Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOSKLETAL PADA KASUS FRAKTUR

Oleh :

ARIANI
009 STYJ 19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKLETAL PADA FRAKTUR

ASKEP ini di sahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik

Ernawati, S.Kep., Ners., M.Kep.

KATA PENGANTAR

i
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan ASKEP tentang “Asma”
ASKEP ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan ASKEP ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki ASKEP ini.
Akhir kata kami berharap semoga ASKEP ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Mataram, 05 Mei 2020

DAFTAR ISI

ii
Halaman Cover
Lembar Pengesahan....................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 5


A. Definisi....................................................................................................... 5
B. Etiologi....................................................................................................... 5
C. Manifestasi Klinis...................................................................................... 6
D. Patofisiologi............................................................................................... 6
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 7
F. Penatalaksanaan......................................................................................... 7
G. Komplikasi................................................................................................. 8

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN......................... 10


A. Pengkajian.................................................................................................. 10
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 12
C. Intervensi Keperawatan............................................................................. 12
D. Implementasi Keperawatan........................................................................ 13
E. Evaluasi Keperawatan................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

iii
Tabel 3.1 Analisa Data..................................................................................... 12
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan.................................................................... 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah. Dalam pelaksanaannya tentu saja terdapat berbagai tantangan
atau masalah kesehatan yang perlu ditangani bersama.
Masalah kesehatan yang dihadapi dewasa ini semakin kompleks dimana
penyakit tidak menular semakin meningkat sedangkan penyakit menular tetap
menjadi perhatian serius. Hal ini berpengaruh pada ruang lingkup
epidemiologi, dimana terjadi perubahan pola dari penyakit menular ke
penyakit tidak menular yang disebut dengan transisi epidemiologi seiring
dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Menurut data dari WHO
SEARO (2000), penyebab kematian penduduk di dunia 52% diakibatkan oleh
penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit
menular dan penyakit lainnya.
Salah satu penyakit tidak menular tersebut adalah penyakit
muskuloskeletal atau penyakit yang menyerang tulang dan jaringan otot. Saat
ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di
pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah
menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian.
Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas adalah
fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan
makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan,
jumlah pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya
jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur
adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma-trauma lain yang dapat

1
menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan
cedera olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari
7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta
orang mengalami kecatatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup
tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden
kecelakaan yang terjadi.
Walaupun penyebab terbanyak dari fraktur adalah peristiwa trauma,
tetapi di kalangan usia lanjut, fraktur lebih sering terjadi karena lemahnya
tulang karena suatu penyakit yang disebut fraktur patologik. Hal ini bahkan
menjadi masalah utama pada kelompok usia tersebut. WHO memperkirakan
pada pertengahan abad mendatang, jumlah patah tulang panggul karena
osteoporosis meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi
6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari International Osteoporosis
Foundation (IOF) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga wanita
dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki resiko
mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.
Diperkirakan bahwa di Eropa 179.000 pria dan 611.000 wanita
mengalami fraktur panggul setiap tahunnya. Di negara Swiss pada tahun
2000, sebanyak 62.535 orang dirawat di rumah sakit karena patah tulang
diantaranya 57% perempuan dan 43% laki – laki. Di negara Cina, penyakit
osteoporosis mempengaruhi hampir 70 juta penduduk berusia di atas 50 tahun
dan menyebabkan 687.000 patah tulang panggul setiap tahunnya. Di Selandia
Baru, pada tahun 2007 terdapat sekitar 84.000 kasus patah tulang karena
osteoporosis dengan 60% kasus terjadi pada wanita.
Kejadian terjatuh dan fraktur pada manula merupakan persoalan penting
kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan dialami oleh 150.000 –
200.000 orang setiap tahun di Inggris, diantara jumlah tersebut ditemukan
sebanyak 60.000 kasus fraktur panggul. Data Badan Kesehatan Amerika
Serikat pada tahun 2001 memperkirakan terjadinya kasus patah tulang akibat
osteoporosis adalah 1.5 juta kasus pertahun dengan rincian 33% kasus patah
tulang daerah belakang, 14% kasus patah tulang daerah pergelangan tangan,

2
20% kasus patah tulang panggul serta lebih dari 30% patah tulang pada
bagian tubuh lainnya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi
kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa
terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang(3.8%) dan 20.829
kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang
(8.5%) dari 14.127 trauma benda tajam tumpul, yang mengalami fraktur
sebanyak 236 orang (1,7%).
Selain dari memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III, berdasarkan pernyataan di atas kelompok tertarik untuk
mengangkat kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar kelompok dan pembaca yaitu rekan mahasiswa Akademi
Keperawatan mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan masalah utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.
2. Tujuan Khusus
Setelah memahami makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur, maka kelompok dan
pembaca yaitu rekan mahasiswa Akademi Keperawatan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah
utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.
b. Menganalisa data pasien dengan masalah utama Gangguan Sistem
Muskuloskeletal : Fraktur.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan masalah utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
Fraktur.

3
d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan masalah utama
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur. dengan masalah utama
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.

4
BAB II
TINJAUN TEORI

A. Definisi
Menurut Masjoer A, 2005 Fraktur atau sering disebut patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya
penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia
dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan
sesuaijenis dan luasnya, fraktur terjadi jika  tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelzter and Bare, 2002).
Menurut mansjoer, 2000 Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
ruda paksa.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Mansjoer,
2001).
Jadi, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, yang dapat
disebabkan oleh trauma maupun penyakit atau patologis.
B. Etiologi
Menurut FKUI (2010), penyebab fraktur adalah trauma yang terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Trauma langsung; berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan
fraktur di tempat itu.
2. Trauma tidak langsung; bila mana titik tumpuh benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan.

5
C. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)
antara lain:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous
4. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/
perdarahan).
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi
D. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka
periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya
rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang.
Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan
jaringan ikat tumbuh ke dalamnya, menyerap hematoma tersebut, dan
menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal
dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan
ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi
profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang
melarutkan tulang (Smelter & Bare, 2001).

6
Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini
disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium
pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini
yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini disebut
fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang
tersebut dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematoma dan jaringan fibrosis
ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik.
Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid yang
merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-mula
tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap
selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan
kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (1999) pemeriksaan
diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan sinar-X untuk membuktikan fraktur tulang.
2. Scan tulang untuk membuktikan adanya fraktur stress.
F. Penatalaksanaan Medis
Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan
stabilitas ujung patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur
femur adalah menjaga paha tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi
tertutup dan imobilisasi.
Adapun prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)
meliputi :
1. Reduksi fraktur
Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan
rentang gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan
tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan

7
pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan
di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung
kerongga sum sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi
yang kuat bagi fragmen tulang.
2. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan
untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
3. Fisioterapi dan mobilisasi
Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak
mengecil dan setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat
dimulai sampai ekstremitas betul betul telah kembali normal.
4. Analgetik
Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma.
Nyeri yang timbul dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan
shock yang biasanya di kenal dengan shock analgetik.
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001) yaitu :
1. Komplikasi segera (immediate)
Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok
neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan
kulit.
2. Early Complication
Dapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome
compartemen

8
3. Late Complication
Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes
(kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu
(malunion).

9
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas sehari-hari
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien pada pasien fraktur , yaitu:
a. Aktivitas atau istirahat tidur
Tanda : Keterbatasan gerak atau kehilangan fungsi motorik pda
bagian yang terkena (dapat segera atau sekunder, akibat
pembengkakan atau nyeri). Adanya kesulitan dalam istirahat – tidur
akibat dari nyeri.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).
Tanda : Hipertensi ( kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri atau asientas) atau hipotensi ( hipovolemia ).
Takikardia ( respon stress hipovolemia ). Penurunan atau tak teraba
nadi distal , pengisian nkapiler lambat ( capillary refill) , kulit dan
kuku pucat atau sianosis . Pembengkakkan jaringtan atau massa
hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Gejala: Hilang gerak atau sensasi , spasme otot . kebas atau
kesemutan ( parestesi ).
Tanda: Deformitas local , angulasi abnormal , pemendekan ,
rotasi krepitasi, spasme otot, kelemahan atau hilang fungsi . agitasi
berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain.
d. Nyeri atau keamanan
Gejala: Nyeri berat tiba tiba saat cidera ( mungkin terlokalisasi
pada area jaringan atau kerusakan tulang dapat berkurang pada

10
imobilisasi, tak ada nyeri akibat kerusakan syaraf. Spasme atau
kerang otot ( setelah imobilisasi )
e. Integritas ego
Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor
stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : Tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang ; stimulasi simpatis.
f. Makanan / cairan
Gejala: Insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
g. Pernapasan
Gejala : Infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
h. Keamanan
Gejala : Alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan
penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah /
reaksi transfuse.
Tanda : Munculnya proses infeksi yang melelahkan , demam.
i. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala: Pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,
diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial
bagi penarikan diri pasca operasi).

11
2. Analisa data
Tabel 3.1 Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : Agen pencedara fisik Nyeri akut
Mengeluh nyeri
DO :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Frekuensi nadi meningkat
4. Tekanan darah meningkat
DS : Neuropati perifer Gangguan integritas
Terdapat luka ganggren kulit
DO :
1. Kerusakan jaringan
2. Nyeri
3. Perdarahan
4. Kemerahan
5. Hematoma

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisi
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
C. Intervensi Keperawatan
Table 3.2 Intervensi Keperawatan
Hari/ No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Tangga DX (SLKI Edisi 1 Cetakan II, 2019) (SIKI Edisi 1 Cetakan II 2018)
l
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Indetifikasi lokasi,
keperwatan diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Indetifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun
4. Frekuensi nadi membaik 3. Indetifikasirespon nyeri non
5. Tekanan darah membaik verbal
4. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis TENS, hipnosis,
akkupressure, terapi musik,
dll)
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat tidur
7. Anjurkan memonitor nyeri

12
secara mandiri
8. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
9. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
10. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperwatan diharapkan kerusakan gangguan integritas kulit
jaringanmenurun dengan kriteria 2. Ubah posisi tiap2 jam tirah
hasil : baring
1. Kerusakan jaringan menurun 3. Anjurkan minum air yang
2. Nyeri menurun cukup
3. Perdarahan menurun 4. Anjurkan meningkatkan
4. Kemerahan menurun asupan nutrisi

D. Tindakan Keperawatan
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami
tingkat perkembngan pasien (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan
independent (mandiri), dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) evaluasi disusun dengan menggunakan
SOAP yang operasional dengan pengertian:

13
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamat yang objektif setelah implemnatsi keperawatan.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
masalah keluarga yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah
ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap
ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin, Skep. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem.


Muskuloskeletal.Jakarta: EG

Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan). Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung.Cetakan I.

Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius.

Nursalam. 2006. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan


Praktik. Jakarta : Salemba Medika.

PriceS.A., Wilson L. M. 2006. Buku Ajar Ilmu.Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3


volume 8. Jakarta: EGC.

Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai