolemic
- corio carsinoma

4. Kebutuhan Tindakan Segera


Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnose/ masalah potensial pada langkah sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan
untuk menyelamatkan pasien secara mandiri, kolaborasi atau rujukan
berdasarkan kondisi pasien
Contoh :
Diagnosa potensial: shock hypovolemik
Tindakan segera :
- Resusitasi cairan
- Beri posisi shock
- Beri oksigen
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian traanfusi darah
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan
Moladidatidosa dengan kuretase

5. Rencana asuhan kebidanan


Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik
dari pengetahuan, teori terbaru, dan divalidasikan dengan kebuituhan
pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien.
Contoh rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan molahidatidosa:
- Berikan informasi tentang keadaan pasien serta kemungkinan
tindakan yanga akan dilakukan
- Beri dukungan moril pada pasien dan keluarga
- Lakukan resusitasi cairan
- Observasi tanda – tanda vital
- Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam perbaikan keadaan umum,
pengeluaran jaringan mola dan terapi selanjutnya

6. Implementasi
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama –
sama dengan pasien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan
dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang
tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.
Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
telah diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang
diidentifikasi saat merencanakan asuhan kebidanan.
Contoh :
- Berikan informasi tentang keadaan pasien serta kemungkinan
tindakan yanga akan dilakukan, ibu mengerti tentang kondisi yang
terjadi pada dirinya dan kehamilannya
- Lakukan resusitasi cairan , tampak pada tangan kiri pasien terpasang
infus RL dengan tetesan 40x/ menit
- Observasi tanda – tanda vital, TD : 90 mmHg, Nadi 100x/ menit,
RR: 22x/ menit
- Kolaborasi dengan bagian patologiklinik untuk pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan HB 7 gr/dl
- Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam perbaikan keadaan umum,
pengeluaran jaringan mola dan terapi selanjutnya, melaksanakan
advis dokter SpOG: tranfusi darah 3 labu WB dan rencana
dilakukan curetase.

2.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir secara


SOAP
1. Pengkajian Data
Tanggal : tanggal dilakukan pengkajian.
Pukul : waktu dilakukan pengkajian.
Tempat : tempat dilakukan pengkajian.
Oleh : orang yang melakukan pengkajian.

Data Subjektif

Data subyektif yang perlu dikaji pada pasien dengan molahidatidosa


adalah:

- Identitas/ biodata pasien dan keluarga


- Keluhan utama : pada pasien dengan molahidatidosa biasanya
sering mengeluh mual dan muntah, keluar darah dari jalan lahir
berwarna coklat gelap sampai merah terang, dan terkadang disertai
keluar gelembung mola dari jalan lahir. Pada kasus molahidatidosa
yang telah terjadi perdarahan banyak pasien mengeluh pusing dan
badan terasa lemas.
- HPHT: untuk mengetahui usia kehamilan
- Gerakan janin : pada pasien dengan molahidatidosa pasien tidak
merasakan adanya gerakan janin dalam perutnya

Data Objektif
Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Keadaan umum pasien dengan molahidatidosa tergantung dari


banyaknya perdarahan yang terjadi atau keluar dari jalan lahir.
Apabila perdarahan yang keluar sangat banyak dan pasien
jatuh dalam kondisi shock maka keadaan umum pasien akan
lemah
Kesadaran : Kesadaran pasien dengan molahidatidosa tergantung dari
banyaknya perdarahan yang terjadi atau keluar dari jalan lahir.
Apabila perdarahan yang keluar sangat banyak dan pasien
jatuh dalam kondisi shock maka akan mempengaruhi
kesadaran pasien. Bahkan pasien bisa dalam kondisi tidak
sadar akibat shock hypovolemik
Nadi : Apabila didapatkan nadi kecil dan cepat ( > 120x/ menit)
berarti pasien dalam kondisi shock

Pernapasan : Apabila pernafasan didapatkan cepat dan dangkal atau tidak


teratur maka pasien dalam kondisi shock

Suhu : Pada pasien molahidatidosa dengan perdarahan yang banyak


maka suhu tubuh akan menurun (< 36,5 °C)

Pemeriksaan Fisik
Mata : pada kasus molahidatidosa dengan perdarahan yang
banyak didapatkan tanda konjuntiva pucat
Mulut : pada kasus molahidatidosa dengan perdarahan yang
banyak mulut tampak sianosis
Dada : Retraksi dada positif apabila pasien mengalami sesak
akibat kondisi pasien yang mengalami perdarahan
banyak
Abdomen : Pada pasien dengan molahidatidosa pertumbuhan
Rahim yang terjadi sangat pesat sehingga ukuran
Rahim lebih besar dari usiaa kehamilan. Pada
pemeriksaan palpasi tidak teraba adanya balotement
atau bagian janin. Pada pemeriksaan auskultasi tidak
terdengan DJJ.
Genetalia : Pada pemeriksaan VT didapatkan v/v darah
kecoklatan atau merah segar, portio menutup /
membuka dan teraba gelembung mola
Pemeriksaan Penunjang

Laborat : pada kasus molahidatidosa dengan perdarahan banyak


biasanya didapatkan kadar Hb menurun (< 8 gr/dl)

USG : pada pemeriksaan USG didapatkan hasil


Molahidatidosa

Analisis / Intepretasi Data

Kesimpulan permasalahan yang di peroleh dan memerlukan


penyelesaian berdasarkan data yang di kumpulkan dari data subjektif,
obyektif, dan penunjung.

Contoh analisis dari kasus mola adalah : G1 P0 A0 Usia kehamilan


20 minggu dengan Molahidatidosa

Penatalaksanaan

Berisi tindakan kebidanan yang dilaksanakan mengacu pada


permasalahan dan evaluasi yang di dapat
Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari asuhan


Kebidanan

NoProses
7 Langkah Varney
Menejemen 5 Langkah Dokumentasi Kebidanan
. Kebidanan (Kompetensi SOAP NOTES
Bidan)
1. Pengumpulan Data Data
Subjektif, Obyektif

2. Masalah/Diagnosis
3. Antisipasi masalah
potensi/diagnosa Analisis/Diagnosa
lain
Analisis/Diagnosa
4. Menetapkan
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
5. Perencanaan Perencanaan Penatalaksanaan

6. Implementasi Implementasi 1. Konsul

2. Tes diagnostic lab

3. Rujukan

4. Pendidikan/konseling

5. Follow up
DAFTAR PUSTAKA

WHO, IDAI, IBI,. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Rujukan. Pertama. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Wiknjosastro, Hanifa,.2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo

Sastrawinata,Sulaiman,.2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi:obstetri patologi.


Jakarta: EGC

Amelia. 2019. Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal.


Yogyakarta: PT Pustaka baru.

Rukiyah. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Timur: CV Trans Info Media

Yanti, Damai. 2017. Konsep dasar Asuhan Kehamilan. Bandung: Refika Aitama
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL (ANC)

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 05-02-2020 Jam : 09.00 WIB

No. RM : 45xxxxx

Nama : Ny. E Nama Suami : Tn.G

Umur : 23 Th Umur : 23 Th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : D3 Pendidikan : D3

Alamat : Bandar Lor 5/6 Alamat : Bandar Lor 5/6

Cara Masuk : Datang sendiri

Diagnosa MRS : Mola hidatidosa

A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ibu datang ke RS dengan keluhan mual-muntah, keluar darah dari jalan
lahir. G1P0000 usia kehamilan 16 minggu.

2. Kronologi MRS : (Sebelum dirujuk/datang ke RS (IGD) hingga sampai ke


ruangan (Bersalin/ Nifas/ Bayi)

3. Riwayat menstruasi
 Usia manarche : 12 tahun
 Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut
 HPHT : 14 Oktober 2019
 Keluhan saat haid : tidak ada
 Lama haid : 7 hari
 Flour albus : tidak ada
 TP : 2i Juli 2020
 Keluhan haid : tidak ada

3. Riwayat hamil ini


 Hamil muda : Mual, Muntah dan pusing
 Hamil tua :-
 Riwayat imunisasi : TT5
 Gerakan janin pertama : belum pernah merasakan gerakan janin
 Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : perdarahan
 Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi : ibu mengkonsumsi
vitamin yang diberi oleh bidan
 Keluhan BAK : tidak ada Keluhan BAB : tidak ada
 Kekhawatiran khusus : ibu khawatir dengan kondisinya saat ini

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.


G1P0000

Umur Keadaan
Tgl,th Tempat Jenis Penolong Anak
No kehamila Penyulit anak
partus partus persalinan persalinan JK/BB
n sekarang

1. Hami - - - - - - -
l ini

5. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita : tidak ada


Pernah dirawat : tidak
Pernah dioperasi : tidak

6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita


sakit :
Keluarga tidak ada riwayat penyakit menular, menurun, dan menahun.

7. Status pernikahan : ya
Nikah 1 kali, nikah usia 22 tahun, lama menikah 8 bulan.

8. Riwayat psiko sosial ekonomi


- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu dan keluarga sangat antusias dengan kehamilan ini.
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Sebelumnya ibu belum pernah menggunakan kontrasepsi KB
- Dukungan keluarga
keluarga sangat mendukung dengan kehamilan ini.
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Pengambilan keputusan berada pada suami
- Kebiasaan hidup sehat
Ibu tidak merokok atau minum alcohol.
- Beban kerja sehari
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci
piring, mencuci pakaian dan memasak.

- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan


Ibu ingin melahirkan di Bidan
- Penghasilan keluarga
± Rp 3.000.000

9. Riwayat KB dan rencana KB


Metode yang pernah dipakai : ibu belum pernah menggunakan
kontrasepsi KB
Komplikasi dari KB :-

10. Riwayat Ginekologi : tidak ada

11. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat


- Pola makan : ibu makan 2-3 kali sehari porsi sedang, jenis nasi,
sayur dan lauk pauk
- Pola minum : 7-8 gelas/hari
- Pola eliminasi :
BAK 5-6 kali/hari, warna : jernih
BAK terakhir jam : 07.00 WIB
BAB 1 kali/hari, karakteristik: lembek, BAB terakhir jam : 19.00 WIB
- Pola istirahat : 5 jam/hari, tidur terakhir jam : 23.30 WIB
- Dukungan keluarga : Suami, Orang tua, dan Mertua
- Pengetahuan ibu tentang kehamilannya (Perubahan fisik& psikis,
ketidaknyamanan & cara mengatasi, tanda bahaya, persiapan persalinan
dsb)
Ibu mengetahui tanda bahaya pada kehamilan yang ada di buku KIA.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah Kesadaran :
Composmentis
BB/TB : 52 kg/ 150 cm Tekanan darah :
100/60 MmHg
Nadi : 95 kali/mnt Suhu :
36,5°C
Pernafasan : 24 kali/mnt

2. Pemeriksaan fisik
- Muka : pucat, tidak terdapat oedem
- Mata : conjungtiva anemis, sklera putih, palpebral tidak oedem.
- Dada : payudara puting menonjol, hyperpigmentasi areola
mammae
- Abdomen : terdapat linea alba, tfu setinggi pusat (24 cm), tidak teraba
ballottement, DJJ tidak terdengar
- Genetalia : terdapat pengeluaran darah segar berwarna merah dari
vagina sebanyak 25 cc, portio menutup.

3. Pemeriksaan laboratorium :
- Laboratorium lengkap :
Hb : 10 gr%
Golongan Darah : B
Protein : Negatif
Albumin : Negatif
HIV : Non Reaktif
HbSaG : Negatif
Sifilis : Negatif
- CTG : tidak dilakukan
- USG : terlihat seperti sarang lebah dan tidak terlihat
janin.
- Foto thorak : tidak dilakukan
- EKG : tidak dilakukan
C. ANALISA / INTEPRETASI DATA
G1P0000 Usia Kehamilan 16 Minggu Dengan Mola Hidatidosa

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 05/02/2020 Jam :
09.10 WIB

09.10 1. Melakukan pemasangan infus RL 20 tpm, infus telah


09.15 terpasang.
2. Melakukan pemasangan tampon kasa ke dalam vagina untuk
09.20 mengurangi keluarnya darah dari jalan lahir, tampon telah
terpasang.
09.25 3. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan, ibu dan keluarga mengerti dan memahami
tentang hasil pemeriksaan.
4. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang
09.27 keadaan kehamilannya bahwa ibu mengalami kehamilan
mola atau hamil anggur sehingga harus segera diakhiri
dengan kuretase, ibu dan keluarga mengerti tentang
keadaanya saat ini.
09.30 5. Memberikan dukungan psikologis dan support mental kepada
ibu atas rasa cemas, sedih dan kehilangan yang dialami
dengan menenangkan hati ibu dengan menyemangati ibu, ibu
09.45 lebih tenang dan tegar setelah diberi dukungan.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi dan penanganan selanjutnya, (advice dokter kuretase,
cefotaxim 1 gr/24 jam, cytrostol 200 mg/6 jam, puasa)
7. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan kepada ibu yaitu kuretase oleh
dokter kandungan untuk membersihkan rahim. Kuretase akan
09.50 dilakukan selama 2 kali, yang pertama akan dilakukan pada
tanggal 05/02/2020 pukul 18.00 WIB dan kuretase kedua
09.55 satu minggu setelah kuretase pertama. Ibu tidak akan
10.00 merasakan sakit karena dilakukan pembiusan, ibu dan
10.15 keluarga mengerti dan paham tentang tindakan kuretase yang
10.16 akan dilakukan.
10.20 8. Memberikan informed consent kepada keluarga untuk
12.00 dilakukan tindakan kuretase, suami sudah menandatangani
17.00 surat persetujuan tindakan.
9. Melakukan pemasangan selang kateter, selang kateter telah
17.05 terpasang.
10. Skin test untuk pemberian cefotaxim 1 gr/24jam, sudah
17.10 dilakukan.
11. Pemberian cefotaxim 1 gr/24jam, sudah dilakukan.
12. Menganjurkan ibu puasa untuk persiapan kuretase mulai
10.16 Wib
13. Menganjurkan ibu untuk beristirahat,
18.00 14. Observasi keadaan umum dan TTV
15. Persiapan ibu untuk kuretase, melakukan pemeriksaan
keadaan umum, TTV dan perdarahan.
18.30 16. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kuretase akan segera
dilakukan, menyiapakan perlengkapan ibu seperti jarik,
18.35 pembalut, dan celana dalam.
18.40 17. Kolaborasi dengan dokter anastesi untuk pemberian anastesi
18.45 dan dokter SpOG untuk melakukan kuretase, memasang
oksigen 2 liter/menit, pemberian anti muntah cendanton 4mg
IV, anastesi atropine sulfas 0,25mg/IV, Miloz 2mg/IV
19.00 diencerkan 2 ml aquades, ketamine 30mg/IV diencerkan
menjadi 3 ml dengan aquades.
18. Melakukan kuretase dengan dokter SpOG, hasil kuretase
terdapat jaringan gelembung ±500cc dengan perdarahan
±50cc kemudian diinjeksi myotonik 1mg/IV setelah kuretase
19. Mempersiapkan hasil kuretase untuk diperiksa di
laboratorium patologi anatomi.
20. Membersihkan dan merapikan ibu.
21. Observasi keadaan umum dan TTV pasien post kuretase.
22. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi post kuretase, (advice dokter injeksi Renxon 1 gr/IV,
obat oral Veroscan 1x1, Myotonik 3x1, Clindamicyn
2x300mg, paracetamol 3x500mg).
23. Memberikan injeksi Renxon 1 gr/IV
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 06/02/2020

Pukul : 06.00

Subjektif :

Ibu mengatakan badannya sudah lebih baik

Objektif :

K/U : baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/70 MmHg

N : 80x/mnt

S : 36,5°C

RR : 22x/mnt

Pengeluaran Pervagina : darah encer berwarna merah kehitaman

Assesment :

P0010 post kuretase 1 dengan mola hidatidosa dalam perawatan hari pertama.

Planning :

08.00 1. Melakukan observasi keadaan umum dan TTV, observasi


keadaan umum dan TTV sudah dilakukan
08.05 2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Ibu sudah
memenuhi kebutuhan nutrisinya
08.30 3. Memberikan ibu obat per oral Veroscan 1x1, Myotonik 3x1,
Clindamicyn 2x300mg, dan paracetamol 3x500mg. obat sudah
09.00 diberikan.
4. Dokter melakukan visite. (advice dokter ibu diperbolehkan
09.20 pulang, lepas infus)
09.30 5. Melepas infus ibu, infus sudah terlepas.
6. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu
11.00 baik dan sudah diperbolehkan pulang.
7. Mempersiapkan ibu pulang dan menganjurkan ibu datang 1
minggu lagi untuk kuretase yang kedua.
8. Memberikan ibu KIE untuk menunda kehamilan selama 1 tahun
dengan menggunakan alat kontrasepsi, ibu bersedia menunda
kehamilannya.
9. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untu
mempercepat pemulihan kondisi ibu.
BAB 4
PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai pembahasan kasus yang didapat, penulis akan
membahas dengan membandingkan antara teori yang ada dengan kasus. Kasus
yang dibahas adalah kehamilan pada Ny.E G1P0000 UK 16 minggu dengan mola
hidatidosa. Pengumpulan data diperoleh melalui, observasi, pemeriksaan, dan
wawancara langsung kepada klien maupun keluarga klien. Pengumpulan data
didapatkan pada hari Rabu tanggal 05-02-2020 pukul 09.00 WIB ibu mengeluh
mual muntah dan mengeluarkan darah dari jalan lahir. Data subjektif tersebut
didukung pula dengan data objektif yaitu didapatkan ibu dalam keadaan lemah
TD: 100/60 mmHg, N: 95 x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36,5 °C. muka pucat,
konjungtiva anemis, TFU 24 cm teraba ballottement, DJJ tidak terdengar, terdapat
pengeluaran darah segar berwarna merah dari vagina sebanyak 25 cc, portio
menutup. Hasil laboratorium didapatakan Hb : 10 gr% dan hasil USG terlihat
seperti sarang lebah dan tidak terlihat janin. Menurut yanti (2017) diagnosis
kehamilan mola hidatidosa ialah terdapat perdarahan pervaginam, Mual muntah
berlebih karena peningkatan hormon HCG, ukuran uterus lebih besar dari usia
kehamilan, tidak ditemukan janin intrauterin, pada palpasi tidak teraba apa – apa,
DJJ negatif, nyeri perut, servix terbuka, keluar jarngan seperti anggur dan
kakikardi, berdebar - debar (tanda – tanda tirotoksikosis). Penegakan diagnosa
dapat dibantu dengan melakukan pemeriksaan USG.
Hasil pengkajian yang sudah didapatkan maka analisa dalam kasus ini yaitu
G1P0000 Usia Kehamilan 16 Minggu Dengan Mola Hidatidosa. Identifikasi
diagnosa dan masalah potensial yang mungkin terjadi pada pasien yaitu syok
hipovolemik, anemia, perdarahan dan dapat terjadi keganasan. untuk kebutuhan
segera digunakan apabila terjadi situasi darurat dimana harus segera melakukan
tidakan untuk menyelamatkan pasien. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
serta kebutuhan segera pada Ny E yaitu diebrikan infus RL 20 tpm, memasang
tampon pada jalan lahir, dan dilakukan kuretase. Menurut Wiknjosastro (2006)
terapi mola ada tiga yaitu perbaikan keadaan umum, Pengeluaran jaringan mola
dengan cara kuretase dan histerektomi dan pemeriksaan tindak lanjut
Penatalaksanaan dalam kasus ini telah tepat sesuai dengan kebutuhan ibu
seperti melakukan dilakukan perbaikan keadaan umum dengan diberikan cairan
infus 20 tpm, melakukan pemasangan tampon dan segera dilakukan kuretase,
memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang keadaan kehamilannya
bahwa ibu mengalami kehamilan mola atau hamil anggur sehingga harus segera
diakhiri dengan kuretase, ibu dan keluarga mengerti tentang keadaanya saat ini,
sesuai advis dokter kemudian mengevaluasi kolaborasi dengan dokter anastesi
untuk pemberian anastesi dan dokter SpOG untuk melakukan kuretase, memasang
oksigen 2 liter/menit, pemberian anti muntah cendanton 4mg IV, anastesi atropine
sulfas 0,25mg/IV, Miloz 2mg/IV diencerkan 2 ml aquades, ketamine 30mg/IV
diencerkan menjadi 3 ml dengan aquades.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen Varney yang dilakukan secara berkelanjutan dan pendokumentasian
secara SOAP pada Ny. E, maka dapat disimpulkan :
a. Pada pengkajian data subjektif didapatkan bahwa Ny. E ibu ibu mengeluh
mual muntah dan mengeluarkan darah dari jalan lahir. Data subjektif tersebut
didukung pula dengan data objektif yaitu didapatkan ibu dalam keadaan
lemah TD: 100/60 mmHg, N: 95 x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36,5 °C. muka
pucat, konjungtiva anemis, TFU 20 cm teraba ballottement, DJJ tidak
terdengar, terdapat pengeluaran darah segar berwarna merah dari vagina
sebanyak 5 cc, portio menutup. Hasil laboratorium didapatakan Hb : 10 gr%
dan hasil USG terlihat seperti sarang lebah dan tidak terlihat janin.
b. Pada identifikasi diagnosa dan masalah yang didapatkan dari analisa data
subjektif dan objektif didapatkan diagnose “G1P0000 UK 216 minggu
dengan mola hidatidosa.
c. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada Ny. E yaitu syok
hipovolemik, anemis dan terjadi keganasan.
d. Kebutuhan segera yaitu pebaikan keadaan umum dan segera dilakukan
kuretase.
e. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny ”E” saat persalinan berjalan
lancar sesuai dengan intervensi yang telah disusun dan kebutuhan dari Ny
”E”.
f. Evaluasi yang didapat dari asuhan kebidanan pada Ny ”E” dalam keadaan
baik yang disusun dalam bentuk SOAP.
5.2 Saran
a. Bagi ibu
Diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman dan pembelajaran untuk
mengenali tanda- tanda kehamilan selanjutnya, dan diharapkan ibu
melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan untuk memantau
kondisinya.

Anda mungkin juga menyukai