Anda di halaman 1dari 3

Nyeri

adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal.


Stimulus terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu
yang bersifat fisik dan/atau mental yang terjadi secara alami

Jenis-jenis Nyeri
Nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya nyeri
berlangsung (akut atau kronis), atau dengan kondisi
patologis (contoh: kanker atau neuropatik).
Nyeri Akut/Sementara. Nyeri akut bersifat
melindungi, memiliki penyebab yang dapat
diidentifikasi, berdurasi pendek, dan memiliki sedikit
kerusakan jaringan serta respons emosional. Pada
akhirnya, nyeri akut akan ditangani dengan atau tanpa
pengobatan setelah jaringan yang rusak sembuh.
Itu disebabkan karena nyeri akut dapat diprediksi
waktu penyembuhannya dan penyebabnya dapat
diidentifikasi, hal ini akan membuat para anggota tim
medis merasa termotivasi untuk segera menangani
nyeri tersebut. Penting untuk menyadari bahwa nyeri
akut yang tidak terobati dapat berkembang menjadi
nyeri kronis (Cousins dan Power, 2003; Kehlet et al.,
2006).

Nyeri akut dapat mengancam proses pemulihan


seseorang yang berakibat pada bertambahnya waktu
rawat, peningkatan risiko komplikasi karena imobilisasi
(lihat Bab 37), dan tertundanya proses rehabilitasi.
Kemajuan secara fisik atau psikologis menjadi tertunda
bersamaan dengan menetapnya nyeri tersebut,
dikarenakan klien memfokuskan seluruh energinya
terhadap proses penyembuhan nyeri. Upaya yang
bertujuan untuk mengajarkan dan memotivasi klien
terhadap perawatan diri klien terkadang menjadi
terhambat, sampai nyeri dapat ditangani dengan baik.
Proses penyembuhan nyeri secara menyeluruh tidak
selalu dapat dicapai, tetapi mengurangi rasa nyeri
sampai dengan tingkat yang dapat ditoleransi mungkin
dilakukan. Oleh karena itu, tujuan utama perawat
adalah untuk memberikan pertolongan terhadap nyeri
yang memungkinkan klien dapat berpartisipasi dalam
proses pemulihannya.
Nyeri Kronis/Menetap. Perbedaan utama antara
nyeri kronis dan nyeri akut adalah nyeri kronis
bukanlah suatu hal yang bersifat protektif, sehingga
menjadi tak bertujuan. Nyeri kronis berlangsung
lebih lama dari yang diharapkan, tidak selalu memiliki
penyebab yang dapat diidentifikasi, dan dapat memicu
penderitaan yang teramat sangat bagi seseorang. Nyeri
kronis bisa merupakan hal yang bersifat kanker atau
bukan. Contoh dari nyeri yang bukan bersifat kanker
termasuk artritis, nyeri punggung (low back pain),
nyeri miofasial, sakit kepala, dan neuropatik perifer.
Nyeri kronis yang bersifat bukan kanker biasanya tidak
mengancam hidup. Terkadang area yang mengalami
cedera telah sembuh bertahun-tahun yang lalu, tetapi
nyeri yang dirasakan masih terus berlanjut dan tidak
menunjukkan adanya respons terhadap pengobatan.
Kemungkinan penyebab yang tak diketahui dari
nyeri bukan kanker, digabung dengan nyeri yang tak
henti-hentinya dirasakan oleh klien, dan ketidakpastian
akan durasi/lamanya nyeri, serta perasaan frustasi
klien, secara terus-menerus dapat memicu terjadinya
depresi secara psikologis atau bahkan bunuh diri. Nyeri
kronis bukan kanker merupakan penyebab utama
dari ketidakmampuan fisik dan psikologis, yang dapat
memicu masalah lain seperti kehilangan pekerjaan,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas harian
yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi sosial
dari keluarga serta teman-teman.
Seseorang dengan nyeri kronis bukan kanker
terkadang tidak menunjukkan gejala yang jelas dan
tidak bisa beradaptasi terhadap nyeri, dengan kata lain,
orang tersebut terlihat lebih menderita seiring dengan
waktu dapat menyebabkan kelelahan secara fisik dan
mental. Gejala-gejala yang berhubungan dengan nyeri
kronis bukan kanker mencakup kelelahan, sukar tidur,
anoreksia, penurunan berat badan, apatis, merasa
putus asa, dan marah. Nyeri kronis bukan kanker
menimbulkan rasa gelisah karena ketidaktahuan
bagaimana seseorang akan melewati hari-harinya,
Apabila tidak ada data-data objektif yang mendukung
terjadinya nyeri (pengalaman subjektif), maka beban
terhadap bukti yang nyata, tergantung pada klien (Shaw,
2006). Petugas kesehatan biasanya kurang termotivasi
untuk mengobati nyeri kronis bukan kanker dengan
opiod, meski terdapat penyataan dari kebijakan baru
baru ini (APS, 2002) yang mendukung penggunaan
opioid untuk mengobati nyeri bukan kanker. Selain
itu, American Society of Anesthesiologists (1997),
mengembangkan "Pedoman Praktik Manajemen Nyeri
Kronis yang mencakup penggunaan opioid. Seseorang
dengan nyeri kronis bukan kanker yang sering kali ke
dokter (doctor shop) terkadang diberi label pencari obat,
ketika mereka benar-benar mencari penghilang rasa
nyeri. Hal ini disebut pseudoadiksi (ketergantungan
semu). Perawat perlu mencegah klien dari penggunaan
banyak fasilitas kesehatan untuk mengobati nyeri dan
memilih untuk berobat pada ahlinya. Pusat-pusat
pengobatan nyeri menawarkan pendekatan secara
holistik/menyeluruh terhadap nyeri kronis dengan
menggunakan strategi nonfarmakologis yang sama
baiknya dengan manajemen nyeri menggunakan obat
(farmakologis).

Nyeri Kronis yang Tak Teratur (Episodik). Nyeri


yang sesekali terjadi dalam jangka waktu tertentu
disebut nyeri episodik. Nyeri berlangsung selama
beberapa jam, hari, atau minggu. Sebagai contoh, sakit
kepala sebelah/migrain dan nyeri yang berhubungan
dengan penyakit talasemia (Gruener dan Lande,
2006).

Nyeri Akibat Kanker. Tidak semua klien dengan


kanker mengalami nyeri. Tetapi bagi mereka yang
merasakan nyeri, Agency for Healthcare Research and
Quality (AHRQ),yang sebelumnya dikenal sebagai
Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR)-
melaporkan bahwa hampir 90% klien dapat mengontrol nyeri dalam arti yang sederhana
(Jacox et al. 1994).
Beberapa klien dengan penyakit kanker mengalami
nyeri akut dan/atau kronis. Nyeri tersebut terkadang
bersifat nosiseptif dan/atau neuropatik. Nyeri kanker
biasanya disebabkan oleh berkembangnya tumor
dan berhubungan dengan proses patologis, prosedur
invasif, toksin-toksin dari pengobatan, infeksi, dan
keterbatasan secara fisik. Klien merasakan nyeri di
lokasi tepat di mana tumor berada atau lokasi yang
berada jauh dari tumor, yang mengindikasikan adanya
nyeri. Kaji adanya laporan nyeri baru yang timbul
pada klien saat nyeri terjadi. Meskipun kebutuhan akan pengobatan kanker telah
meningkat, tetapi
masalah mengenai tidak adanya pengobatan masih
terus berlanjut. Hampir 70-90% klien dengan kanker
stadium lanjut mengalami nyeri. Enam puluh persen
dari mereka melaporkan adanya nyeri tingkat sedang
hingga berat (Maxwell et al., 2005).

Nyeri Akibat Proses Patologis. Mengidentifikasi


penyebab nyeri merupakan langkah pertama untuk
mencapai keberhasilan dalam pengobatan nyeri. Nyeri
nosiseptif mencakup nyeri somatik (muskuloskeletal)
dan nyeri viseral (organ dalam). Nyeri neuropatik timbul dari adanya saraf nyeri
yang abnormal atau
rusak (Tabel 43-2). Proses-proses patologis tersebut
memiliki karakter nyeri yang berbeda-beda satu sama
lain. Untuk topik mengenai pengkajian nyeri akan
didiskusikan lebih lanjut.
Nyeri Idiopatik. Karena tidak semua nyeri memiliki
penyebab yang dapat diidentifikasi, maka kategori ketiga
yaitu nyeri idiopatik penting untuk dipertimbangkan.

Nyeri idiopatik adalah nyeri kronis dari ketiadaan


penyebab fisik atau psikologis yang dapat diidentifikasi
atau nyeri yang dirasakan sebagai berlebihnya tingkat
kondisi patologis suatu organ. Contoh dari nyeri
idiopatik adalah sindrom nyeri lokal yang kompleks
(Complex Regional Pain Syndrome/CRPS). Diharapkan
teknologi di masa depan akan mampu mengidentifikasi
penyebab nyeri sehingga akan memberikan pengobatan
yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai