Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN An.

K DENGAN FRAKTUR CLOSE


FRAKTUR RADIUS ULNA DI RUANGAN ORTOPEDI RUMAH SAKIT
UMUM FAUZIAH KABUPATEN BIREUN

DISUSUN OLEH:

MUKHLISAH
NPM: 19010629

DOSEN PEMBIMBING: NS. FAUZIAH,M,KEP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BUMI PERSADA


LHOKSEUMAWE

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Berdasrkan praktek klinik keperawatan dasar di rumah sakit umum fauziah


kabupaten bireun dengan judul laporan “Asuhan Keperawatan An.K Dengan
Close Fraktur Radius Ulna Di Ruangan Ortopedi”

Telah di setujui

DOSEN PEMBIMBING CI RUANGAN

Ns.Fauziah,M.Kep Ns.Sri Mulyani,S.Kep


NIDN. 1311028201
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bireun, 04 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. LATAR BELAKANG..........................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................
C. TUJUAN ..............................................................................................
D. MANFAAT ..........................................................................................

BAB II TINJAUN PUSTAKA ........................................................................

A. PENGERTIAN ....................................................................................
B. PATOFISIOLOGI ...............................................................................
C. TANDA DAN GEJALA.......................................................................
D. ANATOMI ..........................................................................................

BAB III KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN DASAR DENGAN


TINDAKAN ....................................................................................................

BAB IV TINJAUN KASUS.............................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................

A. KESIMPULAN ....................................................................................
B. SARAN ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh
dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar
Medikal Bedah, 2002). Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas
tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua
ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis
fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur
radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.
(Mansjoer, 2000).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa
(Sjamsuhidajat & Dee Jong, 2004). Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada
1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3 distal.Fraktur dapat terjadi pada salah satu
tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi.Fraktur radius
ulna biasanya terjadi pada anak-anak (Muttaqin, 2008). Fraktur os radius dan
fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang
kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma
terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut. (Alex, 2008)
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu
jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya
mekanisme refleks jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi
siku agak menekuk (Busiasmita, Heryati & Attamimi,2009). Kekhasan dari
fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu otot
supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan pronasi-
supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.
B. TUJUAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan duharapkan penulis dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang bermutu dalam menerapkan asuhan keperawatan yang
bermutu pada pasien.

C. MANFAAT
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penulisan laporan praktek ini diharpkan dapat digunakan sebagai
dasar pengembanagn manjemen asuhan keperawatan dan membantu
perawat di ruang perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap
pelayanan asuhan keperawatan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang medical bedah pada klien An.K
dengan close fraktur radius ulna diruang perawatan.
c. Bagi Penulis
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan memberikan pengetahuan
dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan
menyusun asuhan keperawatan pada pasien striktur uretra sebagai salah
satu syarat menyelesaikan tugas praktek klinik keperawatan dasar (KD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Fraktur radius ulna tertutup merupakan terputusnya hubungan diantara
tulang radius dan ulna yang dapat disebabkan karena cedera pada tulang
bagian bawah, baik karena trauma langsung maupun tidak langsung (Helmi,
2013).
Fraktur yang terjadi pada kedua tulang bawah ini juga merupakan suatu
cedera Farktur yang tidak stabil. Dimana status fraktur pada tulang ini
bergantung pada jumlah energi yang diserap selama cedera serta gaya otot
besar yang cenderung untuk menggeser fragmen (Murthy & Hoppenfeld,
2011)
B. ETIOLOGI
Fraktur merupakan suatu kondisi yang terjadi karena kelebihan beban
yang mekanis pada suatu tulang, saat terjadi suatu tekanan yang diberikan
pada tulang ini terlalu banyak melebihi kemampuan yang ditanggungnya.
Besarnya jumlah gaya sangat diperlukan untuk menimbulkan suatu kondisi
fraktur yang bervariasi, dan sebagian lagi tergantung pada karakteristik tulang.
Fraktur juga dapat terjadi karena gaya yang secara langsung, seperti pada saat
sebuah benda bergerak menghantam suatu area pada tubuh di atas tulang itu
sendiri.
Fraktur pada batang radius dan ulna biasanya dapat terjadi karena cedera
secara langsung pada lengan bawah, kecelakaan lalu lintas, serta jatuh dengan
lengan yang terenggang. Fraktur pada radius dan ulna juga merupakan suatu
akibat dari cedera yang hebat. Cedera langsung juga biasanya dapat
menyebabkan fraktur tranversal pada tinggi yang sama. Dan biasanya terjadi
disepertiga tengah tulang (Black & Hawks, n.d.).
D. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur
menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias diketahui dengan
membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
(Smeltzer dan Bare, 2002).
E. PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus
dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu: rekognisi, reduksi,
retensi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi (Pengenalan )
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan
diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai
akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat
menentukan diskontinuitas integritas rangka.
2. Reduksi (manipulasi atau reposisi)
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya.
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi
tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan
sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada
kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera
sudah mulai mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2002).
3. Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang
harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang
benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan
fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator
eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang
berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang
diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona
trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan
rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk
menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary
treatment untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment
berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan
lunak (Muttaqin, 2008).
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atrofi atau kontraktur. Bila keadaan memungkinkan, harus
segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan
kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi (Mansjoer, 2000).
BAB III
KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN DASAR DENGAN
TINDAKAN

NO Tanggal dan Jam Tindakan


1 03 September 2021, Injeksi Bolus ( ketorolac)
19:00
2 03 September 2021, Injeksi bolus (Cefriaxone dan
23:00 rantidine )
3 04 September 2021, Ganti cairan infus RL
15:00
4
5
6
7
BAB IV
TINJAUN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
A. DENTITAS PASIEN
Nama : Khairunnisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 14 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Reudep
Tanggal Masuk Rs : 02 September 2021
No. Register : 401242
Ruangan/Kamar : Ortopedi / Pade 4
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 03 September 2021
Diagnosa Medis : Close Fraktur Radius Ulna

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Nurhayati
Hubungan Dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan : IRT
Alamat : Reudep
I. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri dibagian tangan kirinya, nyeri saat digerakkan,
dan pasien mengatakan sulit untuk tidur.
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
-
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua : Tidak ada
B. Saudara Kandung : Tidak ada
C. Penyakit Keturunan Yang Ada : Tidak ada
D. Anggota Keluarga Yang Meninggal : Tidak ada
E. Penyebab Meninggal : Tidak ada

F. Genogram

Keterangan:
Laki-Laki Hidup
Perempuan Hidup ------------- : Tinggal Serumah
Laki-Laki Meninggal
Perempuan Meninggal

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum: Sadar Penuh
TB : 156 cm
BB : 61 Kg
B. Tanda Tanda Vital
Suhu Tubuh : 36 C
TD : 110/80mmHg
Nadi : 80 x/m
RR : 22 x/m
C. Pemeriksa Kepala dan Leher
1. Kepala dan rambut dan leher
Kepala :
- Bentuk : Simetris
- Ubun-ubun : Tertutup Rambut
- Kulit Kepala : Bersih
a. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut lurus dan berwarna
hitam
- Bau : Normal
- Warna : Hitam
b. Wajah : Simetris
- Warna Kulit : Sawo Matang
2. Mata
a. Kelengkapan dan keseimetrisan : Simetris
b. Palpebra :
c. Konjungtiva : Normal
d. Selera : Putih
e. Pupil : Normal
f. Cornea dan iris : Normal
g. Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
h. tekanan bola mata : Normal
3. Hidung
a. Tulang Hidung dan posisi septum : Simetris
b. lubang hidung : Bersih dan Lembab
c. Cuping hidung : ada pernafasan cuping
hidung
d. Fungsi Penciuman : Normal
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Simetris dan lengkap
b. Ukuran Telinga : simetris
c. Lubang Telinga : tidak dikaji
d. Ketajaman Pendengaran : Normal
5. Mulut Dan Faring
a. keadaan bibir : simetris, bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : tidak dikaji
6. Leher
a. Posisi Trachea : Normal , simetris
b. Thyroid : tidak ada pembersaran
kelenjar thypoid
c. Suara : jelas dan normal
d. Kelenjar Linfe : tidak dikaji
e. Fena Jugularis : tidak dikaji
f. Denyut Nadi Karotis : denyut nadi teraba
D. Pemeriksaan integuman
1. Kebersihan : Normal
2. Kehangatan : hangat
3. Warna : sawo matang
4. Turgor : elastis
5. Kelembaban : Lembab
6. Kelainan Pada Kulit : Tidak Ada
E. Pemeriksaan Payudara dan ketiak
1. Ukuran Dan bentuk Payudara :
2. Warna dan bentuk payudara :
3. Kelainan payudara dan puting :
4. Aksila dan clavikula :
F. Pemeriksaan Thoraks dan dada
1. Inspeksi Thoraks
a. Bentuk Thoraks : simetris
b. Pernafasan : rochi
- Frekuensi : 27x/menit
- Irama : reguler
c. Tanda Kesulitan Bernafas : ada
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : Vokal fremitus paru
sebelah kanan dan kiri normal
b. Perkusi : fremitus pada seluruh
bidang paru normal
c. Auskultasi : tidak ada bunyi pernafasan
rinki pada paru saat bernafa
- Suara Nafas : vasukulat
- Suara tambahan : ada
3. Pemeriksaan jantung
a. insfensi : Simetris, ictus cordis tidak
tampak
b. Palpasi : ictus cordis teraba, teratur
dan tidak terlalu kuat
c. Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada
pelebaran
d. Auskultasi : Bunyi jantung murni, tidak
ada suara tambahan
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi : simetris dan distensi
2. Auskultasi : peristalticusus menurun
3. Palpasi : adanya nyeri tekan
3. Perkusi : Timpani
H. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genitalia :
a. Rambut pubis :
b. Lubang uretra :
c. Kelainan pada genetalia eksterna :
d. Kelainan pada genetalia interna :
2. Anus
a. Lubang Anus :
b. Kelainan pada lubang anus :
c. Perincum :
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal/ekstremitas
1. ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot : Simetris
kiri kanan
b. Edema (derajat) : tidak ada
c. Kekuatan Otot : 65
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada

2. Ekstremitas Bawah

a. Kesimetrisan Otot : simetris


Kiri Kanan
b. Edema : tidak ada
c. Kekuatan Otot :-
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
e. Varies : tidak dilakukan
pemeriksaan
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
E..................................M............................V.......................
2. Meningeal sign : Tidak Ada
3. Status mental : Compos Mentis
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi : Stabil
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : Normal
d. Motivasi (kemauan) : ada
keinginan untuk sembuh
e. Bahasa : aceh
Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius/NI/Penciuman (hidung) : Normal
b. Nervus Optikus/N II/Penglihatan (mata) : Normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen/N
VI/Bergeraknya bola mata : Normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : Normal
e. Nervus Fasialis /N VII/Wajah /(otot wajah) : Normal
f. Nervus Vestibulo cochlearis /N VIII/Acusticus )Pendengaran) : Normal
g. Nervus Glosso pharingeus/N IX, Vagus/N X/Menelan (Tenggorokan)
:Normal
h. Nervus Asesorius /N XI/Bahu : Normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : Normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : Bisa berjalan
b. Romberg Test :
c. Test Jari Hidung :
d. Pronasi Suvinasi Test :
e. Heel to shin test :
6. Fungsi Sentuhan Ringan
a. identifikasi sentuhan ringan : Kurang terasa
b. Test Tajam Tumpul : terasa
c. Test Panas Dingin : terasa
d. Test Getaran : terasa
VII. POLA KEBIASAAN SEHARI HARI
A. Pola Tidur
a. Sebelum sakit
- Waktu tidur : Teratur
- Waktu Bangun : Teratur
- Masalah tidur : Normal
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur :
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur :
b. Selama sakit
- Waktu tidur : Tidak Teratur
- Waktu bangun : Tidak Teratur
- Masalah tidur : Banyak Pikiran
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur :
- Hal-hal yang mempermudah tidur :

B. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
1. BAB
- Pola BAB : Normal
- Karakteristi Fases : Normal
Warna : Normal
Konsistemsi : Normal
Bau : Normal
- Penggunaan Laksatif :-
- BAB Terakhir : tadi pagi
- Riwayat pendarahan :-
2. BAK
-Pola BAK : Normal
- Karakter Urine : Normal
- Nyeri/Kesulitan BAK :
- Inkontinentia :
- Retensi :
- penggunaan deuretik :
- Riwayat penyakit ginjal :
- Berat Jenis :
b. Selama sakit
1. BAB
- Pola BAB :
- Karakteristi Fases :
o Warna : Kuning
o Konsistemsi : Padat
o Bau : Bauk
- Penggunaan Laksatif :-
- BAB Terakhir : Tadi pagi
- Riwayat pendarahan :-
2. BAK
-Pola BAK : sering
- Karakter Urine :
- Nyeri/Kesulitan BAK :
- Inkontinentia :
- Retensi :
- penggunaan deuretik :
- Riwayat penyakit ginjal:
- Berat Jenis :
C. Pola Makan dan Minum
a. Sebelum Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/Porsi : satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak Ada
- Mual-Muntah : tidak Ada
- Nyeri ulu hati : Tidak Ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- BB biasa (sebelumnya):
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : Kg
- TB : Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu Pemberian makanan :
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : Tidak ada
- Kesulitan menelan : Tidak Ada
- Tidak dapat makan sendiri : Tidak Normal
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : Normal
- Kesulitan Menelan : Tidak
b. Selama Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) :
- Jumlah/Porsi :
- Pola Diet :
- Anoreksia :
- Mual-Muntah : Tidak Ada
- Nyeri ulu hati : Tidak Ada
- Alergi makanan : Tidak Ada
- BB biasa (sebelumnya) :
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : Kg
- TB : Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu Pemberian makanan :
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak dda
- Tidak dapat makan sendiri :
D. Kebersihan Diri/Personal hygiene
a. sebelum sakit
1. Pemeliharaan badan : Ada
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Ada
3. Pemeliharaan kuku : Ada
b. Selama sakit
1. Pemeliharaan badan : Tidak ada
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Tidak ada
3. Pemeliharaan kuku : Tidak ada
E. Pola kegiatan/Aktifitas
a. Sebelum Sakit : Bekerja
b. Selama Sakit : Tidak Ada
F. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum Sakit : Ada
b. Selama Sakit : Ada

VIII. TERAPI OBAT

No Jenis Obat Dosis


1 Ceftriaxon 1 gr/ 8jam
2 Ketorolac 1 ampul / 8 jam
3 Rantidinde 1 ampul /8 jam
IX. ANALISA DATA

No Waktu Data Fokus Masalah Etiologi

1. DS: Resiko Pertahanan tubuh


Keluarga pasien mengatakan pasien infeksi sekunder tidak
mengalami luka + 1 cm di adekuat
pergelangan tangan kiri disertai
dengan perdarahan.
DO:

- dipergelangan tangan kiri pasien


terlihat luka +1cm

- tangan kiri terlihat dibalut dengan


spalk sepanjang antebrachii, balutan
terlihat bersih

2 DS: Nyeri akut Kerusakan


- pasien mengatakan nyeri dibagian jaringan
tangan kirinya, nyeri saat musculoskeletal
digerakkan.
- pasien mnegatkan susah tidur
karena merasakan kesakitan yang
luar biasa.
DO:
- pasien terlihat meringis menahan
sakit

3 DS: Hambatan Nyeri dan terapi


- pasien mengatakan susah untuk mobilitas pembatasan
mengubah posisi karena nyeri fisik aktifitas

- keluarga pasien mengatakan


pasien melakukan pasien seluruh
aktivitasnya di atas tempat tidur
- pasien mengatakan dalam
melakukan aktivitas selalu dibantu
oleh keluarganya.
DO:
- Selama sakit pasien melakukan
aktivitasnya dengan dibantu
keluarganya
- pasien terbaring ditempat tidur
- pasien bergerak dengan pelan-
pelan

C. DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari, Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tangga Keperawatan
l
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital pasien
berhubungan keperawatan selama 4x24 jam : TD, N, S, RR
dengan diharapkan pasien tidak terkena 2. Observasi keadaan luka
pertahanan tubuh infeksi, dengan , kriteria hasil : 3. Lakukan perawatan luka dengan
sekunder teknik aseptik
1. Suhu pasien normal (36- 4. Lakukan perawatan terhadap
36,9oC) prosedur invasif seperti infuse
5. Batasi pengunjung
2. Tidak terlihat tanda dan gejala 6. Ajarkan kepada pasien dan
infeksi keluarga mengenai pencegahan,
tanda dan gejala infeksi
3. Pasien dan keluarga mampu 7. Kelola pemberian cefotaxim 2x1
menjelaskan tentang pencegahan, gram dan
tanda dan gejala infeksi

2 Nyeri akut Selama dilakukan tindakan


1. Lakukan pengkajian nyeri.
berhubungan keperawatan diharapkan
dengan 2. Ajarkan teknik non farmakologi
pasien mampu beradaptasi
kerusakan : distraks relaksasi, nafas dalam
dengan nyeri, dengan kriteria hasil
jaringan : 3. Kelola pemberian ketorolac
muskuloskeletal 3x30 mg
1. Tanda-tanda vital
2. Pasien mampu mengontrol
Nyeri
3. Pasien menyatakan nyeri
berkurang
3 Hambatan Selama dilakukan tindakan 1) Kaji kemampuan pasien dalam
mobilitas fisik mobilisasi
keperawatan diharapkan
berhubungan
dengan nyeri dan mobilitas pasien tidak
terapi 2) Latih pasien dalam pemenuhan
terganggu, dengan kriteria
pembatasan kebutuhan ADL secara mandiri
aktifitas hasil
sesuai kemampuan
1. Pasien meningkat dalam
aktivitas fisik 3) Bantu pasien saat mobilisasi
2. Pasien dan keluarga mengerti 4) Ajarkan pasien dan keluarga cara
cara dan tujuan dari mengubah posisi yang benar dan
berikan bantuan jika diperlukan
peningkatan mobilitas fisik

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No DX Implementasi Evaluasi

1 Resiko infeksi - memonitor TTV S: Paseine mengeluh tangan


kiri terasa sakit
O: tanda tanda vital
TD: 130/80 mmHg
S : 36 C
Nadi : 88 x/m
RR : 18 x/m
A: masalah resiko infeksi
sebagian teratasi
P: Monitor TTV

2 Nyeri Akut - mengajarkan teknik non farmakologi: S: Pasien menyatakan bisa


nafas dalam nafas dalam
O: Pasien terlihat
mempraktikkan nafas dalam
dengan benar
A: : Masalah nyeri akut
sebagian teratasi
P: : Kelola pemberian ketorolac
30 mg
3 Hambatan - mengajarkan pasien dan keluarga cara S: Keluarga pasien mengatakan
mobilitas fisik mengurangi odem, cara menggunakan akan memastikan pasien
tripod dan merawat luka post operasi tidak akan mengangkat
(hindari dari air, mengubah posisi beban berat dan
tangan kiri, melarang angkat berat, menggerakkan pergelangan
melarang menggerakkan pergelangan tangan kiri
tangan kiri) O: Keluarga pasien terlihat
mengangguk mengerti
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik teratasi
P: pasien Pulang

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh
dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme
refleks jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak
menekuk (Busiasmita, Heryati & Attamimi,2009). Kekhasan dari fraktur
radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu otot supinator,
pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan pronasi-supinasi
yang berinsersi pada radius dan ulna.

B. SARAN

Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan


keperawatan terhadap klien striktur uretra. Perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya hal-hal yang dapat memperparah penyakit, hal-hal yang harus
dihindarkan dan bagaimana cara melakukan pengobatan dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Engram. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


EGC Carpenito, Lynda Juall. 2007.
Rencana Asuhan dan Pendokumentasian. Keperawatan. Alih Bahasa Monika
Ester. Edisi 2.Jakarta : EGC
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: ECG
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius Muttaqin,
Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC
Price, A. S. dan Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C dan Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Anda mungkin juga menyukai