PENDAHULUAN
1. Pengertian
Pada masa yang lalu, coaching sebagai sarana pengembangan muncul dari dunia
olahraga menjadi suatu alat penting untuk pengembangan pribadi dalam pekerjaan dan untuk
mencoba mengkaji dalam pilihan hidup. Coaching juga tumbuh dalam bidang kehidupan,
pasarnya sendiri bahkan lebih beragam, berkisar dari coach yang bekerja dalam bidang
kesehatan seperti penghentian merokok, manajemen stres dan diet, sampai gaya hidup. Pada
bidang kesehatan ini para coach secara khusus dilatih dengan latar belakang pelayanan
kesehatan atau psikologi. Dalam bidang kesehatan coaching merupakan alternatif untuk
konseling (Passmore, 2010).
Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada seorang
yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan membimbing untuk terus
berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu prestasi yang diharapkan. Seseorang
yang melakukan coaching disebut coach dan orang yang dicoaching disebut coachee.
Proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya, yaitu
untuk mencapai satu titik dimana dia tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya saat itu
tetapi juga mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya dapat dicapai. Orang yang
melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik dengan coacheenya sehingga
melalui proses ini terjalin satu kedekatan dan saling pengertian yang lebih mendalam (Riandi
& Supriatno, 2009).
Proses coaching sering diartikan sebagai sarana untuk membantu mengatasi dan
memecahkan masalah pada individu, memberikan motivasi dan dukungan semangat dalam
melaksanakan tugasnya. Kesempatan untuk peningkatan kerja bisa diperoleh melalui
keterampilan. Untuk memperoleh bantuan yang nyata dapat diberikan dari dukungan individu
atau organisasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang fasilitator dalam
melakukan bimbingan:
a. Apa hasil yang diharapkan atau yang diinginkan
b. Bagaimana cara mengukurnya
c. Perubahan apa yang diperlukan untuk memenuhi harapan atau hasil yang diinginkan
Fasilitator harus menentukan apakah peserta mampu memenuhi harapan atau hasil yang
diinginkan. Terkait dengan waktu dan usaha yang diperlukan untuk tujuan tersebut juga harus
ditentukan dengan menggunakan panduan kinerja (Mercurio, 2008).
2. Tujuan Coaching
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat meningkatkan kinerja
individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dengan kehidupan,
motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri yang lebih baik, pengambilan keputusan yang
lebih baik dan peningkatan pelaksanaan manajemen perubahan.
Beberapa tujuan coaching:
a. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
b. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman pembelajaran dengan
bimbingan dan mengembangkan profesional peserta
c. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang diberikan
fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan peserta dalam
mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang
d. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi permasalahan
yang dihadapi mereka
3. Proses Coaching
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan serta untuk
mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan. Selain itu dijelaskan juga
satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan bahwa kita diberikan
kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan tanggung jawab yang telah diberikan dan
membangun serta melakukan setiap rencana kerja. Secara sederhana proses coaching akan
membantu untuk menciptakan visi yang terbaik dan terbaru yang dimiliki dalam rangka
mencapai suatu keberhasilan. Dimana keberhasilan adalah saat kita dapat mencapai tujuan
secara kontinyu.
Coaching dan mentoring terkadang sulit dibedakan tetapi pada dasarnya berbeda,
seorang mentor mempunyai pengalaman dan pengetahuan di bidang khusus, dimana
kemudian bertindak sebagai penasihat, konselor, pemandu, pembimbing, tutor ataupun guru.
Hal ini berbeda dengan peran coach yang tidak memberikan nasihat, tetapi lebih kepada
membantu coachee untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang ada dalam
dirinya, kemudian memfasilitasi coachee untuk dapat menjadi penasihat bagi dirinya sendiri.
Perbedaan Coaching dan Mentoring
Coaching Mentoring
Tingkat Lebih formal. Kurang formal.
Formalitas Kontrak atau aturan dasar Kebanyakan diantara dua
ditetapkan, sering melibatkan orang pihak.
ketiga.
Lama Kontrak Jangka waktu lebih pendek. Jangka waktu lebih panjang.
Umumnya antara 4 dan 12 Umumnya tidak disebutkan
pertemuan yang disepakati, antara 2 jumlah pertemuan dengan
sampai 12 bulan. hubungan, biasanya dijalani 3
sampai 5 tahun.
Fokus Lebih fokus pada kinerja. Lebih fokus pada karir.
Umumnya fokus lebih besar pada Umumnya fokus pada masalah
keterampilan jangka pendek dan karir jangka panjang,
kinerja. memeroleh pengalaman yang
tepat dan pemikiran jangka
panjang.
Tingkat Bidang Lebih generalis. Lebih ke bidang pengetahuan.
Pengetahuan Umumnya coach memiliki Umumnya mentor memiliki
pengetahuan bidang terbatas. pengetahuan tentang organisasi
atau bidang bisnis.
Pelatihan Lebih kepelatihan membangun Lebih kepelatihan manajemen.
hubungan. Umumnya mentor memiliki
Umumnya coach memiliki latar latar belakang di manajemen
belakang psikologi, psikoterapi atau senior.
SDM.
Fokus Fokus ganda. Fokus tunggal.
Umumnya ada dua fokus yaitu Umumnya fokus pada
kebutuhan individu dan kebutuhan kebutuhan individu.
organisasi.
Orang yang sedang di coaching atau coachee, akan diarahkan untuk membahas secara
terperinci dimulai dari tujuan evaluasi pekerjaan saat itu, siapa dan bagaimana
keberadaan coachee, apa dan dimana yang menjadi prioritas dan coachee akan diarahkan
untuk menyadari untuk membuat satu keputusan tentang masa depan. Melalui bantuan
seorang personal coach maka seorang coachee akan semakin mempertajam kehidupan
personalnya dan dia akan lebih efektif di dalam menyelesaikan segala persoalan
kehidupannya.
Proses coaching pada intinya adalah suatu percakapan, dialog antara seorang peserta
dengan orang yang membimbing (fasilitator). Penerapan konteks pendekatan hasil (result
oriented) yang produktif, seorang coach akan melibatkan si coachee untuk membicarakan
sesuatu yang sudah diketahui. Pada kenyataannya seorang coachee suah memiliki semua
jawaban terhadap semua pertanyaan, apakah itu sudah ditanyakan atau belum ditanyakan.
Dapat disimpulkan bahwa proses coaching juga meningkatkan proses berpikir dari yang
dibimbing.
Seorang coach akan membantu coachee di dalam suatu proses pembelajaran,
tetapi coach bukanlah seorang guru dan tidak perlu untuk mengetahui bagaimana
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik daripada yang dikerjakan coachee. Tetapi yang
terpenting adalah seorang coach akan lebih mengobservasi mengenai pola, menetapkan
tahap-tahap tindakan atau action yang lebih baik yang akan dikerjakan. Dimana proses ini
melibatkan proses pembelajaran melalui berbagai teknik coaching seperti:
a. Mendengarkan
b. Refleksi, menanyakan pertanyaan dan menyediakan informasi
c. Seorang coach akan menolong coachee untuk menjadi seorang yang mampu mengoreksi
dirinya sendiri dan membangkitkan diri sendiri. Sehingga dia dapat belajar untuk
memperbaiki sikap dan tingkah lakunya, membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dan
menemukan jawabannya.
4. Teknik Coaching
a. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan tahap perkenalan dan tahap pengkondisian agar tercipta suasana
yang saling mempercayai.
b. Tahap Klarifikasi
Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan. Masalah yang akan dipecahkan
diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan juga permasalahan mana yang
akan dipecahkan terlebih dahulu.
c. Tahap Pemecahan (Perubahan)
Pada tahap ini coachee dengan bantuan coach berusaha mencari solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi. Coach berusaha memberikan saran dan alternatif-alternatif,
namun coachee sendirilah yang harus mengembangkan solusi permasalahan yang
dihadapi.
d. Tahap Penutup
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah dicapai coachee dari
proses coaching. Hal-hal yang pada tahap pendahuluan disepakati untuk diubah atau
diperbaiki akan dinilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum.
Teknik yang efektif bisa digunakan untuk mempercepat proses pembelajaran, teknik
yang terbaik adalah dengan memiliki koneksi dengan coachee dan dengan teknik yang
sederhana seperti mendengarkan, mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi dan memberi
umpan balik merupakan teknik-teknik dasar utama dalam coaching.
5. Keuntungan Coaching
a. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan minatnya
b. Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode penilaian termasuk
observasi
c. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta
d. Coaching lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training kelompok
e. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan keterampilan
yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus menerus dan personal
6. Kemampuan melakukan Coaching
Kompetensi dalam coaching dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Kompetensi menjaga hubungan
Para coach harus mampu menunjukkan bahwa adanya keterbukaan, jujur dan
menghargai orang lain.
b. Menjadi efektif
Para coach harus memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja dengan
para coachee dan memiliki kesadaran diri.
c. Melakukan coaching
Para coach harus mampu berpegang pada metodelogi yang jelas, cakap dalam
mengaplikasikan metode serta alat-alat dan teknik-teknik yang relevan serta selalu
hadir dalam setiap sesi coaching.
Kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan coaching yaitu sebagai berikut:
a. Fasilitator harus dapat membimbing secara efektif an sungguh-sungguh kepada setiap
peserta
b. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan observasi, analisis dan diagnosis yang tajam
terhadap masalah pelatihan atau pembelajaran
c. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang tinggi terhadap materi
yang dilatihkannya
d. Melakukan bimbingan dan komunikasi secara asertif
e. Memiliki daya empati dan peka terhadap kebutuhan peserta
f. Mampu menjadi pendengar yang baik
g. Terbuka untuk menerima pendapat
BAB III
KESIMPULAN
Depkes, RI. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching). Pusdiklat SDM Kesehatan
bekerja sama dengan Dit. Bina Pelayanan Keperawatan
Mercurio, N. 2008. Mastering Individual Effectiveness Through the Coaching Process.
Toronto: The Canadian Manager
Murwani, A. 2009. Pengaruh Metode Coaching dan Motovasi terhadap Kompetensi
Melakukan Pemasangan Endotrakeal Tube pada Mahasiswa STIKES Suya
Global. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015 dari
http://pasca.uns.ac.id
Palimirma. 2009. Coaching – Metode Bimbingan yang Efektif. Diakses pada tanggal 10
Februari 2015 dari www.manajementfile.com/journal
Passmore. 2010. Excellence in Coaching. Jakarta: PPM Manajemen
Pohan, S.I. 2008. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Riandi, Widodo, dan Supriatno, 2008. Developing of Video – Based Coaching Package.
Result the Second Year Research Project. Jakarta: PMIPA UPI
Swanburg, 2008. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan untuk Perawat
Klinis. Jakarta: EGC
Thorne, K. 2009. Peran Pelatih dalam Perubahan Manusia dan Organisasi. Jakarta:
Gramedia
World Health Organization. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching): Pelatihan
Keterampilan Manajerial SPMK