OLEH
KELOMPOK 1
NAMA NIM
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Dosen pengampu dari Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Dan tidak
lupa pula kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman kelompok 1 yang
telah bekerja sama dengan memberikan sumbangsi baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Dan untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah kami agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik
yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan dalam
penulisan makalah berikutnya. Mohon maaf bila masih banyak terdapat kekurangan
dalam penyusunan makalah dari kelompok kami, “Tak Ada Gading yang tak Retak”.
Akhirul qalam, Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 24 Januari
2020
Penyusun
TTD
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................
A. Latar Belakang
Fraktur merupakan suatu kondisi patahnya tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh cedera, baik secara langsung maupun tidak
langsung dan dapat mengakibatkan tulang kehilangan fungsinya sebagai
penyokong tubuh. Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat pada sistem rangka,
khususnya pada ekstremitas bawah yang memiliki fungsi sebagai mobilisasi agar
tubuh manusia dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Fraktur leher
femur merupakan fraktur yang perlu mendapat perhatian khusus di mana leher
femur adalah tulang persambungan antara tulang panggul dan tulang paha. Jumlah
kasus fraktur ini mencapai lebih dari 250.000 kasus setiap tahunnya di Amerika
Serikat dan biasanya banyak terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Prevalensi
terjadinya kasus ini di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4,5 juta, 740.000
diantaranya dapat mengakibatkan kematian dan 1,75 juta menyebabkan kecacatan
di dunia per tahun serta diperkirakan akan meningkat pada tahun 2050 mendatang.
Menurut Kemenkes RI tahun 2014, fraktur ekstremitas bawah memiliki prevalensi
tinggi sebesar 46,2% dibandingkan dengan fraktur lainnya. Berdasarkan data rekam
medis RSUP Sanglah tahun 2012, kasus fraktur femur sebanyak 239 kasus
(24,54%) atau rerata sebanyak 20 kasus per bulan, di mana kejadian terbesar
dialami oleh pasien dengan rentang usia 20-65 tahun. Fraktur leher femur sangat
jarang terjadi pada anak-anak dengan angka kejadian kurang dari 1%. Fraktur leher
femur pada umumnya disebabkan oleh karena terjatuh. Namun ada beberapa faktor
risiko yang ikut terlibat antara lain, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT),
etnik, riwayat cedera pasien, riwayat penggunaan obatobatan seperti
kortiokosteroid, dan riwayat diabetes serta osteoporosis. Penatalaksaan fraktur
leher femur dapat dibagi menjadi dua, yaitu tindakan operasi dan tanpa operasi.
Pada usia anak-anak masih memiliki kemampuan regenerasi tulang sehingga
penanganan yang dilakukan lebih dominan dengan tanpa operasi. Tindakan operasi
pada pasien fraktur leher femur lebih di rekomendasikan untuk mencegah
komplikasi yang terjadi seperti nekrosis avascular, malunion, non-union, dan
sindrom kompartemen. Macammacam tindakan operasi yang dilakukan antara lain,
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF), hemiarthroplasty (unipolar dan
bipolar), dan Total Hip Arthroplasty (THA). Angka kejadian fraktur leher femur
meningkat dari tahun ke tahun sehingga diperlukan tindakan yang tepat untuk
mengembalikan fungsional tubuh. Namun di RSUP Sanglah Denpasar mengenai
distribusi tindakan operasi masih belum diketahui. Oleh sebab itu, penting
dilakukan penelitian untuk mengetahui profil kasus fraktur leher femur yang
dilakukan tindakan operasi di RSUP Sanglah pada periode Maret 2016- Agustus
2017.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Fraktur
femur di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Ruang Perawatan Lontara 2
Orthopedi?
C. Tujuan
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Fraktur
femur di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Ruang Perawatan Lontara 2
Orthopedi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan pustaka
1. Defenisi
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat di serap oleh tulang
(Carpenito,2000). (Mubarak Wahit Iqbal, Dkk. 2015)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang serta di
tentukan sesuai jenis dan luasnya (Smelzer,Susanne C. dan Brenda G.
Bare.2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J.,
Roux G., dan Lockhart R. dalam Smelzer, Susanne C. dan Brenda G.
Bare.2001). (Lukman & Nurna Ningsih. 2012)
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. (E. O erswari,1989:144). (Jitowiyanto Sugeng &
Weni Kristiyanasari. 2010)
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang
tidak mampu lagi menahan tekanan yang di berikan kepadanya (Donna L.
Wong, 2004). (Bararah Taqiyyah & Mohammad Jauhar. 2013)
Fraktur adalah diskontinuitas/terganggunya kesinambungan jaringan
tulang dan atau tulang rawan karena adanya trauma. (Krisanty Paula, Dkk.
2013 & Hardisman. 2014)
2. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur (simple) tidak merusak kulit di atasnya. Fraktur
kompleks merusak kulit di atasnya. Fraktur ada yang komplet, artinya
keutuhan tulangnya terputus, atau tidak komplit. Bila trauma ini sampai
menghancurkan tulang menjadi tiga atau lebih fragmen/keping, disebut
fraktur kominut. Pada fraktur impak, ada fragmen yang terpendam dalam
substansi yang lain. Ada lagi fraktur kompresi, dimana tulang hancur,
umumnya mengenai tulang vertebra. Lain lagi fraktur depresi, umumnya pada
tulang tengkorak, yang masuk ke dalam. (Tambayong Jan. 2013)
3. Etiologi
Menurut Oswari E, (2000), penyebab fraktur adalah
a. Kekerasan langsung: kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada
titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung: kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dan jalur hantaran vektor
kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot: Kekerasan akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2005) fraktur dapat di sebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot,
ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang di sebebkan
oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. (Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza
Putri, 2013)
Penyebab fraktur adalah tekanan berlebih atau trauma langsung pada
suatu tulang, menyebabkan suatu retakan. Ini menyebabkan kerusakan pada
otot sekeliling dan jaringan, mendorong kearah perdarahan, edema, dan
kerusakan jaringan lokal. Pada awalnya setelah retak perdarahan di area
menyebabkan pembentukan hematoma. Sel penyebab radang masuk area.
Jaringan pembutiran menggantikan hematoma. Perubahan seluler melanjut dan
suatu union yang di sebut sebagai callus pun berkembang. Osteoblas trus masuk
ke area. Jaringan berserat di dalam area yang patah berubah menjadi tulang.
Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan
tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi di sepanjang tulang di anggap sebagi
fraktur yang tidak sempurna. Fraktur dapat juga terjadi pada semua tulang,
patah menjadi dua (atau lebih) potong, yang dikenal sebagai fraktur lengkap.
Jaringan otot sekitar yang melekat diatas dan dibawah area fraktur di dalam
suatu otot akan terus menciptakan tegangan pada titik pertemuan tulang dan
semakin menarik potongan sehingga bengkok. Beberapa potongan tulang patah
dapat menembus sampai kulit, ini di kenal sebagai patah tulang terbuka. Tulang
patah yang tidak menembus kulit dianggap sebagai patah tulang tertutup atau
patah tulang biasa. (Digiulio Mary, Dkk. 2014).
4. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya di sebebkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stres, gangguan fisik, gangguan
metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurunCOP menurun maka
terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
neurovaskuler, neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat menngenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya di sebebkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada
umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan di lakukan
immobilisasi yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah di
hubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
Jejas yang di timbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah adanya kompensasi tubuh, sebagai contoh vasokontriksi
progresif dari kulit, otot dan sirkulasi viseral, karena ada cedera, respon
terhadaap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detak
jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-
katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan
meningkatkan tekanan darah diastolik dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-
hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu
terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah
besar prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Substansi ini berdampak besar pada
mikro-sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang
masih dini, mekanisme konpensasi sedikit mengatur pengembalian darah
(venous return) dengan cara konsentrasi volume darah didalam sistem vena
sistemik. Cara yang paling efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat
seluler, sel dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat
substrak esensial yang sangat di perlukan untuk metabolisme aerobik normal
dan produksi energi. Pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan berpindah
ke metabolisme anaerobik, hal mana mengakibatkan pembentukan asam laktat
dan berkembangnya asidosis metabolik. Bila syoknya berkepanjangan dan
penyampaian substrak untuk pementukan ATP (adenosin tripohsphat) tidak
memadai, maka membran sel tidak dapat lagi memmpertahankan integritasnya
dan gradientnya elektrik normal hilang. Pembengkakan retikulum endoplasmik
merupakan tanda ultra struktural pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak
lama lagi akan diikuti cedera metokondrial. Lesosom pecah dan melepaskan
ensim yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus,
terjadilah pembangkakan sel. Juga terjadi penumpukan kalsium intra-seluler.
Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera seluler yang progresif,
penambahan edema jaringan dan kematian sel proses ini memperberat dampak
kehilangan darah dan hipoperfusi.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumolasi sehingga
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersih sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melakukan aktivitas
osteoblas teransang dan terbentuk tulang baru imature yang di sebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodling untuk
membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan
asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila
tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringan yang
mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompertemen. (Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza
Putri, 2013)
5. Komplikasi
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring.
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
d. Compertement syndroma adalah suatu keadaan peningkatan tekanan yang
berlebihan di dalam suatu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada
suatu tempat.
e. Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnyapermeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
f. Faat embolisme syndroma, tetesan lemak masuk kedalam pembuluh darah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada faktor meningkat pada laki-laki
usia 20-40 tahun, usia 70 sampai 80 fraktur tahunan.
g. Tromboembolik komplication, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang immobilisasi dalam waktu yang lama karena trauma atau
ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah
atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedi
h. Infeksi, sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma ortopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk
kedalam. Ini biasanya terjadi pada fraktur terbuka, tetapi bisa juga terjadi
kerena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan palat.
i. Acasculer nekrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptik atau nekrosis
iskemia
j. Refleks symphathethik dystroma, hal ini di sebabkan oleh hiperaktif sistem
syaraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti.
Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
(Wijaya , Andra Saferi & Yessie Mariza Putri, 2013)
6. Manifestasi Klinis
a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
b. Nyeri pembengkakan
c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olahraga)
d. Gangguan fungsi anggota gerak
e. Deformitas
f. Kelainan gerak
g. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain (Amin Huda Nurarif &
Hardhi Kusuma, 2015)
7. Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
a. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
b. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler jaringan lunak.
d. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan, peningkatan leokosit sebgai respon terhadap peradangan.
e. Kretinin: traouma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagukasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
atau cedera hati. (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
a. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik)
b. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union:
1) Eksternal: gips, traksi
2) Internal: nail dan plate.
c. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula. (Bararah Taqiyyah &
Mohammad Jauhar. 2013)
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
Menurut, Nasrul Effendy, 1995. Teori yang dikaji pada pasien Fraktur
yaitu:
a) Biodata
b) Identitas klien ( nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, diagnosa medis)
c) Keluhan Utama
d) Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
e) Riwayat Kesehatan
a.
trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis
- Fraktur
Faktor Resiko:
Hidrasi
1. Hpotensi
1. Indikator mata
2. Hipovolemik
cekung tidak di
3. Hipoksemia
temukan
4. Hipoksia
5. Infeksi
6. Sepsis 2. Demam tidak di
7. Sindrom respon temukan
inflamasi 3. Tekanan darah
sitemmik dalam batas normal
4. Hematokrit dalam
batas normal
ASKEP KASUS
A. PENGKAJIAN
Nama/RM :Ny. H
Jenis Kelamin :perempuan
Umur :59 Tahun
Ruangan :Lontra 2 bawah belakang
Data Pengkajian
Tanggal : 26-12-2019 Jam : 11.44 BP : 120/80 mmHg RR : 20 kali/menit
HR : 88 kali/menit Temp : 36,0 0C i
Cara dengan : Cara Ukur : ⃝ Berdiri ⃝Berbaring ⃝ Duduk
⃝Jalan kaki ⃝ Kursi roda
⃝Brankard ⃝Lainnya :
Merokok : Ya/tidak
Catatan: Pada saat pengkajian ditemukan data, klien mengatakan cemas, khawatir dengan rencana
tindakan operasi yang akan dilakukan
Pengalaman hospitalisasi : Ya/ Tidak
Keterangan : Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan untuk pertama kalinya dirawat
di Rumah Sakit
Sumber informasi : Pasien ⃝ Keluarga ⃝ Lainnya :
⃝ Batuk : ⃝ Dispnea:
⃝Wheezing : ⃝Kanan atas/bawah⃝ Kiri atas/bawah ⃝ Modulasi O2 : 4 lpm
Catatan : tidak ada masalah
5 5
2 5
omi
Ass
NO
ON
Ris
RT
AL
ess
SC
t)
E
0. Tergantung
Melepas dan memakai 1. Tergantung pada
orang lain
celana, membersihkan, beberapa 2. Mandiri 0
pada setiap
menyiram jamban kegiatan
kegiatan
1. Perlu dibantu
Makan 0. Tidak mampu memotong 2. Mandiri 2
makanan
Berubah posisi dari berbaring 1. Dibantu lebih 2. Dibantu 1
0. Tidak mampu 2
ke duduk dari 2 orang atau 2 orang
1. dengan kursi 2. dibantu 1
Berpindah/berjalan 0. tidak mampu 1
roda orang
1. sebagian
Memakai baju 0. tergantung 2. mandiri 1
dibantu
Naik turun tangga 0. tidak mampu 1. sebagian dibantu 2. mandiri 0
Mandi 1. tergantung 2. mandiri 1
11
Keterangan :
20 : Mandiri, 12-19 : ketergantungan ringan, 9-11 : ketergantungan sedang, 5-8 : ketergantungan berat,
0-4 : ketergantungan total
Riwayat jatuh 3 bulan Tidak = 0 Ya = 25 0
terakhir
Diagnosis medis sekunder > Tidak = 0 Ya = 15 15
1
Alat bantu jalan Dibantu orang = 0 Penopang = 15 Furniture = 30 0
Menggunakan infus Tidak = 0 Ya = 25 25
FALL RISK
Keterangan :
0-24 : tidak beresiko, 25-50 : resiko rendah, > 50 : resiko tinggi
Catatan: Pada saat pengkajian ditemukan pasien mengeluh nyeri pada saat bergerak dan
berpengaruh pada aktivitas pasien.
intramedularry nail yang tip cranialnya tidak tervisualisasi, callus forming minimal, korteks
belum intak dengan fragmen distal displaced kearah anterolateral
Tampak osteofit pada condylus lateral os femur dextra, aspek posterosuperior os patella
dextra, condylus lateral et medial dan emminentia intercondylar os tibia dextra
Densitas tulang baik
Celah femoropatellar joint dan femorotibial joint dextra baik
Jaringan lunak sekitar kesan baik
Terpasang drain dari arah cranial dengan tip pada anterior regio genu dextra
2. Foto pelvis panggul
Alignment SI dan hip joint bilateral intak, tidak tampak dislokasi
Terpasang intramedullary nail pada os femur dextra dengan tip caudal tidak tervisualisasi
Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
Tampak osteofit pada aspek lateral CV L4-L5
Densitas tulang baik
Celah SI joint dan hip joint bilateral baik
Jaringan lunak sekitar kesan baik
Nama/RM :Ny. H
P: Bila Bergerak
Q: Seperti Ditusuk Tusuk
R: Paha Kanan Pergeseran frakmen tulang
S: 4/10 (NRS)
T: Hilang Timbul.
Tanda-Tanda Vital Nyeri akut
- BP : 120/80 mmHg
- RR : 20 kali/menit
- HR : 88 kali/menit
- Temp : 36,0 0C
Diaforesis
Sikap melindungi area nyeri
DS: Trauma
2.
Klien mengatakan selama sakit aktivitas di bantu Hambatan mobilitas
dengan keluarga fisik
Klien mengatakan aktivitas dilakukan ditempat fraktur
tidur
5 5 Hambatan mobilitas
fisik
2 5
DS:
3. Fraktur
Klien mengeluh cemas terhadap tindakan operasi
yang akan di lakukan
Ansietas
Klien mengatakan pertama kalinya dirawat di
Perawatan untuk tindakan
Rumah Sakit.
operasi
DO:
Hospitalisasi
Pasien nampak cemas
Pasien nampak gelisah
Peningkatan keringat
Ansietas
Nampak khawatir tentang perubahan dalam
peristiwa hidup
5 5
Gangguan fungsi
musculoskeletal
2 5
Risiko jatuh
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama/RM :Ny. H
yang lalu. - Menggambarkan factor intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
Pasien mengeluh nyeri bagian paha kanan penyebab (160501) 4/5 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
- Menggunakan tindakan ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
DO:
pengurangan [nyeri] tanpa berkomunikasi secara efektif.
Ekspresi wajah nyeri.
analgesic (160504) 3/5 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
P: Bila Bergerak
- Melaporkan perubahan terhadap 4. Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang dapat
Q: Seperti Ditusuk Tusuk
gejala nyeri pada professional mencetuskan atau meningkatkan nyeri (misalnya, ketakutan
R: Paha Kanan
kesehatan (160513) 3/5 kelelahan, keadaan monoton dan kurang pengetahuan)
S: 4/10 (NRS)
T: Hilang Timbul. - Melaporkan nyeri yang 5. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
Tanda-Tanda Vital terkontrol (160511) 4/5 lainnya untuk memilih da mengimplementasikan tindakan
- BP : 120/80 mmHg 2. Tingkat nyeri (2102) penurun nyeri yang nonfarmakologi, sesuai kebutuhan.
- RR : 20 kali/menit - Nyeri yang dilaporkan (210201)
- HR : 88 kali/menit 4/5
- Temp : 36,0 0C - Panjangnya episode nyeri
Diaforesis (210204) 3/5
Sikap melindungi area nyeri - Menggosok area yang terkena
dampak (210221) 3/5
- Ekspresi nyeri wajah (210206)
4/5
- Berkeringat belebihan (210226)
3/5
2. NOC: NIC:
Hambatan mobilitas fisik (00085) b/d penurunan
1. Ambulasi (0200) Terapi latihan : Ambulasi (0221)
kekuatan otot
- Berjalan dengan langkah 1. Beri pasien pakaian yang tidak mengekang
yang efektif (020002) 3/5 2. Sediakan tempat tidur berketinggian rendah, yang sesuai
DS:
Klien mengatakan selama sakit aktivitas di - Berjalan dengan pelan 3. Konsultasi pada ahli terapi fisik mengenai rencana
bantu dengan keluarga (020003) 3/5 ambulasi, sesuai kebutuhan
Klien mengatakan aktivitas dilakukan ditempat - Berjalan dengan kecepatan 4. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk
tidur sedang (020004) 3/5 memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh.
- Berjalan dengan cepat 5. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi untuk berdiri dan
(020005) 2/5 ambulasi dengan jarak tertentu dan dengan sejumlah staf
DO: - Berjalan mengelilingi kamar tertentu.
Klien nampak berbaring di tempat tidur (020014) 3/5
Aktivitas klien tampak dibantu keluarga 2. ambulasi : kursi roda (0201)
Penurunan rentang gerak - Perpindahan ke dan kursi
Gangguan sikap berjalan roda (020101) 3/5
Bartel index 11 (ketergantungan sedang) - Menjalankan kursi roda
Kekuatan otot dengan amann (020102) 3/5
- Menjalankan kursi roda
5 5 dalam jarak dekat (020103)
3/5
- Menjalankan kursi roda
2 5 dalam jaraak sedang
(020104) 3/5
3. pergerakkan (0208)
- Keseimbangan (020801) 3/5
- Cara berjalan (020810) 3/5
- Gerakkkan otot (020803) 3/5
- Bergerak dengan mudah
(020814) 3/5
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kamis, 26-12-2019 Jumat 27-12-2019 Sabtu 28-12-2019
Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik (00085) b/d penurunan kekuatan otot
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kamis 26-12-2019 Jumat 27-12-2019 Sabtu 28-12-2019
Terapi latihan : Ambulasi (0221) Terapi latihan : Ambulasi (0221) Terapi latihan : Ambulasi (0221)
1. Beri pasien pakaian yang tidak mengekang 1. Beri pasien pakaian yang tidak mengekang 1. Beri pasien pakaian yang tidak mengekang
2. Sediakan tempat tidur berketinggian rendah, yang 2. Sediakan tempat tidur berketinggian rendah, 2. Sediakan tempat tidur berketinggian rendah, yang
sesuai yang sesuai sesuai
3. Konsultasi pada ahli terapi fisik mengenai rencana 3. Konsultasi pada ahli terapi fisik mengenai 3. Konsultasi pada ahli terapi fisik mengenai rencana
ambulasi, sesuai kebutuhan rencana ambulasi, sesuai kebutuhan ambulasi, sesuai kebutuhan
4. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur 4. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur 4. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk
untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh. untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh. memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh.
5. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi untuk 5. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi untuk 5. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi untuk
berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu dan berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu dan berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu dan
dengan sejumlah staf tertentu. dengan sejumlah staf tertentu. dengan sejumlah staf tertentu.
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kamis 26-12-2019 Jumat 27-12-2019 Sabtu 28-12-2019
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meakinkan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meakinkan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meakinkan
2. Berikan informasi flaktual terkait diagnosis, 2. Berikan informasi flaktual terkait diagnosis, 2. Berikan informasi flaktual terkait diagnosis,
perawatan dan prognosis perawatan dan prognosis perawatan dan prognosis
3. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat 3. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat 3. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
kecemasan kecemasan kecemasan
4. Bantu klien mengidentifikasi situasiyang memicu 4. Bantu klien mengidentifikasi situasiyang memicu 4. Bantu klien mengidentifikasi situasiyang memicu
kecemasan kecemasan kecemasan
5. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan 5. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan 5. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan
Diagnosa Keperawatan : Risiko jatuh (00155)
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kamis 26-12-2019 Jumat 27-12-2019 Sabtu 28-12-2019
- Panjangnya episode nyeri (210204) 3/5 - Panjangnya episode nyeri (210204) 3/5
2. Tingkat nyeri (2102)
- Menggosok area yang terkena dampak (210221) 3/5 - Menggosok area yang terkena dampak (210221)
- Nyeri yang dilaporkan (210201) 4/5
3/5
- Ekspresi nyeri wajah (210206) 4/5
- Panjangnya episode nyeri (210204) 3/5
- Ekspresi nyeri wajah (210206) 4/5
- Berkeringat belebihan (210226) 3/5
- Menggosok area yang terkena dampak
- Berkeringat belebihan (210226) 3/5
(210221) 3/5
A: Masalah belum teratasi
- Ekspresi nyeri wajah (210206) 4/5
P: Lanjutkan Intervensi
A: Masalah belum teratasi - Berkeringat belebihan (210226) 3/5
Manajemen nyeri (1400)
P: Lanjutkan Intervensi A: Masalah belum teratasi
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
Manajemen nyeri (1400) meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, P: Lanjutkan Intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Manajemen nyeri (1400)
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, dan faktor pencetus.
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
dan faktor pencetus.
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak nyeri dan faktor pencetus.
dapat berkomunikasi secara efektif. dapat berkomunikasi secara efektif. 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri mengenai ketidaknyamanan terutama pada
4. Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang dapat 4. Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang dapat mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
mencetuskan atau meningkatkan nyeri (misalnya, mencetuskan atau meningkatkan nyeri (misalnya, efektif.
ketakutan kelelahan, keadaan monoton dan kurang ketakutan kelelahan, keadaan monoton dan kurang 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
pengetahuan) pengetahuan) 4. Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang
5. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim 5. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
kesehatan lainnya untuk memilih da kesehatan lainnya untuk memilih da (misalnya, ketakutan kelelahan, keadaan
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri mengimplementasikan tindakan penurun nyeri yang monoton dan kurang pengetahuan)
yang nonfarmakologi, sesuai kebutuhan. nonfarmakologi, sesuai kebutuhan. 5. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya untuk memilih da
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
yang nonfarmakologi, sesuai kebutuhan.
Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik (00085) b/d penurunan kekuatan otot
Catatan Perkembangan
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Jam 15.20 Jam 15.45 Jam 13.50
S: S: S:
Klien mengatakan selama sakit aktivitas di bantu Klien mengatakan selama sakit aktivitas di Klien mengatakan selama sakit aktivitas
dengan keluarga bantu dengan keluarga di bantu dengan keluarga
Klien mengatakan aktivitas dilakukan ditempat Klien mengatakan aktivitas dilakukan ditempat Klien mengatakan aktivitas dilakukan
tidur tidur ditempat tidur
O: O: O:
A: masalah belum teratasi A: masalah belum teratasi - Bergerak dengan mudah (020814) 3/5
S: S: S:
Klien mengeluh cemas terhadap tindakan Klien mengeluh cemas terhadap tindakan Klien masih mengeluh cemas
operasi yang akan di lakukan operasi yang akan di lakukan terhadap tindakan operasi yang akan
Klien mengatakan pertama kalinya dirawat Klien mengatakan pertama kalinya di lakukan
di Rumah Sakit. dirawat di Rumah Sakit. Klien mengatakan pertama kalinya
dirawat di Rumah Sakit.
O: O:
O:
1. Kontrol kecemasan diri (1402) 1. Kontrol kecemasan diri (1402)
- Memantau intesitas kecemasan (140201) 4/5 - Memantau intesitas kecemasan (140201) 4/5 1. Kontrol kecemasan diri (1402)
- Mengurangi penyebab kecemasan (140202) 4/5 - Mengurangi penyebab kecemasan (140202) - Memantau intesitas kecemasan (140201)
- Merencanakan strategi koping untuk situasi 4/5 4/5
yang menimbulkan stress (140205) 4/5
- Menggunakan teknik relaksasi untuk - Merencanakan strategi koping untuk situasi - Mengurangi penyebab kecemasan
mengurangi kecemasan (140207) yang menimbulkan stress (140205) 4/5 (140202) 4/5
2. Koping(1302) - Menggunakan teknik relaksasi untuk - Merencanakan strategi koping untuk
- Mmengidentifikasi pola koping yang efektif mengurangi kecemasan (140207) situasi yang menimbulkan stress
(130201) 4/5 2. Koping(1302) (140205) 4/5
- Menyatakan penerimaan terhadap situasi - Mmengidentifikasi pola koping yang efektif - Menggunakan teknik relaksasi untuk
(130205) 3/5 (130201) 4/5 mengurangi kecemasan (140207)
- Mencari informasi terpercaya tentang diagnosis - Menyatakan penerimaan terhadap situasi 2. Koping(1302)
(130220) 4/5 (130205) 3/5 - Mmengidentifikasi pola koping yang
- Menhidari situasi stress yang terlalu banyak - Mencari informasi terpercaya tentang efektif (130201) 4/5
(130213) 3/5 diagnosis (130220) 4/5 - Menyatakan penerimaan terhadap situasi
- Melaporkan penurunan perasaan negatif - Menhidari situasi stress yang terlalu banyak (130205) 3/5
(130217) 3/5 (130213) 3/5 - Mencari informasi terpercaya tentang
A: Masalah Belum Teratasi - Melaporkan penurunan perasaan negatif diagnosis (130220) 4/5
(130217) 3/5 - Menhidari situasi stress yang terlalu
P: Lanjutkan Intervensi
banyak (130213) 3/5
- Melaporkan penurunan perasaan negatif
A: Masalah Belum Teratasi
Pengurangan kecemasan (5820) (130217) 3/5
P: Lanjutkan Intervensi
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meakinkan A: Masalah Belum Teratasi
2. Berikan informasi flaktual terkait diagnosis,
P: Lanjutkan Intervensi
perawatan dan prognosis Pengurangan kecemasan (5820)
3. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meakinkan Pengurangan kecemasan (5820)
kecemasan 2. Berikan informasi flaktual terkait diagnosis,
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
4. Bantu klien mengidentifikasi situasiyang memicu perawatan dan prognosis
meakinkan
kecemasan 3. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
2. Berikan informasi flaktual terkait diagnosis,
5. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan kecemasan
perawatan dan prognosis
4. Bantu klien mengidentifikasi situasiyang memicu
3. Identifikasi pada saat terjadi perubahan
kecemasan
tingkat kecemasan
5. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan
4. Bantu klien mengidentifikasi situasiyang
memicu kecemasan
5. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal
kecemasan
S: S: S:
Klien mengatakan riwayat jatuh saat Klien mengatakan riwayat jatuh saat Klien mengatakan riwayat jatuh saat
berjalan 6 bulan lalu berjalan 6 bulan lalu berjalan 6 bulan lalu
Klien mengatakan tidak mampu berjalan Klien mengatakan tidak mampu berjalan Klien mengatakan tidak mampu berjalan
O: O: O:
- Jatuh saat berdiri (191201) 2/5 - Jatuh saat berdiri (191201) 2/5 - Jatuh saat berdiri (191201) 2/5
- Jatuh saat berjalan (191202) 1/5 - Jatuh saat berjalan (191202) 1/5 - Jatuh saat berjalan (191202) 1/5
- Jatuh dari tempat tidur (191204) 3/5 - Jatuh dari tempat tidur (191204) 3/5 - Jatuh dari tempat tidur (191204) 3/5
- Jatuh saat dipindahkan (191205) 3/5 - Jatuh saat dipindahkan (191205) 3/5 - Jatuh saat dipindahkan (191205) 3/5
2. Keparahan cedera fisik (1913) 2. Keparahan cedera fisik (1913) 2. Keparahan cedera fisik (1913)
- Fraktur ekstremitas (191307) 2/5 - Fraktur ekstremitas (191307) 2/5 - Fraktur ekstremitas (191307) 2/5
- Gangguan imobilisasi (191316) 2/5 - Gangguan imobilisasi (191316) 2/5 - Gangguan imobilisasi (191316) 2/5
5. Pengaturan posisi
Bulechek, G. M., & et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th
Edition. Philadelphia: Elsevier.
Kowalak, J. K., & et al. (2013). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).
Moorhead, S., & et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th
Edition. Philadelphia: Elsevier.
Sjamsuhidayat, & Jong, d. W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: EGC.
Kowalak, Welsh, & Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Krisanty, Paula Dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta Timur.
Trans Info Media
Lukman & Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal, Dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1.
Jakarta. Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. North America Nursing Diagnosis
Association (NANDA). Yogjakarta. MediAction
Wijaya , Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah. Yogjakarta. Nuha Medika