Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. N DENGAN DM PLASENTA PREVIA TOTALIS DI


RUANG BERSALIN RSUD dr. R. SOEDARSONO PASURUAN

Dosen Pembimbing:
Ns. R.A. Helda Puspitasari, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Fauzia 202303102049
2-C

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. N dengan Plasenta Previa Totalis
di Ruang Bersalin RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan

Nama Mahasiswa : Fauzia


NIM : 202303102049

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Noor Ariesta Aggraeni, S.Tr.Keb Ns. R.A. Helda Puspitasari, S.Kep., M.Kep
NIP. 19860411 201001 2 031 NRP. 760019049

Mengetahui
Kepala Ruangan

Ririn Wijayati, S.Tr.Keb


NIP. 19790402 200604 2 020
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA PREVIA

A. Konsep Dasar Plasenta Previa


1. Definisi
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
(Nugroho, 2012). Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya
segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim seolah olasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang
secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa merubah
luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh
pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan
baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal baik dengan
ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal.

2. Etiologi
Secara pasti penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui dengan
jelas, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya placenta
previa (Manuaba, 2010) adalah:
a. Multiparitas dan umur lanjut > 35 tahun
b. Defek vascularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atroik
dan inflamatorik
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(SC,curretage dll)
d. Horion leave persisten
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi
f. Konsepsi dan nidasi lambat
g. Placenta besar pada kehamilan ganda/gemelli.
Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dan dinding uterus atau robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
uterus menghentikan perdarahan itu tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letaknya normal.
Makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta
letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.

3. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut umumnya pada trimester ke-3 dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua blasis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim maka plasenta yang berimplasntasi disitu sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasam pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula waktu serviks mendatar dan membuka ada bagian tampak plasenta
yang terlepas. Pada tempat laserasi ini akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta.
Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan
pada plasenta previa pasti akan terjadi. Perdarahan di tempat itu relatif
dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak
mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat
minimal dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup
dengan sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena akan terjadi pembekuan kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta sehingga perdarahan akan
berlangsung lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan
berlangsung progresif dan bertahap, maka lserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan demikianlah perdarahan akan berulang. Darah yang keluar berwarna
merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahan terjadi pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri
internum.

4. Pathway

Plasenta Previa

Dianjurkan untuk Segmen bawah


mengurangi aktivias untuk Adanya
uterus melebar
mencegah kontraksi pendarahan
sejak trimester III
segmen bawah uterus yang cukup
masiv

Berkurangnya Plasenta yang Muncul


pemenuhan kebutuhan berimplantasi ketakutan /
perawatan diri ibu mengalami leserasi kecemasan
akibat
perdarahan
Defisit Perawatan Terjadi Ansietas
Diri pendarahan
intervilus

Darah keluar merah


segar keluar dari
vagina tanpa rasa

Volume cairan
intravaskuler menurun
menurun

Mekanisme
hipovolemi TD turun,
nadi turun

Risiko Syok
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2010) tanda dan gejala plasenta previa adalah:
1. Anamnesa
a. Perdarahan tanpa nyeri
b. Terutama pada multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul
b. Pemeriksaan inspekulo

6. Klasifikasi Placenta Previa


Kejadian placenta previa dapat dibagi menjadi beberapa yaitu:
a. Placenta previa totalis
Letak placenta yang menutupi segmen bawah rahim secara total. Jalan
lahir bayi seluruhnya ditutupi oleh plasenta sehingga bayi tidak mungkin lahir
melalui vagina saat proses persalinan.
b. Placenta previa partialis
Plasenta ini hampir menutupi sebagian atau separuh jalan lahir
sehingga ada kemungkinan membuat bayi sulit untuk dilahirkab.n.
c. Placenta previa marginalis
Plasenta menutupi bagian tepi dalam jalan lahir. Proses persalinan pun
masih bisa terjadi secara normal. Hanya sja tetap ada kemungkinan besar
terjadinya risiko perdarahan.
d. Low-lying Plasenta
Kondisi di mana biasanya plasenta terletak rendah karena hanya
berjarak beberapa centimeter atau milimeter dari jalan lahir. Dalam keadaan
ini bayi tetap bisa dilahirka melalui vagina dengan aman hanya saja harus
berjaga-jaga untuk transfusi jika memang terjadi perdarahan.

7. Tanda dan Gejala


Gejala yang paling khas dari placenta previa adalah perdarahan pervaginam
tanpa disertai rasa nyeri, warna darah merah segar, dan jumlahnya tidak banyak.
Tanda dan gejala placenta previa adalah:
- Perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang
- Darah biasanya berwarna merah segar
- Terjadi saat tidur atau melakukan aktivitas
- Bagian terendah janin tinggi
- Perdarahan biasanya berulang

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis placenta previa adalah
dengan USG sudah tercapai tujuan untuk menegakan diagnosa. Walaupun masih
banyak pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan, secara sederhana USG dapat
dipercaya untuk menegakan diagnosa.

9. Penatalaksanaan
1. Penanganan Ekspektif
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir premature, pasien di
rawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Dilakukan
pemantauan klinis secara ketat. Adapun kriteria pasien untuk penanganan
ekspektif adalah:
a. Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih
b. Kehamilan pre term ( < 37 minggu) dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti
c. Belum ada tanda-tanda in partu
d. Janin masih hidup.
Rencana terapi yang dapat diberikan adalah:
a. Rawat inap dan tirah baring
b. Berikan antibiotik profilaksis
c. Pemberian carian parenteral ( Dextrose 5% atau elektrolit)
d. Bethamethason 24 mg iv untuk pematangan paru janin
e. Pemeriksaan USG sebagai pemantauan kondisi janin dan posisi placenta f.
monitoring perdarahan
2. Penanganan Aktif
Kriteria pasien untuk penanganan aktif antara lain:
a. Umur kehamilan ≥ 37 minggu
b. BB janin ≥ 2500 gram
c. Ada tanda-tanda persalinan
d. Kondisi umum pasien kurang baik dan atau anemis
Penyelesaian masalah plasenta previa dapat dipilihkan tindakan dibawah ini
yaitu:
a. Sectio caesaria
Prinsip utama tindakan sectio caesaria adalah menyelamatkan jiwa ibu.
Sedangkan tujuan utama tindakan sectio caesaria adalah:
- Melahirkan janin dengan segera
- Menghindari kemungkinan robekan uterus
- Meminimalkan terjadinya robekan pada tempat implantasi placenta
b. Partus pervaginam
Dilakukan pada kasus placenta previa lateralis atau marginalis pada
multipara dan anak sudah meninggal atau premature.

Menurut Nugroho (2010), penatalaksanaan plasenta previa adalah:


 Bila usia kehamilan kurang 37 minggu atau berat badan janin kurang 2500
gram.
a. Perdarahan sedikit, Keadaan ibu dan janin baik maka biasanya
penanganan konservatif sampai usia kehamilan aterm.
b. Tirah baring.
c. Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilissasi secara
bertahap
d. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan pasien boleh
pulang,
e. Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera
kerumah sakit jika terjadi perdarahan.
 Bila usia kehamilan 37 minggu atau lebih dan berat badan janin 2500
gram.
a. Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera
mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam atau perabdominal.
b. Persalinan dengan sectio caesaria diindikasikan untuk plasenta previa
totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana
perbukaan
10. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang dapat timbul menurut Manuaba, 2010 adalah:
a. Placenta abruptio. Pemisahan placenta dari dinding rahim
b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan
histerektomi
c. Placenta akreta, placenta inkreta dan placenta perkreta
d. Prematur atau kelahiran bayi kurang bulan ( < 37 minggu)
e. Kecacatan pada bayi

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Mengumpulkan data yang dapat menunjang ditegakkannya diagnosa dengan
anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik.
1) Identitas
Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien meliputi
nama, umur, pekerjaan, alamat dan lain-lain.
2) Keluhan utama
- Keluhan yang paling sering muncul pada penderita yaitu perasaan sakit di
perut secara tiba-tiba, perdarahan pervaginam yang datang tiba-tiba,
warna darah bisa merah segar atau bekuan darah kehitaman.
- Kepala terasa pusing hebat, mual muntah, mata berkunang-kunang, badan
lemas.
- Adanya riwayat trauma langsung pada abdomen.
- Pergerakan anak yanh lain dari biasanya (cepat, lambat atau berhenti).
3) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi
pemicu munculnya plasenta previa misalnya:
- Riwayat tekanan darah sebelum hamil, riwayat preeklampsia/eklampsia
- Riwayat solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya
- Riwayat hipertensi sebelumnya
5) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
6) Riwayat perkawinan
Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali
menikah dan berapa usia pernikahan saat ini
7) Riwayat obstertri
- Riwayat haid; tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid, keluhan
saat haid dan HHT
- Riwayat kehamilan; kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini,
tanakan riwayat ANC, keluhan saat hamil, hasil pemeriksaan leopold, DJJ,
pergerakan anak.
8) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus
obstertri harus dapat ditemukan
a) Kepala leher
- Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut
- Kaji expresi wajah klien ( pucat, kesakitan)
- Tingkat kesadaran pasien baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kesadaran kuantitatif diukur dengan GCS.
- Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata (

anemis ada/tidak)
- Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping
hidung, deformitas tulang hidung
- Amati kondisi bibir ( kelembaban, warna, dan kesimetrisan )
- Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis
b) Thorax
- Paru; hitung frekuensi pernapasan, inspeksi irama pernapasan, inspeksi
pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak, auskultasi dan
identifikasi suara napas pasien.
- Jantung dan sirkulasi darah; raba kondisi akral hangat/dingin, hitung
denyut nadi, identifikasikan kecukupan volume pengisian nadi,
reguleritas denyut nadi, ukurlah tekanan darah pasien saat pasien
berbaring, identifikasikan ictus cordis dan auskultasi jantung untuk
mengidentifikasi bunyi jantung.
- Payudara; kaji perbesaran payudara, kondisi putting (putting masuk,
menonjol atau tidak), kebersihan payudara dan produksi ASI
c) Abdomen
- Kaji perbesaran perut sesuai usia kehamilan atau tidak
- Lakukan pemeriksaan leopold 1-4
- Periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit
- Amati ada striae pada abdomen atau tidak
- Amati apakah uterus tegang baik waktu his atau di luar his
- Ada tidaknya nyeri tekan
d) Genetalia
- Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pebaginam
- Lakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil serviks bisa sudah
terbuka atau tertutup, jika sudah terbuka maka serviks akan menonjol.
e) Ekstremitas
- Kaji ada tidaknya kelemahan
- CRT (Capilarry Refill Time)
- Ada tidaknya edema
- Kondisi akral hangat/dingin
- Ada tidaknya keringat dingin
- Ada tidaknya kejang pada tonus otot
f) Pemeriksaan obstetri; dituliskan hasil pemeriksaan lopold dan DJJ
g) Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium; albumin, urine (+), penurunan kadar HB,
pemeriksaan pembekuan darah tiap 1 jam
- Pemeriksaan USG; tampak tempat terlepasnya plasenta, tepian
plasenta, darah

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu hamil dengan
masalah plasenta previa (SDKI)
1) Defisit Perawatan Diri
 Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri
 Penyebab :
a. Gangguan muskuloskeletal
b. Gangguan neuromuskuler
c. Kelemahan
d. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
e. Penurunan motivasi/minat
 Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
- Menolak melakukan perawatan diri
b. Objektif
- Tidak mampu mandi / mengenakan pakaian / makan / ke toilet /
berhias sendiri
- Minat melakukan perawatan diri kurang
 Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif (tidak tersedia)
b. Objektif (tidak tersedia)
2) Risiko Syok
 Definisi : Berisiko mengalami ketidakcukupkan aliran darah ke jaringan
tubuh yang mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa
 Faktor risiko :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Hipotensi
d. Kekurangan volume cairan
e. Sepsis
f. Sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflamatory response
syndrome [SIRS])
3) Ansietas
 Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
 Penyebab:
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekhawatiran mengalami kegagalan
g. Disfungsi sistem keluarga
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
k. Terpapar bahaya lingkungan (misal toksin, polutan dan lain-lain
l. Kurang terpapar informasi
 Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
- Merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
- Sulit berkonsentrasi
b. Objektif
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
 Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
- Mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi
- Merasa tidak berdaya
b. Objektif
- Frekuensi napas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- Tekanan darah meningkat
- Diaforesis
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata buruk
- Sering berkemih
- Berorientasi pada masa lalu

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan rencana untuk menguraikan berbagai
diagnosa keperawatan diperkirakan ditetapkan intervensi keperawatan dalam
menentukan tujuan dan hasil yang akan dicapai. Intervensi keperawatan adalah
segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan
dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN

1. Defisit Perawatan Luaran utama: Perawatan Diri Intervensi utama: Dukungan Perawatan
Diri berhubungan (L. 11103) Diri (I.11348)
dengan …
Setelah dilakukan intervensi Observasi
dibuktikan dengan
keperawatan selama … x 24
… (D.0109) - Identifikasi kebiasaan akivitas
jam perawatan diri meningkat
perawatan diri sesuai usia
dengan kriteria hasil:
- Monitor tingkat kemandirian
- Kemampuan mandi - Identifikasi kebutuhan alat bantu
meningkat kebersihan diri, berpakaian,
- Kemampuan berhias dan makan
mengenakan pakaian
Terapeutik
meningkat
- Kemampuan makan - Sediakan lingkuang yang
meningkat terapeutik (misal suasana hangat,
- Kemampuan ke toilet rileks, privasi)
(BAB/BAK) meningkat - Siapkan keperluan pribadi (misal
- Verbalisasi keinginan parfum, sikat gigi dan sabun
melakukan perawatan diri mandi)
meningkat - Dampingi dalam melakukan
- Minat melakukan perawatan diri sampai mandiri
perawatan diri meningkat - Fasilitasi kemandirian, bantu jika
- Mempertahankan tidak mampu melakukan
kebersihan diri perawatan diri
meningkat - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
- Mempertahankan
Edukasi
kebersihan mulut
meningkat - Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan

2. Risiko Syok Luaran utama: Tingkat Syok Intervensi utama: Pemantauan Cairan
dibuktikan dengan (L. 03032) (I.03121)
… (D.0039)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama … x 24
- Monitor frekuensi dan kekuatan
jam tingkat syok menurun
nadi
dengan kriteria hasil:
- Monitor frekuensi napas
- Kekuatan nadi - Monitor tekanan darah
meningkat - Monitor berat badan
- Output urinel meningkat - Monitor waktu pengisian
- Tingkat kesadaran kapiler
meningkat - Monitor elastisitas atau turgor
- Saturasi oksigen kulit
meningkat - Monitor jumlah, warna dan
- Akral dingin menurun berat jenis urine
- Pucat menurun - Monitor kadar albumin dan
- Haus menurun protein total
- Konfusi menurun - Monitor hasil pemeriksaan
- Letargi menurun serum (misal osmolaritas
- Asidosis metabolik serum, hematokrit, natrium,
menurun kalium, BUN)
- Mean Arterial Pressure - Monitor intake dan output
membaik cairan
- Tekanan darah sistolik - Identifikasi tanda-tanda
membaik hipovolemia (misal frekuensi
- Tekanan darah diastolik nadi meningkat, nadi teraba
membaik lemah, tekanan darah menurun,
- Tekanan nadi membaik tekanan nadi menyempit, turgor
- Pengisian kapiler kulit menurun, membran
membaik mukosa kering, volume urin
- Frekuensi nadi membaik menurun, hematokrit
- Frekuensi napas meningkat, haus, lemah,
membaik konsentrasi urine meningkat,
berat badan menurun dalam
waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia (misal dispnea,
edema perifer, edema anasarka,
JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
- Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
(misal prosedur pembedahan,
trauma/perdarahan, luka bakar,
aferesis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)

Terapeutik

- Atur interval waktu pemantauan


sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan cairan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

3. Ansietas Luaran utama: Tingkat Intervensi utama: Reduksi Ansietas


berhubungan Ansietas (L. 09093) (I.09314)
dengan …
Setelah dilakukan intervensi Observasi
dibuktikan dengan
keperawatan selama … x 24
… (D. 0080) - Identifikasi saat tingkat ansietas
jam tingkat ansietas menurun
berubah (misal konfisi, waktu,
dengan kriteria hasil:
stresor)
- Verbalisasi kebingungan - Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
- Verbalisasi khawatir - Monitor tanda-tanda ansietas
akibat kondisi yang (verbal dan nonverbal)
dihadapi menurun
Terapeutik
- Perilaku gelisah
menurun - Ciptakan suasana terapeutik
- Perilaku tegang untuk menumbuhkan
menurun kepercayaan
- Keluhan pusing - Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan, jika
- Anoreksia menurun memungkinkan
- Palpitasi menurun - Pahami situasi yang membuat
- Frekuensi pernapasan ansietas
menurun - Dengarkan dengan penuh
- Frekuensi nadi menurun perhatian
- Tekanan darah menurun - Gunakan pendekatan yang
- Diaforesis menurun tenang dan meyakinkan
- Tremor menurun - Tempatkan barang pribadi yang
- Pucat menurun memberikan kenyamanan
- Konsentrasi membaik - Motivasi mengidentifikasi
- Pola tidur membaik siuasi yang memicu kecemasan
- Perasaan keberdayaan - Diskusikan perencanaan
membaik realistis tentang peristiwa yang
- Kontak mata membaik akan datang
- Pola berkemih membaik
Edukasi
- Orientasi membaik
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Informasukan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tinddakan keperawatan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun
yang ditujukan Nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Tujuan dilakukannya implementasi keperawatan yaitu untuk membantuk
klien mencapaitujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan,
mencakup pencegahan penyakit, mencakup pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping klien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keserhasilan yang dicapai sebagai luaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri. Evaluasi
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,
membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektifitas proses keperawatan mulai
dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, C. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial untuk

Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Nugroho, T. 2010. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika

Nugroho. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia; Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai