Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

H (30 TAHUN) DENGAN


GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL (FRAKTUR
FEMUR) DI RUANG MANALAGI 1 RSUD INDRAMAYU
KABUPATEN INDRAMAYU

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Program


Prefesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Indramayu Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

Maya Mei Sinta R210415039


Rindi Yani R210415051
Safitri R210415053
Siti Julaikha R210415055
Tantowi R210415060
Yoga Agung Perdana R210415064

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan dan

petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Tn. H (30 Tahun) Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal

(Fraktur Femur) Di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu.

Penulis menyadari tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan penyediaan

fasilitas dari berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis lakukan dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan

Tugas ini kepada :

1. Drs. H. Turmin, B.Sc., Selaku Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada

Indramayu, yang telah menjadi inspirator bagi penulis untuk terus semangat

menjalani kuliah ini.

2. Muhammad Saefulloh, S.Kep.,Ners., M.Kep., Selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu, yang telah memberikan motivasi

kepada kami.

3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ners., M.Kep., Selaku Ketua Program Studi

Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu dan selaku

pembimbing akademik, yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan

ilmunya guna memberikan pengarahan, bimbingan, ilmu pengetahuan, nasehat

i
serta masukan yang bermanfaat selama penyusunan tugas ini yang telah

memberikan kesempatan dalam berbagai kemudahan, sehingga penulis dapat

menyusun karya tulis ini.

4. Perawat di ruang Manalagi 1 yang selalu memberi saran positif dan

semangat untuk karya tulis ilmiah

5. Untuk ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu Kabupaten Indramayu yang

telah memberikan izin untuk melaksanakan tindakan asuhan keperawatan dan

selalu membantu apa yang penulis butuhkan dalam proses pengerjaan tugas

dengan stase keperawatan medical bedah.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya

atas segala bantuan dan dukungan kepada penulis. Serta semoga tugas ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Indramayu, Januari 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
D. Ruang Lingkup ............................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
A. Pengertian ....................................................................................... 5
B. Etiologi ........................................................................................... 5
C. Klasifikasi ........................................................................................ 6
D. Patofisiologi .................................................................................... 7
E. Manifestasi Klinis ............................................................................ 9
F. Komplikasi ...................................................................................... 9
G. Penatalaksanaan Medis .................................................................... 10
H. Pengkajian ...................................................................................... 11
I. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 13
J. Informasi Tambahan ....................................................................... 14
K. Analisa Data ................................................................................... 14
L. Diagnose Keperawatan Menurut Prioritas ....................................... 16
M. Intervensi Keperawatan .................................................................. 17
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................... 59
A. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 59
B. Analisis Pengkajian ......................................................................... 60
C. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse) ....... 64
D. Analisis Tindakan Keperawatan ...................................................... 66

iii
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 67
A. Kesimpulan .................................................................................... 67
B. Saran .............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh,
pelindung organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan garam mineral, namun fungsi tersebut biasa saja hilang dengan
terjatuh, benturan atau kecelakaan. Fraktur ekstremitas dapat terjadi pada bagian
femur dan ramus pubis. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang
biasanya disertai dengan cedera jaringan lunak, kerusakan ototrepture tendon,
kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh. Fraktur femur adalah
terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI,1995:543).
Pada saat terjadi fraktur atau patah tulang, jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh dimana akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh
darah. Dampak dari fraktur ini dapat menyebabkan nyeri, terganggunya mobilitas
fisik, selain itu dalam waktu panjang dapat mengakibatkan ansietas, karena fraktur
yang tidak kunjung sembuh, sehingga dapat terjadi dilakukannya amputasi bagian
tubuh tertentu, dan itu memungkinkan terkontaminasi oleh mikroorganisme yang
dapat menyebabkan infeksi. (Muttaqin, 2008).
Tetapi dalam penanganannya masih banyak masyarakat yang berobat
kealternatif, akan tetapi kenyataannya tidak semua orang berhasil dengan
pengobatan alternatif tersebut sehingga mengakibatkan keadaan yang lebih buruk
atau terjadinya komplikasi seperti mual unioun, nonunion ataupun delayed union,
pada akhirnya keadaan tersebut mendorong orang untuk berobat ke RS.
Melihat ringkasan kasus di atas, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan
keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah “Bagaimanakah
pelaksanaan Asuhan keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang
Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu?”.
a. Bagaimana asuhan keperawatan Tn. H dengan Tn. H dengan fraktur
femur di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi ?
b. Bagaimana pendokumentasian Asuhan keperawatan Tn. H dengan
fraktur femur di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu?
c. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan Asuhan keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang
Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
Tn. H dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab.
Indramayu.
2. Tujuan Khusus
Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam:
a. Melaksanakan asuhan keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di
Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu dengan menerapkan proses
keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
b. Melaksanakan proses pendokumentasian asuhan keperawatan Tn. H
dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu.
c. Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan asuhan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1 RSUD
Indramayu Kab. Indramayu.

2
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Mata Ajar
Asuhan keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1
RSUD Indramayu Kab. Indramayu ini merupakan bagian dari stase keperawatan
medikal bedah profesi ners.
2. Lingkup Waktu
Asuhan keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1
RSUD Indramayu Kab. Indramayu ini dilaksanakan selama 3 hari.
3. Lingkup Kasus
Asuhan keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1
RSUD Indramayu Kab. Indramayu. Pada tugas ini menggunakan atau menerapkan
proses keperawatan yang meliputi pengakjian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. digambarkan tentang
penyakit tidak menular yaitu fraktur femur.
4. Lingkup Tempat
Asuhan keperawatan Tn. H dengan fraktur femur di Ruang Manalagi 1
RSUD Indramayu Kab. Indramayu ini dilaksanakan di Ruang Manalagi 1 RSUD
Indramayu Kab. Indramayu.

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu penulis maupun penulis
lainnya untuk mengembangkan pengetahuan, wawasannya dan menambah
pengalaman nyata dalam asuhan keperawatan pada pasien yang menderita
fraktur femur.
2. Bagi Ruangan
Hasil penulisan diharapkan dapat bermanfaat bagi Ruang di Ruang
Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu. dan menjadi masukan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu program kesehatan yang
ada khususnya tentang untuk fraktur femur.

3
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan referensi dan bacaan sehingga dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien Tn. H dengan
fraktur femur di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu Kab. Indramayu.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak-komplet pada kontinuitas
struktur tulang dan didefinisikan sesuai jenis keluasannya (Smeltzer, 2018).
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi
akibat trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian),
dan biasanya lebih banyak dialami laki-laki dewasa (Desiartama, 2017).
Fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun
trauma tidak langsung disertai dengan adanya kerusakan jaringan lunak.

B. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya remuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya fraktur disebabkan oleh
trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Pada orang tua,
perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan
dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon
pada menopause (Lukman & Ningsih, 2012).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) (dalam
Andini, 2018) dapat dibedakan menjadi:
1. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan

5
b) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
2. Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan
trauma minor mengakibatkan :
a) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
b) Infeksi seperti osteomielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
c) Rakitis
d) Secara spontan disebabkan oleh stres tulang yang terus menerus
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor
lain seperti proses degeneratif dan patologi (Noorisa dkk, 2017).

C. Klasifikasi
1. Fraktur intrakapsuler femur/ fraktur collum femoris
Fraktur collum femoris adalah fraktur yang terjadi di sebelah proksimal
linea intertrichanterica pada daerah intrakapsular sendi panggul (Hoppenfeld dan
Murthy, 2011).
2. Fraktur subtrochanter
Fraktur subtrochanter merupakan fraktur yang terjadi antara trochanter
minor dan di dekat sepertiga proksimal corpus femur. Fraktur dapat meluas ke
proksimal sampai daerah intertrochanter. Fraktur ini dapat disebabkan oleh trauma
berenergi tinggi pada pasien muda atau perluasan fraktur intertrochanter kearah
distal pada pasien manula (Hoppenfeld dan Murthy, 2011).
3. Fraktur intertrochanter femur
Fraktur intertrochanter adalah fraktur yang terjadi diantara trochanter
major dan minor sepanjang linea intertrichanterica, diluar kapsul sendi. Trauma
berenergi tinggi dapat menyebabkan fraktur tipe ini pada pasien muda. Pada
keadaan ini, fraktur introchanter biasanya menyertai fraktur compus (shaft)
femoralis (Hoppenfeld dan Murthy, 2011).

6
4. Fraktur corpus femoris / fraktur batang femur
Fraktur corpus femoris adalah fraktur diafisis femur yang tidak melibatkan
daerah artikular atau metafisis. Fraktur ini sering berhubungan dengan trauma
jaringan lunak yang berat dan pada saat yang bersamaan terjadi luka terbuka
(Hoppenfeld dan Murthy, 2011). Batang femur didefinisikan sebagai bagian yang
memanjang dari trokanter hingga kondil. Sebagian besar fraktur batang femur
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau trauma industri, khususnya kecelakaan
yang melibatkan kecepatan tinggi atau kekuatan besar (Kneale & Peter, 2011).
5. Fraktur suprakondilar femur
Fraktur femur suprakondilar melibatkan aspek distal atau metafisis femur.
Daerah ini mencakup 8 sampai 15 cm bagian distal femur. Fraktur ini sering
melibatkan permukaan sendi. Pada pasien berusia muda, fraktur ini biasanya
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi seperti tertabrak mobil (Hoppenfeld dan
Murthy, 2011). Fraktur suprakondilar femur lebih jarang dibandingkan fraktur
batang femur (Kneale & Peter, 2011)

D. Patofisiologi
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan
batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi karena trauma
langsung dan tidak langsung pada pria muda yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Kondisi degenerasi tulang
(osteoporosis) atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis
tanpa riwayat trauma, memadai untuk mematahkan tulang femur (Muttaqin,
2012). Kerusakan neurovaskular menimbulkan manifestasi peningkatan risiko
syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan
maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat yang dialami klien.
Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sindrom kompartemen.
Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan terjebaknya otot, pembuluh darah,
jaringan saraf akibat pembengkakan lokal yang melebihi kemampuan suatu
kompartemen/ruang lokal dengan manifestasi gejala yang khas, meliputi keluhan
nyeri hebat pada area pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara unilateral

7
pada sisi distal pembengkakan, CRT (capillary refill time) lebih dari 3 detik pada
sisi distal pembengkakan, penurunan denyut nadi pada sisi distal pembengkakan
(Muttaqin, 2012). Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan gangguan
mobilitas fisik dan diikuti dengan spasme otot paha yang menimbulkan deformitas
khas pada paha, yaitu pemendekan tungkai bawah. Apabila kondisi ini berlanjut
tanpa dilakukan intervensi yang optimal akan menimbulkan risiko terjadinya
malunion pada tulang femur (Muttaqin, 2012).

8
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Smeltzer (2018) meliputi :
1. Nyeri akut terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Kehilangan fungsi
3. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
4. Pemendekan ekstremitas. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
5. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
6. Edema lokal
7. Ekimosis

F. Komplikasi
1. Komplikasi Awal :
a. Syok Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik
kehilangan darah eksterna maupun interna) dan kehilangan cairan ekstra sel ke
jaringan yang rusak (Smeltzer, 2015).
b. Sindrom emboli lemak Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat
masuk kedalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan
kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran
darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang
kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal, dan
organ lain. Awitan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dari beberapa jam
sampai satu minggu setelah cedera, namun paling sering terjadi dalam 24 sampai
72 jam (Smeltzer, 2015).
c. Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan masalah
yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk
jaringan, bisa disebabkan karena penurunan kompartemen otot (karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat) atau

9
peningkatan isi kompartemen otot (karena edema atau perdarahan) (Smeltzer,
2015).
2. Komplikasi Lambat :
a. Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan Penyatuan terlambat
terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal. Penyatuan
terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi (tarikan
jauh) fragmen tulang.
b. Nekrosis avaskuler tulang Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang
kehilangan asupan darah dan mati. Tulang yang mati mengalami kolaps atau
diabsorpsi dan diganti dengan tulang baru (Smeltzer, 2015).
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna Alat fiksasi interna biasanya diambil
setelah penyatuan tulang telah terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat
tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan gejala. Masalah yang dapat terjadi
meliputi kegagalan mekanis (pemasangan dan stabilisasi yang tidak memadai),
kegagalan material (alat yang cacat atau rusak), berkaratnya alat, respon alergi
terhadap campuran logam yang dipergunakan (Smeltzer, 2015).

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan terapi latihan menurut Kuncara (2011) dalam Pramaswary
(2016) meliputi :
1. Active exercise
Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan sendi melalui gerakan penuh
atau parsial yang ada sesuai keinginannya sendiri. Tujuan latihan kisaran gerak
aktif adalah menghindari kehilangan ruang gerak yang ada pada sendi. Latihan ini
diindikasikan pada fase awal penyembuhan tulang, saat tidak ada atau sedikitnya
stabilitas 16 pada tempat fraktur. Umpan balik sensorik langsung pada pasien
dapat membantu mencegah gerakan yang dapat menimbulkan nyeri atau
mempengaruhi stabilitas tempat fraktur.
2. Active assisted (gerak aktif dengan bantuan)
Pada latihan ini, pasien dilatih menggunakan kontraksi ototnya sendiri
untuk menggerakkan sendi, sedangkan professional yang melatih, memberikan

10
bantuan atau tambahan tenaga. Latihan ini paling sering digunakan pada keadaan
kelemahan atau inhibisi gerak akibat nyeri atau rasa takut, atau untuk
meningkatkan kisaran gerak yang ada. Pada latihan ini dibutuhkan stabilitas pada
tempat fraktur, misalnya bila sudah ada penyembuhan tulang atau sudah dipasang
fiksasi fraktur.
3. Resisted exercise
Latihan penguatan meningkatkan kemampuan dari otot. Latihan ini
meningkatkan koordinasi unit motor yang menginvasi suatu otot serta
keseimbangan antara kelompok otot yang bekerja pada suatu sendi. Latihan
penguatan bertujuan untuk meningkatkan tegangan potensial yang dapat
dihasilkan oleh elemen kontraksi dan statis suatu unit otot-tendon.
4. Hold relax
Hold rilex adalah suatu latihan yang menggunakan otot secara isometrik
kelompok antagonis dan diikuti relaksasi otot tersebut. Dengan kontraksi
isometrik kemudian otot menjadi rileks sehingga gerakan kearah agonis lebih
mudah dilakukan dan dapat mengulur secara optimal. Tujuan dari latihan hold
rilex ini adalah untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi
(LGS). Indikasi dilakukannya latihan hold rilex ini adalah pasien yang mengalami
penurunan lingkup gerak sendi (LGS), dan merasakan nyeri, serta kontra
indikasinya adalah pasien yang tidak dapat melakukan kontraksi isometrik.

H. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register dan diagnosa medic.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pda luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise

11
2) Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyabab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya
mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwayat pemakaian
obat
3) Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik bewarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : pasien tampak menahan sakit dan emosianal
b) Tingkat kesadaran : composmetis 39
c) TTV : TD : menurun (37,5 ℃) RR : Normal
d) Pemeriksaan kepala
Inspeksi : kepala simetris, rambut bersih, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal
e) Pemeriksaan mata
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f) Pemeriksaan hidung
Inspeksi : simetris, bersih, tidak ada polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g) Pemeriksaan telinga
Inspelsi : bentuk tilinga kanan dan kiri simetris, tidak adanya lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal
h) Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi : mulut simetris atau tidak, mukosa kering atau lembab, bau mulut
atau tidak
i) Pemeriksaan leher
Inspeksi : warna kulitnya sama dengan yang lain atau tidak, ada lesi atau
tidak
Palpasi : terdapat pembesaran pada kelenjar tyroid atau tidak, terdapat
pembesaran vena jugularis atau tidak

12
j) Pemeriksaan dada
1) Pemeriksaan Paru
Inspelsi : bentuk dada simetris, inspirasi dan ekspirasi sama
Palpasi : getaran vocal vremitus dekstra sinistra sama
Perkusi : resonan seluruh lapang paru Auskultasi : tidak ada suara
tambahan (vesikuler)
2) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : teraba ictus cordis pada ics 5 mid clavicula sinistra
Perkusi : pekak pada ics 3-5 sinistra
Auskultasi : Bj1 dan Bj2 terdengar tunggal (tidak ada bunyi tambahan)
k) Pemeriksaan abdomen
Inspelsi : tidak ada lesi, Auskultasi : bising usung terdengar normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di daerah abdomen Perkusi : tympany
l) Pemeriksaan ekstermitas bawah
Inspeksi : terdapat luka, bentuk luka, ukuran, kedalaman, lokasi,warna
kulit disekitar luka, edema
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada sekeliling luka, dan kekuatan otot
menurun
m) Pemeriksaan integument
Inspeksi : gejala awal berupa kemerahan (rubor), dan bengkak (tumor).
Palpasi : pada area terdekat luka dan nyeri (dolor) tekan yang terasa di
sekeliling luka, ). Luka yang terinfeksi menjadi panas (kalor)

I. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray : untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur, mengetahui
tempat dan tipe fraktur, biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi
dan selama proses penyembuhan secara periodik. Hal yang harus dibaca pada X-
ray :
a. Bayangan jaringan lunak

13
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik
atau juga rotasi
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction
d. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
2. Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi atau cedera hati (Nurarif & Kusuma, 2015).

J. Informasi Tambahan
-
K. Analisa Data
Data Senjang Masalah
Etiologi / Penyebab
DS dan DO Keperawatan
DS : Trauma tidak langsung Nyeri akut
- Mengeluh nyeri (D.0077)
Fraktur
DO :
- Tampak meringis Pergeseran frekmen
- Bersikap protektif (misal waspada tulang
posisi menghindari nyeri)
- Gelisah Nyeri akut
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
- TD meningkat
- Pola nafas berubah
- Menarik diri
- Diaforesis

14
DS : - Fraktur Gangguan
Integritas
DO : Diskontinuitas tulang Kulit/Jaringan
- Kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit perubahan jaringan (D.0192)
- Nyeri sekiar
- Perdarahan
- Kemerahan laserasi kulit
- Hematoma
kerusakan integritas
kulit

DS : Fraktur Gangguan
- Mengeluh sulit menggerakkan Mobilitas Fisik
ekstremitas Diskontinuitas tulang (D.0054)
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan Perubahan jaringan
- Merasa cemas saat bergerak sekitar

DO : Deformitas
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) menurun Gangguan fungsi
- Sendi kaku muskuloskeletal
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas Gangguan mobilitas
- Fisik lemah fisik
DS : - Fraktur femur Resiko infeksi

DO : - Post operasi (D.0142)

Faktor risiko: Terputusnya continuitas


jaringan akibat
- Penyakit kronis pembedahan
- Efek prosedur invasif
- Peningkatan paparan organisme
Resiko infeksi
patogen lingkungan
- Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer
- Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder
DS : - Diskontinuitas tulang Resiko Syok
femur

15
DO : - Perubahan jaringan (D.0039)
sekitar
Faktor risiko:
Laserasi kulit
- Perdarahan
- Trauma multiple Terputusnya pembuluh
- Pneumothoraks
darah vena/arteri
- Infark miokard
- Kardiomiopati
perdarahan
- Cedera medula spinalis
- Anafilaksis
Kehilangan volume
- Sepsis
- Koagulasi intravaskuler cairan
diseminata
- Sindrom respons inflamasi Risiko Syok
sistemik (systemic inflamatory
response syndrome {SIRS})

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, susah tidur, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, dan sulit tidur
2. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis d.d kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit, nyeri, Perdarahan, Kemerahan dan hematoma
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh sulit menggerakan
ekstrimitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku,
gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas dan fisik lemah
4. Risiko syok b.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif

16
M. Perencanaan Keperawatan

No
Perencanaan Keperawatan
Dx
Tujuan (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI) Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri
3x24 jam diharapkan nyeri akut pasien dapat O: Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
Indikator IR ER N: Berikan teknik nonfarmakologis kualitas dan intensitas nyeri
Keluhan nyeri 3 5 (relaksasi napas dalam) 2. Agar rasa nyeri berkurang
Meringis 3 5 E: Jelaskan strategi meredakan rasa nyeri 3. Agar pasien dapat melakukan
Kesulitan 3 5 K: Kolaborasi pemberian analgetik sendiri ketika rasa nyeri muncul
tidur 4. Untuk mengurangi rasa nyeri
Tekanan 3 5
Darah
Frekuensi 3 5
nadi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Perawatan Luka
3x24 jam diharapkan gangguan integritas kulit O: Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui terjadi
pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil: N: Perawatan Luka infeksi atau tidak
Indikator IR ER E: Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi 2. Memberi kenyamanan pada
Kerusakan 3 5 kalori dan tinggi protein pasien dan mencegah terjadinya
jaringan K: Kolaborasi pemberian antibiotik infeksi
Kerusakan 3 5 3. Mempercepat proses

17
laousan kulit penyembuhan
Nyeri 3 5 4. Mengurangi risiko terjadinya
Perdarahan 3 5 infeksi
Kemerahan 3 5
3 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama Dukungan Mobilisasi
3x24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik O: Identifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Untuk mengetahui ada nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil: fisik lainnya atau tidak
Indikator IR ER N: Libatkan keluarga dalam meningkatkan 2. Untuk memudahkan pasien
Pergerakan 3 5 pergerakan dalam melakukan pergerakan
ekstrimitas E: Ajarkan mobilisasi sederhana (misal: 3. Agar pasien mampu melakukan
Kekuatan otot 3 5 duduk ditempat tidur) aktivitas sendiri secara bertahap
Rentang 3 5
gerak (ROM)
Nyeri 3 5
Gerakan 3 5
terbatas
Kelemahan 3 5
fisik
4 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Syok Hipovolemik
3x24 jam diharapkan risiko syok dapat teratasi O: 1. Untuk mengetahui status
dengan kriteria hasil: - Monitor status kardiopulmonal kardiopulmonal
Indikator IR ER (frekuensi kekuatan nadi, frekuensi 2. Mengetahui status cairan
Kekuatan 3 5 napas, TD & MAP) 3. Mengetahui tingkat kesadaran
- Monitor status cairan (intake dan
nadi pasien
output, turgor kulit dan CRT)
Tingkat 3 5 - Periksa tingkat kesadaran 4. Untuk memudahkan oksigen

18
kesadaran N: masuk
Akral dingin 3 5 - Pertahankan kepatenan jalan napas 5. Memenuhi kebutuhan
Pucat 3 5 - Berikan oksigen oksigenasi
Tekanan 3 5 E: Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 6. Memenuhi kebutuhan cairan
darah K: yang hilang
- Kolaborasi pemberian cairan 7. Meningkatkan keseimbangan
kristaloid 1-2 liter pada orang
elektrolit
dewasa
- Kolaborasi pemberian transfusi
darah
5 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Infeksi
3x24 jam diharapkan risiko infeksi dapat teratasi O: Monitor tanda dan gejala infeksi lokal 8. Untuk mengetahui terjadi
dengan kriteria hasil: dan sistemik infeksi atau tidak
Indikator IR ER N: Pertahankan teknik aseptik dengan 9. Untuk mencegah penyebaran
Nyeri 3 5 mencuci tangan sebelum dan sesudah mikroorganisme yang menjadi
Demam 3 5 kontak dengan pasien dan lingkungna penyebab terjadinya infeksi
Kemerahan 3 5 pasien 10. Mempercepat penyembuhan
Bengkak 3 5 E: Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi kondisi luka dan meminimalisir
Kadar sel 3 5 K: Kolaborasi pemberian antibiotik terjadinya infeksi
darah putih (Fosmycin) 11. Mencegah terjadinya infeksi

19
BAB III
Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal pada Tn.H Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Femur Dextra Di Ruang Manalagi I RSUD Kab. Indramayu

Nama Mahasiwa : Kelompok 5


Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2021 10.00 WIB
Tanggal Masuk RS : 16 Desember 2021 11.00 WIB

I. BIODATA
1. Identitas Diri
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. H
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : Fraktur Femur Dextra
Alamat : Kuningan
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn.H
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tanggerang
Hubungan Keluarga : Kakak

II. PENGKAJIAN

20
1. Keluhan Utama
Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan kunjungan : Pada tanggal 16 Desember 2021 pukul 10.00 WIB
pasien masuk ke IGD karena kecelakaan dan mengalami patah tulang
paha kanan dan dirawat di ruang Manalagi I. Saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 17 Desember 2021 pukul 09.00 WIB pasien sudah
dilakukan operasi (post operasi) dan pasien mengeluh nyeri. Nyeri
bertambah apabila bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada
kaki kanannya dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang
timbul. Pasien tampak meringis disertai mengeluh pergerakanya terbatas
karena nyeri yang dialaminya dan terdapat luka jahitan >10cm dan luka
lecet di kaki kanan dan kaki kiri.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RS, pasien tidak mempnyai
alergi, pasien merokok, minum kopi, tidak ada kebiasaan mengkonsumsi
alkohol.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan :
: Perempuan

: Laki-laki

21
: Pasien

: Meninggal

: Garis hubungan

: Tinggal serumah

5. Diagnosa Medis dan Therapy


Terapi yang diberikan:
No Nama Obat Dosis Waktu Cara Pemberian Keterangan

1. Inf Nacl 0,9% 20 tpm 24 T IV Isotonis

2. Keterolac 2x 08, 16 IV Analgetik

3. Fosmicyn 1 gr 16 IV Antibiotik

6. Pola Kebutuhan Dasar

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


Pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke pelayanan kesehatan baik
dokter maupun puskesmas
b. Pola Nutrisi Metabolik
Sasssat sehat : makan nasi, sayur, lauk, buah 2-3x/hari dengan 1
porsi tidak ada keluhan dan tidak ada pantangan
Saat sakit : makan nasi, sayur, lauk, buah 1-2x/hari dengan 1/2 porsi
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Saat sehat : pasien mengatakan BAB 1-2x/hari, konsistensi lembek
warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan
Saat sakit : pasien mengatakan belum BAB selama dirawat
2) BAK
Saat sehat : pasien mengatakan berkemih 2-3x/hari warna kuning
jernih, bau amoniak dan tidak ada keluhan

22
Saat sakit : terpasang kateter, warna urin kuning pekat 400 cc
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan & minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

2) Latihan
Saat sehat : pasien mengatakan saat sehat dapat beraktivitas
atau latihan fisik sehari-hari secara mandiri
Saat sakit : pasien mengatakan saat sakit aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga dan tidak dapat latihan fisik sehari-sehari
e. Pola Kognitif & Persepsi Sensori
Status mental sadar, orientasi (orang, tempat & waktu) baik, keadaan
emosional stabil, bicara normal, bahasa yang digunakan Indonesia,
kemampuan membaca & interaksi sesuai dan pasien menerima penyakit
atau musibah yang dialaminya
f. Pola Persepsi Konsep Diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan tidak malu dengan keadaannya yang sekarang dan
selalu bersyukur
2) Identitas diri
Pasien mengatakan puas meski hanya bekerja sebagai wiraswasta dan
mensyukuri atas apa yang sudah diberikan
3) Peran diri
Pasien mengatakan mampu menjalankan perannya sebagai suami dari
istrinya dan ayah bagi anaknya
4) Ideal diri

23
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh seperti semula agar dapat
menjalankan kewajibannya
5) Harga diri
Pasien mengatakan sudah melakukan dan memberikan yang terbaik
untuk keluarganya
g. Pola Tidur & Istirahat
Saat sehat : pasien mengatakan tidur 6-8 jam/hari dan tidak ada
keluhan
Saat sakit : pasien mengatakan tidur < 6 jam/hari dan sering terbangun
karena nyeri
h. Pola Peran Berhubungan
Pasien mengatakan orang terdekatnya yaitu istri dan orang tuanya.
Pasien juga sering berinteraksi dengan tetangganya dirumah.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Saat sehat : tidak terkaji
Saat sakit : tidak terkaji
j. Pola Toleransi & Stess Koping
Pasien jika ada masalah atau memutuskan sesuatu selalu berdiskusi dan
musyawarah terlebih dahulu dengan keluarga.
k. Pola Nilai Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan meyakini bahwa pasien dapat
sembuh dan dapat beraktivitas seperti semula karena Allah SWT.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Lemah


Tingkat kesadaran : Compos Mentis GCS 15
Frekuensi nadi : 90x/menit
Suhu : 36,7ᵒC
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi napas : 21x/menit

24
1. Sistem Pernapasan
Inspeksi : tidak ada penggunaan otot pernapasan, bentuk dada normal,
bentuk tulang belakang normal, warna kulit sawo matang, pergerakan dada
simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, frekuensi napas 21x/menit,
irama napas reguler.
Palpasi : tidak ada nyeri dada, tidak ada pembengkakan dada
Perkusi : pada paru kanan dan kiri resonan/sonor, pada jantung
dullnes/pekak.
Auskultasi : tidak terdapat suara napas tambahan
2. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, mukosa bibir lembab, tidak ada
sianosis, irama jantung reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
(murmur/gallop), CRT <3detik, nadi kuat, tidak ada peningkatan JVP, Suhu
36,7ᵒC, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/menit.
3. Sistem Persyarafan
Fungsi penciuman baik, bentuk normal, fungsi penglihatan baik, reflek pupil
baik, reflek lapang pandang baik, fungsi menelan baik, lidah simetris, fungsi
pengecapan baik, orientasi tempat, waktu, dan orang baik, reflek patella baik
4. Sistem Penglihatan
Kesimetrisan bola mata simetris, seklera anikterik, refleks pupil baik, refleks
lapang pandang baik, tidak ada pembengkakan mata, tidak ada edema
palpebra, tidak ada sekret pada mata, tidak ada strabismus.
5. Sistem Pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak ada pembengkakan telinga, tidak ada sekret
pada telinga.
6. Sistem Perkemihan dan Genitalia
Genitalia normal, kebersihan baik, tidak ada pembengkakan ginjal, tidak ada
distensi kandung kemih, terpasang kateter 400 cc.

25
7. Sistem Pencernaan
Inspeksi : mulut bersiih, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, lidah
bersih, tidak ada karies gigi, tidak ada tonsilitis, refleks mengunyah dan
menelan baik, dan tidak ada nyeri menelan.
Inspeksi bentuk abdomen : warna kulit sawo matang, idak ada lesi, dan
tidak ada striae dan tidak ada asites
Auskultasi : bising usus normal 9x/menit
Palpasi kuadran 1-4 : tidak ada nyeri tekan lepas, dan tidak ada
pembesaran hepar.
Perkusi kuadran 1-4 : timpani
8. Sistem Muskuloskeletal
Ekstrimitas atas : warna kulit sawo matang, bentuk simetris, tidak ada
sianosis, tidak ada pitting edema, terpasang infus (Nacl 0,9%), kekuatan otot
tangan kanan dan kiri 5, tidak ada fraktur, tonus otot baik.
Ekstrimitas bawah : bentuk simetris, tidak ada pitting edema, terdapat
fraktur di kaki kanan (paha/femur), terdapat luka jahitan >10cm di
(paha/femur) dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri, jari-jari utuh,
kekuatan otot kaki kanan 2 dan kaki kiri 3.
9. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, tidak ada tremor
ekstrimitas, dan tidak ada keringat berlebih pada tangan.
10. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, keadaan kulit bersih, tidak ada kelainan kulit,
terdapat luka jahitan >10cm di (paha/femur) dan luka lecet di kaki kanan
dan kaki kiri.
11. Sistem Neurologis :
a. Status mental dan emosi : keadaan umum pasien lemah, kesadaran
compos mentis GCS 15, dan keadaan emosional stabil
b. Pengkajian saraf kranial : tidak terkaji
c. Pengkajian reflex : reflek pupil baik dan reflek lapang pandang
baik

26
IV. DATA PENUNJANG

Laboratorium
No Jenis Tanggal Hasil Nilai Normal Interpretas
Pemeriksaan i

1. Laboratorium
Hematologi 16/12/2021
darah rutin
Leukosit 16/12/2021 13.000/uL 4.400-11.300/uL Meningkat
Eritrosit 16/12/2021 5,5 10ᶺ6UL 4.4-5.9 10ᶺ6uL Normal
Hemoglobin 16/12/2021 13.7 g/dL 13.2-17.3 g/dL Normal
Hematokrit 16/12/2021 33.7 % 40-52 % Menurun
Trombosit 16/12/2021 252.000 Ul 150.000-400.000 Normal
uL
MCV 16/12/2021 76 Fl 80-100 fL Menurun
MCH 16/12/2021 20.2 pg 28-33 pg Menurun
MCHC 16/12/2021 30.7 g/dL 33-36 g/dL Menurun
RDW-CV 16/12/2021 12.6 % 11.5-14.1 % Normal

Radiologi (16-12-2021)
- Rontgen femur dextra
Femur sin:
- Fiksasi interna (plate, rod and screw) pada os femur dextra posisi
baik
- Masih tampak garis fraktur, tampak pembentukan kallus, aposisi
dan aligament os femur dextra tampak baik
- Sela sendi tampak baik
- Tidak tampak tanda-tanda osteomielitis

I. PENGOBATAN

No Nama Obat Dosis Waktu Cara Pemberian Keterangan

1. Inf Nacl 0,9% 20 tpm 24 T IV Isotonis

2. Keterolac 2x 08, 16 IV Analgetik

3. Fosmicyn 1 gr 16 IV Antibiotik

27
II. ANALISA DATA

Tanggal, Data Senjang Penyebab/ Masalah TTD &


Jam (DS dan DO) Etiologi Keperawatan Nama
Jelas
17/12/2021 DS : Pasien Trauma tidak Nyeri Akut Kelompok
09.15 WIB mengeluh nyeri. langsung (D.0077) 5
Nyeri bertambah
apabila bergerak, Fraktur
nyeri dirasakan
seperti disayat- Pergeseran
sayat pada kaki frekmen tulang
kanannya dengan
skala nyeri 6 (0- Nyeri akut
10) dan nyeri
dirasakan hilang
timbul.
DO :
- Pasien tampak
meringis
- Tekanan
darah: 130/90
mmhg
- Frekuensi
nadi:
90x/menit
- Frekuensi
napas:
21x/menit
- Suhu: 36,7ᵒC

17/12/2021 Ds : - Fraktur Gangguan Kelompok


09.15 WIB Do : Integritas Kulit 5
- Pasien tampak Diskontinuitas (D0129)
meringis tulang
- Terdapat luka
jahitan >10cm perubahan
dan luka lecet jaringan sekiar

28
Tanggal, Data Senjang Penyebab/ Masalah TTD &
Jam (DS dan DO) Etiologi Keperawatan Nama
Jelas

di kaki kanan
dan kaki kiri laserasi kulit
- Tekanan
darah: 130/90 kerusakan
mmhg integritas kulit
- Frekuensi
nadi:
90x/menit
- Frekuensi
napas:
21x/menit
- Suhu: 36,7ᵒc
17/12/2021 DS : Pasien Fraktur Gangguan Kelompok
09.15 WIB mengeluh Mobilitas Fisik 5
pergerakanya Pergeseran (D.0054)
terbatas karena fragmen tulang
nyeri yang
dialaminya Deformitas
DO :
- Pasien tampak Gangguan fungsi
lemah muskuloskeletal
- Gerakan
pasien terbatas Gangguan
- Kekuatan otot Mobilitas Fisik
5 5
2 4

17/12/2021 Ds : - Fraktur femur Resiko Infeksi Kelompok


09.15 WIB Do : (D.0142) 5
- Tekanan Post operasi
darah: 130/90
mmhg Terputusnya
- Frekuensi kontinuitas
nadi: jaringan akibat
90x/menit pembedahan
- Frekuensi

29
Tanggal, Data Senjang Penyebab/ Masalah TTD &
Jam (DS dan DO) Etiologi Keperawatan Nama
Jelas

napas: Resiko infeksi


21x/menit
- Suhu: 36,7ᵒc
- Leukosit
13.000 ul

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri, nyeri
bertambah apabila bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada
kaki kanannya dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang
timbul.
2. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis d.d pasien tampak
meringis, terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan
kaki kiri, ekanan darah: 130/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit,
frekuensi napas: 21x/menit, suhu: 36,7ᵒC
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengeluh pergerakanya
terbatas karena nyeri yang dialaminya, pasien tampak lemah, gerakan
pasien terbatas, terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki
kanan dan kaki kiri kekuatan otot 5 5
2 4
4. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif d.d terdapat luka post op
fraktur femur, leukosit 13.000/uL.

30
VII. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama klien : Tn. H Tanggal Masuk : 16 Desember 2021
Ruangan : Manalagi 1 Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2021
Tgl No Paraf
Perencanaan Keperawatan
Jam Dx
Tujuan (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI) Rasional
17/12 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Kelompok 5
/2021 keperawatan selama 3x24 jam O: Identifikasi lokasi, 5. Untuk mengetahui lokasi,
09.15 diharapkan tingkat nyeri pasien karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
WIB dapat teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas frekuensi, kualitas dan
Indikator IR ER nyeri intensitas nyeri
Keluhan nyeri 3 5 N: Berikan teknik 6. Agar rasa nyeri berkurang
Meringis 3 5 nonfarmakologis (relaksasi 7. Agar pasien dapat
Kesulitan 3 5 napas dalam) melakukan sendiri ketika
tidur E: Jelaskan strategi rasa nyeri muncul
Tekanan 3 5 meredakan rasa nyeri 8. Untuk mengurangi rasa
Darah K: Kolaborasi pemberian nyeri
Frekuensi 3 5 analgetik (keterolac)
nadi
17/12 2. Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka Kelompok 5
/2021 keperawatan selama 3x24 jam O: Monitor tanda dan gejala 5. Untuk mengetahui terjadi
09.15 diharapkan integritas kulit dan infeksi infeksi atau tidak
WIB jaringan pasien dapat teratasi dengan N: Perawatan Luka 6. Memberi kenyamanan pada

31
kriteria hasil: E: Anjurkan mengkonsumsi pasien dan mencegah
Indikator IR ER makanan tinggi kalori dan terjadinya infeksi
Kerusakan 3 5 tinggi protein 7. Mempercepat proses
jaringan K: Kolaborasi pemberian penyembuhan
Kerusakan 3 5 antibiotik (Fosmycin) 8. Mengurangi risiko
laousan kulit terjadinya infeksi
Nyeri 3 5
17/12 3 Setelah di lakukan tindakan Dukungan Mobilisasi Kelompok 5
/2021 keperawatan selama 3x24 jam O: Identifikasi adanya nyeri 4. Untuk mengetahui ada nyeri
09.15 diharapkan mobilitas fisik dapat atau keluhan fisik lainnya atau tidak
WIB teratasi dengan kriteria hasil: N: Libatkan keluarga dalam 5. Untuk memudahkan pasien
Indikator IR ER meningkatkan pergerakan dalam melakukan
Nyeri 3 5 E: Ajarkan mobilisasi pergerakan
Gerakan 3 5 sederhana (misal: duduk 6. Agar pasien mampu
terbatas ditempat tidur) melakukan aktivitas sendiri
Kelemahan 3 5 secara bertahap
fisik
17/12 4 Setelah di lakukan tindakan Pencegahan Infeksi Kelompok 5
/2021 keperawatan selama 3x24 jam O: Monitor tanda dan gejala 12. Untuk mengetahui terjadi
09.15 diharapkan tingkat infeksi dapat infeksi lokal dan sistemik infeksi atau tidak
WIB teratasi dengan kriteria hasil: N: Pertahankan teknik aseptik 13. Untuk mencegah
Indikator IR ER dengan mencuci tangan penyebaran
Nyeri 3 5 sebelum dan sesudah kontak mikroorganisme yang
Kemerahan 3 5 dengan pasien dan menjadi penyebab

32
Kadar sel 3 5 lingkungna pasien terjadinya infeksi
darah putih E: Anjurkan meningkatkan 14. Mempercepat penyembuhan
asupan nutrisi kondisi luka dan
K: Kolaborasi pemberian meminimalisir terjadinya
antibiotik (Fosmycin) infeksi
15. Mencegah terjadinya
infeksi

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama klien : Tn. H Tanggal Masuk : 16 Desember 2021


Ruangan : Manalagi 1 Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2021
No Tanggal Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi
Dx Jam Jam
1 17/12/2021 O: Mengidentifikasi lokasi, Kelompok 17/12/2021 S : Pasien mengatakan nyeri Kelompok
08.00 WIB karakteristik, durasi, frekuensi, 5 14.00 WIB sedikit berkurang. Nyeri 5
kualitas, intensitas nyeri bertambah apabila bergerak, nyeri
R/ DS: Pasien mengeluh nyeri. dirasakan seperti disayat-sayat
Nyeri bertambah apabila pada kaki kanannya dengan skala
bergerak, nyeri dirasakan seperti nyeri 5 (0-10) dan nyeri dirasakan
disayat-sayat pada kaki hilang timbul
kanannya dengan skala nyeri 6 O:
(0-10) dan nyeri dirasakan - Pasien tampak meringis

33
No Tanggal Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi
Dx Jam Jam
hilang timbul - terdapat luka jahitan
R/DO: Pasien tampak meringis >10cm dan luka lecet di
N: Memberikan teknik kaki kanan dan kaki kiri
nonfarmakologis (relaksasi - Tekanan darah: 130/90
napas dalam) mmHg
08.00 WIB R/DS: Pasien mengatakan nyeri - Frekuensi nadi: 90x/menit
belum berkurang - Frekuensi napas: 21x/menit
R/DO: Pasien tampak meringis - Suhu: 36,7ᵒC
E: Menjelaskan strategi cara A : Nyeri akut belum teratasi
meredakan rasa nyeri P : Lanjutkan Intervensi
R/DO: Pasien dapat - Memberikan teknik
08.00 WIB
mempraktikan cara meredakan nonfarmakologis (relaksasi
nyeri napas dalam)
K: Kolaborasi memberikan - Menjelaskan strategi cara
analgetik (keterolac) meredakan rasa nyeri
R/DS: pasien mengatakan masih Kolaborasi memberikan
merasa nyeri analgetik (keterolac)
08.00 WIB

2 17/12/2021 O: Monitor tanda dan gejala Kelompok 17/12/2021 S : Pasien mengatakan nyeri Kelompok
09.20 WIB infeksi 5 14.00 WIB berkurang pada luka operasi 5

34
No Tanggal Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi
Dx Jam Jam
R/DO: dengan skala 5 (0-10)
- Tidak terdapat tanda dan O:
gejala infeksi - Pasien tampak meringis
- Leukosit 13.000 uL - Terdapat luka jahitan
- Suhu: 36,7ᵒC >10cm dan luka lecet di
N: Perawatan Luka kaki kanan dan kaki kiri
R/DS: Pasien mengatakan nyeri - Tidak terdapat tanda dan
berkurang pada luka operasi gejala infeksi
09.20 WIB dengan skala 5 (0-10) - Leukosit 13.000 uL
R/DO: - Suhu: 36,7ᵒC
- Pasien tampak meringis A: Gangguan integritas kulit
- Terdapat luka jahitan >10cm belum teratasi
dan luka lecet di kaki kanan P: Lanjutkan Intervensi
dan kaki kiri - Monitor tanda dan gejala
- Tidak terdapat tanda dan infeksi
gejala infeksi - Perawatan Luka
E: Anjurkan mengkonsumsi - Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan tinggi makanan tinggi kalori dan
protein tinggi protein
09.30 WIB R/DO: Pasien mengikuti sesuai - Kolaborasi memberikan
anjuran antibiotik (Fosmycin)
K: Kolaborasi memberikan

35
No Tanggal Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi
Dx Jam Jam
antibiotik (Fosmycin)
R/DS: Pasien mengeluh nyeri
16.00 WIB pada luka operasi
R/DO:
- Pasien tampak meringis
3 17/12/2021 O: Mengidentifikasi adanya Kelompok 09-11-21 S : Pasien mengatakan masih Kelompok
09.20 WIB nyeri atau keluhan fisik lainnya 5 merasa nyeri dan susah untuk 5
R/ DS: Pasien mengeluh nyeri. 11.00 bergerak
Nyeri bertambah apabila O:
bergerak, nyeri dirasakan seperti - Pasien tampak meringis
disayat-sayat pada kaki - Gerakan pasien terbatas
kanannya dengan skala nyeri 6 - Kekuatan otot 5 5
(0-10) dan nyeri dirasakan 2 4
hilang timbul - Terdapat luka jahitan >10cm
R/DO: Pasien tampak meringis dan luka lecet di kaki kanan
N: Melibatkan keluarga dalam dan kaki kiri
meningkatkan pergerakan A: Gangguan mobilitas fisik
09.20 WIB R/DO: Keluarga pasien dapat belum teratasi
membantu meningkatkan P: Lanjutkan Intervensi
pergerakan pasien - Melibatkan keluarga dalam
E: Mengajarkan pasien meningkatkan pergerakan
mobilisasi sederhana (misal: - Mengajarkan pasien
duduk ditempat tidur) mobilisasi sederhana

36
No Tanggal Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi
Dx Jam Jam
09.20 WIB R/DS: Pasien mengatakan masih (misal: duduk ditempat
merasa nyeri ketika bergerak tidur)
dan
R/DO:
- Pasien tampak meringis
- Gerakan pasien terbatas
- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm
dan luka lecet di kaki kanan
dan kaki kiri
4 17/12/2021 O: Memonitor tanda dan gejala Kelompok 17/12/2021 S : Pasien mengatakan nyeri Kelompok
09.20 WIB infeksi lokal dan infeksi sistemik 5 14.00 WIB berkurang pada luka operasi 5
R/DO: dengan skala 5 (0-10)
- Tidak terdapat tanda dan O:
gejala infeksi - Pasien tampak meringis
- Leukosit 13.000 uL - Terdapat luka jahitan
- Suhu: 36,7ᵒC >10cm dan luka lecet di
N: Mempertahankan teknik kaki kanan dan kaki kiri
aseptik dengan mencuci tangan - Tidak terdapat tanda dan
sebelum dan sesudah kontak gejala infeksi
09.20 WIB dengan pasien dan lingkungna - Leukosit 13.000 uL

37
No Tanggal Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi
Dx Jam Jam
pasien - Suhu: 36,7ᵒC
R/DS: Pasien mengatakan nyeri A: Risiko infeksi belum teratasi
berkurang pada luka operasi
dengan skala 5 (0-10) P: Lanjutkan Intervensi
R/DO: - Monitor tanda dan gejala
- Pasien tampak meringis infeksi lokal dan sustemik
- Terdapat luka jahitan >10cm - Mempertahankan teknik
dan luka lecet di kaki kanan aseptik dengan mencuci
dan kaki kiri tangan sebelum dan
- Tidak terdapat tanda dan sesudah kontak dengan
gejala infeksi pasien dan lingkungna
E: Anjurkan meningkatkan pasien
asupan nutrisi - Kolaborasi memberikan
09.25 WIB R/DO: Pasien mengikuti sesuai antibiotik (Fosmycin)
anjuran
K: Kolaborasi memberikan
antibiotik (Fosmycin)
16.00 WIB
R/DS: Pasien mengeluh nyeri
pada luka operasi
R/DO:
- Pasien tampak meringis

38
Catatan Perkembangan Hari ke I

V. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Tn. H Diagnosa Keperawatan : Fraktur Femur


Ruangan : Manalagi 1
No Tanggal, Catatan Perkembangan Paraf
Dx Jam
1 18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4 (0-10) Kelompok 5
07.00 WIB
O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 85x/menit
- Frekuensi napas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2 & 4
I:
09.00 WIB
- Berikan nonfarmakologis (terapi relaksasi dalam)
12.00 WIB
- Kolaborasi pemberian analgetik (keterolac)
E:
14.00 WIB

39
Catatan Perkembangan Hari ke I

S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 3 (0-10)


O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 80x/menit
- Frekuensi napas: 20x/menit
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2 & 4
R: -
18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3 (0-10) Kelompok 5
14.00 WIB
O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 80x/menit
- Frekuensi napas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2 & 4
I:
15.00 WIB
- Berikan nonfarmakologis (terapi relaksasi dalam)

40
Catatan Perkembangan Hari ke I

16.00 WIB - Kolaborasi pemberian analgetik (keterolac)


E:
21.00 WIB S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 2 (0-10)
O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 80x/menit
- Frekuensi napas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2 & 4
R: -
18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 2 (0-10)
21.00 WIB
O:
-Pasien tampak meringis berkurang
-Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 80x/menit
- Frekuensi napas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Nyeri akut belum teratasi

41
Catatan Perkembangan Hari ke I

P: Lanjutkan intervensi 2 & 4


19/12/2021 I:
07.00 WIB - Berikan nonfarmakologis (terapi relaksasi dalam)

07.15 WIB E:
S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 2 (0-10)
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 80x/menit
- Frekuensi napas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2 & 4
R: -
2 18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4 (0-10) Kelompok 5
07.00 WIB
O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL

42
Catatan Perkembangan Hari ke I

- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2, 3 & 4
I:
09.00 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi
09.05 WIB - Perawatan Luka
09.10 WIB - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein
E:
14.00 WIB S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 3 (0-10)
O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 3 & 4
R: -
18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 3 (0-10) Kelompok 5
14.00 WIB O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri

43
Catatan Perkembangan Hari ke I

- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi


- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 3 & 4
I:
15.00 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi
15.05 WIB - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein
16.00 WIB - Kolaborasi memberikan antibiotik (fosmycin)

21.00 WIB E:
S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 2 (0-10)
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 3 & 4
R: -
18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 2 (0-10) Kelompok 5
21.00 WIB O:

44
Catatan Perkembangan Hari ke I

- Pasien tampak meringis


- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1 & 3
I:
22.00 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi
22.05 WIB - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein

19/12/2021 E:
07.00 WIB S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 2 (0-10)
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 3 & 4
R: -
3 18/12/2021 S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri dan susah untuk bergerak Kelompok 5

45
Catatan Perkembangan Hari ke I

07.00 WIB O:
- Pasien tampak meringis
- Gerakan pasien terbatas

- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
09.00 WIB
12.00 WIB P: Lanjutkan Intervensi 2 & 3

I:
- Melibatkan keluarga dalam meningkatkan pergerakan
- Mengajarkan pasien mobilisasi sederhana (misal: duduk ditempat
14.00 WIB
tidur)
E:
S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika bergerak dan
berganti posisi
O:
- Pasien tampak meringis
- Gerakan pasien terbatas
- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki

46
Catatan Perkembangan Hari ke I

kiriA: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi
R: -
18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika bergerak dan Kelompok 5
14.00 WIB berganti posisi
O:
- Pasien tampak meringis
- Gerakan pasien terbatas
- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi

15.00 WIB P: Lanjutkan Intervensi 2 & 3

I:
16.00 WIB
- Melibatkan keluarga dalam meningkatkan pergerakan
- Mengajarkan pasien mobilisasi sederhana (misal: duduk ditempat
tidur)
E:
21.00 WIB
S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika bergerak dan
berganti posisi
O:
- Pasien tampak meringis berkurang

47
Catatan Perkembangan Hari ke I

- Gerakan pasien terbatas

- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiriA: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
R: -
18/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika bergerak dan Kelompok 5
21.00 WIB berganti posisi
O:
- Pasien tampak meringis
- Gerakan pasien terbatas

- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
19/12/2021 A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
07.00 WIB
P: Lanjutkan Intervensi 2 & 3
07.15 WIB
I:
- Melibatkan keluarga dalam meningkatkan pergerakan
- Mengajarkan pasien mobilisasi sederhana (misal: duduk ditempat

48
Catatan Perkembangan Hari ke I

tidur)
E:
S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika bergerak dan
berganti posisi
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Gerakan pasien terbatas
- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiriA: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
R: -
4 18/12/2021 S:- Kelompok 5
07.00 WIB O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1, 2 & 3

49
Catatan Perkembangan Hari ke I

09.00 WIB I:
09.05 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sustemik
- Mempertahankan teknik aseptik dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungna pasien
- men
09.10 WIB - Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
E:
14.00 WIB S: -
O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 & 4
R: -
18/12/2021 S:- Kelompok 5
14.00 WIB O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi

50
Catatan Perkembangan Hari ke I

- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3 & 4
I:
15.00 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi
15.05 WIB - Mempertahankan teknik aseptik dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungna pasien
15.05 WIB - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein
16.00 WIB - Kolaborasi memberikan antibiotik (fosmycin)

21.00 WIB E:
S:-
O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2, & 3
R: -
18/12/2021 S:- Kelompok 5
21.00 WIB O:

51
Catatan Perkembangan Hari ke I

- Pasien tampak meringis berkurang


- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2, & 3
I:
22.00 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi
22.05 WIB - Mempertahankan teknik aseptik dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungna pasien
22.10 WIB - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein

19/12/2021 E:
07.00 WIB S:-
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi

52
Catatan Perkembangan Hari ke I

P : Lanjutkan Intervensi 1,2, & 3

R: -

53
Catatan Perkembangan Hari ke I

No Tanggal, Catatan Perkembangan Paraf


Dx Jam
1 19/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 2 (0-10) Kelompok 5
07.15 WIB O:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 80x/menit
- Frekuensi napas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2 & 4
I:
08.00 WIB - Berikan nonfarmakologis (terapi relaksasi dalam)
08.00 WIB - Kolaborasi memberikan analgetik (keterolac)

E:
14.00 WIB S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan skala 1 (0-10)
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tekanan darah: 120/80 mmHg

54
Catatan Perkembangan Hari ke I

- Frekuensi nadi: 85x/menit


- Frekuensi napas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Nyeri akut teratasi
P: Hentikan intervensi
R: -
2 19/12/2021 S: - Kelompok 5
07.15 WIB O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1 & 3
I:
08.00 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi
08.05 WIB - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein

E:
S: -
14.00 WIB O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki

55
Catatan Perkembangan Hari ke I

kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Gangguan integritas kulit teratasi
P: Pertahankan intervensi
R: -
3 19/12/2021 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika bergerak dan Kelompok 5
07.15 WIB berganti posisi
O:
- Pasien tampak meringis
- Gerakan pasien terbatas

- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
08.00 WIB
P: Lanjutkan Intervensi 2 & 3
08.05 WIB
I:
- Melibatkan keluarga dalam meningkatkan pergerakan
- Mengajarkan pasien mobilisasi sederhana (misal: duduk ditempat
14.00 WIB
tidur)

56
Catatan Perkembangan Hari ke I

E:
S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika bergerak dan
berganti posisi
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Pasien dapat melakukan mobilisasi sederhana (duduk)
- Kekuatan otot 5 5
2 4
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
R: -
4 18/12/2021 S:- Kelompok 5
07.15 WIB O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2, & 3
I:

57
Catatan Perkembangan Hari ke I

08.00 WIB - Monitor tanda dan gejala infeksi


08.05 WIB - Mempertahankan teknik aseptik dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungna pasien
08.10 WIB - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein

E:
14.00 WIB S:-
O:
- Pasien tampak meringis berkurang
- Terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki
kiri
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Leukosit 13.000 uL
- Suhu: 36,5ᵒC
A: Risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2, & 3

R: -

58
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.H


dengan diagnosa Fraktur Femur di Ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu, maka
dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan teori dan juga akan membahas
kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan terhadap Tn.H, dalam
penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang meliputi
pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
A. Analisis Penyakit (Disease Analyse)
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien
(Black dan Hawks, 2014).
Ditinjau dari dari jenisnya, maka fraktur dibagi menjadi lima macam yaitu
fraktur collum femoris adalah fraktur yang terjadi di sebelah proksimal linea
intertrichanterica pada daerah intrakapsular sendi panggul, yang kedua yaitu
fraktur subtrochanter merupakan fraktur yang terjadi antara trochanter minor dan
di dekat sepertiga proksimal corpus femur, yang ketiga yaitu fraktur
intertrochanter adalah fraktur yang terjadi diantara trochanter major dan minor
sepanjang linea intertrichanterica, diluar kapsul sendi, yang ke empat yaitu fraktur
corpus femoris adalah fraktur diafisis femur yang tidak melibatkan daerah
artikular atau metafisis, dan yang terakhir yaitu fraktur femur suprakondilar
melibatkan aspek distal atau metafisis femur, daerah ini mencakup 8 sampai 15
cm bagian distal femur, fraktur ini sering melibatkan permukaan sendi
(Hoppenfeld dan Murthy, 2011).
Penyebab atau indikasi dilakukannya fraktur femur dibagi menjadi 2 etiologi
yaitu yang pertama cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : Cedera
langsung, Cedera tidak langsung, dan Fraktur yang disebabkan kontraksi keras

59
yang mendadak. Yang kedua yaitu Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat
proses penyakit dengan trauma minor mengakibatkan tumor tulang, infeksi,
rakitis, dan secara spontan disebabkan oleh stres tulang yang terus menerus.
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan.
Pada pasien fraktur terdapat manifestasi klinis menurut Smeltzer (2018)
yaitu nyeri akut terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, edema, kehilangan fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitasi dan ekimosis.
Hasil pengkajian pada Tn. H didapatkan mengeluh nyeri, nyeri bertambah
apabila bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada kaki kanannya dengan
skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang timbul, Pasien tampak meringis
disertai mengeluh pergerakanya terbatas karena nyeri yang dialaminya dan
terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri.
Pemeriksaan sistem muskuloskeletal : Ekstrimitas atas : warna kulit sawo
matang, bentuk simetris, tidak ada sianosis, tidak ada pitting edema, terpasang
infus (Nacl 0,9%), kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5, tidak ada fraktur, tonus
otot baik. Ekstrimitas bawah : bentuk simetris, tidak ada pitting edema, terdapat
fraktur di kaki kanan (paha/femur), terdapat luka jahitan >10cm di (paha/femur)
dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri, jari-jari utuh, kekuatan otot kaki kanan
2 dan kaki kiri 3.
Pada pemeriksaan radiologi tanggal 16 Desember 2021 didapatkan pada
rontgen femur dextra, femur sin: fiksasi interna (plate, rod and screw) pada os
femur dextra posisi baik, masih tampak garis fraktur, tampak pembentukan kallus,
aposisi dan aligament os femur dextra tampak baik, sela sendi tampak baik, tidak
tampak tanda-tanda osteomielitis.
Berdasarkan data yang ada secara spesifik tidak ada kesenjangan yang
signifikan anatara kasus Tn. H dengan teori yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli.
B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

60
kelompok. Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunka, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah Nyeri akut
b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis, bersikap protektif. Gangguan
integritas kulit b.d faktor mekanis d.d kerusakan jaringan dan/ atau lapisan kulit.
Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d nyeri saat bergerak.
Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif.
Sementara itu berdasarkan hasil pengkajian yang didapat, penulis
menegakan 4 (empat) diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri, nyeri
bertambah apabila bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada kaki
kanannya dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang timbul.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI PPNI, 2016). Adapun batasan karakteristik diagnosa nyeri akut tanda
mayor objektif adalah tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat dan sulit tidur dan tanda minor objektif adalah tekanan darah
meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan diaforesis. Sedangkan batasan
karakteristik diagnosa nyeri akut tanda mayor subjektif adalah mengeluh nyeri
(SDKI PPNI, 2016).
Diagnosa yang pertama yang penulis ambil adalah nyeri akut, alasan penulis
menegakan diagnosa ini adalah karena sangat mendukung. Menurut SDKI (2017)
dalam menegakan diagnosa perlu adanya 80% data mayor agar diagnosa dapat
ditegakan. Berdasarkan data di atas yang ditemukan pada pasien data subjektif
diantaranya pasien mengeluh nyeri. Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada
kaki kanannya dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang timbul.
Sedangkan data objektif didapatkan pasien tampak meringis, tekanan darah:

61
130/90 mmhg, frekuensi nadi: 90x/menit, frekuensi napas: 21x/menit, suhu:
36,7ᵒC.
Menurut Smeltzer (2018) Pasien dengan fraktur memiliki tanda dan gejala
seperti nyeri akibat adanya cedera langsung luka dan adanya luka insisi pada
ekstremitas bawah dibagian femur dextra. Nyeri dengan adanya luka insisi pada
bagian ekstremitas bawah dibagian femur dextra sendiri dapat mengakibatkan rasa
tidak nyamanan sehingga penulis mengangkat diagnosa nyeri akut sebagai
diagnosa pertama.
2. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis d.d pasien tampak meringis,
terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri, ekanan
darah: 130/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit, frekuensi napas: 21x/menit,
suhu: 36,7ᵒC
Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen). (SDKI, 2017). Adapun batasan
karakteristik dari diagnosis Intoleransi Aktivitas dengan data mayor adalah
kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit. Sedangkan data minor adalah nyeri,
perdarahan, kemerahan, dan hematoma (SDKI, 2017).
Diagnosa yang kedua yang penulis ambil adalah gangguan integritas kulit,
alasan penulis menegakan diagnose ini adalah karena sangat mendukung. Menurut
SDKI (2017) dalam menegakan diagnose perlu adanya 80% data mayor agar
diagnose dapat ditegakan. Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif
diantaranya pasien mengeluh pergerakanya terbatas karena nyeri yang dialaminya.
Sedangkan data objektif diantaranya pasien tampak meringis, terdapat luka jahitan
>10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri, ekanan darah: 130/90 mmHg,
frekuensi nadi: 90x/menit, frekuensi napas: 21x/menit, suhu: 36,7ᵒC.
Menurut Dongoes (2010) Pasien dengan fraktur memiliki tanda dan gejala
seperti nyeri akibat ada luka pembedahan dan adanya luka insisi pada ekstremitas
bagian bawah femur dextra. sehingga penulis mengangkat diagnosa gangguan
integritas kulit sebagai diagnosa kedua.

62
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengeluh pergerakanya
terbatas karena nyeri yang dialaminya, pasien tampak lemah, gerakan pasien
terbatas, terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dengan
kekuatan otot (2) dan kaki kiri dengan kekuatan otot (4).
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstrimitas secara mandiri. Adapun batasan karakteristik dari diagnosis
gangguan mobilitas fisik dengan data mayor adalah mengeluh sulit menggerakan
ekstrimitas, kekuatan otot menurun, dan rentang gerak (ROM) menurun.
Sedangkan data minor adalah nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat melakukan pergerakan, sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah (SDKI, 2017).
Diagnosa ini ditegakan karena sangat mendukung dengan ditemukannya
data subjektif diantaranya pasien mengeluh pergerakannya terbatas karena nyeri.
Sedangkan data objektifnya adalah pasien tampak lemah, gerakan pasien terbatas,
dengan kekuatan otot di kaki kanan dengan kekuatan otot (2) dan kaki kiri dengan
kekuatan otot (4).
Menurut Dongoes (2010) Pasien dengan fraktur memiliki tanda dan gejala
seperti nyeri akibat ada luka pembedahan, adanya luka insisi pada ekstremitas
bawah bagian femur dextra. Akibat rasa nyeri tersebut pasien menjadi terbatas
untuk melakukan pergerakan sehingga penulis mengangkat diagnosa gangguan
mobilitas fisik sebagai diagnosa ketiga.
4. Resiko Infeksi b.d nyeri efek prosedur invasif d.d terdapat luka post op
fraktur femur, leukosit 13.000/uL
Resiko infeksi adalah berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik. Adapun faktor risiko dari diagnosis risiko infeksi adalah penyakit
kronis, efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder (SDKI, 2017).
Diagnosa ini ditegakan karena sangat mendukung dengan ditemukannya
data subjektif diantaranya terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki
kanan dan kaki kiri, tekanan darah: 130/90 mmg, frekuensi nadi: 90x/menit,

63
frekuensi napas: 21x/menit, suhu: 36,7ᵒc dan leukosit 13.000 ul. Menurut Dongoes
(2010) Pasien dengan fraktur memiliki tanda dan gejala seperti nyeri akibat ada
luka pembedahan dan adanya luka insisi pada ekstremtitas bawah bagian femur
dextra. Dengan adanya luka insisi pada bagian ekstremtitas bawah bagian femur
dextra dengan proteksi yang kurang dapat menjadi pemicu invasi bakteri dan
meningkatkan terjadinya risiko infeksi sehingga penulis mengangkat diagnosa
risiko infeksi sebagai diagnosa keempat.

C. Analisis Intervensi Keperawaran (Nursing Intervetion Analyse)


Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.
Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan
besarnya menunjukkan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi
keperawatan dapat di bagi menjadi dua yaitu mandiri atau dilakukan oleh perawat
dan kolaboratif atau yang dilakukan bersama dengan pemberi perawatan lainnya.
Tahap perencanaan berfokus pada memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan
dan kriteria hasil, membuat instruksi keperawatan, dan mendokumentasikan
rencana asuhan keperawatan. Tujuan dilakukannya perencanaan asuhan
keperawatan adalah meningkatkan komunikasi antara pemberi asuhan
keperawatan, memberikan asuhan secara langsung dan di dokumentasikan, catatan
dapat digunakan untuk evaluasi penelitian dan aspek legal serta sebagai
dokumentasi bukti untuk layanan asuransi (Deswani, 2009).
Dalam penulisan makalah ini penulis membuat 4 intervensi sesuai dengan
diagnosa yang penulis tegakkan. Diagnosa pertama yaitu nyeri akut b.d agen
pencedera fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : keluhan nyeri
berkurang, meringis berkurang, kesulitan tidur berkurang, tekanan darah normal,
frekuensi nadi normal. Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri rasionalnya untuk

64
mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri;
berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri rasionalnya adalah
agar rasa nyeri berkurang; jelaskan strategi meredakan rasa nyeri rasionalnya
adalah agar pasien dapat melakukan sendiri ketika rasa nyeri muncul;
Kolaborasi pemberian analgetik (keterolac) rasionalnya untuk mengurangi rasa
nyeri.
Diagnosa kedua yaitu gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanis. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
integritas kulit dan jaringan pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : kerusakan
jaringan berkurang, kerusakan lapisan kulit membaik, nyeri berkurang.
Selanjutnya akan diuraikan intervensi, monitor tanda dan gejala infeksi
rasionalnya untuk mengetahui terjadi infeksi atau tidak; perawatan luka
rasionalnya memberi kenyamanan pada pasien dan mencegah terjadinya infeksi;
anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein rasionalnya
mempercepat proses penyembuhan; kolaborasi pemberian antibiotik (Fosmycin)
rasionalnya mengurangi risiko terjadinya infeksi.
Diagnosa ketiga yaitu gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien
mengeluh pergerakanya terbatas dengan kekuatan otot (2) dan kaki kiri dengan
kekuatan otot (4). Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan gangguan mobilitas fisik dengan kriteri hasil : nyeri berkurang,
kelemahan fisik berkurang. Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu
identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya rasionalnya untuk mengetahui
ada nyeri atau tidak; Libatkan keluarga dalam meningkatkan pergerakan
rasionalnya untuk memudahkan pasien dalam melakukan pergerakan; ajarkan
mobilisasi sederhana rasionalnya agar pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
secara bertahap.
Diagnosa ke empat yaitu risiko infeksi b.d efek prosedur invasif d.d terdapat
luka post op fraktur femur, leukosit 13.000/uL. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan resiko infeksi dengan kriteri hasil :
nyeri berkurang, kemerahan berkurang, kadar sel darah putih normal. Selanjutnya
akan diuraikan intervensi, yaitu monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan

65
sistemik rasionalnya adalah untuk mengetahui terjadi infeksi atau tidak;
pertahankan teknik aseptik dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien rasionalnya adalah untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme yang menjadi penyebab risiko infeksi; anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi rasionalnya adalah mempercepat penyembuhan
kondisi luka dan meminimalisir terjadinya infeksi; kolaborasi pemberian
antibiotik (Fosmycin) rasionalnya adalah mencegah terjadinya infeksi.

D. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implantation Analyse)


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatannya yang lebih baik
dengan menggambarkan kriteria hasil sesuai yang diharapkan (Potter & Perry,
2009). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis berkaloborasi dengan
tim medis lain serta melibatkan keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi kasus ini selama 3x24 jam, selama pasien masih menjalani
perawatan di ruang Manalagi 1 RSUD Indramayu sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakan.
Adapun tindakan keperawatan yang penulis susun berdasarkan diagnosa
yang diangkat adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri, nyeri
bertambah apabila bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada kaki
kanannya dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang timbul.

Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama mengidentifikasi

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan pasien merasa

nyeri, nyeri bertambah apabila bergerak, dan berganti posisi dengan skala nyeri 6.

Implentasi kedua adalah memberikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri, dalam hal ini pasien diajarkan teknik tarik napas dalam.

Tindakan tersebut dialakukan untuk mengurang nyeri.

66
Implentasi ketiga adalah menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.

tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab nyeri.

Implentasi keempat adalah Mengkolaborasi pemberian analgetik keterolac

dosis 2 x 1 mg melalui IV. Tindakan tersebut diberikan untuk Untuk meredakan

nyeri.

2. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis d.d pasien tampak


meringis, terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri,
ekanan darah: 130/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit, frekuensi napas:
21x/menit, suhu: 36,7ᵒC.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama adalah memonitor
tanda infeksi tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
Implentasi kedua adalah perawatan luka (Melepaskan balutan dan plester
secara perlahan, membersihkan dengan cairan NaCl, memasang balutan sesuai
jenis luka, mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka,
mengganti balutan seusai indikasi. Tindakan tersebut dilakukan merupakan upaya
untuk mendapatkan penyembuhan luka yang optimal, mencegah terjadinya infeksi
dan mengatasi rasa nyeri.
Implemtasi yang ketiga yaitu menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan tinggi protein, tindakan tersebut dilakukan untuk dapat membantu
meningkatkan metabolisme membakar lemak.
Implentasi yang keempat yaitu mengkolaborasi pemberian antibiotik
(fosmycin) melalui IV, tindakan tersebut dilakukan untuk mengobati infeksi
bakteri.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengeluh pergerakanya
terbatas karena nyeri yang dialaminya, pasien tampak lemah, gerakan pasien
terbatas dengan kekuatan otot (2) dan kaki kiri dengan kekuatan otot (4).
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu mengidentifikasi
adanya nyeri atau keluhan fisik tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui

67
keluhan pasien. Pasien mengatakan nyeri, nyeri bertambah apabila bergerak dan
berganti posisi. Nyeri diarea luka SC dengan skala 5 yang dirasakan hilang timbul.
Implementasi yang kedua adalah melibatkan keluarga dalam meningkatkan
pergerakan tindakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan dukungan dan support
dari keluarga.
Implentasi yang ketiga adalah mengajarkan mobilisasi sederhana tindakan
tersebut dilakukan agar pasien tidak ada kekakuan saat melakukan pergerakan.
4. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif d.d terdapat luka post op
fraktur femur, leukosit 13.000/uL
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu memonitor
tanda dan gejala infeksi tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahuitanda dan
gejala infeksi (rubor, dollor, kallor, tumor dan fungsi laise).
Implementasi yang kedua adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan pasien tindakan tersebut dilakukan untuk
mencegah masuknya bakteri.
Implentasi yang ketiga adalah menjelaskan tanda gejala infeksi tindakan
tersebut dilakukan agar pasien mengetahi tanda dan gejala infeksi.
Implentasi keempat mengkolaborasi pemberian antibiotik (fosmicyn)
tindakan tersebut dilakukan untuk mengobati infeksi bakteri.

68
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.H (30 tahun) dengan
Fraktur Femur Dextra (Post Op) di Ruang Manalagi 1 Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Indramayu pada tanggal 17 dan 19 Desember 2021, penulis
membandingkan teori dengan tinjauan kasus, maka dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil pasien sudah dilakukan
operasi (post operasi) dan pasien mengeluh nyeri. Nyeri bertambah apabila
bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada kaki kanannya dengan skala
nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak meringis disertai
mengeluh pergerakanya terbatas karena nyeri yang dialaminya dan terdapat luka
jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri.
Diagnosa keperawatan pada pasien Tn.H didapatkan empat diagnosa
keperawatan yaitu Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh
nyeri, nyeri bertambah apabila bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada
kaki kanannya dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang timbul.
Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis d.d pasien tampak meringis,
terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri, tekanan
darah: 130/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit, frekuensi napas: 21x/menit,
suhu: 36,7ᵒC. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengeluh
pergerakanya terbatas karena nyeri yang dialaminya, pasien tampak lemah,
gerakan pasien terbatas, terdapat luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan
dan kaki kiri kekuatan otot menurun. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif d.d
terdapat luka post op fraktur femur, leukosit 13.000/uL
2. Perencanaan keperawatan dirumuskan dan disusun secara ONEC
(observation, nurse, education and collaboration).
3. Implementasi atau tindakan yang telah dilakukan penulis untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien telah sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

69
Hasil dokumentasi didapatkan Diagnosa keperawatan pada pasien
Tn.H didapatkan empat diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut b.d agen
pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri, nyeri bertambah apabila
bergerak, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat pada kaki kanannya dengan
skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri dirasakan hilang timbul. Gangguan
integritas kulit b.d faktor mekanis d.d pasien tampak meringis, terdapat
luka jahitan >10cm dan luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri, tekanan
darah: 130/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit, frekuensi napas:
21x/menit, suhu: 36,7ᵒC. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien
mengeluh pergerakanya terbatas karena nyeri yang dialaminya, pasien
tampak lemah, gerakan pasien terbatas, terdapat luka jahitan >10cm dan
luka lecet di kaki kanan dan kaki kiri kekuatan otot menurun. Risiko
infeksi b.d efek prosedur invasive.

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Perawat dapat memberikan health education bagi keluarga mengenai
fraktur femur, pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan pasien pasca post
operasi di rumah. Perawat juga diharapkan dapat membantu pasien dan
keluarga dalam meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh.
2. Bagi keluarga
Keluarga perlu meningkatkan motivasi bagi pasien fraktur femure
untuk lebih mandiri dengan pengawasan dan tidak memberikan efek negatif
ketergantungan dalam melakukan perawatan diri.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat meningkatkan rasa kepedulian dengan memberikan
dukungan, berdiskusi dan tanya jawab dengan pasien fraktur.

70

Anda mungkin juga menyukai