Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN DIAGNOSA MEDIS MOLA HIDATIDOSA

DISUSUN OLEH :
Yulian Dwi Damayanti (1911035)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

PRODI S1 - KEPERAWATAN PARAREL

2019

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanya milik Tuhan, karena berkat rahmat, karunia serta
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keperawatan
Maternitas Dengan Diagnosa Medis Mola Hodatidosa”.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Maka pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Iis Fatimawati.,S.Kep.,Ns., M. Kes. Selaku Dosen PJMK mata kuliah
Keperawatan Maternitas
2. Teman-teman yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama
penulisan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi
keilmuanya. Aamiin..

Surabaya, 24 Maret 2020

Yulian Dwi Damayanti


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah latar belakang yang duhadpi oleh mater care yaitu masih tingginya
angka kematian ibu (AKI). Penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab
langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung adalah kehamilan, kelahiran dan
nifas. Penyebab antara yaitu keadaan gizi (nutrisi, pelayanan keluarga berencana, dan
perilaku kesehatan reproduksi). Penyebab tidak langsung yaitu status perempuan
(pendidikan, karir) ekonomi, politik, sosial dan budaya ( Afandi, 2000).
Salah satu perdarahan di awal kehamilan dapat disebabkan oleh kehamilan
mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tripoblas atau
Gestasional Tropoblastic Desease (GDT). Mola hidatidosa merupakan konsepsi yang
abnormal dengan perkembangan plasenta yang berlebih dengan ada atau tidak adanya
bagian janin. Mola hidatidosa terbagi menjadi dua tipe yakni mila hidatidosa parsial
dan mola hidatidosa komplit (Sebire & Seckl, 2008)
Perawat Maternitas mempunyai peranan penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat dituntut dapat menggunkaan dan mengaplikasijan teori model
konsep keperawatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Teori tentang diagnosa medis Mola Hidatidosa
2. ASKEP diagnose medis Mola Hidatidosa secara teori dan kasus

1.3. Tujuan Penulisan


1. Agar mengetahui teori tentang diagnosa medis Mola Hidatidosa
2. Agar memahami tentang ASKEP diagnose medis Mola Hidatidosa secara teori
dan kasus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mola Hidatidosa


Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai
dengan degenerasi hidropik. Mola hidatidosa adalah kehamilan dini akan berkembang
secara abnormal dan uterus terisi oleh gelembung-gelembung mirip buah anggur yang
menghasilkan hormon korionik gonadotropin dalam jumlah yang sangat besar.
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai
dengan degenerasi hidropik. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir
seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik. Mola hidatidosa adalah penyakit
yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan
disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik.

2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti, ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan
genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta sison, yaitu defisiensi protein. Faktor
resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia < 20 tahun dan paritas tinggi.
Menurut Heller (1986), penyebab dari mola hidatidosa adalah anomali yaitu karena
pembengkakan edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan proliferasi trofoblast.

2.3. Patofisiologi
Faktor ovum, imunoselektif dari tropoblas, sosial-ekonomi yang rendah, paritas
tinggi, keurangan protein, infeksi virus, faktor kromosom yang belum jelas
menyebabkan chorionic vili berganda. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-
gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin. Secara histopatologik kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Suatu agonesis
yang lengkap/degenerasi dini dari sistem vaskularisasi buah kehamilan pada kehamilan
minggu ke III – V. Sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel
trofoblas memproduksi hormon. Cairan ini dapat berupa gelembung yang dapat sebesar
butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi kavum
uteri.
Stroma vili dan kelembaban, terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma,
adanya proliferasi dari trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom poliploidi dan hampir
pada semua kasus mola susunan sex kromatin adalah wanita. Pada mola hidatidosa
ovarium dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya ada satu ovarium, kadang-
kadang pada keduanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-
kuningan dan dapat mencapai ukuran tinju/kepala bayi. Kista lutein terjadi karena
perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista akan
menghilang dengan sendirinya setelah mola dilahirkan.

2.4. Manifestasi Kinis


Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
a. Uterus berukuran lebih besar daripada ukuran untuk kehamilan yang normal dan
teraba lunak serta bundar.
b. Jantung janin tidak terdengar.
c. Bagian tubuh janin tidak teraba.
d. Hiperemesis karena peningkatan HCl melampaui nilai normal dan preeklamsia
timbul secara dini dan pada keadaan ini bila ditemukan perdarahan pervaginam
mendekati akhir bulan ketiga yang sedikit dan berwarna gelap.
e. Kadang-kadang gelembung seperti buah anggur tampak keluar dari dalam vagina.
f. Tes urine untuk kehamilan menunjukkan hasil positif.

2.5. Komplikasi
a. Anemia.
b. Syok.
c. Infeksi.
d. Eklamsia.
e. Tirotoksikosis.
f. Perdarahan hebat.
g. Anemis.
h. Perforasi usus.
i. Keganasan.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Uji sonde uterus.
Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 3600
dengan deviasi sonde kurang dari 100.
2. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin.
3. USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).
4. Foto thoraks ada gambaran emboli udara.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
6. Hitung darah lengkap dengan apusan darah : lazimnya ditemukan anemia
defisiensi besi, eritropoesis megaloblastik jarang.
7. Urinalisis : biasanya normal proteinuria memberi kesan adanya kaitan dengan
kaitan pre eklamsia.

2.7 Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan, yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum.
a. Koreksi dehidrasi.
b. Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang).
c. Bila ada gejala pre eklamsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai
dengan protokol penanganan dibagian obstetri.
d. Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.

2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi.


Kuretase pada pasien mola hidatidosa :

a. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin


dan kadar beta HCG dan foto toraks), kecuali bila jaringan mola telah
keuar spontan.
b. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
c. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus
dengan tetesan oxytosin 10 IU dalam 500 cc D5%.
d. Kuretase dilakukan 2x dengan interval minimal 1 minggu.

Histerektomi.
Syarat melakukan histerektomi :
a. Umur ibu 35 tahun atau lebih.
b. Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.

3. Pemeriksaan tindak lanjut meliputi :


a. Lama pengawasan 1-2 tahun.
b. Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap
kali pasien datang untuk kontrol.
c. Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap 1 minggu sampai
ditemukan kadarnya yang normal 3 x berturut-turut.
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan
kadarnya normal 6 x berturut-turut.
e. Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik dan
foto thorax semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut
berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.
f. Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan
pada pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya tanda-tanda metastasis
maka pasien harus dievaluasi dimulai pemberian kemoterapi.

2.8 Asuhan Keperawatan secara teori


Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala : insomnia, sensitifitas , otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat.
Tanda : atrofi otot, tremor.
2. Sirkulasi.
Gejala : perdarahan pervaginam.
Tanda :  tekanan darah, takikardi saat istirahat.
3. Eliminasi.
Gejala : urin dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses.
4. Intergritas ego.
Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
5. Makanan/cairan.
Gejala : kehilangan BB mendadak, nafsu makan , mual dan muntah.
Tanda : distensi vena jugularis, edema, turgor kulit dapat dilihat dari
kelembaban/kering; membran mukosa.
6. Neurosensori.
Gejala : rasa ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan.
Tanda : gangguan status mental, bicara cepat/parau, perilaku seperti
bingung, gelisah, disorientasi, peka rangsang, delirium, psikosis,
struktur koma.
7. Nyeri.
Gejala : nyeri abdomen.
Tanda : mengkerutkan muka, menjaga area yang sakit, respon emosional
terhadap nyeri.
8. Pernafasan.
Gejala : frekuensi pernafasan , takipneu, dispneu, edema paru (pada krisis
tiroksikosis).
Tanda : fungsi mental/kegelisahan, kesadaran/rileks.
9. Keamanan.
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan.
Tanda : suhu  diatas 37,40C, diaporesis, kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus.
10. Seksualitas.
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea.
11. Integumen.
Tanda : adanya luka bekas operasi.
12. Verbal.
Gejala : pernyataan tidak mengerti/salah mengerti.
Tanda : kerusakan kemampuan untuk bicara, gagap, disastria, afasia, suara
lemah/tidak mendengar.
13. Penyuluhan/pembelajaran.
Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah, masalah
penyakit trofoblast, terutama mola hidatidosa.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
2. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dnegan perdarahan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
sekunder.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (mual, anoreksia,
pembatasan medis).
5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelelahan nyeri atau
ketidaknyamanan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan I : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
kerusakan jaringan intrauteri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
beradaptasi dengan nyeri yang dialami.
Intervensi :
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala
maupun diskripsi.
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi
nyeri.
3. Kolaborasi pemberian analgetika.
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik.
b. Diagnosa Keperawatan II : Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan
berhubungan dnegan perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika.
Rasional : Pengeluaran cairan pervasinal sebagai akibat abortus memiliki
karakteristik bervariasi.
2. Ukur pengeluaran harian.
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal.
3. Catat haluaran dan pemasukan.
Rasional : Mengetahui penurunan sirkulasi terhadap destruksi sel darah
merah.
4. Observasi nadi dan tensi.
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5. Berikan diet halus.
Rasional : Memudahkan penyerapan diet.
6. Nilai hasil lab.HB/HT.
Rasional : Menghindari peradarahan spontan karena proliferasi sel darah
merah.
7. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan transfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.
8. Evaluasi status hemodinamika.
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

c. Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


tidak adekuat pertahanan sekunder.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.
Intervensi :
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau.
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart
keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi.
2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang
lebih luar.
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4. Lakukan perawatan vulva.
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.
Rasional : Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik
infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan
gejala infeksi.
6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama
masa perdarahan.
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan
ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk
kondisi sistem reproduksi ibu sekaligus meningkatkan resiko
infeksi pada pasangan.
7. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.
Rasional : Mencegah cross infeksi.
8. Observasi suhu tubuh.
Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.
9. Nilai hasil lab.Leukosit, darah lengkap.
Rasional : Penurunan sel darah putih akibat dari proses penyakit.
10. Berikan obat sesuai terapi.
Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan.

2.9 ASKEP KASUS


Ny. N, G3 P3 A0 umur  39 tahun dibawa kerumah sakit oleh keluarganya karena
mengalami perdarahan. Pasien mengaku sudah mengalami perdarahan tadi pagi,
saat diperiksa keadaan vulva lembab, kemerahan di perineum,dan keluar cairan
putih, pasien tampak lemah, membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis
dan cubitan kulit kembali lebih 2 detik, tampak lemas.  Pasien juga mengeluh
nyeri  perut bagian bawah dengan skala nyeri 6, nyeri seperti mulas hebat, nyeri
sering timbul dan bertambah saat melakukan gerakan secara tiba-tiba (kontraksi
uterus),payudarah membengkak,  pasien tampak meringis menahan nyeri, wajah
pasien tampak pucat, gelisah, konjungtiva anemis, perdarahan 500cc, TD 130/90
mmHg, RR 26x/menit, HR 120x/menit, suhu 38oC, BB 58Kg
DS : Perdarahan Resiko syok hipovolemik
Pasien mengatakan
mengalami perdarahan tadi
pagi

DO :
- turgor kulit tidak elastis
Crt > 2 detik
- BB 68 kg
- HR 120
- TD 130/90

DS : Agen pencedara fisik Nyeri Akut


Pasien mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah, disetai
gerakan –gerakan tambagan
DO :
P : nyeri akan lahiran
Q : nyeri seperti mulas hebat
R : bagian perut bawah
S : skala 6
T : sering

DS : - Gangguan adaptasi Gangguan rasa nyaman


DO : kehamilan
- Pasien nampak gelisah
- pasien nampak meringis
- postur tubuh berubah

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


o Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Resiko syok Setelah dilakukan - monitor status cairan (turgor
hipovolemik b.d intervensi keperawatan kulit, CRT)
perdarahan selama 1 x 24 jam maka - berikan posisi syok
status cairan membaik - pasang jalur IV berukuran besar
dengan kriteria hasil : - kolaborasi pemberian cairan
- turgor kulit meningkat infus cairan kristaloid 1-2L pada
- BB membaik dewasa
- HR membaik
- TD membaik
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan - identifikasi lokasi, karakteristi,
agen pencedera intervensi keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas
fisik selama 3 x 24 jam tingkat nyeri
nyeri menurun dengan - Berikan teknik nonfarmalogis
kriteria hasil : untuk mengurangi rasa nyeri
- keluhan nyeri menurun - jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- kolaborasi pemberian analgesik,
bila perlu
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan - identifikasi teknik relaksasi yg
nyaman b.d intervensi keperawatan pernah di gunakan
gangguan adaptasi selama 3 x 24 jam status - gunakan pakaian longgar
kehamilan kenyamanan meningkat - gunakan relaksasi menggunakan
dengan kriteria hasil : analgesik atau tindakan medis
- gelisah menurun lain, jika perlu
- merintih menurun - anjurkan mengambil posisi
- postur tubuh membaik nyaman
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pesien dengan perdaraham mola hidatidosa memiliki keluhan dan
tanda gejala yang sama. Penanganan sedini mungkin pada fase akut akan
meningkatkan peluang hidup ibu yang cukup besar.
Dengan penanganan yang segera dan tepat dapat sangat membantu
seorang ibu, bukan hanya bantuan dari medis. Dukungan dari seorang
keluarga terutama suami juga bias membantu ibu semangat untuk menjalani
penyakitnya.

3.2. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para
pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2014. “Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan RI”
Jakarta.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit


Kandungandan KB, Jakarta : EGC.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal


Patologi.Yogyakarta : Nuha Medika.

Sari & Prabowo. 2018. Buku Ajar Perdarahan pada Kehamilan Trimester 1.
Fakultas Kedokteran Uniersitas Lampung

Setiawati, Dewi. 2013. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar :


Alauddin University Press.

Anda mungkin juga menyukai