Disusun oleh :
Priyo Santoso
Mareno Putra Astama
Sinta Saraswati
Atika Indrasari
Herita Indria Sari
Wiranti Agil Kusuma
Neti Andrianti
Siska Merari Anitia
Surya sudirja
B. Tujuan
1. Mengetahui defenisi dari gagal ginjal kronik.
2. Mengatahui epidemiologi, etiopatogenesis, dan klasifikasi gagal ginjal kronik.
3. Mengetahui gambaran klinik dan patofisiologi serta pemeriksaan fisik dan penunjang yang
dianggap perlu.
4. Mengetahui diagnosis dan terapi untuk gagal ginjal kronik.
5. Mengetahui komplikasi dan prognosis dar gagal ginjal kronik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsirenal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebab kan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persistendan
irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasiglomerulus
yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer,2007).
CRF
( Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempetahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) Price & Wilson, (1994).
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu. ( Barbara C Long, 1996, 368) Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi
menjadi tiga stadium yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal
dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat
diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal,
azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10%
dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin
serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
(Price, 1992: 813-814)
E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit Tulang
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah: BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin).
b. Pemeriksaan Urin: Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT.
2. Pemeriksaan EKG: Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
3. Pemeriksaan USG: Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi:Renogram, Intravenous Pyelography,Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Retriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : Diuretik untuk meningkatkan urinasi.
Alumunium hidroksida untuk terapi hiperfostamia.
Anti hipertensi untuk terapi hipertensi.
Serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti
Apoetin Alfa bila terjadi anemia.
2. Dialisis
3. Transfusi darah
4. Transpolantasi ginjal
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperwata pada pasien CKD dibagi 3 yaitu:
1. Konservatif
Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urine
Observasi balance cairan
Observasi adanaya odema
Batasi cairan yang masuk
2. Dialyasis
Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritoneal Dialysis)
Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakaninvasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialisis dilakukan melalaui darah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan:
- AV fistule: menggabungkan venna dan arteri
- Double lumen: langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung)
3. Operasi
Pengambilan batu
Transplantasi ginjal
PENUTUP
I. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsirenal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebab kan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persistendan
irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasiglomerulus
yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer,2007).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. J DENGAN GANGGUAN CKD DI RUANG MURAI
RSUD ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
DAFTAR PENGKAJIAN
Ruang : MURAI
No.medical record : 00569839
Tanggal pengkajian : 02 NOVEMBER 2018
Pukul : 13: 00 WIB
Tanggal masuk : 30 OKTOBER 2018
A. DATA DASAR
1. DATA DEMOGRAFI
a. Indentitas pasien
Nama : Tn.J
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kota Bumi
Tanggal masuk : 30 Okt 2018
No MR : 00569839
Diagnosa medik : CKD + Anemia
Tanggal pengkajian : 02 Nov 2018
b. SUMBER INFORMASI
Nama : Tn.P
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kota Bumi
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
2. Riwayat kesehatan
a. riwayat kesehatan masuk RS (IGD/Poliklinik)
klien datang keRSU Abdul moeloek pada tanggal 30 oktober 2018 diantar
keluarganya dengan rujukan dari rumah sakit HM.RYACUDU dengan keluhan pada
dada dan BAK sulit sejak 10 hari yang lalu,perut terasa kembung. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil
TD : 160/90 mmHg
Suhu ; 36,5
Nadi : 87x/mnt
RR : 30x/mnt
3) keluhan penyerta :
klien mengatakan mual, klien mengatakan badannya terasa berat, dan perutnya terasa
begah.
f. lingkungan
klien mengatakan tinggal didaerah pedesaan dengan kondisi yang cukup nyaman,yang
aman dipinggir jalandan jarang dilalui kendaraan sepada motor ataupun mobil jauh dari
perkotaan maupun dari pabrik limbah.
g. Kebiasaan sehari – hari
10 =
X = 720 cc
3. Pola eliminasi Klien mengatakan BAB 1 x / Klien mengatakan selama di
hari, disaat pagi 300 cc, BAB rawat BAB hanya 1 X ± 100
lancar tidak ada keluhan. cc. Klien mengatakan Sulit
Klien mengatakan BAK lancar BAB.
5-7 x / hari ± 1000 cc perhari Klien mengatakan sulit BAK
dengan warna kuning dan tidak sejak 10 hari yang lalu,
ada keluhan sedikit sakit klien terpasang
kateter BAK ± 100 cc / hari.
Intake = infus + minum
= 720 + 240
= 960
IWL = 10 X 50
= 500
Output = IWL + BAB + BAK
= 500 + 100 + 100
= 700
Balance cairan=intake- output
= 960 – 700
= + 260
4. Pola hygiene Klien mengatakan mandi 2 x Klien selama sakit hanya
sehari pagi dan sore hari mandi sehari sekali pada sore
menggunakan sabun, shampoo, hari saja, tetap menggunakan
sikat gigi, memotong kuku 1 sabun, dan sikat gigi selama
minggu sekali di rs dan belum memotong
kuku nya.
5. Pola istirahat Klien mengatakan tidur 7 – 8 Klien mengatakan saat sakit
dan tidur jam tidak mengalami gangguan tidur klien hanya 3 – 4 jam.
dalam tidur, klien tidur pada Klien mengatakan sulit tidur
hari ± 5 jam dan pada siang karena lingkungan sekitarnya
hari 1 jam ramai dan merasakan tidak
enak pada perut karena begah.
6. Pola aktivitas Aktivitas klien dalam ke Saat sakit aktivitas klien di
dan latihan sehariannya adalah bertani dari bantu keluarganya saat ke
pagi sampai sore hari kamar mandi, klien
mengatakan lemas, klien
mengatakan lelah.
7. Pola kebiasaan Klien mengatakan sebelumnya Klien mengatakan selama
Yang suka minum kopi dan merokok sakit tidak pernah minum
mempengaruhi dalam kesehariannya. kopi dan tidak merokok lagi
kesehatan selama sakit.
3. Pengkajian fisik
a) Pemeriksaan umum
Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : E4 V5 M6 = 15
2) Sistem pendengaran
Posisi telinga simetris kanan dan kiri tidak terdapat peradangan dengan serumen
bewarna kuning kecoklatan, fungsi pendengaran baik tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
3) Sistem wicara
Klien tidak kesulitan dalam bicara, klien dapat berbicara lancar perawat, keluarga
dan pasien dan lainnya, membran mukosa lembab.
4) Sistem pernafasan
Pergerakan dinding dada klien simetris antara kanan dan kiri, tidak menggunakan
alat bantu pernapasan, warna kulit sawo matang, tidakterdapat nyeri tekan, di
dapatkan hasil suara sonor, bunyi nafas klien vesikuler, RR : 24 x/menit.
5) Sistem kardiovaskuler
Sistem perifer: 105 x/ menit, dengan irama teratur dan teraba kuat, akral
hangat, CRT 4 detik, tidak terdapat distensi vena jugularis
Sistem jantung: frekuensi denyut apikal 105 x/menit, irama teratur, bunyi
jantung lup dup S1 dan S2, dan tidak terdapat keluhan nyeri dada pada klien.
6) Sistem neurologi
GCS 15 = E4 M6 V5, tidak terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial, tidak terdapat gannguan neurologis.
7) Sistem pencernaan
Abdomen klien terlihat membesar karena adanya ascites, warna kulit kuning
langsat, tidak terdapat lesi, bisisng usus 9 x/menit, terdapat nyeri tekan, perut klien
teraba keras, dan terdapat suara dullnes.
8) Sistem imunologi
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
9) Sistem endokrin
Nafas tidak berbau keton, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada luka
gangren.
5. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
No Terapi Dosis Pemberian Tanggal
2/ 11/ 18 3/ 11/ 18 4/ 11/ 18
1. Ketorola 15 IV 06 05 06 05 06 05
k mg/12
jam
2. RL 10tpm IVFD √ √ √ √ √ √ √
3. Lasix 1ml/ IV 06 05 06 05 06 05
12jam
4. Omepra 40mg/ IV 06 06 06
zole 24jam
5. Diet ML
6. Transfus 4 kolf
i darah
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Monitor TTV ( TD, suhu, nadi, pernafasan)
b. Kaji skala nyeri
c. Monitor adanya ascites
d. Memberi penkes pada klien dan keluarga
e. Melakukan kolaborasi obat dengan dokter
DATA FOKUS
DS:
- Klien mengatakan sulit BAK sejak 10 hari yang lalu
- Klien mengatakan lelah
- Klien mengatakan badan terasa lebih berat
- Klien mengatakan perutnya terasa begah
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan pusing
- Klien mengatakan badan gemetaran
- Klien mengatakan nafsu makan turun
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan perutnya terasa kembung
- Klien mengatakan terasa pahit saat makan
DO:
-Terdapat edema di kedua kaki kanan kiri
-Pitting edema 3 detik,kedalaman 2-3 mm
-Terdapat asites di abdomen
-perut cembung dan mengkilat
-Turgor kulit tidak elastis
-Terdapat suara dulnes saat di perkusi
-Balance cairan +260
-Konjungtiva anemis
-membran mukosa lembab
-Akral teraba dingin
-TD:140/90 mmHg
-CRT 4 detik
-HB 7,1
-klien makan dengan porsi 2-3 sendok
-klien setiap suap selalu mual
-BB sebelum:55 kg , BB saat ini: 50kg
-IMT=17,73 ( kurus ringan)
C. ANALISA DATA
DO:
-Terdapat edema dikedua
kaki kanan dan kiri
-Pitting edema 3 detik
kedalaman 2-3 mm
-Terdapat asites di abdomen
-Perut cembung dan
mengkilat
-Turgor kulit tidak elastis
-Terdapat dulnes saat di
perkusi
-Balance +260
2. DS: Gangguan Perfusi Penurunan Kadar
- Klien mengatakan lemas Jaringan Perifer HB
- Klien mengatakan pusing
- Klien mengatakan badan
gemetaran
DO:
-Konjungtiva anemis
-membran mukosa lembab
-Akral teraba dingin
-TD:140/90 mmHg
-CRT 4 detik
-HB 7,1
DO:
-Klien makan dengan porsi
2-3 sendok
-Klien setiap suap selalu
mual
-BB sebelum 55 kg, BB saat
ini 50 Kg
IMT= 17,73( Kurus ringan)
DATA PRIORITAS :
DS:
2. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan kadar HB- Klien mengatakan lemas
DS:
- Klien mengatakan pusing
- Klien mengatakan badan gemetaran
DO:
-Konjungtiva anemis
-membran mukosa lembab
-Akral teraba dingin
-TD:140/90 mmHg
-CRT 4 detik
-HB 7,1
3.ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan
ditandai dengan:
DS:
-Klien mengatakan nafsu makan turun
-Klien mengatakan mual
-Klien mengatakan perutnya terasa kembung
-Klien mengatakan terasa pahit saat makan
DO:
-Klien makan dengan porsi 2-3 sendok
-Klien setiap suap selalu mual
-BB sebelum 55 kg, BB saat ini 50 Kg
IMT= 17,73 ( Kurus ringan)
Rencana keperawatan
Nama :Tn.J
No Rm : 00569839
Ruang :murai
3 1 november Ketidaseimba Setelah dilakukan tindakan -monitor asupan kalori makanan harian
2018 ngan nutrisi asuhan keperawatan -Kaji dan catat pemasukan diet
kurang dari diharapkan masalah -tentukan status gizi pasien dan kemampuan
kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
tubuh b.d kurang dari kebutuhan -tawarkan makanan ringan yang padat gizi
kurang tubuh dapat berkurang -berikan makanan sedikit tapi sering
asupan dengan kriteria hasil: -anjurkan keluarga untuk membawa
makanan -Bb klien bertambah makanan favorit pasien sementara (pasien)
-menunjukkan peningkatan berada dirumah sakit atau fasilitas
selera makan perawatan,yang sesuai
-anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
tegak dikursi,jika memungkinkan
-Kolaborasi obat dengan dokter
( omeprazole 40mg/IV)
Implementasi dan Evaluasi
Nama pasien : Tn. J
Ruang : murai
Pukul :
-memberikan cairan dengan tepat
H : klien diberikan cairan IVFD
mikro 10 TPM
R : klien mengatakan perutnya masih
terasa begah
Pukul :
Menimbang BB harian dan pantau
gejala
H : BB klien 50 kg
R : klien menanyakan BB nya saat
ini
Pukul :
Berkolaborasi obat dengan dokter,
diberikan lasix 1 ml/12 jam/IV
H : Diberikan lasix 1 ml/12jam/IV
R : klien menerima tindakan