Dosen Pengampu ;
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Anggraini Putri kinanti (PO7120122052)
2. Alin Rofiah (PO7120122059)
3. Fatimah (PO7120122056)
4. Desty Angraini (PO7120122085)
5. Susan Mona Elis (PO7120122091)
6. Afifah Rahmah (PO7120122100)
7. Pinasty Elsi Ananta (PO7120122065)
8. Devina Nabitha Putri (PO7120122068)
9. Naurah Anissa nisrina (PO71201220 )
10. Annisa Herlia Zahra (PO7120122097)
11. M.Rizki Septa Wardana(PO7120122095)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan
osteomielitis” dalam pembelajaran di kampus ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari Askep ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak….. selaku dosen
mata kuliah keperawatan medical bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempuraan
pembuatan makalah untuk kedepannya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................3
1. Tujuan Umum.............................................................................3
2. Tujuan Khusus............................................................................3
D. Manfaat Penulisan.............................................................................3
1. Manfaat Teoritis..........................................................................3
2. Manfaat Praktis...........................................................................4
E. Ruang Lingkup..................................................................................5
A. Latar Belakang
Kemampun beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak
diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri,
berjalan, bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan berakivitas
tubuh akan menjadi sehat, sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh akan
berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. Di samping
itu, kemampuan bergerak juga dapat memengaruhi harga diri dan citra tubuh
seseorang. Dalam hal ini, kemampuan beraktivitas tidak lepas dari sistem
persarafan dan muskuloskletal yang adekuat. (Lilis, Taylor, Lemonek
1989).
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan
oleh trauma. Bila terjadi trauma pada tulang akan mengakibatkan
keterbatasan pada anggota gerak, terlebih lagi pada bagian ekstremitas
bawah yang memberikan pergerakan. Yaitu seperi tulang hemerus, ulna,
radius, karpal, femur, tibia, fibula, dan patella. Ini mengakibatan hambatan
mobilitas fisik, yang disebabkan karena adanya kerusakan integitas struktur
tulang, trauma, kaku sendi, nyeri dan gangguan muskuloskletal (Nanda
Internasional, 2015)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
risiko jatuh 40,9% dan kecelakaan sepeda motor 40,6%, terkena bendatajam
atau tumpul 7,3%, transportasi darat lain 7,1% dan kejatuhan 2,5%.
Sedangkan untuk penyebab yang belum di sebutkan proporsinya sangat
kecil. Kecendrunga prevalensi cedera menunjukan sedikit kenaikan dari
7,5% pada tahun 2007 menjadi 8,2% pada tahun 2013. Adapun untuk
penyebab cedera akibat transportasi darat ada kenaikan cukup tinggi yaitu
dari 25,9% menjadi 47,7%. Evelensi patah tulang di Indonesia mengalami
peningktan dari 4,5% pada tahun 2009 menjadi 5,8% pada tahun 2017.
1
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangat oleh penulis yaitu “Bagaimanakah
Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Aktivitas Pada Pasien Fraktur
Ekstresmitas Bawah di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.
3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Aktivitas
Pada Pasien Fraktur Ekstresmitas Bawah di Ruang Bedah RSUD Jendral
Ahmad Yani Metropada bulan Maret 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien
fraktur ekstresmitas bawah di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad
Yani Metro.
b. Melakukan penegakan diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan
aktivitas pada pasien fraktur ekstresmitas bawah di Ruang Bedah
RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.
c. Melakukan rencana keperawatan berdasarkan diagnose keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien fraktur ekstresmitas
bawah di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.
d. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah
ditentukan terhadap klien dengan gangguan kebutuhan aktivitas pada
pasien fraktur ekstresmitas bawah di Ruang Bedah RSUD Jendral
Ahmad Yani Metro.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan sesuai intrvensi terhdap klien dengan gangguan
kebutuhan aktivitas pada pasien fraktur ekstresmitas bawah di Ruang
Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai asuhan
keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien fraktur
ekstresmitas bawah sebagai penyelesaian tugas akhir.
4
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institut Kesehatan (Rumah Sakit)
Bagi Institut Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) diharapkan dengan
adanya penulis ini dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan
pengembangan pelayanan rumah sakit dalam :
1) Meningkatkan standarisasi cara penatalaksanaan pasien dan
mengurangi kesalahan atau kelalaian terhadap pasien
keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas.
2) Meningkatkan akuntabilias dengan melauan Standar Oprasional
Proseduur yang baik terhadap pasien dengan keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas.
3) Meningkatkan penelitin terhadap kesalahan procedural dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien dengan keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas.
4) Menjadikan salah satu contoh hasil dalam memberikan pelayanan
terhadap pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas.
b. Bagi Pasien dan Kelurga
1) Laporan tugas akhir ini membantu agar keluarga dan pasien mau
dan mampu memahami cara penanganan terhadap pasien
gangguan kebutuhan aktivitas pada pasiesn fraktur ekstresmitas
bawah.
2) Laporan tugas akhir ini membantu agar keluarga dan pasien tahu
cara penanganan terhadap gangguan kebutuhan aktivitas pada
pasiesn fraktur ekstresmitas bawah.
3) Laporan tugas akhir ini membantu agar keluarga dan pasien
mampu menangani pasien gangguan kebutuhan aktivitas pada
pasiesn fraktur ekstresmitas bawah.
5
E. Ruang Lingkup
Dalam masalah ini, penulis membatasi ruang lingkup asuhan
keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien fraktur ekstresmitas
bawah di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro pada bulan
Februari 2020.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
b. Sistem Persarafan
Sistem persarafan berperan dalam menjamin tersedianya
oksigen tubuh. Oksigen dibutuhkan untuk metabolisme yang akan
menghasilkan energi. Pergerakan membutuhkan energi dari hasil
metabolisme. Pasien dengan kekurangan oksigen menyebabkan
penigkatan pernapasan dan menglami kelemahan fisik. (Tarwoto dan
Wartonah, 2015).
c. Sistem Kerdiovaskuler
Dampak imobilisasi terhadap sistem kardiovaskuler antara lain
sebagai berikut :
1) Penurunan kardiak reverse.
2) Peningkataan beban kerja jantung.
9
Pada kondisi bedrest yang lama, jantung bekerja lebih keras dan
kurang efisien, disertai dengan curah kardiak yang turun,
selanjutnya akan menurunkan efisiensi jantung dan
meningkatkan beban kerja jantung.
Hipotensi ortostatik
Hipotensi ortostatik adalah turunnya tekanan darah 15 mmHg
atau lebih, ketika klien bangkit dari tidur atau pada saat duduk
untuk berdiri. Pada kondsi bedrest terjadi penumpkan darah pada
ekstremitas bawah, yang disebabkan arteriola dan venula tungkai
tidak berkontraksi secara adekuat dalam memperbaiki efek dari
gravitasi pada darah dari jantung kiri. Oleh karena itu, pada saat
klien mencoba bangun atau berdiri, darah masih terkumpul d
ekstremitas bawah. Sirkulasi volume darah dan venous
returnmenurun serta stroke volume menjadi terlalu kecil untuk
memenuhi kebuthan aliran sirkulasi ke serebral. Akibatnya, klien
merasa pusing saat bangkit dan dapat menyebabkan pingsan.
3) Phlebotrombosis
Kejadian phlebotrombosis lebih sering terjadi pada klien yang
mengalami paralisis. Hal ini dsebabkan adanya perubahan
hemodinamik, static venous dan disertai gangguan pembekuan
darah.( Andina dan Yuni 2017).
6. Jenis-jenis Mobilisasi
Jenis mobilisasi ada dua yaitu mobilisasi penuh dan mobilisai
sebagian. Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorng untuk
bergerak secara penuh, bebas tanpa pembatas jelas yang dapat
mempertahankan untuk berinteraksi sosial dan menjalankan peran sehari-
harinya. Mobilisasi penuh ini memberikan fungsi saraf motorik volunter
dan sensori yang dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang yang
melakukan mobilisasi. Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas, tidak mampu bergerak
secara bebas, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuh seseorang. Hal ini dapat kita jumpai pada
kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi, pasien paraplegi
dapat terjadi mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian ini ada dua
jenis yaitu : mobilisasi temporer dan permanen (Wahid, 2008)
Mobilisasi sebagai temporer merupakan kemampuan inividu untuk
bergerak dengan batasan bersifat sementara, hal tersebut dapat disebabkan
adanya trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, sebagai contoh
adanya dislokasi sendi dan tulang dan mobilisasi sebagian permanen
merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan bersifat
menetap, hal tersebut disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang
reversibel sebagai conth terjadinya hemiplega karena terganggunya sistem
saraf motorik dan sensorik (Wahid, 2008).
12
7. Pathway
patogolis FRAKTUR
tulang
Pergeseran fragmen tulang spasme otot tek.Ssm tlg > besar dr kapiler
Gg
protein plasma hilang bergabung dengan
mobilitas
trombosit edema emboli
darah perdarahan
8. Patofisiologi Fraktur
Dapat dijelskan bahwa fraktr disebabkan oleh trauma langsung,
trauma tidak langsung dan kondisi patologis. Fraktur yang terjadi
mengakibatkan pergeseran fragmen tulang dan diskontinuitas tulang. Pada
kasus pergeseran fragmen tulang, biasanya menimbulkanmasalah nyeri.
Diskontinuitas tulang (patah tulang) mengakibatkan perubahan pada
jaringan sekitar sehingga menyebabkan pergeseran fragmen tulng. Hasil
tersebut mengakibatkan deformitas ata bentuk tulang yang abnormal.
Tulang yang mengalami deforrmitas akan terjadi gangguan pada fungsinya
sehingga menimbulkan masalah gangguan mobilitas fisik., kekauan otot
akan menurun dan sulit menggerakan ekstremitas.
Diskontiunitas tulang juga menyebabkan laserasi atau robekan pada
kulit sehingga menimbulkan masalah kerusakan integritas kulit, biasanya
tampak kemerahan, pedarahan, dan kerusakan pada lapisan kulit tersebut.
Pada kasus pasien yang mengalami masalah kerusakan integritas kulit,
biasanya tampak kemerahan, perdarahan sehingga pasien kehilangan
volume cairan dan menimbulkan masalah syok hipovolemik. Pasien dengan
masalah syok hipovolemik biasanya merasa lemas, haus, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit kurang
elastis, membran mukosa kering, volume urin menurun, suhu tubuh
meningkat.
Selain itu, diskontinuitas tulang menyebabka spasme otot kemudian
terjadi peningkatan tekana kapiler. Hal tersebut merangsang pelepasan
histamin yang mengakibatkan hilagya protein plasma. Hal tersebut
menimbulkan edema. Edema dapat menekan pembuluh darah sehingga
terjadi penurunan perfusi jaringan.
Kerusakan fragmen tulang mengakibatkan tekana sum-sum tulang
lebih tinggi dari kapiler sehingga menyebabkan reaksi stres dari pasien.
Ketika seseorang stres, tubuh akan melepas katekolamin. Katekolami
tersebut akan memobilisasi asam lemak bergabung dengan trombosit. Hal
tersebut meyebabkan emobil dan meyumbat pembuluh darah sehigga
14
A. Pemeriksaan Fisik
1.Kesadaran : Lemah dan composmetis
2. TTV : TD: 120/90 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80 x/menit, RR: 20 x/menit
3. Head To Toe :
1) Kepaala : kepala terlihat simetris rambut berwarna hitam tidak ada kutu
rambut tidak ada lesi, kepala pasien tidak terdapat fraktur pada tulang cranium
tidak terdapat benjolan
2) Mata : : Tampak mata simetri kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera
putih.
3) Hidung : Tampak hidung simetris, hidung bersih tidak ada polip, tidak ada
kotoran dihidung, klien tidak memiliki masalah pada saluran pernafasan
4) Mulut : Tampak mukosa bibir kering, tidak ada bau mulut, klien tidak
memiliki riwayat kesulitan saat menelan makanan.
20
5) Telinga : Tampak telinga simetris, telinga bersih tidak ada kotoran ataupun
serumen, klien tidak memiliki riwayat gangguan pendengaran.
6) Paru paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : irama teratur
Perkusi : thoraks sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler
7) Jantung :
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi : Bunyi jantung abnorma
8) Abdomen :
Inspeksi : perut pasien simetris , tidak terlihat benjolan
Palpasi : tidak terdapat bnjolan
Perkusi : bunyi abdomen timpani.
Auskultasi : peristaltik 12 x/menit
9) Ekstremitas
Atas : simetris dan rentang gerak normal
Bawah : pergerakan sendi dan tungkai terganggu, terdapat luka fraktur
B. Data Penunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
1. Kadar Hb 15,5 G/DI
2. Leukosit 38.000/Mm³
3. Trombosit 310.000/Mm³
4. Hematokrit 41%
5. Glukosa Sewaktu 186 Mg/Dl
6. Ureum Darah 55 Mg/DI
7. Kreatinin Darah 1,7 Mg/DI
8. Kalsium 10 Mg/DI
9. AGD Yaitu, PH 7,11
10. PCO2 37 Mmhg
11. PO2 167 Mmhg
12. Natrium 144 Mmol/L
13. Kalium 1 Mmol/L
21
C. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem/Masalah
Ds: Agen pencederaan fisik: (D. 0077) Nyeri
1. Pasien Kecelakaan Akut
mengatakan nyeri
di bagian kaki Invasi mikroorganisme
sebelah kanan dari tempat lain
2. Pasien
mengatakan nyeri Fraktur Muskuloskeletal
bertambah saat
pasien Peningkatan tekanan
menggerakkan jaringan tulang
kakinya
3. Pasien Iskemia dan nekrosis
mengatakan nyeri tulang
seprti tertusuk -
tusuk Pembentukan abses
4. Pasien tulang
mengatakan nyeri
terus menerus Nyeri akut
5. Pasien
menunjukkan
skala nyeri 6
Ds:
1. Pasien tampak
meringis kesakitan
2. Terdapat luka
pada kaki pasien
3. Terdapat nanah
22
4. Tanda-tanda
vital:
TD:120/90mmHg
Nadi: 80x/menit
Ds: - Kecelakaan (D.0129)
Do: Gangguan
1. Terdapat adanya Luka integritas
balutan luka di daerah jaringan/kulit.
kaki sebelah kanan +9 cm Gangguan integritas
lebar ± 7 cm jaringan kulit
2. Adanya kerusakan
jaringan
3. Adanya kemerahan di
sekitar luka di kaki kanan
4. Adanya pus pada luka
di kaki sebelah kanan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera (kecelakaan/trauma) fisik.
2) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan tindakan invasive.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
(D.0077) Nyeri akut Tingkat Nyeri: L.08066 MANAJEMEN NYERI
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan (SIKI I.08238)
agen pencedera fisik keperawatan selama 2x24 Observasi
jam yang diharapkan nyeri 1) Identifikasi lokasi,
yang dirasakan bisa karakteristik, durasi,
berkurang yang ditandai frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2) Identifikasi skala nyeri
(5)
3) Identifikasi respon nyeri
2. Meringis menurun (5)
3. Frekuensi nadi membaik non verbal
23
Edukasi
1) Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion,
serum)
2) Anjurkan minum air
yang cukup
3) Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
25
5) Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
6) Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada diluar rumah
7) Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
4. Implementasi Keperawatan
Hari/tanggal Dx Implementasi Respon Paraf
Kamis, 2 1 MANAJEMEN NYERI (SIKI 1. Mengkaji nyeri
Februari 2024 I.08238) P: klien mengeluh
nyeri pada area kaki
Observasi
kanan.
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, Q: seperti di tusuk-
tusuk
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
R: nyeri menjalar ke
nyeri pergelangan kaki dan
paha bagian atas
2) Identifikasi skala nyeri
S: skala nyeri 6
3) Identifikasi respon nyeri non verbal T: hilang timbul
2. Klien tampak merigis
4) Identifikasi faktor yang
3. Klien mengatakan
memperberat dan memperingan nyeri
tidak ada alergi obat
5) Monitor keberhasilan terapi
4. Klien kooperatif saat
komplementer yang sudah diberikan
diajarkan Teknik nafas
Terapeutik
dalam untuk mengurangi
1) Berikan teknik nonfarmakologis
nyeri.
untuk mengurangi nyeri (TENS,
5. Klien rileks saat
hypnosis, terapi musik, terapi pijat,
sedang dikompres air
kompres hangat/ dingin)
hangat
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
26
Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Kamis, 2 2 1. Terdapat pus dan
PERAWATAN INTEGRITAS
Februari 2024 KULIT L.11353 kemerahan pada luka
pasien.
Observasi
2. Pasien kooperatif
1. Identifikasi penyebab gangguan selama tindakan.
integritas kulit (mis: perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim, penurunan
mobilitas)
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Jumat, 3 2 1. Terdapat pus dan
PERAWATAN INTEGRITAS
Februari 2024 KULIT L.11353 kemerahan pada luka
pasien.
Observasi
2. Pasien kooperatif
1. Identifikasi penyebab gangguan selama tindakan.
integritas kulit (mis: perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim, penurunan
mobilitas)
Terapeutik
Edukasi
2 S:
1. Pasien mengatakan terdapat luka dibagian kaki
kanan
2. Pasien mengatakan sulit mengerakkan kakinya
O:
1. Terdapat adanya luka di kaki sebelah kanan
sebesar 9 cm dan lebar 7 cm
2. Adanya kemerahan pada sekitar luka pasien
3. Luka pasien mengeluarkan pus
4. Suhu tubuh pasien 37,0 c
A: Masalah keperawatan kerusakan integritas
kulit belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Jumat, 3 1 S:
31
Kesimpulan
1. Masalah yang didapatkan pada subyek adalah gangguan pemenuhan
kebutuhan aktivitas akibat gangguan mobilitasbyang disebabkan
karena kerusakan integritas struktur tulang.
2. Rencana keperawatan yang penulis susun adalah dilakukan
pengukuran kekuatan otot dengan melakukan pemeriksaan isometri
dan dilakukan tindakan latihan ROM (Range Of Motion) aktif dan
ROM (Range Of Motion) pasif.
3. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah disusun dan diberikan kepada kedua subyek asuhan selama 3
hari. Penulis melakukan tindakan yang telah direncanakan pada subyek
asuhan.
4. Evaluasi yang didapatkan penulis selama 3 x 24 jam dalam melakukan
asuhan keperawatan pada subyek asuhan yaitu perkembangan pada
proses peyembuhannya cepat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Andina dan Yuni. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press