PLASENTA PREVIA
OLEH:
201810300511035
2021
A. DEFINISI PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri
pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan. Faktor risiko
timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti namun dari beberapa
penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang
berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya
hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa
(Meurah & Hutagalung, 2017).
B. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa banyak ditemukan pada ibu dengan kehamilan berisiko seperti pada
ibu dengan paritas tinggi, dan usia diatas 30 tahun, uterus yang cacat serta ibu dengan
kehamilan ganda. Pada beberapa rumah sakit, insiden plasenta previa berkisar 1,7 %
sampai dengan 2,9%. Insiden di negara maju lebih rendah yakni sekitar 0,3-0,6 % dari
seluruh persalinan atau kurang dari 1% yang disebabkan berkurangnya jumlah ibu
dengan paritas tinggi atau risiko tinggi. Kejadian plasenta previa. Peningkatan
penggunaan ultrasonografi dapat meningkatkan deteksi dini plasenta previa. Kejadian
plasenta previa adalah 1 dari 200 persalinan (Wira & Wahab, 2017)
C. ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui pasti, Frekuensi meningkat pada grande multipara,
primigravida tua, bekas sectiosesarea, bekar aborsi, kelainan janin, leiomiomauteri
Ibu yang memiliki riwayat kuretage mempunyai peluang 3,407 kali mengalami
plasenta previa dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat kuretage. Ibu yang
mengalami persalinan >5 kali secara fisik juga memiliki resiko tinggi karena organ
reproduksi ibu mengalami kelelahan terutama pada otot rahim yang sering
melahirkan. . Perdarahan juga bisa bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah
rahim pada plasenta privia lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robeknya
lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada
retensio sebagai komplikasi plasenta aktrea. Oleh karena itu, terjadinya atonia uteri
pada saat persalinan berikutnya sangat besar karena otot rahim tidak mampu
berkontraksi sehingga akan membahayakan nyawa ibu. Ibu memiliki riwayat
persalinan, misalnya 3 kali abortus atau lebih yang disebut dengan abortus habitualis.
Dengan seringnya terjadinya abortus, maka kemungkinan besar akan terjadi abortus
berulang pada kehamilan berikutnya jika tidak diketahui penyebab terjadinya abortus,
penyebab 2 kali partus prematurus atau lebih, dan penyebab kematian janin dalam
kandungan atau kematian perinatal (Syafitri & Suwardi, 2020)
D. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa menurut
(Trianingsih & Mardhiyah, 2015) :
1. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan
inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret,dll).
4. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
5. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
6. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta
previa.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Plasenta Previa menurut (Wolfman, 2016) adalah :
a. Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama
danpertamadariplasenta previa.Perdarahan dapat terjadi selagi penderitatidur atau
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak,sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalubanyak dari pada
sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukanpemeriksaan dalam.
b. Sumber perdarahan ialah sinus uterus yangrobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dariplasenta. Perdarahan
tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuanserabut ototsegmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagaimana serabut otot
uterusmeng hentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena
itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada
plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
c. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR.
d. Bentuk perdarahan
1) Sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis
2) Banyak disertai gejala klinik ibu dan janin.
e. Gejala klinik ibu
1) Tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang.
2) Terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk:
a. Nadi meningkat dan tekanan darah menurun
b. Anemia
c. Perdarahan banyak menimbulkan syok sampai kematianf.
f. Gejala klinik janin
1) Bagian terendah belum masuk PAP atau terdapat kelainan letak.
2) Perdarahan mengganggu sirkulasi retroplasenter, menimbulkan asfiksiaintra
uterin sampai kematian janin.
3) HB sekitar 5 gr/dl dapat menimbulkan kematian janin dan ibunya.
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan) (Paula, 2015):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal,
karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap
tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa
dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang
lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun
tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.
Menurut Desno, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm adalah:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
3. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
belakang.
4. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
depan.
5. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.
G. PATOFISIOLOGI
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin
melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak
diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen
bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta
pada tempat perlekatannya.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini
ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin
rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai(Maryani, 2018)
PATHWAY PLASENTA PRIVIA
Kebutuhan O2
dan Nutrisi Vaskularisasi
Penipisan Endometrium Rahim Menurun
Meningkat
Plasenta Sisa
Keseluruhan atau
Sebagian Jalan Lahir
PLASENTA PREVIA
H. PENATALAKSANAAN
Menurut (Meurah & Hutagalung, 2017) penatalaksanaan pada plasenta previa dapat
dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat dibenarkan jika
keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada
anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk
menghindari perdarahan yang fatal, syarat terapi ekspektatif yaitu:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Pada Plasenta Previa menurut (Serli & Anieq,
2019)adalah :
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta
melapisi cervik tidak biasa diungkapkan.
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di
ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis
untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau
kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
J. KOMPLIKASI
Menurut (Weldimira, 2018) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu: Selama
kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat
menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak bokong
dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Selama
persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps
tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta dapat menyebakan
melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan
kuretase. Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus, kelainan
kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran
K. DIAGNOSIS
Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
pemeriksaaan (Hutagalung, 2017) :
a. Gejala Klinis Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu
atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri
(painless), dan berulang (recurrent).
b. Palpasi abdomen Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
dan bagian terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.
c. Pemeriksaan inspekulo Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan,
apakah perdarahanberasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan
vagina.
d. Penentuan letak plasenta tidak langsung Dapat dilakukan dengan radiografi,
radioisotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi clan
radioisotop, ibu dan janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini
ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan
cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.
e. Penentuan letak plasenta secara langsung Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena
dapat menimbulkan perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.
Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak
(bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis
servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan
plasenta
L. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien dengan
anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik:
1. Identitas
- Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien. Hasil
temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20 tahun dan >
35 tahun.
2.Keluhan utama
- Keluhan yang paling sering muncul pada penderita perasaan sakit di perut
secara tiba-tiba, perdarahan pervaginam yang datang tiba-tiba, warna darah
bisa merah segar atau bekuan darah kehitaman.
- Pergerakan anak yang lain dari biasanya ( cepat, lambat atau berhenti)
Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi pemicu
munculnya placenta previa atau solutio placenta, misalnya:
6. Riwayat perkawinan
Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali menikah
dan berapa usia pernikahan saat ini
7. Riwayat obstertri
a. Riwayat haid Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat
haid dan HPHT
b. Riwayat kehamilan Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini.
Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat hamil, hasil pemeriksaan leopold, DJJ,
pergerakan anak
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus obstetri
harus dapat ditemukan
a. Kepala leher
- Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata
( anemis ada/tidak)
c. Abdomen
- amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his
d. Genetalia
e. Ekstremitas
f. Pemeriksaan obstetri
b.pemeriksaan USG
- Tampak tempat terlepasnya plasenta
- Tepian placenta
- Darah
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
uterotonika
2. Kolaborasi pemberian
antikoagulan
DAFTAR PUSTAKA
Maryani, D. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa Totalis Di
Ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara Tk. Iiiâ Kota Bengkulu. Journal Of Midwifery,
6(2), 1–6. https://doi.org/10.37676/jm.v6i2.626
Meurah, Y., & Hutagalung. (2017). Plasenta Previa Totalis Pada Primigravida: Sebuah
Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(1), 38–42.
Paula, A. (2015). Plasenta Privia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Serli, & Anieq. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ibu dengan Masalah
Plasenta Previa Disertai Anemia di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 02-04 Agustus
2018. Jurnal Midwifery, 1(2), 68–78.
Syafitri, E., & Suwardi, S. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Plasenta Previa
di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2018. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery), 7(2), 182–189. https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.art.p182-189
Trianingsih, I., & Mardhiyah. (2015). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Timbulnya
Kejadian Placenta Previa. Jurnal Kedokteran YARSI, 23(2), 103–113. Retrieved from
http://academicjournal.yarsi.ac.id/ojs-2.4.6/index.php/jurnal-fk-yarsi/article/view/115
Weldimira, V. (2018). Plasenta Previa dan Janin Letak Lintang. Jurnal Kedokteran Unila,
4(1), 1–7. Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/804
Wira, V., & Wahab. (2017). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Plasenta Previa Di
RSUD Pringsewu. Jurnal Dunia Kesmas, 6(2), 79–84.
Wolfman. (2016). Plasenta previa. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.