Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN
MULTIPLE FRAKTUR DENGAN RUPTUR ARTERI
DAN VENA BRACHIALIS
DI RUANG IGD RS UD ABDOEL MOELOEK
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :
FIKRI AJI PAMADI
201810300511026

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS LP-ASKEP)


DI RUANG IGD RS UD ABDOEL MOELOEK

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 3

NAMA: Fikri Aji Pamadi


NIM: 201810300511026
TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 29 MARET -4 APRIL/ MINGGU 5

Malang, 01 April 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

Fikri Aji Pamadi Anis Ika Nur Rohmah, M.Kep., Sp.Kep.MB

Page 2 of 37
Page 3 of 37
LEMBAR PENILAIAN

NAMA MAHASISWA : Fikri Aji Pamadi


NIM : 201810300511026
TGL PRAKTEK : 29 maret – 4 april 2021
MINGGU KE :2

No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Malang, 01 April 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

Fikri Aji Pamadi Anis Ika Nur Rohmah, M.Kep., Sp.Kep.MB

DAFTAR ISI

Page 4 of 37
LEMBAR PENGESAHAN 2
LEMBAR PENILAIAN 3
DAFTAR ISI 4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN 5
A. Definisi 5
B. Etiologi 5
C. Epidemologi 5
D. Tanda dan Gejala 5
E. Patofisologi 5
F. Pemeriksaan Penunjang 5
G. Penatalaksanaan 5
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS) 5
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI) 5
J. Luaran Keperawatan (SLKI) 5
K. Intervensi Keperawatan (SIKI) 5
L. Daftar Pustaka 5
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN 6
A. CASE REPORT 6
B. Pengkajian (Focus Assesement) 6
C. Analisa Data 6
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI) 6
E. Luaran Keperawatan (SLKI) 6
F. Luaran Keperawatan (SIKI) 6
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING) 7
A. Masalah Keperawatan 7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal) 7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference) 7
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS) 8
1. Judul Tindakan Keperawatan 8
2. Judul Tindakan Keperawatan 8
3. Judul Tindakan Keperawatan 8
4. Judul Tindakan Keperawatan 8
5. Judul Tindakan Keperawatan 8

Page 5 of 37
BAB V. PERKULIAHAN DENGAN PRAK 10
Daftar Pustaka 11

Page 6 of 37
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terputusnya jaringan tulang atau tulang
rawan dikarenakan adanya ruda paksa. Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang,
umumnya akibat trauma. fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan tulang rawan yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang bisa terjadi
akibat trauma langsung dan trauma tidak langsung (Ulfiani, Sahadewa, Kedokteran,
& Lampung, 2021).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur dapat berbentuk
transversa,oblik, atau spiral. Fraktur merupakan gangguan system muskulokeletal
dimana terjadi pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang, fraktur
patofisiologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi
yang berlebihan (Grace, 2017).
Multiple fraktur didefinisikan terdapat lebih dari satu jenis fraktur yang
tempatnya berbeda seperti fraktur maksiofaial, fraktur femur dan lain-lainnya.
Multiple fraktur adalah lebih dari satu garis fraktur. multiple fraktur adalah keadaan
dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan tulang lebih dari satu garis.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, mkaa dapat disimpulkan multiple fraktur
adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan tulang lebih dari satu
garis yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang di tandai oleh rasa nyeri,
pembekakan, deformitas, dan gangguan fungsi pada area fraktur (Fatima, 2016).
B. Etiologi dan Predisposisi
Fraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau
tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakir, misalnya osteoporosis.
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok, memutar, dan menarik. Trauma muskulokeletas yang dapat
mengakibatkan fraktur adalah (Mahartha, Maliawan, & Kawiyana, 2017) :
1) Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Misalnya karena
trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan dengan kekuatan
yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga
terjadi patah.
2) Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedaerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur. misalnya jatuh dengan tangan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringan
lunak tetap utuh, tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur

Page 7 of 37
transversal, tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral
atau oblik.
3) Trauma patologis
Trauma patologis adalah suatu kondisi rapuhnya karena proses patologis.
Contohnya
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsorbsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang
menjadi keropos secara cepar dan rapuh sehingga mengalami
patah tulang karena trauma minimal.
b. Osteomililitis merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal
dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan
sendi dan tulang rawan.
C. Epidemologi
Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar
tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. jaringan
lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens
terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast terakumulasi sehingga
menyebabkan peningkatan aliran darah ke area tersebut. fagositosis dan
pembersihan sel dan jaringan mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma fraktur)
terbentuk di tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel
baru. Aktivitas osteoblas akan segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru
imatur, disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorpsi dan sel tulang baru
secara perlahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang
sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi.
Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan
(fraktur pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau
terhambat apabila hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati
terbentuk, atau apabila sel tulang baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada fraktur yaitu terdiri dari :
1) Nyeri
Nyeri yang terjafi terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan

Page 8 of 37
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan
atau tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui
dengan membandingkan dengan ekstremitas yang normal. Ekstremitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
intergritas tulang tempat melekatnya otot.
3) Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan dibawah tempat fraktur. Leg length discrepancy (LLD) atau
perbedaan panjang tungkai bawah adalah masalah ortopedi yang biasanya
muncul di masa kecil, di mana dua kaki seseorang memiliki panjang yang
tidak sama. Penyebab dari masalah (LLD) ini yaitu : osteomyelitis, tumor,
fraktur,hemihipetrofi, dimana satu atau lebih malformasi vascular atau
tumor (seperti hemangiona) yang menyebabkan aliran darah di satu sisi
melebihi yang lain. Pengukuran leg length discrepancy (LLD) terbagi
menjadi : true leg length discrepancy dan apparent leg
lengthdiscrepancy.
True leg discrepancy adalah cara mengukur perbedaan panjang tungkai
bawah dengan mengukur dari spina iliaka anterior superior ke malleolus
medial dan apparent leg length discrepancy adalah cara mengukur
perbedaan panjang tungkai bawah dengan mengukur dari xiphisternum
atau umbilicus ke malleolus medial.
4) Krepitus tulang (derik tulang) : krepitas tulang terjadi akibat gerakan
fragmen satu dengan yang lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna tulang terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa jam
atau hari (Puspitasari, 2016).
E. Patofisologi
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidakseimbangan, fraktur terjadi dapat beruopa fraktur tertutup dan terbuka.
Fraktur tertutup tidak disertai dengan kerusakan jaringan lunak sedangkan fraktur
terbuka disertai dengan kerusakan jaringan lunak seperti otot, tendon, ligament
dan pembuluh darah.
Tekanan yang kuat dapat terjadi multiple fraktur terbuka karena fragmen
tulang keluar menembus kulit dan menjadi luka terbuka sera peradangan yang
dapat memungkinkan infeksi, keluarnya darah dapat mempercepat perkembangan
bakteri. Tertatiknya segmen karena kejang otot pada area fraktur sehingga
disposisi tulang. Multiple fraktur terjadi jika tulang dikarnakan oleh stress yang
lebih besar dari yang dapat di absorbsinya. Multiple fraktur dapat disebabkan
oleh pukulan langsung, gaya meremuk,gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah jaringan disekitarnya akan
terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi,

Page 9 of 37
rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh
dapat mengalami cidera akibat gaya yang disebabkan fraktur atau akibat fragmen
tulang.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi multiple fraktur,
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Fatima, 2016).

Page 10 of 37
F. Pathway
Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang


Kehilangan integritas
kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
tulang
pembuluh darah
Luka
Ketidakstabilan posisi
fraktur, apabila organ Perdarahan lokal
fraktur digerakkan
Gangguan
Hematoma pada daerah integritas kulit
Fragmen tulang yang patah fraktur
menusuk organ sekitar
Kuman mudah masuk
Aliran darah ke daerah distal
Gangguan rasa berkurang atau terhambat
nyaman nyeri Resiko tinggi
infeksi
(warna jaringan pucat, nadi
lemas, cianosis, kesemutan)
Sindroma kompartemen
keterbatasan aktifitas
Kerusakan neuromuskuler
Defisit perawatan diri
Gangguan fungsi organ distal

Gangguan mobilitas fisik

Page 11 of 37
G. Pemeriksaan Penunjang
1) pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
2) Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3) Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4) Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

H. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
a. Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajat
keparahannya, prinsip pertama yaitu mengetahui dan menilai
keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan
radiologis.
b. Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk
kembali seperti asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi
tertutup ( tanpa operasi), contohnya dengan traksi dan reduksi
terbuka (dengan operasi), contohnya dengan fiksasi internal
dengan pemasangan pin, kawat,sekrup atau batangan logam 9
c. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama
penyembuhan, dengan fiksasi internal maupun fiksasi eksternal,
contohnya GIPS yaitu alat immobilisasi eksternal yang kaku dan
dicetak sesuai bentuk tubuh yang dipasang.
d. Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan
untuk menghindari kontraktur sendi dan atrofi otot. Tujuannya
adalah mengurangi oedema, mempertahankan gerakan sendi,
memulihkan kekuatan otot, dan memandu pasien kembali ke
aktivitas normal.
e. ORIF yaitu pembedahan untuk memperbaiki fungsi dengan
mengembalikan stabilitas dan mengurangi nyeri tulang yang patah
yang telah direduksi dengan skrap, paku, dan pin logam.
f. Traksi yaitu pemasangan tarikan ke bagian tubuh, beratnya traksi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
2) Perawatan klien fraktur
a. Fraktur tertutup
Tirah baring diusahakan seminimal mungkin latihan segera
dimulai untuk mempertahankan kekuatan otot yang sehat, dan
untuk meningkatkan otot yang dibutuhkan untuk pemindahan
mengunakan alat bantu ( tongkat ) klien diajari mengontrol nyeri
sehubungan fraktur dan trauma jaringan lunak 10.
b. Fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka terdapat risiko infeksi osteomielitis, gas
ganggren, dan tetanus, tujuan perawatan untuk meminimalkan
infeksi agar penyembuhan luka atau fraktur lebih cepat, luka
dibersihkan, didebridemen dan diirigasi.

Page 12 of 37
3) Penatalaksanaan kedaruratan
Klien dengan fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh
yang terkena segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harus
di sangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan
rotasi. Immobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga
dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama. Pada cidera
ekstremitas atas lengan dapat dibebatkan ke dada. Peredaran di distal
cidera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Luka ditutup dengan kasa steril.

I. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)


A. Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya
serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan:
− Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor memperberat dan faktor yang memperingan/
mengurangi nyeri.
− Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut,
atau menusuk.
− Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa
sakit terjadi.
− Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
− Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan

Page 13 of 37
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain
d) Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa
lama tulang tersebut akan menyambung.
e) Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang
cenderung diturunkan secara genetic.
f) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
− Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus
mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya
seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang.
− Pola Eliminasi Untuk kasus multiple fraktur, misalnya
fraktur humerus dan fraktur tibia tidak ada gangguan pada
pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi.
− Pola Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul rasa
nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya 17 tidur,
suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur
serta penggunaan obat tidur.
− Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak,
maka semua bentuk kegiatan klien, seperti memenuhi
kebutuhan sehari hari menjadi berkurang. Misalnya
makan, mandi, berjalan sehingga kebutuhan klien perlu
banyak dibantu oleh orang lain.
B. Pemeriksaan Fisik Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan
setempat (lokalisa).
Gambaran Umum Perlu menyebutkan:
a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda, seperti:
● Kesadaran penderita
● Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut, spasme otot,
dan hilang rasa.
● Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
● Neurosensori, seperti kesemutan, kelemahan, dan
deformitas.

Page 14 of 37
● Sirkulasi, seperti hipertensi (kadang terlihat sebagai respon
nyeri/ansietas), hipotensi ( respon terhadap kehilangan
darah), penurunan nadi pada bagian distal yang cidera,
capilary refil melambat, pucat pada bagian yang terkena,
dan masa hematoma pada sisi cedera. b) Keadaan Lokal
Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah sebagai
berikut
C. Pemeriksaan Diagnostik
D. Pemeriksaan Radiologi Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting
adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen ( Sinar – X ).
E. Pemeriksaan Laboratorium
F. Pemeriksaan lain-lain
● Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
● Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.
● Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
● Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek
karena trauma yang berlebihan.
● Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi
pada tulang.
● MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
J. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1) Nyeri akut
2) Gangguan mobilisasi fisik
3) Gangguan integritas kulit dan jaringan
K. Luaran Keperawatan (SLKI)
1) Nyeri akut
Tingkat nyeri
− Keluhan nyeri menurun
− Meringis menurun
− Sikap protektif menurun
− Gelisah menurun
Kesulitan tidur menurun
2) Gangguan intergritas kulit dan jaringan
Intergritas jaringan meningkat
− Nyeri menurun
− Kemerahan menurun
− Hematom menurun
− Kerusakan jaringan menurun
Tekstur membaik
3) Gangguan mobilitas fisik
Mobilitas fisik meningkat

Page 15 of 37
− Pergerakan ekstremitas meningkat
− Kekuatan otot meningkat
− Rentang gerak (ROM) meningkat
− Nyeri menurun
− Gerakan terbatas menurun
Kelemahan fisik menurun

Page 16 of 37
L. Intervensi Keperawatan (SIKI)
1) Nyeri akut
Manajemen nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
hypnosis, akupuntur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
tekhnik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetic bila perlu.

2) Gangguan mobilitas fisik


Dukungan mobilisasi
Observasi:
− Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
− Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
− Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
− Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik:
− Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
− Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
− Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
− Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
− Anjurkan melakukan mobilisasi dini
− Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur)
3) Gangguan intergritas kulit dan jaringan
Perawatan luka
Observasi
− Monitor karakter luka (mis. Drainase, warna, ukuran,bau)
− Monitor tanda-tanda infeksi

Page 17 of 37
Teraupetik
− Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
− Cukur rambut di sektar daerah luka
− Bersihkan dengan cairan NCl atau pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
− Bersihkan jaringan nekrotik
− Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi jika perlu
− Pasang balutan sesuai jenis luka
− Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
− Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
− Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
− Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg BB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kg
BB/hari
− Berikan suplemen vitamin dan mineral
Edukasi
− Jelaskan tanda dan gejala infeksi
− Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
− Anjurkan prosedur perawatan luka mandiri
Kolaborasi
− Kolaborasi prosedur debridement
Kolaborasi pemberian antibiotik

Page 18 of 37
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. CASE REPORT
Pasien seorang laki-laki Tn.J berusia 23 tahun datang ke IGD RSUD Abdoel
Moeloek Provinsi lampung pada tanggal 5 januari 2020. Berdasarkan
autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien datang dengan keluhan sulit
menggerakkan tangan kanan dan kiri, serta tungkai bawah kanan sejak kurang
lebih 12 jam SMRS. Terdapat hematom pada tangan kanan dan kiri. Serta robek
pada kaki kanan. Pasien terjatuh dari mototr, tidak mengingat sepenuhnya
kejadian sebelum kecelakaan. Tidak terdapat sakit kepala, muntah ataupun
pandangan mata kabur. Tidak ada cairan keluar dari telinga dan hidung. Pasien
merasa paling nyeri ketika menggerakkan kaki kanan dan baal pada tangan kiri.
Di RSUD Zainal Abidin Pagar Alam, dilakukan rontgen, pemasangan kateter,
pembersihan dan penjahitan luka, splint pada tangan kanan dan kiri, serta kaki
kanan. Kemudian diberi tatalaksana berupa; RL, Anti tetanus serum, inj.
golongan PPI yaitu Omeprazole, inj. golongan aminoglikosida yaitu Amikasin,
Inj. golongan antiinflamasi non-steroid (OAINS) yaitu Ketolorac., inj. golongan
anti fibrinolitik yaitu Asam traneksamat. Keluhan sesak, perut terasa sakit, BAK
berdarah, sulit BAK atau BAB disangkal. Riwayat alergi dan trauma sebelumnya
disangkal.
Pada pemeriksaan primary survey didapatkan saturasi oksigen 99% dengan
O2 nasal cannula 3 lpm, breathing adekuat, frekuensi nafas 20x/menit, nadi
80x/menit, tekanan darah 150/80 mmHg, kesadaran kompos mentis, hematom di
regio brachii dextra uk. ±5x4 cm, vulnus laceratum di regio brachii dextra uk. ±
2x0,5 cm, hematom di regio brachii sinistra uk. ±6x3 cm, vulnus laceratum di
regio brachii sinistra (sudah dijahit uk. ± 2 cm), vulnus laceratum di regio
femoralis – cruris dextra ( sudah dijahit uk. ± 30 cm). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran komposmentis, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80
x/menit, suhu 36,60 C dan pernapasan 20 x/menit.Status generalis didapatkan
kepala, leher, toraks, dan abdomen dalam batas normal.

Page 19 of 37
B. Pengkajian (Focus Assesement)
1. Data Umum
− Nama : Tn.J
− Usia : 23 tahun
− Jenis kelamin : laki-laki
− Alamat : tidak terkaji
− Agama :tidak terkaji
− Bahasa :tidak terkaji
− Status perkawinan :tidak terkaji
− Pendidikan :tidak terkaji
− Pekerjaan : tidak terkaji
− Asuransi : tidak terkaji
− Golongan darah : tidak terkaji
− Nomor register : tidak terkaji
− Tanggal MRS : 5 Januari 2020
- Diagnose medis : multiple fraktur tertutup os humerus dextra
1/3 distal komplit obliq displaced + tertutup os humerus sinistra 1/3 distal
komplit simple displaced + terbuka os femur dextra 1/3 distal komplit
simple displaced + terbuka os fibula sinistra 1/3 proximal komplit
kominutif displaced + suspect ruptur arteri brachialis sinistra

2. Riwayat kesehatan
− Keluhan utama : sulit menggerakan tangan kanan dan kiri serta tungkai
kanan bawah, terdapat nyeri tekan, nyeri sumbu, dan peningkatan rasa
nyeri
- Riwayat penyakit sekarang : pasien datang dengan keluhan sulit
menggerakkan tangan kanan dan kiri, serta tungkai bawah kanan sejak
±12 jam SMRS. Terdapat hematom pada regio brachi dextra dan vulnus
laceratum regio brachi sinistra. serta terdapat jahitan pada regio femoralis
– cruris dextra
− Riwayat penyakit dahulu : tidak terkaji
− Riwayat alergi dan trauma sebelumnya disangkal
3. Pola kesehatan
− Nutrisi : tidak terkaji
− Eliminasi : BAK berdarah, sulit BAK atau BAB disangkal.
− Aktivitas : tidak terkaji
− Personal hygiene: tidak terkaji
− Istirahat : tidak terkaji
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : terlihat meringis
Tingkat kesadaran : compos mentis

Page 20 of 37
TTV :
− RR : 20 x/menit
− Nadi : 80 x/menit
− Suhu : 36,60C
− TD : 150/80 mmHg
Pemeriksaan mata :
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Pupil reflek (+/+)
- Respin cahaya (+/+)
Pemeriksaan mulut :
- Tonsil oedem dan eritem (-)
- Faring eritem (-)
Pemeriksaan leher :
- Pembesaran limfonodi (-)
- JVP R+2
Pemeriksaan dada :
Paru (pulmo)
- Paru simetris
- Ronchi (-/-)
- Wheezing (-/-)

Jantung
- Murmur diastolik (-)
- Gallop (-)
Pemeriksaan abdomen :
- Bising usus (+) normal
- Perkusi (timpani)
- Sgifting dullness (-)
- Nyeri tekan hipogastrik (-)
Pemeriksaan ekstremitas :
Pada pemeriksaan status lokalis region brachii dextra didapatkan look
yaitu swelling hematom ukuran kurang lebih 5x4 cm, vulnus laceratum
ukuran kurang lebih 2x0,5 cm, feel yaitu pulpasi radialis, tidak ditemukan
hipoaesthesi dan anesthesia, terdapat nyeri tekan, nyeri sumbu, dan
peningkatan rasa nyeri : ROM terbatasi nyeri, terdapat nyeri gerak aktif dan
pasif.
5. Pemeriksaan penunjang

Page 21 of 37
1) pemeriksaan fisik dan penunjang adalah multiple fraktur tertutup os
humerus dextra 1/3 distal komplit obliq displaced + tertutup os humerus
sinistra 1/3 distal komplit simple displaced + terbuka os femur dextra 1/3
distal komplit simple displaced + terbuka os fibula sinistra 1/3 proximal
komplit kominutif displaced + suspect ruptur arteri brachialis sinistra.

2) Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 10,5 g/dl,


hematokrit 32%, eritrosit 3,4 juta/μL, leukosit 19.700/μL, trombosit
237.000/μL, LED 40 mm/jam, Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
(SGOT) 75U/L, Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) 75 U/L,
natrium 133 mmol/L, kalium 3,8 mmol/L, kalsium 7,5 mg/dL, klorida
100mmol/L, ureum 19 mg/dL dan kreatinin 0,52 mg/dL

DIAGNOSA MEDIS
multiple fraktur tertutup os humerus dextra 1/3 distal komplit obliq displaced
+ tertutup os humerus sinistra 1/3 distal komplit simple displaced + terbuka os
femur dextra 1/3 distal komplit simple displaced + terbuka os fibula sinistra 1/3
proximal komplit kominutif displaced + suspect ruptur arteri brachialis sinistra.

Page 22 of 37
C. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Diagnosa Keperawatan
Ds : Agen Pencedera Nyeri akut (D.0077)
Fisik
- terdapat nyeri tekan, nyeri
sumbu pada area fraktur
klien
Do :
-Multiple fraktur
-jahitan pada regio femoralis
– cruris dextra

Ds : Faktor mekanis Gangguan Integritas


(penekanan pada Kulit/Jaringan (D.1029)
-
tonjolan tulang,
Do : gesekan

- vulnus laceratum regio


brachi sinistra. serta terdapat
jahitan pada regio femoralis
– cruris dextra

Ds : Kerusakan Gangguan mobilitas


integritas struktur fisik (D.0054)
-klien mengatakan kesulitan
tulang, gangguan
menggerakkan tangan kanan
musculoskeletal,
dan kiri, serta tungkai bawah
nyeri
Do:
-Multiple fraktur dengan
rupture arteri dan vena
brachialis

Page 23 of 37
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1) Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d fraktur di tangan dan kaki
2) Gangguan intregritas kulit atau jaringan b.d faktor mekanis (penekanan
pada tonjolan tulang , gesekan) d.d fraktur pada tangan dan kaki,
hematom
3) Gangguan mobilisasi fisik b.d kerusakan intregritas struktur tulang,
gangguan muskulokeletal, nyeri

Page 24 of 37
E. Luaran Keperawatan (SLKI)
F. Diagnosa Luaran Keperawatan (SLKI)
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
pencedera fisik d.d x 24 jam maka Tingkat nyeri (menurun) :
fraktur ditangan dan
1. keluhan nyeri menurun (5)
kaki
2. meringis menurun (5)
3. sikap protektif menurun (5)
4. Frekuensi nadi membaik (5)

5. Tekanan darah membaik (5)


6. gelisah menurun (5)
7. kesulitan tidur menurun (5)

Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x


Kulit/Jaringan b.d 24 jam maka Integritas Kulit dan Jaringan
faktor mekanis (meningkat) :
(penekanan pada
1. elastisistas meningkat (5)
tonjolan tulang ,
gesekan) d.d fraktur 2. kerusakan jaringan menurun (5)
pada tangan dan kaki,
hematom 3. kerusakan lapisan kulit menurun (5)

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3


fisik b.d kerusakan
x 24 jam maka mobilitas fisik (meningkat) :
intregritas struktur
tulang, gangguan 1. Pergerakan ektremitas meningkat (5)
muskulokeletal, nyeri
2. Kekuatan otot meningkat (5)

3. Rentang gerak (ROM) meningkat (5)

4. Nyeri menurun (5)

5. Kecemasan menurun (5)

6. Kaku sendi menurun (5)

Page 25 of 37
7. Kelemahan fisik menurun (5)

Page 26 of 37
G. Luaran Keperawatan (SIKI)
Diagnosa Intervensi Keperawatan (SIKI)
Nyeri akut b.d agen Manajemen nyeri
pencedera fisik d.d
Observasi
fraktur ditangan dan
kaki - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, hypnosis,
akupuntur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, tekhnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic secara
tepat
- Ajarkan tekhnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetic bila perlu.

Gangguan Integritas Perawatan Integritas Kulit


Kulit/Jaringan b.d
faktor mekanis Observasi
(penekanan pada
- Identifikasi penyebab integritas kulit
tonjolan tulang ,
(mis,peubahan sirkulasi, perubahan status
gesekan) d.d fraktur nutrisi, penurunan kelembababan suhu
pada tangan dan kaki,

Page 27 of 37
hematom lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)

Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan area peninjolan
tulang, jika perlu
- Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitive
- Hindari produk berbahan dasar alcohol
pada kulit kering

Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis,
lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

Gangguan mobilitas Dukungan mobilisasi


fisik b.d kerusakan
Observasi:
intregritas struktur
tulang, gangguan - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
muskulokeletal, nyeri fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi

Terapeutik:
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan

Page 28 of 37
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur)

Page 29 of 37
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)

Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d fraktur di tangan dan kaki
2. Gangguan intregritas kulit atau jaringan b.d faktor mekanis (penekanan pada
tonjolan tulang , gesekan) d.d fraktur pada tangan dan kaki, hematom
3. Gangguan mobilisasi fisik b.d kerusakan intregritas struktur tulang, gangguan
muskulokeletal, nyeri
A. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)
1. PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA PASIEN FRAKTUR (Lela & Reza, 2018).
2. PERAWATAN LUKA DENGAN PENDEKATAN MULTIDISIPLIN (Wijaya,
2018)
3. HUBUNGAN PERILAKU PERAWAT DENGAN PENATALAKSANAAN
PERAWATAN LUKA PADA PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS
(Alwafi Ridho Subarkah, 2018)
4. PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP SKALA NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR (Dwi Chrisna Susanti, Suryani,
2020)
5. PENGARUH ROM EXERCISE DINI PADAPASIEN POST OPERASI
FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH (FRAKTUR FEMUR DAN FRAKTUR
CRURIS) TERHADAP LAMA HARI RAWAT (Lestari, 2017)

Page 30 of 37
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)

1. Manajemen nyeri
a) Definisi
Pain management atau manajemen nyeri adalah suatu kumpulan prosedur
medis yang bertujuan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri pada
pasien. Nyeri pada dasarnya merupakan suatu sensasi yang tidak
menyenangkan atau menyakitkan yang muncul akibat rusaknya jaringan
tubuh, dan dapat menimbulkan dampak secara fisik dan emosi.
b) Tujuan Tindakan

Tujuan adanya manajemen nyeri adalah:

● Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien


● Meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit
● Meningkatkan kualitas hidup

c) Prosedur Tindakan

Berbeda kondisi pasien, berbeda pula manajemen nyeri yang diterapkan.


Prosedur sebelum dilakukan manajemen nyeri adalah:

● Evaluasi
● Tes diagnostik untuk menentukan penyebab utama nyeri
● Rujukan untuk operasi (bergantung pada hasil tes dan evaluasi)
● Intervensi seperti pemberian suntik atau stimulasi saraf tulang belakang
● Terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan tubuh
● Jika diperlukan, ada psikiater untuk mengatasi masalah kecemasan, depresi,
atau keluhan mental lain yang dialami saat menderita nyeri kronis

Pengobatan komplementer
d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=rXvkLvFMPgw

2. Distraksi Visual
a) Definisi

Page 31 of 37
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
pasien pada hal-hal lain
b) Tujuan Tindakan
Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah
untuk mengalihkan atau menjauhkan perhatian klien terhadap sesuatu yang
sedang dihadapi, misalnya nyeri
c) Prosedur Tindakan
Memberikan penjelasan tentang distraksi visual dan melakukan/memberikan
distraksi kepada pasien nyeri .
d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=zhWEih-gBg4

3. Peningkatan intoleransi aktivitas


a) Definisi
Meningkatkan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b) Tujuan Tindakan
Untuk meningkatkan energy dan tenaga kepada orang orang yang mengalami
kelemahan atau mengalami intoleransi aktivitas
c) Prosedur Tindakan
Dapat dilakukan dengan melatih klien untuk sedikit melatih pergerakannya
d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=L0Q7xCaKzxM

4. Manajemen nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam


a) Definisi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
b) Tujuan Tindakan
tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, men cegah atelektasi paru, meningkatkan
efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri
c) Prosedur Tindakan
● Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau dikursi

Page 32 of 37
● Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah iga) dan
tangan lainnya berada di tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan
dada dan abdomen saat bernafas
● Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan
● Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama 4 detik
sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap
tertutup selama menarik nafas
● Tahan nafas selama 3 detik
● Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut
selama 4 detik
● Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit dengan periode
istirahat 2 menit ( 1 siklus adalah 1 kali proses mulai dari tarik nafas,
tahan dan hembuskan).

d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=Apm0NsT7nF0

5. Latihan ROM Pasif


a) Definisi
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang
gerak yang normal kepada klien pasif atau dengan kekuatan otot 50 %

b) Tujuan Tindakan
- Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
- Memelihara mobilitas persendian
- Menstimulasi sirkulasi
- Mempercepat rehabilitas
- Mencegah terjadinya kecacatan

c) Prosedur Tindakan
1. Persiapan alat
- Handuk kecil
- Lotion/baby oil
- Minyak penghangat, bila perlu
2. Prosedur tindakan
- Cuci tangan
- Jaga privasi klien

Page 33 of 37
- Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan dikerjakan dan
minta klien untuk dapat bekerja sama
Pergerakan bahu :
- Pegang pergelangan tangan dan siku penderita, lalu angkat selebar
bahu, potar keluar dan ke dalam
- Angkat tangan gerakkan keatas dengan dibengkokkan lalu kembali ke
posisi awal
- Gerakkan tangan dengan mendekatkan lengan kearah badan hingga
menjangkau tangan yang lain
Pergerakan siku :
- Buat sudut 90 ̊ pada siku lalu gerakkan lengan ke atas dan ke bawah
dengan membuat gerakan setengah lingkaran
- Gerakkan lengan dengan menekukkan siku sampai ke dekat dagu
Pergerakan tangan
- Pegang tangan pasien seperti bersalaman, lalu putar pergelangan
tangan
- Gerakan tangan sampil menekuk tangan kebawah
- Gerakkan tangan sambil menekuk tangan keatas
Pergerakan jari tangan
- Putar jari tangan satu persatu
- Pada ibu jari lakukan pergeralan menjauh dan mendekat pada jari
telunjuk, lalu dekatkan pada jari-jari yang lain
Pergerakan kaki
- Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut kaki lalu angkat samapi 30 ̊
lalu putar
- Gerakkan lutut dengan menekuknya sampai 90 ̊
- Angkat kaki lalu dekatkan ke kaki yang satu kemudian gerakkan
menjauh
- Putar kaki ke dalam dan luar
- Lakukan penekanan pada telapak kaki keluar dan kedalam
- Jari-jari ditekuk lalu diputar
Pergerakan leher
- Pegang pipi pasien lalu gerakan ke kiri ke kanan
- Gerakkan leher menekuk ke depan dan ke belakang
3. Terminasi
- Mengevaluasi hasil tindakan
- Berpamitan dengan klien dan membersihkan alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan

Page 34 of 37
d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=H2xq5A7rhwA

Page 35 of 37
BAB V. PERKULIAHAN DENGAN PRAKTISI DARI RUMAH SAKIT

Tuliskan Resume/Rangkuman Materi


------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Page 36 of 37
Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth, 2011, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta

Carpenito (2018), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC,


Jakarta Bandung.

Dwi Chrisna Susanti, Suryani, R. (2020). PENGARUH MOBILISASI DINI


TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
FEMUR. 5(1), 15–23.
Fatima, S. (2016). Konsep Dasar Fraktur. 1–40.
Grace, A. P. (2017). At a Glance ILMU BEDAH (3rd ed.; A. Safitri, ed.). Jakarta:
Erlangga.
Lela, A., & Reza, R. (2018). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri pada pasien fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2), 262–266.
Lestari, Y. E. D. (2017). PENGARUH ROM EXERCISE DINI PADAPASIEN
POST OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH (FRAKTUR FEMUR
DAN FRAKTUR CRURIS) TERHADAP LAMA HARI RAWAT DI RUANG
BEDAH RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1),
34. https://doi.org/10.32831/jik.v3i1.43
Mahartha, G. R. A., Maliawan, S., & Kawiyana, K. S. (2017). Manajemen Fraktur
Pada Trauma Muskuloskeletal. E-Jurnal Medika Udayana, 2(3), 548–560.
Puspitasari, A. M. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
FRAKTUR FEMUR DI RUANG SERUNI RSD dr. SOEBANDI JEMBER.
Ulfiani, N., Sahadewa, M. B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2021). Multiple
Fraktur dengan Ruptur Arteri dan Vena Brachialis Multiple Fractures with
Ruptured Brachial Arteries and Veins. 10, 13–19.
Wijaya, I. M. S. (2018). Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin (1st ed.;
R. I. Utami, ed.). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Page 37 of 37

Anda mungkin juga menyukai