Anda di halaman 1dari 24

ASKEP PADA PASIEN PERDARAHAN ANTEPARTUM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PERDARAHAN ANTEPARTUM

Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara

kehamilan minggu ke-28 dan awal partus.

Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika terjadi

pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta menjadi organ

defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat terjadi lebih dini.

Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun perdarahan vaginal setelah

minggu ke–29 harus dianggap mempunyai potensi serius . perdarahan pada saat yang lebih dini

dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan anterpatum yaitu

• Plasenta previa

• Soluto plasenta

1. Plasenta previa

1. Pengertian

Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

3.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan
kekerapan terjadi plasenta previa yaitu :

• Parista

Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa

• Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin

besar kemungkinan kehamilan plasenta previa.

• Umur dam paritas


– Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.

– Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah

–Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang.

• Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.

•Kadang-kadang pada malnutrisi

Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu
1)
: Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta 2)
3) Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
4) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir pembukaan
Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak
mencapai ostium internum.
5)
3.1.3. Manifestasi
•Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak.
klinis Perdarahan yang terjadi pertama kali, biasanya
tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari
sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
•Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
• Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
•Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak
janin (letak lintang atau letak
sunsang)
•Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian besar
kasus, janinnya masih hidup.

Gejala
utama
•Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama

•Komplikasi Anemia karena perdarahan


• Syok
• Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.

4. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan
berkaitan dengan makin tuanya kehamilan . Kemungkinan
perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia
kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis. Makin tua usia kehamilan
segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang
berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan mengalami pergeseran dari tempat implantasi
dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus
yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.

5.Manajemen Therapeutik Harus dilakukan di rumah sakit dengan


fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap
kiri, tidak melakukan sanggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut missal
batuk,mengedan karena sulit buang air besar)

Gambar 35.3 Skema


Penanganan Plasenta previa

Pasang infuse cairan Nacl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan proposal. Pantau
tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin. Bila terjadi
renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah. Bila tidak teratasi, upayakan
penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan. Penanganan di rumah sakit
dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjetan, usia gestasi <37 minggu,
taksiran berat janin <2.500 g, maka :
•Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi
bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari
•Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g atau lebih,
lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila bukan, usahakan
partus pervaginam.

3.1.6. Asuhan
keperawatan Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi
individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan menolong
mereka meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan profesinya. Pelayanan
keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa akan berhasil apabila
asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini perawat dituntut memiliki
pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja yang harus dilakukan, selain itu
perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis. Proses kererawatan digunakan oleh perawat
untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip
ilmiah sertamempertimbangkan klien sebagai makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan spiritual)
dan bersifat unik. Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian,
intervestasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan
utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien HAP.
Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data. Adapun

data-data yang dikumpulkan yaitu :


a. Identitas umum
b. Riwayat
1. Riwayat kesehatan kesehatan
dahul
–Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria
curettage yang berulang- u
ulang.
–Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit
menular seperti
hepatitis.
– Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat kesehatan sekarang
– Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
– Perdarahan tanpa rasa nyeri
– Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.

3. Riwakat kesehatan keluarga


– Kemungkinan keluarga
pernah mengalami kesulitan kehamilan
– Kemungkinan ada keluarga yang mender seperti lainnya.
– Kemungkinan keluarga pernah ita
mengalami ini
– Kemungkinan
kehamilankeluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular.
ganda.
4. Riwayar Obstetri
Riwaya
–t Minarche : 12Haid/Menstruasi
th
– Siklus : 28 hari
– Lamanya : ± 7 hari
– Baun :
– Keluhan pada haid :yatidak ada keluhan nyeri haid amis

5. Riwayat kehamilan dan persalinan


– Multigravida
– Kemungkinan abortus
– Kemungkinan pernah melakukan curettage

6. Riwayat nipas
– Lochea
Bagaimana baunya, Rubra
– Banyaknya 2 kali ganti duk amis
– Tentang besar
Colostrum ada laktasi

c. Pemeriksaan tanda-tanda vital


– Suhu tubuh, suhu akan meningkat terjadi
– Tekanan akan menurun jika
jika ditemui adanya tanda infeksi
– Pernapasan,darah, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
syok
– Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

d. Pemeriksaan fisik
– Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
– Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
– Mata biasanya konjugtiva anemis
– Thorak, bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
biasanya Abdomen
– Inspeksi : terdapat strie
• Palpasi gravidarum
• Leopoid I : Janin sering belum cukup fundus uteri masih rendah:
Leopoid II Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belumbulan,jadi
turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang atau : atau mengolak pintu atas panggul.
terapung(floating)
IV :Leopoid diatas janin panggul
• Kepala Perkusi : Reflek
belum masuk pintulutut atas +/+
• Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal
– Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah 120.160
– Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
muda
e. Pemeriksaan penunjang
– Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).

f. Data sosial
ekonomi Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi
pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
dimilikinya.
Dari pengkajian yang telah diuraikan diatas dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan yang
memungkinkan ditemukan pada klien HAP atas indikasi plasenta precia antara lain :
1.Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah
rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
2.Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan merawat
diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio
:326)
3.Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke
plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post
seksio.
4.Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
(Susan Martin Tucker,dkk 1988 :
624).
5. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara Enggram :1998:371)
6.Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya mikro organisme sekunder
terhadap luka operasi
sesarea.
7.Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan pengobatan
(Susan Martin Tucker,dkk 1988).

2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan pada
klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi masalahnya.
Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :

Tujuan
DX :
Klien
I tidak mengalami perdarahan berulang
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah :
Intervensi
1.
rahim Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat
terjadi perdarahan

2. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu) Rasional : Dengan mengukur
tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau kemajuan keadaan klien.
3.Kontrol perdarahan pervaginam Rasional : Dengan mengontrol
perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada plasenta sehingga dapat melakukan
tindakan segera.

4.Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan tindakan
segera dalam mengatasi keadaan klien.

5.Monitor bunyi jantung janin Rasional : Denyut


jantung lebih >160 serta< 100dapat menunjukkan gawat janin kemungkinan terjadi gangguan
perfusi pada plasenta

6.Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan Rasional : Dengan mengakhiri
kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.

DX
II
sekunder keharusan dengan ketidakmampuan merawat
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan bedres
diri
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
therapeutik
melakukan asuhan keperawatan.

2.Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar Rasional


:Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga kebutuhan klien
terpenuhi,

3.Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan Rasional : Dengan


melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien
merasa diperhatikan.

4.Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien Rasional : Dengan


mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

5.Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan Rasional : Dengan
memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.

DX
III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke Anjurkan klien jantung
3. untuk nafas
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin dalam
terpenuhi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian
oksigen Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga
janin
konsumsi pada meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital
kortikosteroit
pada
janin.

DX
IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut Tujuan
:
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.

2.Jelaskan pada klien penyebab nyeri Rasional : Dengan


memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan mampu mengatasi rasa
nyeri yang dirasakan klien.

3.Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka. Rasional : Peregangan
luka dapat meningkatkan rasa nyeri.

4.Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara. Rasional: Dengan
mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa nyeri

5.Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam) Rasional : Dengan teknik nafas dalam
diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
6.Kontrol vital sign klien Rasional :Dengan
mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau kemajuan keadaan klien
untuk mengambil tindakan selanjutnya.

7.Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan


analgetik Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkurang.

3.2. Solusio Plasenta


3.2.1.
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya Pengertian

2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus, difisiensi
gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena kana inferior dan
vena ovarika.

3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian terbelah dan
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian
tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang
akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu
berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir
keluar dapt melepaskan selaput ketuban.

4. Manifestasi Klinis
•Anamnesis : perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginam berwarna
kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut,
uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok dak kematian janin intrauterine.
• Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
•Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut
jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur
darah.

3.2.5. Manajemen
Terapeutik Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran
pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air
besar). Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peronai.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau
syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera
lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal
bila teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila
janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan
tidak dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin
mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang
dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu
atau taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.Penanganan berdasarkan berat atau
ringannya penyakit :
yaitu a). Solusio Plasenta Ringan
•Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup)
dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan.
•Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat mengancam
ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin bila
memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama,
lakukan seksio sesarea.
b). Solusio plasenta sedang/berat
Resusitasi cairan
Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan bila tak
dapat
Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau lebih.
Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.

Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau
preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio plasentae
sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan kematian janin 50-
80%.

3.2.6. Asuhan Keperawatan


a). Pengkajian
1). Data Biografi Demografi
Usia, jenis kelamin, pekerjaan serta identitas lain yang mendukug.
2). Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit dahulu(DM,gagal dan hipertensi)
Riwayat ginjal kesehatan keluarga
Riwayat kehamilan yang lalu
Riwayat ginekologis
Status kesehatan sekarang
Riwayat status nutrisi
3). Kebiasaan (merokok, penggunaan obat-obatan dan alkohol)
4). Status psikologis
5). Kepercayaan Keagamaan
6). Pemeriksaan Fisik
Vita sign nadi, respirasi dan suhu)
l Tinggi badan (TD, dan badan hamil dan hamil)
S berat
kardiovaskuler, (sebelum
hipotensi, tachicardi, setelah cyanosis)
istemSistem perkemihan (intake dandan output)
Sistem integument (udem,pucat, kulit dingin)
Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I – IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status serviks,
perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi). Status
janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).
7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})

b). Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock.
2) Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
3) Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau
pengeluaran kehamilan
4) Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuatnya pada plasenta

c). Intervensi Keperawatan


1) Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock
Tujuan : pefusi jaringan adekuat
Kriteria :
Tanda vital dalam batas normal
Kulit hangat dan kering
Nadi perifer
adekuat
Tindakan mandiri :
a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan
sirkulasi
b.) Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus
uteri. R: Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya
c.) Monitor intake dan untuk memperbaiki sirkulasi volume
R : pemberian
output intake cairan (secara parenatal) dapat membantu
cairan. mempertahankan volume
sirkulasi

Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : oksigen dapat meningkatkan sirkulasi pada
Pemberian b. Pemberian tranfusi darah O2 jaringan
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan s
esua indikasi
i
2). Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi
Kriteria :
• Keadaan umum ibu baik
• Pembekuan darah
• Tanda vital dalam batas normal
• Sirkulasi darah baik
normal
Tindakan mandiri :
a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b. sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
Monitor
pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan
darah) R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.

c. Pemberian trasfusi dan komponen darah sesuai dengan indikasi R : tranfusi darah dapat
membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses pembekuan yang abnormal .

d. Pemberian obat sesuai dengan indikasi


R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor
pembekuan darah

3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuat pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada
janin adekuat
•Kriteria DJJ normal (120-160 :
• Kebutuhan oksigen janin x/menit)
• Kontraksi uterus
• HIS terpenuhi
• Pergerakan janin baik normal
normal
Tindakan mandiri :
a) Monitor DJJ dan janin
pergerakan
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan
janin dan DJJ tidak normal

b). Anjurkan ibu mempertahankan posisi tidur


lateral R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta
Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat

b). Menyiapkan klien untuk memeriksakan amniosintesis diperlukan


jika R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat
janin.
c). Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section
caesaria R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal
distress
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATA
PASIEN N PADA
HYPERE
MESIS
4.1. Pengertian
Hyperemasis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari dan
keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering
dijumpai pada kehamilan trismeter 1. Kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual dan muntah.
Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan.

4.2.
Etiologi
a)
Belum diketahui predisposisi, yaitu beberapa
pasti, namun pamigravida,
faktormola hidatidosa,dan
mempunyai kehamilan
pengaruh ganda
antara lain :
Faktor
Faktor b) organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic
akibat hamil dan resistansi ibu yang menurun
c) Faktor psikologi

4.3. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia.,penurunan klorida urin. Selanjutnya terjadi
hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat
toksit. Pemakaian cadangan karbonhidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna
sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya
menambah frekuensu muntah marusak hepar. Selaput lender esofagus dan lambung dapat robek
(sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.

4.4 Manifestasi
klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemisis grafidarum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a) Tingkat
I Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu
makan tak ada, berat badan turun dan nyeri apigastrium. Frekwensi nadi pasien naik sekitar 100
x/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b)Tingkat II Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu kadang naik dan mata sedikit icterik. Berat badan pasien turun, timbul
hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi, dan napas bau aseton.

c)Tingkat III. Kesadaran pasien menurun dari samnolen


sampai koma, muntah berhenti nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah makin
turun.

4.5 Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu
:
a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik.
Kalori yang diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanyak 2
– 3 liter sehari.
b) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan
c) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba berikan cairan
makanan dan minimaman yang sedikit demi sedikit ditambah.
d) Sedatif yang diberikan adalah
e) Dianjurkan pemberian vitamin B1 Dan B6 fenobarbital
f) Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta
ditambah
menghilankan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.

4.6. Asuhan
Keperawatan Pengkajian
Pengkajian pendekatan yang sistemik untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan
utama dari pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai
keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan pada
klien.
Langkah pertama dalam pengkajian klien hyperemisis gravidarum adalah mengumpulkan data.
Adapaun data-data yang akan dikumpulkan adalah :
a) Data Riwayat Kesehatan.
1. Data kese sekarang
Pada riwayat kesehatan
Riwayatsekarang terdapat keluhan yang hatan
dirasakan oleh klien sesuai dengan
gejala-gejala pada hyperemisis gravidarum yaitu : mual, muntah yang terus menerus, merasa
lemah dan kelelahan, merasa haus, terasa asam dimulut, konstipasi dan demam.Kemudian dapat
juga ditemukan berat badan yang menurun, turgor kulit yang jelek, gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, tachicardi mata cekung dan ikterik.

2. Riwayat kesehatan dahulu


• Kemungkinan klien mengalami hioremisis gravidarum
sebelumnya. pernah
• Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit berhubungan
dengan saluran
yangpencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.
3. Riwayat keluarga
kesehatan Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada
keluarga
b) Data biologis
Data yang dapat ditemui pada klien hiperemisis gravidarum adalah mammae membesar,
fisik
hiperpikmentasi areola mammae, terdapat cloasma gravidarum, mukosa membrane dan bibir
kering, turgor jelek, mata cekung dan sedikit ikterik, klien terlihat lemah dan lelah, tachycardia,
hipotensi, pusing kehilangan kesadaran dan terasa asam di mulut.

c) Riwayat menstruasi
• Kemungkinan menarche usia 12 – 14 th
• Siklus 2 – 30
• Lamanya 8 – 7 hari
• Banyaknya 2 – 5 3 kali ganti
• Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, muntah. hari

d) Riwayat duk
perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda

e) Riwayat kehamilan dan persalinan


• Hamil muda : Klien pusing, mual, muntah dantidak ada nafsu makan.
• Hamil tua : Pemeriksaan umum terhadap klien tentang badan, tekanan
darah dan tingkat kesadaran.
berat

f) Data
psikologis Riwayat psikologis sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa klien
sehubungan dengan reaksi dan perilaku klien terhadap kehamilan. Keadaan jiwa klien yang labil,
mudah marah, cemas, dan takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih dan
memperberat
kecewa dapatmual dan muntah. Pola pertahanan diri yang digunakan klien hiperemisis
gravidarum tergantung kepada pengalaman klien terhadap kehamilan dan dukungan dari
keluarga serta perawat.

g)Data sosial ekonomi. Hiperemisis gravidarum bisa


terjadi pada semua tingkat ekonomi. Namun pada umumnya terjadi pada ekonomi tingkat
menengah ke bawah, hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki.

h)Data penunjang Data penunjang didapat dari hasil


laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai haemoglobin dan
hematokrit yang meningkat menunjukkan homokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi.
Pemeriksaan urinalisa yaitu urine yang sedikit dan mempunyai konsentrasi yang tinggi sebagai
akibat dehidrasi. Terdapatnya aseton dalam urine.
Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan maka ada beberapa kemungkinan
diagnosa keperawatan yaitu:

1)Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang


berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat (ireneM.
Bobak, 1995:637)
2) perubahan nutrisi ; b/d mual dan muntah yang terus menerus (Irene M.Bobak :638)
3)gangguan rasa nyaman : nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang ( Marie S
Jaffe . 1989 hal 37 )
Jaffe
4) Gangguan eliminasi . : konstipasi b/d1989 hal tidak adekuat (37
intake makanan yang Marie S . )
5) Tidak efektif nya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan
perubahan sebagai ibu ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)
6) Potensial perubahan nutrisi fetal b/d berkurang nya peredaran darah makanan ke janin
( ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)

Perencanaan
1) Kekurangan cairan dan elektrolit b/d muntah yang berlebihan dan pemasukan yang tidak
adekwat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit tidak terganggu

Intervensi :
• Istirahatkan klien di tempat nyaman
Rasional : Istirahat yang
akan menurunkan kebutuhan energi.Kerja metabolisme tidak meningkat
sehingga tidak merangsang untuk tidak terjadinya mual dan muntah
•Monitor vital sign serta tanda – tanda
dehidrasi Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui
keadaan umum klien dan sejauh mana kekurangan cairan pada klien.Tekanan darah menurun,
suhu meningkat dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan hipovolemia

•Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian


infuse Rasoinal : Pemberian cairan infuse dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang hilang
dengan cepat

•Monitor tetesan cairan infuse Rasional : Jumlah dan


tetesan infuse yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kelebihan atau kekurangan cairan
pada sistim sirkulasi.

•Catat intek dan out put Rasional :


Dengan mengetahui intek dan out put cairan diketahui keseimbangan cairan dalam tubuh.

•Setelah 24 jam pertama anjurkan minum tiap-tiap jam Rasional : Minum yang sering dapat
menambah pemasukan cairan melalui oral
2). Perubahan nutrisi ; Kurang dari keburuhan tubuh b/d muntah yang terus menerus
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi :
• Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat sejauh mana
kekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya.
diamati

•Observasi tanda-tanda kekurangan Rasional :Untuk nutrisi


mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi muntah
akibat berlebiahan. yang

•Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : makanan dalam
porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi pemenuhan lambung dan
mengurangi kerja peristaltik usus serta memudah kan penyerapan makanan .

•Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi. Rasional : Makanan yang hangat dan
bervariasi dapat menambah nafsu makan .

•Beri makanan yang tidak berlemak dan tidak berminyak. Rasional : makanan yang tidak
berlemak dan berminyak mengurangi rangsangan saluran pencernaan sehingga muntah
berkurang.

•Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan (seperti
roti dan biscuit ) Rasional : makanan
yang kering dan tidak merangsang pencernaan dapat mengurangi mual dan muntah .

•Beri klien motivasi agar mau menghabiskan


makanan Rasional : Klien merasa diperhatikan dan mau menghabiskan makanan

•Timbang berat badan klien. Rasional : Dengan


menimbang berat badan dapat diketahui keseimbangan berat badan sesuai usia kehamilan dan
pengaruh nutrisi.

3) Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi .

Intervensi :
• Kaji tingkat nyeri.
Rasional : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketahui tingkat nyeri pada klien
dan tindakan selanjutnya .

• Atur posisi klien kepala lebihtinggi selama 30 menit setelah


makan Rasional
dengan : Dengan mengurangi
posisi kepala lebih tinggi tekanandapat
pada
gastroinstestinal sehingga mengurangi muntah yang berulang .

•Perhatikan kebersihan mulut klien sebelumdan sesudah muntah . Rasional : Kebersihan mulut
yang baik dan terpelihara dapat menimbulkan ras nyaman dan muntah berkurang .

•Alihkan perhatian pada hal Rasional : yang


Dengan mengalihkan perhatian menyenangkan klien dapat
diharapkan nyeri akibat muntah yang berulang. melupakan rasa

• Anjurkan klien untuk dan batasi pengunjung


Rasional : Dengan istirahat
beristirahat yang cukup dan membatasi pengunjung dapat
menambah ketenangan klien .

• Kolaborasi obat anti dan sedative dengan dokter


Rasional :
pemberianObat anti emetic mengurangi
emetik danobat sedative membuat klien
tenang
muntahsehingga mengurangi rasa nyeri .

4). Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan :Eliminasi
Intervensi teratur.
• Kaji pola eliminasi :
Rasional : Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi sehari hari klien

•Anjurkan klien makan buah-buahan dan


sayuran Rasional : Dengan memakan buah-buahan dan sayuran yang banyak dapat melancarkan
BAB.

•Anjurkan klien untuk menghabiskan diet yang diberikan. Rasional : Dengan menghabiskan diet
yang diberikan intek makanan adekwat dan konstipasi tidak terjadi

•Anjurkan klien banyak minum Rasional : Cairan yang


banyak memperlunak veses sehingga mencegah komplikasi

•Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar. Rasional : Pemberian obat pencahar
dapat melancarkan BAB
5). Tidak efektifnya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan perubahan
sebagai ibu.
Tujuan: Pola pertahanan diri
Intervensi afektif
• Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung :
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan klien dapat diketahui reaksi klien terhadap ter
kehamilan hadap
keha
•Dengarkan keluhan klien dengan penuh milan.
perhatian
Rasional : Klien merasa diperhatikkan dan tidak sendiri dalam menghadapi masalah.

•Diskusikan bersama klien tentang masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah yang
dilakukan
Rasional : Melalui diskusi dapat diketahui pola pertahanan diri klien dalam menghadapi
masalahnya

•Bantu klien dalam memecahkan masalahnya terutama yang berhubungan dengan kehamilan
Rasional : Dengan membantu memecahkan masalah klien da[pat menemukan pola pertahanan
diri yang efektif.

•Dukung klien jika pemecahkan masalah


konstruktif Rasional : Akan menambah percaya diri dalam melakukan pemecahan masalah.

•Libatkan keluarga dalam kehamilan klien Rasional : Keluarga


dapat diajak bekerja sama dalam memberikan dorongan pada klien terhadap kehamilannya.

•Kolaborasi dengan ahli psikiatri jika


diperlukan Rasional : Untuk mengetahui adanya kemungkinan factor psikologis yang lebih berat
sebagai penyebab masalah.

6).Potensi perubahan nutrisi vetal b/d Berkurangnya peredaran darah dan makanan ke janin
Tujuan : Perkembangan janin tidak terganggu
Intervensi :
• Jelaska pada klien pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
n
Rasional : Agar klien menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dank lien mengetahui
kebutuhan nutrisinya.

•Periksa Fundus uteri Rasional : Untuk mengetahui


fundus uteri yang sesuai dengan kehamilan
•Monitor denyut jantung janin Rasional : Denyut
jantung yang masih dalam keadaan normal dan aktif menandakan janin masih dalam keadaan
baik.

BAB
V
GANGGUAN HEMATOLOGI

1. ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang, seseorang di sebut menderita anemia bika
kadar hemoglobin ( HB ) kurang dari 10 gr%, di sebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%,
di sebut anemia gravis
. Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%.
Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan, hematokrit
dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.

Penyebab anemia umumnya adalah:


• Kurang gizi (malnutrisi )
• Kurang zat besi dalam diet

• kehilangan darah yang banyak: persalinan yang haid
Malabsorbsi
• Penyakit lalu,
–penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus, malaria dll. dll.

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia / hipervolumia) karena itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
• Plasma darah bertambah: 30%
• Sel-sel darah bertambah : 18%
• He bertambah : 19%
moglo
Secara fisiologis pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.
bin
Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan , persalinan , dan
•Nifas: Keguguran
• Partus Prematurus
• Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
• Atonia uteri d menyebabkan
• a pendarahan
• Afibrinogenemia n dan hipofibrinogenimia
Syok
• Infeksi intrapartum dan dalam nifas
• Bila terjadi anemia gravis (Hb di 4 gr%) terjadi jantung,
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.
bawah payah yang

Pengaruh Anemia terhadap hasil


konsepsi Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk
pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini
membutuhkan 1\10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan
bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa,dan sumsum tulang Selama masih
mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan
turun. Ini terjadi pada bulan 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan
banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
• Keguguran
• Kematian jann dalam
• Kematian janin waktu kandungan
• Kem perinatal lahir
• ati tinggi
• an
Dapatterjadi cacat Prematuritas
• Cadangan besi kurang baw
aan
Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
• Anemia defisiensi besi
• Anemia megaloblastik (62,3%)
• Anemia hipoplastik (29,05)
• Anemia hemolitik ( sel sickle) (0,7%) (8,0%)

Anemia defisiensi besi


(62,3%) Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling banyak di
jumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.

Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang di anjurkan adalah:
• FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15mg-15mg.
• LIPI Indonesia (1968): 12mg-17mg-
Kemasan zat besi dapat di berikan peroral atau
17mg. parenteral.
• Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dosis 3-
•Parenteral: di berikan biladengan 5
ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi dix0,20mg.
saluran
pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena. Kemasan ini
antara lain : imferon, jectover, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.

Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik tau pernisiosa. Penyebany adalah karena
kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12. biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik

Pengobatan:
• asam folik 15-30mg per hari
• vitamin B12 3×1 tablet per
• sulvas ferosu 3×1 tablet per hari
• pada kasus s per oral hasilnya sehin
berat dan lamban gga hari
pengobatan dapat di
berikan tranfusi darah.
Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah
baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-
pemeriksaan:
• Darah tepi lengkap
• Pemeriksaan pungsi sternal
• Pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya ini disebabkan oleh
:
•Faktor intracorpusculer : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ; talasemia; anemia sickle
( sabit); hemoglobinopati C, D,G, H , I; dan parasismal nocturnal hemoglobinuria.
•Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat beserta
obat-obatan ; leukemia, dll

Gejala utama adalah : Anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelemahan, kelelahan
serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

II LEOKEMIA DAN KEHAMILAN


Leokemia dan kehamilan tidak begitu saling mempengaruhi, namun pada wanita leukemia, bila
hamil, harus memeriksakan diri secara lebih teratur dan lebih sering, karena ancaman terhadap
kehamilan dan jiwanya tetap
ada. Terhadap hasil konsepsi dapat terjadi abortus dan prematuritas. Bahaya perdarahan paska
persalinan cukup besar, karena pada leukemia terjadi gangguan pembekuan darah. Prognosis
untuk ibu dan janin tidak begiti
baik. Sampai sat ini belum ada obat-obat yang memuaskan terhadap leukemia. Cara pengobatan
adalah
:
•Radiasi : ini sangat membehayakan janin dalam kandungan, karena akan menimbulkan kelainan
teratogenik atau kematian janin dalam kandungan. Bila akan diberikan terapi radiasi dan
Transfusi
•kemoterapi, sebaiknya terlebih dulu hasil konsepsi dikeluarkan ( abortus terapeutik) darah
• Kemoterapi dan sirtotastika
• Anti metabilit
• Kortikosteroid

Pencegahan
• Wanita leukemia sebaiknya jangan hamil
• Dianjurkan memakai kontrasepsi / tubektomi

HEMOSTATIS DAN KELAINAN PEMBEKUAN DARAH


Penyakit ini adalah terhentinya atau penghentian aliran darah dari pembuluh darah yang terbuka
atau terluka.
Ada 3 faktor dalam proses hemostasis:
1. Faktor ekstra vaskuler : factor jaringan seperti kulit, otot, subkutis
jaringan dan
2. Faktor vaskuler yaitu pembuluh darah
lain.
3. Faktor intra vaskuler yaitu : zat yang terdapat dalam pembuluh darah:
dinding

Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam
situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang diterapkan. Tindakan keperawatan harus
mendetail agar semua tenaga perawatan dapat menjalankan dengan baik dalam jangka waktu
yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung melaksanakannya
pada klien dan perawat dapat mendelegasikannya kepada orang lain yang dipercayai dibawah
pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.

Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan
peilaku klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat
juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yangh ditetapkan belum tercapai
dan proses keperawatan segera dimodifikasi.

BAB
VI
PENUTUP

5.1.
Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.( Winknjosastro, 1997:282) Perdarahan antepartum
•(HAP) merupakan perdarahan dari traktusPlasenta previa.
genitalis yang terjadi antara kehamilan mingggu ke
•-28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan
Solutio antepartum adalah:
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaanplasenta.
sehari-
hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk .

Gangguan hematology adalah kelainan darah yang dapat ditemui pada ibu hamil yang dapat
menyebabkan kematiaqn pada janin maupun pada
ibu. Keempat factor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu
penanganan lebih dini .

5.2.
Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan antepartum ,
hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap agar dapat
menetapkan diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien sehingga tercapainya
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.

Anda mungkin juga menyukai