Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

OLEH:

ATIKAH NIDA PRASTIWI

201810300511035

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
A. DEFINISI PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri
pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan. Faktor risiko
timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti namun dari beberapa
penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang
berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya
hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa
(Meurah & Hutagalung, 2017).
B. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa banyak ditemukan pada ibu dengan kehamilan berisiko seperti pada
ibu dengan paritas tinggi, dan usia diatas 30 tahun, uterus yang cacat serta ibu dengan
kehamilan ganda. Pada beberapa rumah sakit, insiden plasenta previa berkisar 1,7 %
sampai dengan 2,9%. Insiden di negara maju lebih rendah yakni sekitar 0,3-0,6 % dari
seluruh persalinan atau kurang dari 1% yang disebabkan berkurangnya jumlah ibu
dengan paritas tinggi atau risiko tinggi. Kejadian plasenta previa. Peningkatan
penggunaan ultrasonografi dapat meningkatkan deteksi dini plasenta previa. Kejadian
plasenta previa adalah 1 dari 200 persalinan (Wira & Wahab, 2017)
C. ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui pasti, Frekuensi meningkat pada grande multipara,
primigravida tua, bekas sectiosesarea, bekar aborsi, kelainan janin, leiomiomauteri
Ibu yang memiliki riwayat kuretage mempunyai peluang 3,407 kali mengalami
plasenta previa dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat kuretage. Ibu yang
mengalami persalinan >5 kali secara fisik juga memiliki resiko tinggi karena organ
reproduksi ibu mengalami kelelahan terutama pada otot rahim yang sering
melahirkan. . Perdarahan juga bisa bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah
rahim pada plasenta privia lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robeknya
lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada
retensio sebagai komplikasi plasenta aktrea. Oleh karena itu, terjadinya atonia uteri
pada saat persalinan berikutnya sangat besar karena otot rahim tidak mampu
berkontraksi sehingga akan membahayakan nyawa ibu. Ibu memiliki riwayat
persalinan, misalnya 3 kali abortus atau lebih yang disebut dengan abortus habitualis.
Dengan seringnya terjadinya abortus, maka kemungkinan besar akan terjadi abortus
berulang pada kehamilan berikutnya jika tidak diketahui penyebab terjadinya abortus,
penyebab 2 kali partus prematurus atau lebih, dan penyebab kematian janin dalam
kandungan atau kematian perinatal (Syafitri & Suwardi, 2020)
D. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa menurut
(Trianingsih & Mardhiyah, 2015) :
1. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan
inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret,dll).
4. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
5. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
6. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta
previa.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Plasenta Previa menurut (Wolfman, 2016) adalah :
a. Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama
danpertamadariplasenta previa.Perdarahan dapat terjadi selagi penderitatidur atau
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak,sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalubanyak dari pada
sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukanpemeriksaan dalam.
b. Sumber perdarahan ialah sinus uterus yangrobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dariplasenta. Perdarahan
tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuanserabut ototsegmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagaimana serabut otot
uterusmeng hentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena
itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada
plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
c. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR.
d. Bentuk perdarahan
1) Sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis
2) Banyak disertai gejala klinik ibu dan janin.
e. Gejala klinik ibu
1) Tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang.
2) Terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk:
a. Nadi meningkat dan tekanan darah menurun
b. Anemia
c. Perdarahan banyak menimbulkan syok sampai kematianf.
f. Gejala klinik janin
1) Bagian terendah belum masuk PAP atau terdapat kelainan letak.
2) Perdarahan mengganggu sirkulasi retroplasenter, menimbulkan asfiksiaintra
uterin sampai kematian janin.
3) HB sekitar 5 gr/dl dapat menimbulkan kematian janin dan ibunya.

F. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan) (Paula, 2015):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal,
karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap
tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa
dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang
lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun
tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.
Menurut Desno, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm adalah:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
3. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
belakang.
4. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
depan.
5. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.
G. PATOFISIOLOGI
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin
melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak
diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen
bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta
pada tempat perlekatannya.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini
ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin
rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai(Maryani, 2018)
PATHWAY PLASENTA PRIVIA

Kehamilan Riwayat Riwayat Riwayat Kelahiran Kehamilan


Ganda Aborsi Rahim Besar >35 tahun

Embrio Rahim Tua


Kerusakan Lapisan
Rahim

Kebutuhan O2
dan Nutrisi Vaskularisasi
Penipisan Endometrium Rahim Menurun
Meningkat

Vaskularisasi Rahim Tempat


Ukuran Plasenta Lebih Plasenta
Blastosit Berimplementasi
Besar Memperluaskan
Permukaan

Blastosit Implantasi di dekat


segmen bawah Rahim

Plasenta Sisa
Keseluruhan atau
Sebagian Jalan Lahir

PLASENTA PREVIA

Pembentukan Segmen Bawah Menutupi Pembukaan Jalan Lahir


Rahim & Dilatasi Ostium Uteri

Kontraksi Rahim Seksio Casarea


Defisiensi Luka Post OP
Volume Pendarahan
Cairan

Jaringan Terputus Risiko


Volume Darah Menurun
Infeksi

Risiko Cedera Merangsang Daerah


Hipoksia Jaringan / Janin Nyeri
Janin
Sensorik & Motorik Akut

H. PENATALAKSANAAN
Menurut (Meurah & Hutagalung, 2017) penatalaksanaan pada plasenta previa dapat
dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat dibenarkan jika
keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada
anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk
menghindari perdarahan yang fatal, syarat terapi ekspektatif yaitu:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.

2. Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi


perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup
bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:

a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,


dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat tertutup
kembali (tamponade pada plasenta) penekanan tersebut dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu:
- Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban) Cara ini merupakan cara
yang dipilih untuk melancarkan persalinan pervaginam. Cara ini
dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta previa marginalis,
atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan. Pada
primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat
dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang
sudah meninggal.
- Memasang cunam Willet Gausz Pemasangan cunam Willet Gausz
dapat dilakukan dengan mengklem kulit kepala janin dengan cunam
Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan menggunakan kain kasa
atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr atau sebuah
batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena
seringkali menimbulkan perdarahan pada kulit kepala janin.
- Metreurynter Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong
karet yang diisi udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah
tidak dipakai lagi.
- Versi Braxton-Hicks Cara ini dapat dilakukan pada janin letak
kepala, untuk mencari kakinya sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini
dilakukan dengan mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan
juga diberikan beban seberat 50-100 gr.

b. Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim


sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu
seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Pada Plasenta Previa menurut (Serli & Anieq,
2019)adalah :
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta
melapisi cervik tidak biasa diungkapkan.

2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di
ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis
untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau
kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
J. KOMPLIKASI
Menurut (Weldimira, 2018) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu: Selama
kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat
menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak bokong
dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Selama
persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps
tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta dapat menyebakan
melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan
kuretase. Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus, kelainan
kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran
K. DIAGNOSIS
Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
pemeriksaaan (Hutagalung, 2017) :
a. Gejala Klinis Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu
atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri
(painless), dan berulang (recurrent).
b. Palpasi abdomen Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
dan bagian terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.
c. Pemeriksaan inspekulo Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan,
apakah perdarahanberasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan
vagina.
d. Penentuan letak plasenta tidak langsung Dapat dilakukan dengan radiografi,
radioisotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi clan
radioisotop, ibu dan janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini
ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan
cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.
e. Penentuan letak plasenta secara langsung Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena
dapat menimbulkan perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.
Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak
(bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis
servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan
plasenta
L. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien dengan
anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik:
1. Identitas
- Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien. Hasil
temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20 tahun dan >
35 tahun.

2.Keluhan utama

- Keluhan yang paling sering muncul pada penderita perasaan sakit di perut
secara tiba-tiba, perdarahan pervaginam yang datang tiba-tiba, warna darah
bisa merah segar atau bekuan darah kehitaman.

- Kepala terasa pusing hebat, mual muntah, mata berkunang-kunang, badan


lemas

- Adanya riwayat trauma langsung pada abdomen

- Pergerakan anak yang lain dari biasanya ( cepat, lambat atau berhenti)

3. Riwayat penyakit sekarang


Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan.

4. Riwayat penyakit dahulu

Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi pemicu
munculnya placenta previa atau solutio placenta, misalnya:

- riwayat tekanan darah sebelum hamil, riwayat pre eklampsia/eklampsia

- riwayat solusio placenta pada kehamilan sebelumnya

- riwayat hipertensi sebelumnya

5. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga

6. Riwayat perkawinan

Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali menikah
dan berapa usia pernikahan saat ini

7. Riwayat obstertri

a. Riwayat haid Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat
haid dan HPHT

b. Riwayat kehamilan Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini.
Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat hamil, hasil pemeriksaan leopold, DJJ,
pergerakan anak

8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus obstetri
harus dapat ditemukan

a. Kepala leher

- Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut

- Kaji expresi wajah klien ( pucat, kesakitan)


- tingkat kesadaran pasien baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kesadaran
kuantitatif diukur dengan GCS.

- Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata
( anemis ada/tidak)

- Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping


hidung, deformitas tulang hidung

- Amati kondisi bibir ( kelembaban, warna, dan kesimetrisan )


- Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis
b. Thorak
- Paru Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan, inspeksi
pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak, auskultasi dan identifikasi
suara nafas pasien
- Jantung dan sirkulasi darah Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung denyut
nadi, identifikasikan kecukupan volume pengisian nadi, reguleritas denyut
nadi, ukurlah tekanan darah pasien saat pasien berbaring/istirahat dan diluar
his. Identifikasikan ictus cordis dan auskultasi jantung identifikasi bunyi
jantung.
- Payudara Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting masuk,
menonjol, atau tidak) , kebersihan payudara dan produksi ASI

c. Abdomen

- kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak

- lakukan pemeriksaan leopold 1-4

- periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit

- amati ada striae pada abdomen/tidak

- amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his

- ada tidaknya nyeri tekan

d. Genetalia

- Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam


- lakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil serviks bisa sudah terbuka atau
tertutup, jika sudah maka serviks akan menonjol.

e. Ekstremitas

- Kaji ada tidaknya kelemahan

- Capilerry revile time

- Ada tidaknya oedema

- Kondisi akral hangat/dingin

- Ada tidaknya keringat dingin

- Tonus otot , ada tidaknya kejang

f. Pemeriksaan obstetri

Dituliskan hasil pemeriksaan leopold dan DJJ janin


g. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan laboratorium
- albumin urine (+), penurunan kadar HB - pemeriksaan pembekuan
darah tiap 1 jam

b.pemeriksaan USG
- Tampak tempat terlepasnya plasenta
- Tepian placenta
- Darah

Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan plassenta previa


adalah [ CITATION SDK17 \l 1057 ]:
a. Resiko pendarahan b.d komplikasi kehamilan (plasenta previa)
b. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif (pendarahan) d.d frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, hematokrit
meningkat, merasa lemah, megeluh haus, pengisian vena menurun, status
mental menurun.
c. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak
berdaya, frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak
mata buruk.
d. Defisit pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan b.d kurang terpapar
informasi d.d menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah,
menunjukkan perilaku berlebihan.
e. Resiko syok b.d kekurangan cairan (pendarahan)

No. SDKI SLKI SIKI


1. Resiko pendarahan b.d Setelah dilakukan Pencegahan Pendarahan
komplikasi kehamilan intervensi selama 3x24 Observasi:
(plasenta previa) jam, didapatkan hasil 1. Monitor tanda dan gejala
Tingkat Pendarahan pendarahan
menurun dengan kriteria 2. Monitor nilai
hasil : hematokrit/hemoglobin
 Kelembaban sebelum dan sesudah
membran mukosa kehilangan darah
meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital
 Kelembaban kulit ortostastik
meningkat 4. Monitor koogulasi
 Kognitif Terapeutik:
meningkat 1. Pertahankan bed rest,
 Pendarahan selama pendarahan
vagina menurun 2. Batasi tindakan invasif,
 Hemoglobin jika perlu
membaik 3. Gunakan kasus pencegah
 Hematokrit dikubitus
membaik 4. Hindari pengukuran suhu
rektal
Edukasi:
1. Jelakan tanda dan gejala
ppendarahan
2. Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan untuk
menghindari aspirin atau
antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan
makanan dan vitamin k
6. Anjurkan segera melapor
jika terjadi pendarahan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol pendarahan,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah jika perlu

2. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Pencegahan Pendarahan


kehilangan cairan aktif intervensi selama 3x24 Observasi:
(pendarahan) d.d jam, didapatkan hasil 1. Monitor tanda dan gejala
frekuensi nadi Tingkat Pendarahan pendarahan
meningkat, nadi teraba menurun dengan kriteria 2. Monitor nilai
lemah, tekanan darah hasil : hematokrit/hemoglobin
menurun, tekanan nadi  Kelembaban sebelum dan sesudah
menyempit, turgor kulit membran mukosa kehilangan darah
menurun, membran meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital
mukosa kering,  Kelembaban kulit ortostastik
hematokrit meningkat, meningkat 4. Monitor koogulasi
merasa lemah, pengisian  Kognitif Terapeutik:
vena menurun, status meningkat 1. Pertahankan bed rest,
mental menurun.  Pendarahan selama pendarahan
vagina menurun 2. Batasi tindakan invasif,
 Hemoglobin jika perlu
membaik 3. Gunakan kasus pencegah
 Hematokrit dikubitus
membaik 4. Hindari pengukuran suhu
rektal
Edukasi:
1. Jelakan tanda dan gejala
ppendarahan
2. Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan untuk
menghindari aspirin atau
antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan
makanan dan vitamin k
6. Anjurkan segera melapor
jika terjadi pendarahan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
pendarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah jika perlu
3. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
terpapar informasi d.d intervensi selama 3x24 Observasi
merasa bingung, merasa jam, didapatkan hasil 1. Identifkasi penurunan
khawatir dengan akibat Tingkat ansietas tingkat energi,
dari kondisi yang membaik dengan kriteria ketidakmampuan
dihadapi, sulit hasil : berkonsentrasi, atau
berkonsentrasi, tampak  Verbalisasi gejala lain yang
gelisah, tampak tegang, kebingungan menganggu kemampuan
sulit tidur, mengeluh menurun kognitif
pusing, anoreksia,  Verbalisasi 2. Identifikasi teknik
palpitasi, merasa tidak khawatir akibat relaksasi yang pernah
berdaya, frekuensi nafas kondisi yang efektif digunakan
meningkat, frekuensi dihadapi menurun 3. Identifikasi kesediaan,
nadi meningkat, tekanan  Perilaku gelisah kemampuan, dan
darah meningkat, menurun penggunaan teknik
diaforesis, tremor, muka  Konsentrasi sebelumnya
tampak pucat, suara membaik 4. Periksa ketegangan otot,
bergetar, kontak mata  Pola tidur frekuensi nadi, tekanan
buruk. membaik darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
5. Monitor respon terhadap
relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama dan
berirama
5. Gunakan relaksasi
sebagai stategi penunjang
dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika
sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat,batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering
menangulangi atau
melatoh teknik yang
dipilih
6. Demostrasikan dan latih
teknik relaksasi
4. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukanEdukasi Kesehatan
tentang kehamilan dan intervensi selama 3x24 Observasi :
persalinan b.d kurang jam, didapatkan hasil 1. Identifikasi kesiapan
terpapar informasi d.d Tingkat pengetahuan dan kemampuan
menanyakan masalah membaik dengan kriteria menerima informasi
yang dihadapi, hasil : 2. Identifikasi faktor-
menunjukkan perilaku  Perilaku sesuai faktor yang dapat
tidak sesuai anjuran, anjuranmeningkat meningkatkan dan
menunjukkan persepsi  Verbalisasi minat menurunkan motivai
yang keliru terhadap belajar meningkat perilaku hidup
masalah, menunjukkan  Kemampuan Terapeutik :
perilaku berlebihan. menjelaskan 1. Sediakan materi dan
pengetahuan media pendidikan
tentang suatu kesehatan
topik meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
 Kemampuan kesehatan sesuai
menggambarkan kesepakatan
pengalaman 3. Berikan kesempatan
sebelumnya yang untuk bertanya
sesuai dengan
Edukasi :
topik
1. Jelaskan faktor resiko
 Perilaku sesuai
yang dapat
dengan
mempengaruhi
pengetahuan
kesehatan
meningkat
2. Ajarkan perilaku hidup
 Pertanyaan
bersih dan sehat
tentang masalah
3. Ajarkan strategi yang
yang dihadapi
dapat digunakan untuk
menurun
meningkatkan perilaku
 Persepsi yang hidup bersih dan sehat
keliru terhadap
masalah menurun
 Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
menurun
 Perilaku membaik
5. Resiko Syok b.d Setelah dilakukan Manajemen Pendarahan
kekurangan cairan intervensi keperawatan Pervaginam
(pendarahan) selama 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat syok 1. Identifikasi keluhan ibu
menurun dengan kriteria (keluar darah dari vagina)
hasil : 2. Monitor keadaan uterus
 Kekuatan nadi dan abdomen
meningkat 3. Monitor kesadaran dan
 Tingkat tanda vital
kesadaran 4. Monitor kehilangan darah
meningkat 5. Monitor kadar hemoglobin
 Pucat menurun
Terapeutik:
 Frekuensi nafas
1. Posisikan supine atau
membaik
trendelenburg
2. Pasang oksimetri nadi

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
uterotonika
2. Kolaborasi pemberian
antikoagulan
DAFTAR PUSTAKA

Maryani, D. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa Totalis Di
Ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara Tk. Iiiâ Kota Bengkulu. Journal Of Midwifery,
6(2), 1–6. https://doi.org/10.37676/jm.v6i2.626

Meurah, Y., & Hutagalung. (2017). Plasenta Previa Totalis Pada Primigravida: Sebuah
Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(1), 38–42.

Paula, A. (2015). Plasenta Privia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.

Serli, & Anieq. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ibu dengan Masalah
Plasenta Previa Disertai Anemia di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 02-04 Agustus
2018. Jurnal Midwifery, 1(2), 68–78.

Syafitri, E., & Suwardi, S. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Plasenta Previa
di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2018. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery), 7(2), 182–189. https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.art.p182-189

Trianingsih, I., & Mardhiyah. (2015). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Timbulnya
Kejadian Placenta Previa. Jurnal Kedokteran YARSI, 23(2), 103–113. Retrieved from
http://academicjournal.yarsi.ac.id/ojs-2.4.6/index.php/jurnal-fk-yarsi/article/view/115

Weldimira, V. (2018). Plasenta Previa dan Janin Letak Lintang. Jurnal Kedokteran Unila,
4(1), 1–7. Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/804

Wira, V., & Wahab. (2017). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Plasenta Previa Di
RSUD Pringsewu. Jurnal Dunia Kesmas, 6(2), 79–84.

Wolfman. (2016). Plasenta previa. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai