Di Susun Oleh:
1. RubiYanto
2. Dewi Eriani
3. Yenni
4. Yoza Imelda
5. Rawiza
6. Diana Wilestafoni
Kata Pengantar
Ucapan puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya
kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami
meminta ampunan dan kami meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi Agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada Tn T Dengan
Fraktur Tibia Fibula”. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat
kekurangan pada makalah kami ini.
Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun
dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah
berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami
supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... ii
A. Pengkajian ............................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................
C. Intervensi .............................................................................................
D. Implementasi ........................................................................................
E. Evaluasi ................................................................................................
4
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban yang lebih besar
dan kemampuan tulang untuk mentolelir beban tersebut. Fraktur dapat
menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan dapat menyebabkan
kecacatan atau kehilangan fungsi ekstremitas permanen,selain itu komplikasi
awal yang berupa infeksi dan tromboemboli (emboli fraktur) juga dapat
menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera, oleh karena itu
radiografi sudah memastikan adanya fraktur maka harus segera dilakukan
stabilisasi atau perbaikan fraktur( Brunner & Sudart, 2002)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang
rawan yang umum nya di sebabkan oleh ruda paksa. (Brunner & Suddart,
2001)
Fraktur tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia dan sebelah kanan
maupun sebelah kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu
pada kaki. (E. Oswari, 2011)
B. Jenis Fraktur
1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
2. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
3. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
4. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa
sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka ada 3 derajat :
1. Derajat 1
a. Luka dibawah 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak sedikit
c. Kontaminasi minimal
2. Derajat 2
a. Laserasi < 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak tidak luas
c. Kontaminasi sedang
3. Derajat 3
a. Luas luka 6- 8 cm
8
C. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada
tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan
lunak disekitarnya. jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka
dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan
kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur
karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat
tersebut.
9
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak,
perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
10
darah putih, Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
A. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
B. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
.
11
12
E. Manifestasi klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
6. Kehilangan sensasi
7. Perdarahan
F. Komplikasi
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali.
G. Pemeriksan Penunjang
1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
5. Pemeriksaan darah rutin dan PT APTT
H. Penatalaksanaan
1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-
fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak
semula.
2. Imobilisasi fraktur: Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi.
13
e) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka
semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan
kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding
pekerjaan yang lain .
f) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat
inap.
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul
ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image) .
h) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama
pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain
tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak
mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri
akibat fraktur .
i) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa
melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat
inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami
klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya
termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.
18
(2) Kepala
Adakah gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak
ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
(3) Leher
Adakah gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
(4) Muka
Apakah wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada
perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris,
tak oedema.
(5) Mata
Adakah gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan)
(6) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
Adakah lesi atau nyeri tekan.
(7) Hidung
Adakah deformitas, pernafasan cuping hidung.
(8) Mulut dan Faring
Adakah pembesaran tonsil, gusi terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
(9) Thoraks
Adakah pergerakan otot intercostae, gerakan dada.
(10) Paru
(a) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.
(b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
20
(c) Perkusi
Adakah suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahan lainnya.
(d) Auskultasi
Adakah Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
(11) Jantung
(a) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
(b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(c) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(12) Abdomen
(a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
(c) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
(d) Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
(13) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada
kesulitan BAB.
21
2) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah:
(1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
(b) Cape au lait spot (birth mark).
(c) Fistulae.
(d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
(2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada
dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.Yang perlu
dicatat adalah:
(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit.
(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal,tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang
terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga
22
d. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (terputusnya jaringan
tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma destruksi jaringan tulang
e. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi dan Rasional
. Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut NOC: pain level dan NIC:Pain Managament
berhubungan pain control 1.1 lakukan pengkajian nyeri
dengan agen Kriteria Hasil: secara komprehensif (lokasi,
cidera - Pasien mampu karakteristik, durasi,
(terputusnya mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas)
jaringan penyebab nyeri dan 1.2 kontrol lingkungan pasien
tulang, gerakan mampu menggunakan yang dapat mempengaruhi
fragmen tehknik nonfarmakologi nyeri seperti suhu ruangan,
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. T
Umur : 69 Tahun
No Pendaftaran : 01.63.78
Agama : Kristen
Pekerjaan : Tani
Masalah Kesehatan
I. KEBIASAAN SEHARI-HARI
A. Biologis
B. Psikologis
Keadaan emosi :
Pasien dapat menerima kenyataan mengenai penyakitnya dan
berkeinginan kuat untuk sembuh dari penyakitnya.
C. Sosial
1. Dukungan keluarga
Keluarga klien mendukung dan selalu mendampingi saat klien
sakit
30
D. Spiritual
1. Pelaksanaan ibadah
Sebelum klien dirawat klien rutin melaksanakan ibadah ke gereja
2. Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan yakin bisa sembuh dari penyakit yang
dialaminya saat ini
B. Kebersihan Perorangan
1. Kepala
C. Dada / Thorak
1. Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri kanan
Palpasi : Fremitus kiri kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
2. Jantung
Inspeksi : ictus tidak terlihat
Palpasi : Ictus terba 1 jari LMCS RIC V
Perkusi : Batas Jantung Normal
Auskultasi : Irama jantung Teratur
D. Abdomen
Inspeksi : Perut tidak membuncit
Palpasi : Tidak ada masa Asites
32
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+)
E. Muskuloskeleta
1. Extremitas Atas
Terpasang Infus RL ditangan kanan
2. Extremitas Bawah
Tampak ada balutan luka operasi kaki sebelah kiri dan terpasang
drain dan kaki sebelah kiri tampak odema
3.Terapi Medis
Tgl 22.06.2019
Terpasang RL 30 Tpm
Injeksi Cefriaxon 1 gr / 12 jam
Ranitidin 50 mg / 12 jam
Ketorolac 30 mg / 12 jam
ANALISA DATA
2. pasien mengatakan
nyeri bertambah bila
beraktivitas atau kaki
digerakkan
Data Objektif
1. Pasien tampak meringis
2. Score nyeri 6
3. Pasien nampak
melindungi kaki yang
sakit
35
4. TD : 130/80
N : 100 x/i
P : 22 x/i
S : 36,8 C
mengurangi nyeri
mengevaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
3. S :-
Kerusakan
jaga kebersihan 15.00 O :Daerah
integritas
kulit agar tetap sekitar luka
kulit
bersih dan kering tampak
berhubung
mobilisasi pasien bengkak
an dengan
setiap 2 jam A : Masalah
terputusna
sekali belum
kontinitas
monitor kulit teratasi
jaringan
akan adanya P:
(post orif
kemerahan Intervensi
tibia
oleskan lotion dilanjutkan
fibula)
atau minyak pada
daerah yang
tertekan
monitor status
nutrisi pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan kelompok dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien Tn. T. Dalam melakukan pengkajian
kelompok tidak menemukan kesulitan yang berarti., Hal ini disebabkan karena
mendapatkan dukungan dari keluarga, dimana keluarga bisa memberikan
keterangan secara koperatif
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, maka diagnosa yang dapat ditegakan
berdasarkan data subjektif dan objektif adanya perbedaan antara tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus.
Diagnosa pada tinjauan teoritis terdiri dari 4 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (terputusnya jaringan
tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma destruksi jaringan tulang
C. Intervensi Keperawat
Intervensi keperawatan mengacu pada prioritas masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan data yang didapat saat pengkajian, lalu
kelompok membandingkannnya dengan teori yang ada. Tujuan dari intervensi
yang dibuat adalah untuk mengatasi masalah yang ditemui dengan kriteria
sesuai dengan teori yang ada.
D. Implementasi Keperawatan
Tidak semua tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan dan
halangan di lahan praktek serta kondisi klien yang kadang tidak
memungkinkan untuk menerapkan tindakan keperawatan berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat, tetapi kelompok sudah berusaha
melaksanakannya sesuai dengan teori yang ada.
E. Evaluasi
Untuk evaluasi kelompok melakukannya setiap hari agar dapat melihat
langsung hasil dari tindakan yang telah diberikan kepada klien dari 3 diagnosa
yang telah diangkat, ditemukan 1 diagnosa Nyeri akut teratasi sebagian
dengan score nyeri 4 sedangkan 2 diagnosa keperawatan lagi yang diangkat
belum teratasi.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap
retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian
masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idul fitri banyak terjadi
kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami
fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan
fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan
kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur,
tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat,
mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita lebih hati-
hati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta dapat membantu
pasien fraktur .
47
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Ignatavicius, Donna D. 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach. W.B. Saunder Company.
Mansjoer, Arif. dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapsis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Marilynn, Doenges. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Jakarta:
EGC.
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA, 2005-2006 Definisi &
Klasifikasi. Philadelphia, NANDA International.
Price, Sylvia. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta: EGC.
Reeves. Charlene. J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Susanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth,
Ed. 8. Jakarta : EGC.
Syamsuhidajat, R & Jong, D.W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2). Jakarta: EGC