Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

RETENSIO PLASENTA DI PUSKESMAS


PAHANDUT PALANGKA RAYA

OLEH:

KRIS KELANA
2021-01-14091-036

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 4
2.1.3 Etiologi 9
2.1.4 Klasifikasi 9
2.1.5 Patofisiologi dan WOC 10
2.1.6 Manifestasi Klinis 13
2.1.7 Komplikasi 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 15
2.2.1 Pengkajian 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 20
2.2.3 Intervensi 21
2.2.4 Implementasi 25
2.2.5 Evaluasi 25
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 26
3.2 Analisa Data 34
3.3 Prioritas Masalah 36
3.4 Intervensi Keperawatan 37
3.5 Implentasi dan Evaluasi Keperawatan 39
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di
dalam rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta menyebabkan infeksi dan
perdarahan pasca melahirkan yang mengakibatkan kematian. Persalinan terbagi
dalam tiga tahap. Pada tahap pertama ibu hamil akan mengalami kontraksi, yang
memicupembukaan pada leher rahim. Kemudian, ibu hamil memasuki tahap
kedua atau proses persalinan. Pada tahap ini, ibu mulai mendorong bayi keluar
setelah bayi lahir, plasenta akan keluar beberapa menit setelah bayi dilahirkan.
Proses keluarnya plasenta ini adalah tahap ketiga atau tahap terakhir. Plasenta
tidak keluar didalam rahim bahkan hingga lewat dari 30 menit.adalah organ
yang terbentuk didalam rahim ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini
berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta membuang
limbah sisa metabolisme dari darah. Retensio plasenta dapat menyebabkan
perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%)
kematian ibu melahirkan di Indonesia.
Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%, menurut WHO dilaporkan bahwa
15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2%
untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin,
perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat
meninggal jikan tidak mendapat perawatan medis yang cepat (saifuddin, 2017).
Berdasarkan data tersebut kasus retensio menjadi salah satu penyebab
kematian ibu, maka penatalaksanaan yang sesuai dengan teori dan standar
operesional prosedur harus dilakukan dengan baik oleh bidan agar mencegah
terjadinya komplikasi yang menyebabkan kematian. Upaya antisipasi komplikasi
karena retensio plasenta dapat dilakukan dengan cara bidan mengetahui faktor
predisposisi yang akan menyebabkan terjadinya retensio plasenta, seperti dari
2

faktor umur, faktor paritas, faktor his yang kurang kuat dan lain-lain yang
menjadi faktor resiko terjadinya retensio plasenta.
Kecepatan dan ketepatan dalam mengidentifikasi masalah atau pemberian
penatalaksanaan yang benar dapat dijadikan tolak ukur untuk menurunkan angka
kematian ibu. Selain itu screening dapat dilakukan pada saat antenatal care. Ibu
hamil yang selalu memeriksakan kehamilannya dapat menyiapkan seoptimal
mungkin fisik dan mental ibu untuk menghadapi proses persalinan dan
komplikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut: Bagaimana Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan Retensio
Plasenta di Ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah
agar penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual pada pada kasus retensio Plasenta
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan pada kasus retensio plasenta di Ruang VK
puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada kasus retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka
Raya
1.3.2.5 Mahasiswa Mampu membuat evaluasi keperawatan pada kasus retensio
plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
3

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan
mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan Retensio Plasenta
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan Retensio Plasenta.Serta
sebagai acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus
selanjutnya
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasiaan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Retensio Plasenta


2.1.1 Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi
retensio plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan
karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda mati,
dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi
degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang
bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.(Prawiraharjo, 2016)
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana
placenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir.  Pada proses
persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat
berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul
perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa
post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan
baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar
placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding
uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas. (Mochtar,2016)
2.2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di
dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia
eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan
eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan
progesteron (Bobak, 2010).
1. Stuktur eksterna
6

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
7

d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah
dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian
lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan
fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang,
glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi
smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan
berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
8

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat
utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan
9

peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan


peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan
mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.

c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat
dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium
perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
10

d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.
2.1.3 Etiologi
Adapun faktor penyebab dari retensio plasenta adalah:
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat lebih
dalam.
2. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada
bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar.
3. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan.
Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir,
perlu di usahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera . Jikalau
plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri
atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena
atonia uterus membesar dan lembek pada palpasi, sedang pada perdarahan
karena perlukaan jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik (Mochtar,
2016).
2.1.4 Klasifikasi
Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
a. Plasenta Adhesiva
Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. Tipis sampai
11

hilangnya lapisan jaringan ikat Nitabush, sebagian atau seluruhnya


sehingga menyulitkan lepasnya plaenta saat terjadi kontraksi dan retraksi
otot uterus.
b. Plasenta Akreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miornetrium. Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar Nitabush
sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya mencapai lapisan desidua
basalis. Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi atau
retraksi otot uterus, dapat terjadi tidak diikuti perdarahan karena sulitnya
plasenta lepas. Plasenta manual sering  tidak lengkap sehingga perlu
diikuti dengan kuretase.
c. Plasenta Inkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki
miornetnum. Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus
sehingga, tidak mungkin lepas sendiri. Perlu dilakukan plasenta manual,
tetapi tidak akan lengkap dan harus diikuti (kuretase tajam dan dalam,
histeroktomi).
d. Plasenta Perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. Jonjot plasenta
menembus lapisan otot dan sampai lapisan peritoneum kavum
abdominalis. Retensio plasenta tidak diikuti perdarahan, plasenta manual
sangat sukar, bila dipaksa akan terjadi perdarahan dan sulit dihentikan,
atau perforasi. Tindakan definitif : hanya histeroktomi.
e. Plaserita Inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh
kontriksi osteuni uteri. Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi
tertahan oleh karena kontraksi SBR.
Separasi / akreta Plasenta
Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah Sepusat
pusat
Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid
12

Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak


ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

2.1.5 Patofisiologi dan WOC


Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu
lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa
retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah
serabut otototot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila
serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan
darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan
menyebabkan banyak darah hilang.
13
Retensio plasenta adalah terlambatnya
Penyebab: Pemeriksaan Penunjang : 
1. Plasenta belum terlepas dari kelahiran plasenta selama setengah jam setelah 1. Laboratorium 14
dinding rahim karena tumbuh
kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat
dan melekat lebih dalam.
2. Plasenta sudah terlepas tetapi terjadi retensio plasenta (habitual retensio
belum keluar karena atonia uteri
plasenta).

Retensio Plasenta

B1 (Breating) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Penekanan kandung
Gangguan Kehilangan darah saat Psikososial kemih selama proses Mual, muntah Involusi artei
sirkulasi paru melahirkan persalinan

Beban mental
Suplai Oksigen Volume darah Anoreksi
menurun Penyempitan Luka pada
menurun prineum
saluran kemih
Stress
MK: Risiko
O2 kejaringan menurun
Dyspnea Edema buli-buli Defisit Nutrisi
MK: Respon
- Ansietas psikologis
MK: Kontraktifitas otot
- Harga Diri Deurisis
- Gangguan Perfusi uterus meningkat
MK: Pola Nafas Rendah
tidak efektif Serebral Tidak Efektif Situasional Kelemahan tubuh
- Risiko cedera pasca melahirkan
MK: Gangguan Diltasi serviks
Melahirkan plasenta Eliminasi urine
secara minual
Plasenta susah dikeluarkan MK: Intoleransi
pasca partum aktivitas
Hematoma posi Nyeri, kemerahan, Proses pengeluaran
atas vagina edema janin Robekan dinding vagina
Robekan jalan lahir
MK : Nyeri Akut MK : Nyeri Melahirkan
15

2.1.6 Manifestasi Klinis


a. Waktu hamil
1. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2. Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa
3. Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan
4. Kadang terjadi ruptur uterib.     
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c.    Persalinan kala III
1. Retresio plasenta menjadi ciri utama
2. Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter
kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual
3. Komplikasi yang seriun tetapi sering dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan
ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk
mengeluarkan plasenta
4. Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
2.1.7 Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:
1. Perdarahan
2. Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat
luka tidak menutup.
3. Infeksi
4. Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan
plasenta.
5. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
16

6. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi


sekunder dan nekrosis
7. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses
keganasan akan berjalan terus
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap
Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat
adanya trombosit openia, dan jumlah leukosit. Pada
keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat. 
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi :
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time
(PT) dan Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting
untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
2.1.9 Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensio plasenta adalah
sebagai berikut:
1. Bila tidak terjadi perdarahan
Perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal: infus atau transfusi,
pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS. Kemudian
dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa apakah
telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara klein, kustner atau strassman.
2. Bila terjadi perdarahan lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan
pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase. Bila
plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,
lakukan hysterectomia
17

1.1 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan,Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3) Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
4) Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
5) Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah,
Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan
lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan,
keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau
18

tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau
tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta,
jumlah perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau
tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin
Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding
attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.
6) Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang
atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
7) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
8) Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,
apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan
suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan
social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan
perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat
bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan,
bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian,
ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak
berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan
budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila
menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
9) Riwayat kesehatan keluarga
19

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara


genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.
10) Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type
rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan
keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
11) Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.

2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu
atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).

3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah


inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet.

4) Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan


pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan
wajah.

5) Aktifitas: Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,


kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja
dan menyusui.

6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan


yang membuat fresh dan relaks.
20

12) Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi
koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan
kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka
episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai
yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman,
ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah
menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman
penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan
seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan
mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
13) Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi
ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan
klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang
pendek.
14) Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-
tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus,
perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda
vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali
kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan
jadwal imunisasi.
15) Pemeriksaan Fisik
21

1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.


2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
8) Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10
g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
22

1.2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Post partum
1) Nyeri pasca melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin (SDKI
D.0079)

2) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh (SDKI D.0056)

3) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan Penekanan kandung


kemih selama proses persalinan (SDKI D.0036 Hal 87)

4) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,


penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan
lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi (SDKI D.0142
23

1.2.3 Intervensi Keperawatan


N Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Intervensi
o Hasil)
1 Nyeri melahirkan berhubungan Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri I.08238 hal.201
dengan pengeluaran janin (SDKI keperawatan selama 1x 7 jam, Obsevasi
D.0079) diharapkan nyeri melahirkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dapat menurun. nyeri
Kriteria Hasil: SLKI L.08066 2. Indentifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri: (4) 3. Indentifikasi respons nyeri non verbal
2. Meringis: (4) 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
3. Sikap Protektif: : (4) 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
4. Gelisah: (4) 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
5. Kesulitan tidur: (4) Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmokologi
2. Kontrol lingkungan yang memberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah diberikan asuhan Dukungan ambulasi I.05178 hal.176
dengan kelemahan tubuh (SDKI keperawatan 1x7 jam Observasi
24

D.0056) diharapkan intoleransi 1. Identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
aktivitas klien mengalami 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
peningkatan. Kriteria hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
SLKI L.05042 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukkan aktivitas
1. Frekuensi nadi: (5)
2. Saturasi oksigen: (5) Terapeutik
3. Kemudahan dalam 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
melakukkan aktifitas suara, kunjungan)
sehari-hari: (5) 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
4. Kecepatan berjalan: (5) 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5. Keluhan lelah: (5) 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika ada dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

3 Resiko ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan SIKI Manajemen cairan I.03098 halaman 159
cairan keperawatan selama 1x 7 jam, Observasi
(SDKI D.0036 Hal 87) diharapkan gangguan 1. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi,
25

eliminasi membaik Kriteria akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
hasil: SLKI L. 03020 tekanan darah)
1. Asupan cairan meningkat 2. Monitor berat badan harian
(5) 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit,
2. Output urin Meningkat (5) Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
3. Membram mukosa lembab 4. Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP
(5) jika tersedia)
4. Asupan Makanan Terapeutik
meningkat (5) 1. Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
5. Tekanan darah membaik 2. Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan
(5) 3. Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik,  jika perlu

4 Risiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan Pencegahan infeksi I.14539 hal.278
dengan trauma jaringan dan/atau keperawatan selama 1x 7 jam, Observasi
kerusakan kulit, penurunan diharapkan infeksi tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
Hb prosedur invasive dan /atau terjadi Terapeutik
peningkatan peningkatan Kriteria hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
lingkungan, rupture SLKI L.14137 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
ketuban lama, mal nutrisi (SDKI 1. Kebersihan tangan: (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
D.0142) 2. Kebersihan badan: (5) lingkungan pasien
3. Nafsu makan: (5) 4. Pertahankan teknik asepteik pada pasien berisiko tinggi
4. Demam: (5)
5. Kemrahan: (5)
6. Nyeri: (5) Edukasi
7. Bengkak: (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
26

3. Ajarkan etika batuk


4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
27

2.2.2 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2017). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2018).
2.2.3 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota im kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapi dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan, pasien:

1. Pasien tetap sadar dan berorirentasi


2. Tekana darah, suhu, frekuensi nafas, frekuensi nadi sudah sedikit menurun
dari hasil pemeriksaan sebelumnya
3. Pasien mengatakan rasa nyerinya pada dada sebelah kirinya berkurang
4. Ekspresi wajah pasien menunjukan sedikit rileks
5. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.
6. Gaya hidup pasien berubah
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 November 2021,
pukul 07.30 WIB. Di ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya,
dengan tehnik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan
data dari buku keperawatan klien, di dapatkan data-data sebagai berikut.
1.1.1 Identitas Klien & Penanggung Jawab
1.1.1.1 Identitas Klien:
Nama Ny. A Umur 44 tahun Agama Islam Suku/Bangsa Banjar/Indonesia
Pendidikan Terakhir SMP Pekerjaan IRT Gol. Darah (-) Alamat Jln.
Panarung Medis Retensio Plasenta, tanggal kunjungan ke puskesmas 1
November 2021, tanggal pengkajian 1 November 2021.
1.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama Tn. B Umur 33 tahun Jenis kelamin Laki-laki Agama Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Pendidikan Terakhir SMA Pekerjaan
Swasta Gol. Darah (-) Alamat Jln. Panarung, hubungan dengan klien
suami
1.1.2 Status Kesehatan
1.1.2.1 Alasan Kunjungan / Keluhan Utama :
Klien mengatakan“Perut mules-mules, ingin melahirkan”
1.1.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :
Klien mengatakan sebelum di bawa oleh keluarga ke Puskesmas Pahandut
klien merasakan kontraksi pada perut dan keluar sedikit cairan bening
berlendir dan sedikit darah dari jalan lahir sejak pukul 17.00 WIB. Karena
kontraksi yang dirasa semakin kuat klien pun meminta keluarga untuk di
bawa ke Puskesmas Pahandut. Sampai di Puskesmas pada tanggal 1
November 2021 pukul 06.30 WIB, dilakukkan pemeriksaan tekanan darah:
130/90 mmHg, suhu: 36,80C, nadi: 92x/menit,kemudian dilakukkan
pemasangan infus Nacl 0,9%, dan dilakukan pemeriksaan DJJ 134x/m,
TFU 30 cm, His (kontraksi) 4x/10 menit, VT pukul 07.15 WIB. Porsio
29

tidak teraba. Bayi lahir segera spontan menangis kuat pada tanggal 1
November 2021 pukul 07.30 WIB
1.1.2.3 Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :
Klien mengatakan belum pernah masuk puskesmas/rumah sakit
sebelumnya
1.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular seperti HIV, HbsAg, TB Paru, dan lain-lain.

1.1.3 Riwayat Obstetric Dan Ginekologi


1.1.3.1 Riwayat Ginekologi:
1. Riwayat Menstruasi :
Menarche: 12 tahun, Siklus: 28 hari, Lamanya Haid: 5-7 hari,
Banyaknya: 3-4 x/hari ganti pembalut, Sifat Darah (warna, bau,
cair/gumpalan, dysmenorhoe): merah tua, bau amis, dan cair, Gangguan
sewaktu menstruasi tidak ada, Gejala pre menstruasi keputihan dan
nyeri pada payudara, HPHT: 29 Januari 2021, Taksiran Persalinan: 4
November 2021.
2. Riwayat Perkawinan (suami dan isteri):
Lamanya pernikahan sudah 2 tahun dengan pernikahan yang ke 2.
3. Riwayat Keluarga Berencana:
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil KB suntik 1
bulan, Waktu dan lamanya penggunaan 1 tahun, Apakah ada masalah
dengan cara tersebut tidak ada, Jenis, kontrasepsi yang direncanakan
setelah persalinan sekarang KB Suntik, Berapa jumlah anak yang
direncanakan oleh keluarga 3.
1.1.3.2 Riwayat Obstetri :
1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G5 P3 A1
2. Riwayat Kehamilan Sekarang:
Amenorhoe: tidak ada, Keluhan waktu hamil pusing dan sakit
pinggang, Gerakan anak pertama di rasakan 20 mgg, Imunisasi : TT,
Penambahan BB selama hamil 10 kg, Pemeriksaan kehamilan : teratur,
30

Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan Puskesmas Pahandut


dengan hasil baik

1.1.4 Pemeriksaan Fisik

Subjektif Objektif
Suhu 36,8 0C
1. Keadaan Umum
Nadi 92 x/menit
BB sebelum hamil 45 kg
Pernafasan 22x/menit
Tekanan Darah 130/80 mmHg
BB 55 kg
Tinggi Badan 151,7 cm

Kesadaran : Compos Menthis


Turgor kulit : Baik
2. Kepala Warna rambut : Hitam
Oedema : tidak ada
3. Muka Hyperpigmentasi : Tidak ada
Rasa bengkak : tidak ada Cloasma gravidarum : tidak ada
Edema : Tidak ada
Muka tampak simetris
4. Mulut Mukosa mulut & bibir :lembab
Keluhan : Tidak ada Keadaan gigi : Utuh
Fungsi pengecapan: Normal
Keadaan mulut : Bersih
Fungsi menelan : Baik
5. Mata
Ukuran Pupil : 4 mm
Keluhan : Tidak ada
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera: Putih
Fungsi Penglihatan : Baik
6. Hidung
Reaksi alergi : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
Pernah Flu : Pernah
7. Telinga
Keadaan : Bersih
31

Pendengaran: Baik
8. Leher Pembesaran kel. Tyroid : Tidak
Pembengkakan : Tidak ada ada
Distensi Vena Jugularis : Tidak ada
9. Daerah dada Sesak nafas : Tidak ada
Jantung dan paru-paru Batuk : Tidak ada
:Normal Sakit dada : Tidak ada
Suara napas : Vesikuler
Bunyi jantung : S1, S2 Tunggal
10. Payudara Bentuk : Simetris
Keadaan puting susu : Menonjol
Hyperpigmentasi aerola : ada
Keadaan/kebersihan : bersih
Cairan yang keluar : ASI (Colostrum)
11. Abdomen Tinggi TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : Ada
Striae gravidarum : Ada
Bising usus : 12 x/m
Terdapat jahitan 20 perineum ,
12. Genitalia Eksterna
jahitan bagian dalam 5 jahitan,
jahitan bagian tengah 5 jahitan ,
bentuk luka tidak beraturan , sedikit
kotor dan berbau khas, masih keluar
darah di pembalut 3, lochea rubra
warna merah tua berjumlah sedang ±
40-50 cc.
Tanda REEDA
Redness (kemerahan) : tidak ada
kemerahan
Edema (bengkak) : tidak terjadi
bengkak
Echimosis (memar) : tidak ada
32

memar Drainage (rembesan) : tidak


rembes
Approximatly (jahitan tidak menyatu)
13. Anus : jahitan menyatu Hemoroid : Tidak
14. Ekstermitas ada
Refleks patela : tidak dikaji
Varises : tidak ada
15. Pemeriksaan Dalam Oedema : tidak ada
Vulva/vagina :
- Edema/tumor/penyempitan :
Tidak ada
Portio :

- Konsistensi : Cair
- Pendataran : 5/5
- Pembukaan : lengkap
- Hodge/bagian terendah : 1
- Selaput Ketuban : Utuh (+)
- Presentasi : Kepala
- Posisi : Presentasi Kepala

1.1.5 Pola Aktivitas Sehari-Hari


1.1.5.1 Pola Nutrisi :
Frekuensi makan: 3 x/ hari, Jenis makanan: lauk, sayur dan nasi, Makanan
yang disukai: sop, Makanan yang tidak disukai: makanan yang pahit, Makanan
pantang / alergi: tidak ada, Nafsu makan: baik, Porsi makan: 1 porsi, Minum
(jumlah dan jenis): 1500 cc air putih
1.1.5.2 Pola Eliminasi
1. Buang Air Kecil (BAK):
Frekuensi: 4-5 x/hari, Warna: kuning kecoklatan, Bau: khas amoniak,
Masalah / Keluhan: tidak ada masalah
2. Buang Air Besar (BAB):
33

Frekuensi: 1x/ hari, Warna: coklat, Bau: khas, Konsistensi: lembek,


Masalah / Keluhan: tidak ada

1.1.5.3 Pola tidur dan istirahat:


Waktu tidur: siang dan malam, Lama tidur/hari: siang 1-2 jam, malam 7-8
jam, Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada, Kebiasaan saat tidur: tidak ada,
Kesulitan dalam tidur: tida ada
1.1.5.4 Pola aktivitas dan latihan:
Kegiatan dalam pekerjaan: hanya menyapu rumah dan memasak, Olah
raga: jalan- jalan di sekitar rumah, Mobilisasi dini: -, Kegiatan di waktu luang:
berkunjung ke rumah keluarga
1.1.5.5 Personal Hygiene :
Kulit: bersih, Rambut: bersih, Mulut & Gigi: bersih, Pakaian: rapi, Kuku:
bersih Vulva Hygiene:-
1.1.5.6 Ketergantungan fisik :
Merokok: tidak ada, Minuman keras: tidak ada, Obat-obatan: tidak ada,
Lain-lain: tidak ada

1.1.6 Aspek Psikososial Dan Spiritual


1.1.6.1 Pola pikir dan persepsi
a. Apakah ibu telah mengetahui cara memberi ASI dan merawat bayi: ya
b. Apakah klien merencanakan pemberian ASI pada bayinya: ya
c. Jenis kelamin yang diharapkan: laki-laki
d. Siapa yang membantu merawat bayi di rumah: suami
e. Apakah hamil ini diharapkan: ya
1.1.6.2 Persepsi diri
a. Hal yang amat dipikirkan saat ini : memikirkan
janinnya lahir dengan selamat dan sehat.
b. Harapan setelah menjalani perawatan : agar cepat
pulih dan kembali beraktivitas seperti biasanya
c. Perubahan yang dirasa setelah hamil: Terasa perut
semakin membesar.
34

1.1.6.3 Konsep diri


a. Body Image : Klien dapat
menerima proses persalinannya
b. Peran : Klien sebagai istri dan
ibu untuk anak-anaknya
c. Ideal Diri : Klien ingin cepat
pulih dan beraktifitas lagi
d. Identitas Diri : Klien seorang
perempuan dan ibu rumah tangga
e. Harga Diri : Klien
menghargai dirinya dan orang sekitarnya
1.1.6.4 Hubungan/komunikasi
a. Bicara : jelas
b. Bahasa utama : Indonesia, Bahasa Banjar
c. Yang tinggal serumah : orang tua, suami, dan saudara
d. Adat istiadat yang dianut : Adat Banjar
e. Yang memegang peranan penting dalam keluarga: Tn. B
f. Motivasi dari suami : Tetap semangat
g. Apakah suami perokok : -
h. Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada kesulitan
1.1.6.5 Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual :Tidak ada gangguan
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : ya klien mengerti
1.1.6.6 Sistem Nilai – Kepercayaan
a. Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan Yang Maha Esa.
b. Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda :Ya sangat
penting
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi)
sebutkan : Sholat
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah
Sakit, sebutkan: berdoa di atas tempat tidur
35

II. Pengobatan
No. Terapi obat Indikasi Dosis Rute Golongan
1. Paracetamol Paracetamol adalah obat untuk 3x1 Oral B
500 mg penurun demam dan pereda
nyeri, seperti nyeri haid dan
sakit gigi.
2. Fe Membantu memenuhi 1x1 Oral B
kebutuhan zat besi dan asam
folet tubuh, serta mengatasi
anemia
3 Amoxicillin Amoxicillin merupakan obat 3x1 Oral
500 mg antibiotik generik turunan
Penisilin dengan aktivitas
antibakteri spektrum luas. Obat
ini bersifat bakterisid yang
efektif terhadap bakteri Gram
negatif dan Gram positif
seperti Staphylococci,
Streptococci, Enterococci, S.
pneumoniae, N. gonorrhoeae,
H influenzas, E. coli, dan P.
mirabiis.
4 Livron B-Plek Suplemen yang mengandung 3x1 Oral
vitamin, asam amino, kalsium,
dan nikotinamid. Livron b plex
berfungsi untuk membantu
memenuhi kebutuhan vitamin
dan mineral pada tubuh,
membantu selama masa
pemulihan setelah sakit.
5 Inf. RL Ringer Laktat adalah cairan 20 tpm IV
infus sebagai sumber elektrolit
36

dan air untuk hidrasi.


Palangka Raya, 01 November 2021
Mahasiswa

Kris Kelana

1.2 Analisis Data

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Kontraktifitas otot uterus Nyeri Pasca
Pasien mengatakan nyeri di meningkat Melahirkan
bagian luka jahitan
perineum dan vaginanya
Dilatasi serviks
- P: Luka Jahit
- Q: Nyeri terasa ditusuk-
tusuk Plasenta susah dikeluarkan
- R: Nyeri perineum dan pasca partum
vagina
- T:Nyeri selama 5-10
menit,nyeri hilang timbul Robekan dinding vagina
DO:
Didapatkan pada pemeriksaan Robekan Jalan Lahir
fisik ada/tidak ada
penggunaan otot bantu.
- Klien tampak lemah Proses pengeluaran janin
- Meringis
- Skala Nyeri 6
Nyeri Pasca Melahirkan
(sedang)
TTV
TD = 130/80 mmHg
S = 36,7OC
N = 92x/mnt
RR = 23x/mnt
37

DS: Klien mengatakan Involusi arteri Intoleransi


“badan saya terasa Aktivitas
lemah”.
Luka pada perineum
DO:
- TTV
- TD : 130/90 mmHg Respon Psikologis
- N : 92x/mnt
- S : 26,7 OC
- RR : 23x/mnt
- Klien tampak pucat Kelemahan tubuh pasca
melahirkan
- Pergerakan klien
terbatas.
- Kebutuhan ADL klien Intoleransi aktivitas
dibantu oleh keluarga
dan perawat.
- Skala aktivitas 3
(Memerlukan
bantuan,pengawasan
orang lain dan
peralatan)
38

1.3 Prioritas Masalah


39

1. Nyeri pasca melahirkan berhubungan dengan trauma mekanis,


edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal dibuktikan
dengan,Pasien mengatakan nyeri di bagian luka jahitan perineum dan
vaginanya,P: Luka Jahit ,Q: Nyeri terasa ditusuk-tusuk ,R: Nyeri perineum
dan vagina,T:Nyeri selama 10-15 menit,nyeri hilang timbul,Klien tampak
lemah,Meringis,Skala Nyeri 6 (sedang),TTV:TD = 130/80 mmHg,S =
36,7OC,N = 92x/mnt,RR = 22x/mnt
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh dibuktikan
dengan, Klien mengatakan “badan saya terasa lemah”,Klien tampak
lemah,Pergerakan klien terbatas,Kebutuhan ADL klien dibantu oleh
keluarga dan perawat,Skala aktivitas 3 (Memerlukan bantuan,pengawasan
orang lain dan peralatan)
40

1.4 Intervensi Keperawatan


Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : VK Puskesmas Pahandut
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri pasca Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi skala nyeri : Lokasi, 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
melahirkan keperawatan selama 1x 7 Karakteristik, durasi, frekuensi, klien.
berhubungan dengan jam, diharapkan nyeri kualitas, intensitas nyeri
trauma mekanis, melahirkan dapat menurun.
edema/pembesaran Kriteria Hasil: 2. Kontrol lingkungan yang 2. Membuat klien lebih nyaman
jaringan atau distensi, SLKI L.08066 memberat rasa nyeri : suhu
efek-efek hormonal - Keluhan nyeri: (4) ruangan
(SDKI D.0079) - Meringis: (4) 3. Berikan teknik nonfarmokologi : 3. Untuk membantu menurunkan
- Sikap Protektif: : (4) Teknik Relaksasi dan rasa nyeri klien
- Gelisah: (4)
- Kesulitan tidur: (4) 4. Jelaskan strategi meredakan 4. Supaya pasien dapat meredakan
nyeri: Pendkes tentang cara nyeri yang dirasakan
mengatasi nyeri

5. Kolaborasi pemberian analgetik : 5. Membantu pengobatan supaya


Paracetamol/ Asamfenamat klien cepat sembuh.
2. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kelelahan fisik dan 1. Untuk mengetahui tindakan
berhubungan dengan keperawatan 1x 7 jam emosional yang akan dilakukan
kelemahan tubuh diharapkan intoleransi berhubungan dengan masalah
(SDKI D.0079) aktivitas klien mengalami aktivitas
peningkatan. 2. Monitor lokasi dan 2. Untuk mengetahui
Kriteria hasil: ketidaknyamanan selama ketidaknyamanan klien saat
SLKI L.05042 melakukkan aktivitas melakukkan aktivitas
6. Frekuensi nadi: (5)
7. Saturasi oksigen: (5) 3. Sediakan lingkungan nyaman 3. Untuk meningkatkan
8. Kemudahan dalam dan rendah stimulus (mis. kenyamanan klien
41

melakukkan aktifitas cahaya, suara, kunjungan)


sehari-hari: (5)
9. Kecepatan berjalan: (5) 4. Anjurkan melakukan aktivitas 4. Agar pasien tidak terlalu merasa
Keluhan lelah: (5) secara bertahap kelelahan

5. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Untuk meningkatkan energi


tentang cara meningkatkan klien dalam melakukkan
asupan makanan aktivitas
42

2.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, Diagnosa Keperawatan : Nyeri Berhubungan S: Klien mengatakan “ Nyeri Saya Sudah
1 November 2021 dengan Luka Jahit Perineum Berkurang“
Pukul 07.50 WIB O:
1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, - Lokasi nyeri perineum dan vagina
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - Nyeri pasca melahirkan
- Nyeri selama 3-5 menit
2. Mengatur suhu ruangan (25◦C) - Suhu ruangan 26◦C
- Pasien dapat melakukkan teknik
3. Mengajarkan pasien melakukan teknik relaksasi napas dalam
relaksasi napas dalam - Pasien mengerti bagaimana cara
memgatasi nyeri Kris Kelana
4. Melakukkan Pendkes tentang cara - Pemberian paracetamol 3x500mg/oral
mengatasi nyeri - TTV
TD = 130/80 mmHg
5. Memberi obat Paracetamol S = 36,7OC
3x500mg/oral N = 92x/mnt
RR = 23x/mnt
A: Masalah post partum belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
43

Senin, Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas S:Klien Mengatakan “badan saya masih
1 November 2021 berhubungan dengan kelemahan terasa lemah dan masih belum bisa
Pukul 07.50 WIB beraktivitas seperti biasa”
1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional O:
- Aktivitas pasien masih terbatas
2. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan - Suasana ruangan tampak hening
selama melakukkan aktivitas - Klien hanya dapat beraktivitas diatas
tempat tidur.
3. Menyediakan lingkungan nyaman dan - Keluarga membantu klien dalam
rendah stimulus (mis. cahaya, suara, melakukan aktivitas. Kris Kelana
kunjungan) - Keluarga selalu memberi dukungan
untuk klien agar agar dapat
4. Menganjurkan melakukan aktivitas beraktivitas secara mandiri.
secara bertahap - TTV
TD = 130/80 mmHg
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang S = 36,7OC
cara meningkatkan asupan makanan N = 92x/mnt
RR = 23x/mnt
A: Masalah post partum teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
44

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017 . Oxford: Wiley
Blackwell.

Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2017. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby
Inc.

Prawihardjo, Sarwono. 2018. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai