FRAKTUR FEMUR
DI RUANG OK RSUD Dr. ABDUL MOELOEK
NAMA KELOMPOK 4:
1. Muhammad Rafid
2. Sena Bayu Putra
3. Khatarina Ayu Pratiwi
4. Dyan Ananda
5. Vivi Monica
AKADEMI KEPERAWATAN
AKPER DHARMA WACANA METRO
T.A 20019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
Rahmat dan Hidayahnya. Shalawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita jalan kebenaran lewat ajaran yang telah
dibawanya.
Kami selaku yang ditugaskan untuk menyusun makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.B Dengan Fraktur Femur Di Ruang OK RSUD Dr. Abdul Moeloek”
sangat bersyukur kepada Allah SWT. Karena berkat bimbingannya makalah ini dapat
diselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bagi siapapun
yang membacanya, kami selaku penyusun makalah ini memohon saran dan kritik yang
membangun kepada para pembaca, utamanya Dosen terkait dengan materi makalah ini untuk
penyempurnaan penyusunan makalah berikutnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan tulang yang
disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Badan kesehatan dunia
(WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta orang yang
menderita fraktur. Menurut DEPKES RI tahun 2011 di Indonesia sendiri juga banyak yang
mengalami fraktur, fraktur di Indonesia terdapat 45.987 orang yang mengalami fraktur,
prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah fraktur femur yaitu terdapat
19.729orang yang mengalami fraktur, sedangkan ada 14.037 orang yang mengalami fraktur
cluris dan terdapat 3.776 orang mengalami fraktur tibia. Salah satu cara untuk
mengembalikan fraktur seperti semula yaitu salah satu cara adalahrekognisi atau dilakukan
tindakan pembedahan (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).
Pembedahan adalah segala upaya tindakan pengobatan yang secara invasif dengan
cara membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani.Setelah tindakan pembedahan akan
dilakukan tindakan untuk menangani rasanyeri yaitu dengan menggunakan obat penghilang
rasa nyeri (Sjamsuhidajat,R. & Jong, 2005).
Menurut The International Association for the Study of Pain,nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan ataupun yang
berpotensi merusak jaringan. Nyeri itumerupakan suatu hak yang kompleks meliputi aspek
fisik dan psikis. Aspekfisik meliputi perubahan keadaan umum, denyut nadi, suhu tubuh,
pernapasan,sedangkan aspek psikis akibat nyeridapat terjadinya stress yang bisa mengurangi
sistem imun dalam proses inflamasi. Nyeri merupakan hak yang bersifat subjektif dan
personal, sehingga masing-masing individu akan memberikan respon yang berbeda terhadap
rasa nyeri berdasarkan pengalaman sebelumnya (Judha, Sudarti & Fauziah,2012).
Penatalaksanaan manajemen nyeri ada 2 teknik yaitu dengan cara farmakologi dan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan manajemen nyeri farmakologi adalah penatalaksanaan
manajemen nyeri dengan menggunakanobat yang berkolaborasi antara perawat dengan dokter
dalam pemberian obatantinyeri, sedangkan teknik non-farmakologi adalah penatalaksanaan
manajemen nyeri tanpa obat-obatan, penatalaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi
meliputi Guided imagery,distraksi,hypnoanalgesi.
Teknik hypnoan algesia merupakan teknik non-farmakologi yang dapat dilakukan oleh
perawat dalam mengatasi rasa nyeri. Kunci dari inan terhadap sesuatu hal positif yang
muncul berdasarkan pada konsep pikiran, sehingga
akan memberikan energi positif bagi suatu tindakan yang dilakukan.
Penggunaan metode ini mengakibatkan berkurangnya bahkan menghilangkan rasa nyeri yang
dialami tubuh manusia sebagai respon terhadap suatu trauma(Amarta, 2012).
Beberapa penelitian lain menunjukkan adanya pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan
nyeri pada pasien post operasi, salah satunyaadalah Ayu dianingsih (2009) disebutkan bahwa
teknik relaksasi nafas dalammempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri
pada pasienpasca operasi fraktur femur antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di
Rumah Sakit Karima Utama Surakarta.
Menurut uraian latar belakang di atas belum ada teknik manajemen nyeri non-farmakologi
berupahypnoanalgesia, sehingga peneliti tertarik ingin melakukan sebuah penelitian
“Pengaruh Pemberian Hypnoanalgesia pada Nyeri Post Operasi Fraktur di Rumah Sakit
Karima Utama Surakarta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a). Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa fraktur
femur.
b). Setelah mendapatkan materi ini mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa ftraktur femur.
2. Tujuan Khusus
a). Mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan Keperawtan pada paseien dengsn
diagnosa fraktur femur.
b). Mahasiswa mampu menerapkan perawatan yang baik bagi pasien dengan
fraktur femur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya di sebabkan oleh ruda paksa ( Arif Mansjoer, 2000 )
Fraktur adalah kerusakan pada kontinuitas tulang ( Sandra M, 2001 ).
G. PENATALAKSANAN MEDIS
a.farmakologi
pengobatan dengan terapis medis
pemberian anti obat anti inflamasi
obat-obatan narkose mungkin di perlukan setelah fase akut
obat – obatan relaksan untuk mengatasi spasme otot
bedrest,fisioterapi
b.prosedur pembedahan
pembedahan dapat mempermudah perawatan dan fisioterapi agar mobilisasi lebih
cepat,bedahan yang sering di lakukan seperti di sektomi dengan peleburan yang di
gunakan untuk menyatukan proses spinosos vertebra.
H. Pathway
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis
fraktur
Perubahan
Kerusakan fragmen
jaringan sekitar
tulang
Pelepasan histamin
Gangguan fungsi Metabolisme asam lemak
ekstermitas
Prokin plasma tulang Bergabung dengan
Hambatan mobilitas trombosit
fisik edema
emboli
Penekanan pembuluh
Laserasi kulit darah
Putus vena/
Kerusakan integritas
arteri Ketidakefektifan perfusi
kulit,resiko infekel
jaringan perifer
perdarahan
Kehilangan volume Resiko shock (hipokalemia)
cairan
I. PENGKAJIAN DATA DASAR
a. Pengkajian primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
b. kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
c. Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
b. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
c. Tachikardi
d. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
e. Cailary refil melambat
f. Pucat pada bagian yang terkena
g. Masa hematoma pada sisi cedera
c) Neurosensori
a. Kesemutan
b. Deformitas, krepitasi, pemendekan
c. kelemahan
d) Kenyamanan
a. nyeri tiba-tiba saat cidera
b. spasme/ kram otot
e) Keamanan
a. laserasi kulit
b. perdarahan
c. perubahan warna
d. pembengkakan local
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulahg
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungn dengan nyeri
3. Kerussakan integritas kulir berhubungan dengan fraktur terbuka
K. RENCANA KEPERAWATAN
Sudoyono aru dkk.2009 Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 123,edisi
keempat.jakarta.
A. DATA UMUM
1. Nama Pasien : Tn.B
2. No. Registrasi : 00.61.12.59
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Pekerjaan : Wirausaha
5. Diagnosa Medis : Fraktur Femur
6. Inform Consent : Ditanda tangani oleh Tn.W (Anak Klien)
B. DATA KASUS
7. Tanda-Tanda Vital
- TD : 130/80 mmHg
- N : 97x/menit
- S : 36,4oC
- RR : 26x/menit
Hematologi
Darah Lengkap
- Hemoglobin 10,9 13,0 – 18,0 g/dl
- Leukosit 10.400 4.500 – 11.000 /µl
- Eritrosit 3,1 4,5 – 6,5 Juta/µl
- Hematokrit 34 40 – 52 %
- Trombosit 214.000 140.000 – 392.000 /µl
- MCV 107 76 – 96 fL
- MCH 35 27 – 32 pg
- MCHC 32 30 – 35 g/dl
- Hitung Jenis
- Basofil 0 0–1 %
- Eosinofil 0 2–4 %
- Batang 0 3–5 %
- Segmen 84 50 – 70 %
- Limfosit 9 25 – 40 %
- Monosit 7 2–8 %
35 * 0 – 10 mm/jam Westergren
- LED
9 9 – 15 menit Lee dan White
-
2 1–3 menit Duke
b. Pemeriksaan Radiologi
Hasil
- Fraktur Spiral Femur Dekstra 1/3 Proksimal
b. Leher
Kelenjar getah bening daan tekanan vena jugolaris tidak ada kelainan (tidak
ada pembesaran), tidak ada kaku kuduk
c. Dada
Simetris, pengembangan dada optimal, ekspansi paru pada inspirasi dan
ekspilasi maksimal
d. Abdomen
Tidak ada massa, abdomen simetris, dilatasi vena ataupun kemerahan, tidak
ada nyeri tekan
e. Ekstremitas
- Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan, tidak ada luka pada tangan kanan
dan kiri, kekuatan cukup dimana dapat membolak balik tangan dan menahan
tekanan yang diberikan
- Bawah
Anggota gerak lengkap, ekstremitas bawah kanan (Femur) fraktur terbuka,
terdapat luka pada pada daerah fraktur (femur), tidak terdapat luka pada
ekstremitas bawah kiri, terdapat nyeri pada femur kanan, skala nyeri 6
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Data Umum
a. Nama Pasien : Tn.B
b. No. Registrasi : 00.61.12.59
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Diagnosa : Fraktur Femur
e. Inform Consent : Ditanda tangani oleh Ny.T (Anak)
No Data Diagnosa Intervensi/ Implementasi Evaluasi
1 DS: Nyeri akut - Mengkaji ulang skala nyeri S : Klien mengatakan
- Klien mengatakan nyeri b.d Agen H : Skala nyeri 6 nyeri berkurang dan
pada bagian paha kanan cedera fisik R : Klien masih merasa nyeri sedikit tenang
- Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk benda - Memberikan informasi O:
tajam, terasa terus kepada klien mengenai nyeri, - Klien mendapat
menerus, skala nyeri 6 penyebab nyeri informasi
- Klien merasa pusing H : Klien mendapat informasi - Klien melakukan
DO: R : Klien kooperatif teknik relaksasi
- Klien tampak gelisah nafas dalam
- Klien memegangi area - Mengajarkan teknik relaksasi - Klien mendapat
fraktur nafas dalam analgetik (IV)
- Klien meringis kesakitan H : Klien melakukan teknik
- Hasil RO : Fraktur Spiral relaksasi nafas dalam A : Masalah nyeri
Femur Dekstra 1/3 R : Klien merasa tenang, nyeri akut belum teratasi
Proksimal sedikit berkurang
- Look : Terdapat luka P : Lanjutkan
memar pada area fraktur - Mengkolaborasi obat, intervensi
(femur) memberikan Analgetik (IV)
- Feel : Teraba hangat pada H : Klien mendapat analgetik
area fraktur (femur) (IV)
- Listen : Terdengar suara R : Klien Kooperatif
krepitalisasi pada area
fraktur (femur)
2 DS : Ansietas b.d - Memahami situasi yang S : Klien merasa
- Klien mengatakan takut Rencana terjadi dari klien nyaman saat
- Klien mengtakan kawatir pembedahan H : Perawat berada disamping diperhatikan
di operasi klien
DO : R : Klien merasa nyaman saat O:
- Klien tampak gelisah diperhatikan - Perawat memberi
- Klien tampak cemas dukungan kepada
- TTV : - Memberikan informasi faktual klien
- TD : 130/80 mmHg terkait diagnosis pembedahan - Perawat
- Nadi : 97 x/menit H : Perawat menjelaskan menjelaskan
- Respirasi : 26 x/menit informasi pembedahan kepada informasi
klien pembedahan
R : Klien kooperatif kepada klien
- Perawat disamping
klien
- Berada di sisi pasien untuk - Perawat memberi
meningkatkan rasa aman dan usapan pada
mengurangi kecemasan punggung klien
H : Perawat memberi dukungan - Keluarga berada
kepada klien disamping klien
R : Klien nyaman
A : Masalah Ansietas
- Melakukan usapan pada Teratasi
punggung dengan cara yang
tepat untuk mengurangi P : Pertahankan
kecemasan kondisi
H : Perawat memberi usapan
pada punggung klien
R : Klien merasa nyaman
8. Jalannya Operasi
Klien masuk keruangan operasi pukul 09:00 wib kemudian anastesi memasang infus,
setelah infus terpasang anastesi melakukan tindakan pembiusan dengan bius general lalu
anastesi memasag ETT (Endo Trakeal Tube). Setelah anastesi selesai melakukan tindakan
anastesi perawat bedah cuci tangan kkemudian memakai baju operasi,setelah itu melakukan
tindakan antiseptik pada area yang akan di operasi yaitu daerah femur dekstra. Setelah
dilakukan tindakan antiseptik kemudian perawat/asisten memasang duk steril. Setelah duk
selesai dipasang kemudian siap untuk melakukan operasi
Dokter melakukan insisi pada daerah femur kurang lebih 15cm. Kemudian jaringan
diperdalam sampai tampak tulang kemudian tulang dibersihkan dan di reposisi. Setelah
posisi bagus dokter memasang plet dan scrow.selama berjalanya operasi perawat membantu
dokter untuk jalanya operasi membersihkan darah membuka otot dengan hak. Selama reposisi
dokter melakukan ronsen untuk mengetahui posisi nya sudah bagus atau belum.Setelah
terpasang Plet scrow luka operasi ditutup kembali (Di heating) lapis demi lapis.kemudian
luka operasi dibersihkan dengan NACL setelah itu luka ditutup dengan supratul/bagtigras dan
kasa steril. Untuk mengurangi resiko perdarahan luka operasi ditutup menggunakan kasa
steril dan perban elastis untuk menekan luka agar tidak terjadi perdarahan.
Pasien selesai operasi kemudian dikirim ke RR untuk di observasi sampai keadaan
pasien membaik, setelah keadaan pasien membaik lalu dikirim keruang perawatan
PENGKAJIAN POSTOPERATIF
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO