OLEH:
KRIS KELANA
2021-01-14091-036
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 4
2.1.3 Etiologi 9
2.1.4 Klasifikasi 9
2.1.5 Patofisiologi dan WOC 10
2.1.6 Manifestasi Klinis 13
2.1.7 Komplikasi 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 15
2.2.1 Pengkajian 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 20
2.2.3 Intervensi 21
2.2.4 Implementasi 25
2.2.5 Evaluasi 25
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 26
3.2 Analisa Data 34
3.3 Prioritas Masalah 36
3.4 Intervensi Keperawatan 37
3.5 Implentasi dan Evaluasi Keperawatan 39
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
faktor umur, faktor paritas, faktor his yang kurang kuat dan lain-lain yang
menjadi faktor resiko terjadinya retensio plasenta.
Kecepatan dan ketepatan dalam mengidentifikasi masalah atau pemberian
penatalaksanaan yang benar dapat dijadikan tolak ukur untuk menurunkan angka
kematian ibu. Selain itu screening dapat dilakukan pada saat antenatal care. Ibu
hamil yang selalu memeriksakan kehamilannya dapat menyiapkan seoptimal
mungkin fisik dan mental ibu untuk menghadapi proses persalinan dan
komplikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut: Bagaimana Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan Retensio
Plasenta di Ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah
agar penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual pada pada kasus retensio Plasenta
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan pada kasus retensio plasenta di Ruang VK
puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada kasus retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka
Raya
1.3.2.5 Mahasiswa Mampu membuat evaluasi keperawatan pada kasus retensio
plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
3
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
7
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah
dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian
lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan
fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang,
glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi
smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan
berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
8
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat
utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan
9
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat
dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium
perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
10
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.
2.1.3 Etiologi
Adapun faktor penyebab dari retensio plasenta adalah:
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat lebih
dalam.
2. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada
bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar.
3. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan.
Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir,
perlu di usahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera . Jikalau
plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri
atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena
atonia uterus membesar dan lembek pada palpasi, sedang pada perdarahan
karena perlukaan jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik (Mochtar,
2016).
2.1.4 Klasifikasi
Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
a. Plasenta Adhesiva
Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. Tipis sampai
11
Retensio Plasenta
Penekanan kandung
Gangguan Kehilangan darah saat Psikososial kemih selama proses Mual, muntah Involusi artei
sirkulasi paru melahirkan persalinan
Beban mental
Suplai Oksigen Volume darah Anoreksi
menurun Penyempitan Luka pada
menurun prineum
saluran kemih
Stress
MK: Risiko
O2 kejaringan menurun
Dyspnea Edema buli-buli Defisit Nutrisi
MK: Respon
- Ansietas psikologis
MK: Kontraktifitas otot
- Harga Diri Deurisis
- Gangguan Perfusi uterus meningkat
MK: Pola Nafas Rendah
tidak efektif Serebral Tidak Efektif Situasional Kelemahan tubuh
- Risiko cedera pasca melahirkan
MK: Gangguan Diltasi serviks
Melahirkan plasenta Eliminasi urine
secara minual
Plasenta susah dikeluarkan MK: Intoleransi
pasca partum aktivitas
Hematoma posi Nyeri, kemerahan, Proses pengeluaran
atas vagina edema janin Robekan dinding vagina
Robekan jalan lahir
MK : Nyeri Akut MK : Nyeri Melahirkan
15
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau
tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta,
jumlah perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau
tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin
Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding
attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.
6) Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang
atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
7) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
8) Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,
apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan
suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan
social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan
perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat
bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan,
bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian,
ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak
berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan
budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila
menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
9) Riwayat kesehatan keluarga
19
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu
atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
12) Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi
koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan
kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka
episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai
yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman,
ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah
menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman
penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan
seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan
mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
13) Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi
ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan
klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang
pendek.
14) Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-
tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus,
perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda
vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali
kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan
jadwal imunisasi.
15) Pemeriksaan Fisik
21
2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah diberikan asuhan Dukungan ambulasi I.05178 hal.176
dengan kelemahan tubuh (SDKI keperawatan 1x7 jam Observasi
24
D.0056) diharapkan intoleransi 1. Identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
aktivitas klien mengalami 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
peningkatan. Kriteria hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
SLKI L.05042 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukkan aktivitas
1. Frekuensi nadi: (5)
2. Saturasi oksigen: (5) Terapeutik
3. Kemudahan dalam 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
melakukkan aktifitas suara, kunjungan)
sehari-hari: (5) 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
4. Kecepatan berjalan: (5) 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5. Keluhan lelah: (5) 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika ada dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
3 Resiko ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan SIKI Manajemen cairan I.03098 halaman 159
cairan keperawatan selama 1x 7 jam, Observasi
(SDKI D.0036 Hal 87) diharapkan gangguan 1. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi,
25
eliminasi membaik Kriteria akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
hasil: SLKI L. 03020 tekanan darah)
1. Asupan cairan meningkat 2. Monitor berat badan harian
(5) 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit,
2. Output urin Meningkat (5) Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
3. Membram mukosa lembab 4. Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP
(5) jika tersedia)
4. Asupan Makanan Terapeutik
meningkat (5) 1. Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
5. Tekanan darah membaik 2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
(5) 3. Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
4 Risiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan Pencegahan infeksi I.14539 hal.278
dengan trauma jaringan dan/atau keperawatan selama 1x 7 jam, Observasi
kerusakan kulit, penurunan diharapkan infeksi tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
Hb prosedur invasive dan /atau terjadi Terapeutik
peningkatan peningkatan Kriteria hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
lingkungan, rupture SLKI L.14137 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
ketuban lama, mal nutrisi (SDKI 1. Kebersihan tangan: (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
D.0142) 2. Kebersihan badan: (5) lingkungan pasien
3. Nafsu makan: (5) 4. Pertahankan teknik asepteik pada pasien berisiko tinggi
4. Demam: (5)
5. Kemrahan: (5)
6. Nyeri: (5) Edukasi
7. Bengkak: (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
26
2.2.2 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2017). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2018).
2.2.3 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota im kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapi dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan, pasien:
1.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 November 2021,
pukul 07.30 WIB. Di ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya,
dengan tehnik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan
data dari buku keperawatan klien, di dapatkan data-data sebagai berikut.
1.1.1 Identitas Klien & Penanggung Jawab
1.1.1.1 Identitas Klien:
Nama Ny. A Umur 44 tahun Agama Islam Suku/Bangsa Banjar/Indonesia
Pendidikan Terakhir SMP Pekerjaan IRT Gol. Darah (-) Alamat Jln.
Panarung Medis Retensio Plasenta, tanggal kunjungan ke puskesmas 1
November 2021, tanggal pengkajian 1 November 2021.
1.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama Tn. B Umur 33 tahun Jenis kelamin Laki-laki Agama Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Pendidikan Terakhir SMA Pekerjaan
Swasta Gol. Darah (-) Alamat Jln. Panarung, hubungan dengan klien
suami
1.1.2 Status Kesehatan
1.1.2.1 Alasan Kunjungan / Keluhan Utama :
Klien mengatakan“Perut mules-mules, ingin melahirkan”
1.1.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :
Klien mengatakan sebelum di bawa oleh keluarga ke Puskesmas Pahandut
klien merasakan kontraksi pada perut dan keluar sedikit cairan bening
berlendir dan sedikit darah dari jalan lahir sejak pukul 17.00 WIB. Karena
kontraksi yang dirasa semakin kuat klien pun meminta keluarga untuk di
bawa ke Puskesmas Pahandut. Sampai di Puskesmas pada tanggal 1
November 2021 pukul 06.30 WIB, dilakukkan pemeriksaan tekanan darah:
130/90 mmHg, suhu: 36,80C, nadi: 92x/menit,kemudian dilakukkan
pemasangan infus Nacl 0,9%, dan dilakukan pemeriksaan DJJ 134x/m,
TFU 30 cm, His (kontraksi) 4x/10 menit, VT pukul 07.15 WIB. Porsio
29
tidak teraba. Bayi lahir segera spontan menangis kuat pada tanggal 1
November 2021 pukul 07.30 WIB
1.1.2.3 Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :
Klien mengatakan belum pernah masuk puskesmas/rumah sakit
sebelumnya
1.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular seperti HIV, HbsAg, TB Paru, dan lain-lain.
Subjektif Objektif
Suhu 36,8 0C
1. Keadaan Umum
Nadi 92 x/menit
BB sebelum hamil 45 kg
Pernafasan 22x/menit
Tekanan Darah 130/80 mmHg
BB 55 kg
Tinggi Badan 151,7 cm
Pendengaran: Baik
8. Leher Pembesaran kel. Tyroid : Tidak
Pembengkakan : Tidak ada ada
Distensi Vena Jugularis : Tidak ada
9. Daerah dada Sesak nafas : Tidak ada
Jantung dan paru-paru Batuk : Tidak ada
:Normal Sakit dada : Tidak ada
Suara napas : Vesikuler
Bunyi jantung : S1, S2 Tunggal
10. Payudara Bentuk : Simetris
Keadaan puting susu : Menonjol
Hyperpigmentasi aerola : ada
Keadaan/kebersihan : bersih
Cairan yang keluar : ASI (Colostrum)
11. Abdomen Tinggi TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : Ada
Striae gravidarum : Ada
Bising usus : 12 x/m
Terdapat jahitan 20 perineum ,
12. Genitalia Eksterna
jahitan bagian dalam 5 jahitan,
jahitan bagian tengah 5 jahitan ,
bentuk luka tidak beraturan , sedikit
kotor dan berbau khas, masih keluar
darah di pembalut 3, lochea rubra
warna merah tua berjumlah sedang ±
40-50 cc.
Tanda REEDA
Redness (kemerahan) : tidak ada
kemerahan
Edema (bengkak) : tidak terjadi
bengkak
Echimosis (memar) : tidak ada
32
- Konsistensi : Cair
- Pendataran : 5/5
- Pembukaan : lengkap
- Hodge/bagian terendah : 1
- Selaput Ketuban : Utuh (+)
- Presentasi : Kepala
- Posisi : Presentasi Kepala
II. Pengobatan
No. Terapi obat Indikasi Dosis Rute Golongan
1. Paracetamol Paracetamol adalah obat untuk 3x1 Oral B
500 mg penurun demam dan pereda
nyeri, seperti nyeri haid dan
sakit gigi.
2. Fe Membantu memenuhi 1x1 Oral B
kebutuhan zat besi dan asam
folet tubuh, serta mengatasi
anemia
3 Amoxicillin Amoxicillin merupakan obat 3x1 Oral
500 mg antibiotik generik turunan
Penisilin dengan aktivitas
antibakteri spektrum luas. Obat
ini bersifat bakterisid yang
efektif terhadap bakteri Gram
negatif dan Gram positif
seperti Staphylococci,
Streptococci, Enterococci, S.
pneumoniae, N. gonorrhoeae,
H influenzas, E. coli, dan P.
mirabiis.
4 Livron B-Plek Suplemen yang mengandung 3x1 Oral
vitamin, asam amino, kalsium,
dan nikotinamid. Livron b plex
berfungsi untuk membantu
memenuhi kebutuhan vitamin
dan mineral pada tubuh,
membantu selama masa
pemulihan setelah sakit.
5 Inf. RL Ringer Laktat adalah cairan 20 tpm IV
infus sebagai sumber elektrolit
36
Kris Kelana
Senin, Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas S:Klien Mengatakan “badan saya masih
1 November 2021 berhubungan dengan kelemahan terasa lemah dan masih belum bisa
Pukul 07.50 WIB beraktivitas seperti biasa”
1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional O:
- Aktivitas pasien masih terbatas
2. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan - Suasana ruangan tampak hening
selama melakukkan aktivitas - Klien hanya dapat beraktivitas diatas
tempat tidur.
3. Menyediakan lingkungan nyaman dan - Keluarga membantu klien dalam
rendah stimulus (mis. cahaya, suara, melakukan aktivitas. Kris Kelana
kunjungan) - Keluarga selalu memberi dukungan
untuk klien agar agar dapat
4. Menganjurkan melakukan aktivitas beraktivitas secara mandiri.
secara bertahap - TTV
TD = 130/80 mmHg
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang S = 36,7OC
cara meningkatkan asupan makanan N = 92x/mnt
RR = 23x/mnt
A: Masalah post partum teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
44
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2017. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby
Inc.