Kelompok 4:
Tingkat : 2A
1. FAJAR MIFTA FAUZI
2. FIKA HATI ANESKA
3. HANIEF ANDICA THAMA
4. HERITA INDRIASARI
5. IDAASTUTI
6. INDAH JIHNA PERTIWI
7. INDH WAHYUNINGTYAS
8. KHOIRUNISA
9. KIKI PUSPITA SARI
Puji syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya, mungkin penulis
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih ada kesalahan.
Makalah ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan GIZI BURUK PADA ANAK“ dan sengaja
dipilih karena menyangkut dengan materi yang akan dibahas serta untuk memenuhi tugas mata kuliah
sistem reproduksi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Khususnya
untuk mahasiswa. Walaupun makalah ini masih memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka
kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang.
1.2 Tujuan
Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi pada anak.
Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi :
Padamakalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal-hal yang akan dibahas
dalam makalah ini terkait dengan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight).
Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta
dampaknya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan
kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan
besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)
yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke
dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau
kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup
lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan
infeksi.
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi
serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak
memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam
waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih
merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat
harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu
ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
1. Penyebab langsung
Penyakit infeksi
1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau
lebih
2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain
ASI sebelum umur 6 bulan
3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau
lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek
7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
1. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus mempunyai penampilan
yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649).
Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia.
1. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan
malformasi kongenital.
1. Tanda dan Gejala
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah
seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat
hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas
menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi
mucus dan sedikit.
1. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
ü Mengukur TB dan BB
ü Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter)
ü Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
ü Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis
yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab
utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan
kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan,
maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
1. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare
kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi
menahun, luka bakar dan penyakit hati.
1. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet
cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam
amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati
terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.
1. Gejala Kwashiorkor
1. Pemeriksaan Labolaturium
Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan
glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan
dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler
khususnya jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering
dijumpai pada malnutrisi berat.
Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung Berikan makan tiap 2 jam, min.
1 hari pertama . Jika tidak sadar, glukosa iv/ glukosa 10% dengan sonde
Terapi: beri makan segera, selimuti termasuk kepala, dekatkan pemanas atau lampu
/tempatkan anak pada dada/perut telanjang ibu à selimuti.
1. Dehidrasi
1. Antibiotik
ü Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4 dosis (2 hr), lanjut per oral
(ampisilin/amoksilin); dan gentamisin 7.6 mg/kgBB iv/im sekali sehari (7 hari)
1. Nutrisi
ü Vitamin-mineral: vit. A hr 1 &2 200.000SI/oral atau 100.ooo SI/IM diulang dosis yang
sama hari ke-14
Fase Transisi
Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100 secara bertahap
140 140
1. Fase Rehabilitasi
1. Diet tinggi kalori 150-220 kkal/kgBB/hr
2. Suplemen zat besi (FeSO4) 10 mg.kgBB/x, 3x/hr
3. Atasi penyebab (infeksi, miskin)
4. Pendidikan gizi dan kesehatan
Orientasi
hokum dan
perintah
Usia sekolah merupakan tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah), dengan karakteristik
sebagai berikut :
1. Erikson Teori
Industri vs inferior (industry vs inferiority) — usia sekolah (6-12 tahun), dengan karakteristik
sebagai berikut :
1. Teori kognitif Piaget fase konkret operasional (7-11 tahun), dengan karakteristik
sebagai berikut :
Memecahkan masalah konkret
Mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri
Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa
mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai
masalah ke depan.
Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan moral dengan baik. Seorang pakar
bernama Lawrence Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan moral ini
dengan menyatakan bahwa pada umumnya manusia mengalami tiga tingkat perkembangan
moral, sebagai berikut:
1. Tahao orientasi mengenai anak yang baik. Agar menjadi anak yang baik,
perbuatannya harus diterima oleh masyarakat.
2. Tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, Di sini seseorang
menyadari kewajibannya untuk ikut melaksanakan norma-norma yang ada dan
mempertahankan pentingnya ada norma-norma.
3. Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Di sini
terhadap perjanjian antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ia berbuat baik
agar diperlakukan dengan baik.
4. Tahap prinsip universal. Di sini terdapat berkembangnya norma etis (kata hati) untuk
menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal.
3. Tingkat III (Post Konvensional) – pada tingkat ini juga ada 2 (dua) tahap:
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan
sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
ü Karakteristik :
– Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginnanya lebih besar pada
aktivitas bermain daripada makan
Pemenuhan nutrisi berdasarkan tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)
1. Hipotermi
Penyebab :
Paparan angin :
1. Genting bocor
2. Dinding berlubang
3. Tidur dekat pintu
4. Selimut dan topi kurang rapat
1. Tidur dilantai
2. Mandi terlalu lama
3. Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare)
4. Hipoglikemi
Penyebab :
1. Tidak dapat/kurang/jarang dapat makan
2. Penyakit Infeksi
Gejala :
1. Hipotemi (<35c)
2. Lemah
3. Penurunan kesadaran
4. Infeksi
5. Diare dan Dehidrasi
6. Syok
Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang, udang , cumi, dan sumber laut
lainnya
Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan
1. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber vitamin A dan
Fe seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel,kembang kol, sawi, selada
2. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C seperti ; jeruk, apel,
papaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing.
3. Susu penuh full cream , yoghurt, susu kacang, keju, mayones
4. Bahan makanan yang dibuat :
5. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena lemak menyebabkan
anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan makanan utama
6. Minuman yang dingin seperti es dan makanan / minuman yang manis seperti sirop,
dodol, permen, coklat, disamping itu makanan yang manis menyebabkan gigi cepat
rusak sehingga anak menjadi susah makan/ sakit kalau makan dan anak cepat
kenyang.
7. Bahan makanan yang dihindari :
8. Makanan jajanan yang tidak bersih karena akan menyebabkan sakit perut
9. Minuman yang mengandung alcohol atau soda seperti : brem, soft drink, karena akan
menyebabkan anak cepat kenyang dan tidak mau makan makanan utama
10. Cara mengatur diet
1. Makan dalam porsi yang kecil tapi sering dan bervariasi agar menarik minat
anak untuk makan
2. Diperlukan kesabaran untuk membujuk anak agar mau makan. Misalnya
sambil diajak bermain, anak tidak boleh dipaksa
3. Untuk anak dibawah 1 tahun , konsistensi makanan diberikan secara bertahap,
dimulai dari anak umur 6 bulan
4. Makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin dan mineral
5. Untuk balita dapat diberikan makanan formula seperti formula tempe ,
formula ikan terutama pada anak yang menderita diare
6. Konsultasi kepada dokter untuk diperiksa kondisi kesehatannya serta
mendapatkan suplemen multi vitamin dan mineral bila diperlukan.
Table kecukupan energi sehari untuk bayi dan anak menurut umur.
Kecukupan Energi
Golongan Umur Kecukupan Energi
Perempuan ( kkal/kg
( tahun ) Laki-laki ( kkal/kg BB )
BB )
0-1 110-120 110-120
4-6 90 90
14-18 40-50 40
1. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
1. Pengkajian Fisik
ü Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
ü Auskultasi
Perkusi
Palpasi
ü hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya. Berapa
besarnya dan apakah ada nyeri tekan
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
Biokimia :
ü Hb anemia
Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi
Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang
Diagnosa
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan
fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
7. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua
ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah.
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi.
9. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan makanan yang kurang, faktor penyakit dan
faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan
ekonomi yang rendah. Diagnosis berdasarkan gambaran klinis yaitu untuk menentukan
penyebab dari perlunya anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap
marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan, serta
penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi
protein. Penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan
rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Berhman, Kliegman dan Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Vol 1. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Chris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wong, L. D & Whaleys, 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2.Jakarta: Media
Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &
Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC
Adiningsih. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda Tip Mengatasi anak sulit makan Sulit makan
sayur dan minum susu. Jakarta: Gramedia.