PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada Ny. A
P1001 Dengan Post SC Hari Ke 3 Di Ruang Kilisuci RSUD Gambiran Tahun
2020.
TINJAUAN TEORI
3
4
1.1.4 Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Macam-macam
lochea:
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa ketuban, sel-sel selaput desidua (desidua,
yakni selaput lendir rahim dalam rahim dalam keadaan hamil), vernik
kaseosa ( yakni palit bayi,zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam
noda dan sel-sel epitel, yang menyelimuti kulit janin), lanugo (yakni, bulu
halus pada anak yang baru lahir) dan mekoneum (yakni, isi usus janin
cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban,
berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke -
3 sampai
ke-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu (7 sampai 14 hari).
1.1.5 Serviks
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu
post natal, servik menutup (Farrer, 2001).
1.1.6 Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu
saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae
timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan
yang kecil (Saleha, 2009).
1.1.7 Ligamen-ligamen
Ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur mengecil kembali seperti
sedia kala (Wiknjosasrto, 2006).
5
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono,
2002).
Sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen
(laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi) (Garry, 2005).
1.2.2 Macam-macam Sectio Caesarea
Macam-macam Sectio Caesarea menurut (Garry, 2005)
1) Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a) Sectio caesarea transperitonealis:
(1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus
uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
(a) Mengeluarkan janin dengan cepat.
(b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
(c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:
(a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karen tidak
adareperitonealis yang baik.
(b) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi
ruptureuteri spontan.
(2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen
bawah rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang
konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-
kira 10 cm.
Kelebihan:
(a) Penjahitan luka lebih mudah.
(b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
(c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
(d) Perdarahan tidak begitu banyak.
(e) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan
(a) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan
perdarahan banyak.
(b) Keluhan pada kandung kemih post oprasi tinggi
b) Sectio Caesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis dengandemikian tidak membuka cavum abdominal.
8
g) Status perkawinan
Status perkawinan syah atau tidak, karena akan mempengaruhi psikologi
dari ibu nifas. Lamanya perkawinan berapa kali menikah dan sebagai istri
yang keberapa (Sujiyantini, 2009).
h) Psikososial budaya
Menurut Suherni, dkk (2008), yang ditanyakan antara lain:
(1) Pribadi : Kehamilan sekarang direncanakan atau tidak.
(2) Suami : Mendukung atau tidak dengan kehamilan sekarang.
(3) Keluarga : Mendukung atau tidak dengan kehamilan sekarang
i) Riwayat keluarga berencana (KB)
Untuk mengetahui KB apa yang pernah digunakan , jika berKB lamanya
berapa tahun, alat kontrasepsi apa yang digunakan (Saifuddin, 2002).
j) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Selama hamil:Untuk mengetahui asupan nutrisi selama hamil.
Saat nifas:Untuk mengetahui asupan nutrisi pasien selama nifas
(2) Personal Hygiene
Selama hamil:Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakaian.
Saat nifas:Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakian (Wiknjosastro, 2007).
(3) Eliminasi
Selama hamil : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan
BAK, adakah kaitannya dengan konstipasi atau tidak.
Selama nifas : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK
dalam sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudah pergi ke kamar
mandi sendiri. Dalam keadaan normal,ibu dapat BAK secara spontan
dalam 8 jam setelah melahirkan, sedangkan BAB biasanya tertunda 2
sampai 3 hari setelah melahirkan (Sujiyatini, 2009).
(4) Istirahat/tidur : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat
atau tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan
kesulitan selama ibu melakukan istirahat. Kebutuhan tidur ± 8 jam
pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Pola istirahat dan
aktivitas ibu selama nifas yang kurang dapat menyebabkan kelelahan
dan berdampak pada produksi ASI.
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur (Sulistyawati,
2009). Adapun data obyektif meliputi:
11
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu tampak sehat
atau lemas setelah persalinan (Wiknjosastro, 2002). Ibu dengan
bendungan saluran ASI keadaannya sedikit lemas (Marmi, 2011).
(2) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, composmentis
(sadar penuh), apatis (sadar tetapi kurang memberikan respon),
somnolen (Keadaan mengantuk), sopor (tidak sadar total) (Saifuddin,
2002).
Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan sectio caesarea adalah
composmentis (Alimul, 2006).
(3) Tensi : Untuk mengetahui tekanan darah normal, faktor hipertensi
140/90 mmHg, TD normal 120/80 mmHg (Saifuddin, 2002).
Sedangkan tekanan darah ibu nifas post sectio cesarea adalah 110/70 –
130/80 mmHg (Prawirohardjo, 2005).
(4) Suhu: Untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang normal
36ºC sampai 37ºC, sedangkan suhu pada ibu nifas post sectio caesarea
adalah 36°C- 38°C (Prawirohardjo, 2005).
(5) Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis melahirkan,
biasanya denyut nadi akan lebih cepat , sedangkan denyut nadi pada
ibu nifas post sectio caesarea adalah 50 – 90 x/menit (Ambarwati,
2008).
(6) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung
dalam menit, sedangkan respirasi pada ibu nifas post sectio caesarea
cenderung lebih cepat yaitu 16 - 26 x/menit (Prawirohardjo, 2005).
(7) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145
cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Setyo & Retno, 2011).
(8) Berat badan : Penambahan berat badan rata-rata 2 kg tiap bulan
sesudah kehamilan 20 minggu dan adanya penurunan berat badan
dalam bualn terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang baik
(Wiknjosastro, 2007).
b) Pemeriksaan Fisik
(1) Mata : Untuk mengetahui konjungtiva berwarna kemerahan atau tidak,
sklera berwarna putih atau tidak.
(2) Mulut dan gigi : Bersih atau kotor, ada stomatitis Atau tidak, ada
caries gigi atau tidak.
(3) Leher : Mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan ada
pembesaran kelenjar getah bening atau tidak (Sujiyatini, 2009).
(4) Dada : Untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk atau tidak
(Sujiyatini, 2009).
12
Mammae : Ada pembesaran atau tidak, ada tumor atau tidak, simetris
atau tidak, areola hyperpigmentasi atau tidak, puting susu menonjol
atau tidak, kolostrum sudah keluar belum (Farerr, 2001).
(5) Axilla : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada
ketiak dan adakah nyeri tekan (Farerr, 2001).
(6) Abdomen: Untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus, tinggi TFU
berapa jari dibawah pusat (Alimul, 2006).
Tabel 2.1. Perubahan Uterus Masa Nifas