Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GIZI BURUK PADA ANAK

Kelompok 4:

Tingkat : 2A
1. FAJAR MIFTA FAUZI
2. FIKA HATI ANESKA
3. HANIEF ANDICA THAMA
4. HERITA INDRIASARI
5. IDAASTUTI
6. INDAH JIHNA PERTIWI
7. INDH WAHYUNINGTYAS
8. KHOIRUNISA
9. KIKI PUSPITA SARI

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO


2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya, mungkin penulis
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih ada kesalahan.

Makalah ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan GIZI BURUK PADA ANAK“ dan sengaja
dipilih karena menyangkut dengan materi yang akan dibahas serta untuk memenuhi tugas mata kuliah
sistem reproduksi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Khususnya
untuk mahasiswa. Walaupun makalah ini masih memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Terima kasih.

Metro, MARET 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka
kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang.

1.2  Tujuan

Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi pada anak.
Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi :

1. Mengetahui patofisologi dari gangguan gizi.


2. Mengetahui  manifestasi klinis dari tiap malnutrisi.
3. Menegtahui masalah yang dialami anak dan penatalaksanaan malnutrisi.
4. Mengetahui dampak malnutrisi.
5. Mengetahui proses tumbuh kembang anak usia sekolah terkait masalah.
6. Menerapkan proses keperawatan dari malnutrisi.
7. Mengetahui promotif dan prefentif dari malnutrisi.

1.3  Batasan Masalah

Padamakalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal-hal yang akan dibahas
dalam makalah ini terkait dengan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight).
Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta
dampaknya.

 
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1  Pengertian Gizi Buruk

Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan
kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan
besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)
yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke
dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau
kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup
lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan
infeksi.

Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi
serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak
memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam
waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih
merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat
harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu
ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.

2.2  Penyebab Gizi Buruk

1. Penyebab langsung

Penyakit infeksi

1. Penyebab tidak langsung


1. Kemiskinan keluarga
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
3. Sanitasi lingkungan yang buruk
4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti :

1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau
lebih
2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain
ASI sebelum umur 6 bulan
3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau
lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek
7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.

2.3  Klasifikasi Gizi Buruk

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% :  marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)

Keterangan Gizi Baik(%) Gizi Kurang(%) Gizi Buruk(%)


BB/U 80-100 60-80 <60
TB/U 95-100 85-95 <85
BB/TB 90-100 70-90 <70
LLA/U 85-100 70-85 <70
LLA/TB 85-100 75-85 <75

2.4  Tipe Gizi Buruk

1. Marasmus

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus  mempunyai penampilan
yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649).
Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia.

1. Etiologi

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan
malformasi kongenital.
1. Tanda dan Gejala

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah
seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat
hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas
menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi
mucus dan sedikit.

1. Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

1. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik

ü  Mengukur TB dan BB

ü  Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter)

ü  Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.

ü  Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

 Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.


 

1. Kwashiorkor

Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis
yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat.  Walaupun sebab
utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan
kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan,
maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

1. Etiologi

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare
kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi
menahun, luka bakar dan penyakit hati.

1. Patofisiologi

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet
cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam
amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati
terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.

1. Gejala Kwashiorkor

 Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.


 Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat.
 Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
 Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna
 Hilangnay massa otot
 Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
 Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi
persisikan dan hiperpigmentasi
 Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan
tajam.
 Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
 Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,
disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.

1. Pemeriksaan Labolaturium
Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan
glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan
dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler
khususnya jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering
dijumpai pada malnutrisi berat.

1. Kurang kalori dan protein ( marasmus – kwashiorkor )

Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.

2.5  Penatalaksanaan (kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi)

1. Fase inisial (resusitasi)


1. Hipoglikemia (gula darah < 54 mg/dL)

Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung Berikan makan tiap 2 jam, min.
1 hari pertama . Jika tidak sadar, glukosa iv/ glukosa 10%  dengan sonde

1. Hipotermia (S < 35°C aksila / <35,5°C rektal)

Terapi: beri makan segera, selimuti termasuk kepala, dekatkan pemanas atau lampu
/tempatkan anak pada dada/perut telanjang ibu  à selimuti.

1. Dehidrasi

Dehidrasi R-S, CRO 70-100 ml/kg BB diberikan dlm 8-12 jam

1. Antibiotik

ü  Infeksi tidak nyata: kotrimoksazol (4 mg/kg/hr trimetropim dan 20 mg/kg/hr


sulfametoksazol, dibagi 2 dosis) selama 5 hari

ü  Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4 dosis (2 hr), lanjut per oral
(ampisilin/amoksilin); dan gentamisin 7.6 mg/kgBB  iv/im sekali sehari (7 hari)

1. Nutrisi

ü  Energi 80-100 kkal/kg/hr, cairan 130 ml/kgBB/hr, F75 /2 jam/24 jam

ü  Vitamin-mineral: vit. A hr  1 &2 200.000SI/oral atau 100.ooo SI/IM diulang dosis yang
sama hari ke-14

ü  Asam folat 5 mg hr I, selanjutnya 1 mg/hr 2 minggu

ü  MgSO4 40% 0,25 ml/kgBB/hr maks. 2 ml IM 10 hari

ü  ZnSO4 2-4 mg/kgBB/hr 2 minggu

ü  Tembaga (Cuprum): 0,3 mg/kgBB/hr 2 minggu


1. Pengobatan penyakit lain: TB, diare kronik, PJB.

Fase Transisi

Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100 secara bertahap

Energi 0,75 kkal/ml 1kkal/ml


 Susu bubuk 25 80
tanpa lemak
 Gula    
 Tepung sereal
 Minyak sayur 70 50
 Campuran
mineral 35 –
 Campuran
vitamin 27 60
 Air
20 20

   

140 140

   

+ sampai vol total 1000 +  sampai vol total 1000


ml ml
     

1. Fase Rehabilitasi
1. Diet tinggi kalori 150-220 kkal/kgBB/hr
2. Suplemen zat besi (FeSO4) 10 mg.kgBB/x, 3x/hr
3. Atasi penyebab (infeksi,  miskin)
4. Pendidikan gizi dan kesehatan

2.6  Tumbuh Kembang

Table 1.1 perkembangan kepribadian, moral, dan kognitif.

Tahap / Radius hubungan Tahap Tahap Tahap Tahap


usia bermakna(sullivan psikoseksua psikoeksual kognitif penilaian
) l (Freud) (piaget) moral
(Erikcson) (Kohlberg)
Masa Tetangga, sekolah Latensi Industry vs Operasi Tingkat
anak- inferioriti konkrit
anak (berfikir konvensional
(sekolah) induktif dan
6-12 mulai logis) Orientasi anak
tahun laki-laki yang
(4-7 tahun) baik,
perempuan
manis

Orientasi
hokum dan
perintah

1. Pengelompokkan tumbuh kembang berdasarkan teori tumbuh kembang

1. Teori  psikososial Sigmund Freud

Usia sekolah  merupakan tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah), dengan karakteristik
sebagai berikut :

 Energi digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual


 Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).
 Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman
sebaya yang sama jenis kelaminnya.
 Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini
 Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang
motivasi diri.

1. Erikson Teori

Industri vs inferior (industry vs inferiority) — usia sekolah (6-12 tahun), dengan karakteristik
sebagai berikut :

 Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing


dan ketekunan.
 Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman
sebaya.
 Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-
benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian
 Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah.
 Perasaan inferior — terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk
belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau
merupakan masalah.
 Perasaaan inferior—ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam
perkembangan ketrampilan fisik dan mencari teman.

1. Teori kognitif Piaget fase konkret operasional (7-11 tahun), dengan karakteristik
sebagai berikut :
 Memecahkan masalah konkret
 Mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri
 Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa
mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai
masalah ke depan.

1. Teori Moral Kohlberg

Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan moral dengan baik. Seorang pakar
bernama Lawrence Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan moral ini
dengan menyatakan bahwa pada umumnya manusia mengalami tiga tingkat perkembangan
moral, sebagai berikut:

2. Tingkat II (Konvensional) – pada tingkat ini ada 2 (dua) tahap:

1. Tahao orientasi mengenai anak yang baik. Agar menjadi anak yang baik,
perbuatannya harus diterima oleh masyarakat.
2. Tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, Di sini seseorang
menyadari kewajibannya untuk ikut melaksanakan norma-norma yang ada dan
mempertahankan pentingnya ada norma-norma.
3. Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Di sini
terhadap perjanjian antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ia berbuat baik
agar diperlakukan dengan baik.
4. Tahap prinsip universal. Di sini terdapat berkembangnya norma etis (kata hati) untuk
menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal.

3. Tingkat III (Post Konvensional) – pada tingkat ini juga ada 2 (dua) tahap:

 Usia sekolah (6-12 tahun)

Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan
sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.

 Anak usia 6-7 tahun :

ü  Membaca seperti mesin

ü  Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang

ü  Membaca waktu untuk seperempat jam

ü  Anak wanita bermain dengan wanita

ü  Anak laki-laki bermain dengan laki-laki

ü  Cemas terhadap kegagalan

ü  Kadang malu atau sedih

ü  Peningkatan minat pada bidang spiritual


 Kebutuhan  nutrisi terkait  tumbuh kembang anak usia sekolah

ü  Kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85kkal/kg BB.

ü  Karakteristik :

–          Anak dapat mengatur pola makn sendiri

–          Adanya pengaruh teman atau jajanan

–          Kebiasaan menyukai satu makannan berangsur-angsur hilang

–          Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginnanya lebih besar pada
aktivitas bermain daripada makan

 Pemenuhan nutrisi berdasarkan tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)

2.7  Akibat Gizi Buruk

1. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulanginoleh tenaga kesehatan


2. Kurang cerdas
3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal
4. Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.

2.8  Komplikasi Gizi Buruk

1. Hipotermi

Penyebab :

1. Tidak/kurang/jarang diberi makan


2. Menderita Infeksi

Paparan angin :

1. Genting bocor
2. Dinding berlubang
3. Tidur dekat pintu
4. Selimut dan topi kurang rapat

Menempel benda yang dingin:

1. Tidur dilantai
2. Mandi terlalu lama
3. Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare)
4. Hipoglikemi

Penyebab :
1. Tidak dapat/kurang/jarang dapat makan
2. Penyakit Infeksi

Gejala :

1. Hipotemi (<35c)
2. Lemah
3. Penurunan kesadaran
4. Infeksi
5. Diare dan Dehidrasi
6. Syok

2.9  Tindakan untuk Mencegah Hipoglikemi dan Hipotermi

1. Suhu kamar hangat


1. Atap , bocor dinding , berlubang
2. Tidur dekat jendela
3. Jangan gunakan kipas angina
4. Tubuh anak dihangati
1. Gunakan cara kanguru
2. Gunakan selimut,topi & kaos kaki
3. Jangan mandi terlalu lama (<5>
4. Jangan gunakan botol panas,Inkubator
5. Sering diberi makan ( makan yang benar )
6. Obati Infeksi

2.10     Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang

1. Bahan makanan yang dianjurkan


1. Semua sumber hidrat arang : bubur nasi tim, bubur roti, gandum, pasta,
jagung, kentang, sereal dan singkong
2. Sumber protein

 Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang, udang , cumi, dan sumber laut
lainnya
 Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan

1. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber vitamin A dan
Fe seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel,kembang kol, sawi, selada
2. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C seperti ; jeruk, apel,
papaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing.
3. Susu penuh full cream , yoghurt, susu kacang, keju, mayones
4. Bahan makanan yang dibuat :
5. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena lemak menyebabkan
anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan makanan utama
6. Minuman yang dingin seperti es dan makanan / minuman yang manis seperti sirop,
dodol, permen, coklat, disamping itu makanan yang manis menyebabkan gigi cepat
rusak sehingga anak menjadi susah makan/ sakit kalau makan dan anak cepat
kenyang.
7. Bahan makanan yang dihindari :
8. Makanan jajanan yang tidak bersih karena akan menyebabkan sakit perut
9. Minuman yang mengandung alcohol atau soda seperti : brem, soft drink, karena akan
menyebabkan anak cepat kenyang dan tidak mau makan makanan utama
10. Cara mengatur diet
1. Makan dalam porsi yang kecil tapi sering dan bervariasi agar menarik minat
anak untuk makan
2. Diperlukan kesabaran untuk membujuk anak agar mau makan. Misalnya
sambil diajak bermain, anak tidak boleh dipaksa
3. Untuk anak dibawah 1 tahun , konsistensi makanan diberikan secara bertahap,
dimulai dari anak umur 6 bulan
4. Makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin dan mineral
5. Untuk balita dapat diberikan makanan formula seperti formula tempe ,
formula ikan terutama pada anak yang menderita diare
6. Konsultasi kepada dokter untuk diperiksa kondisi kesehatannya serta
mendapatkan suplemen multi vitamin dan mineral bila diperlukan.

Table kecukupan energi sehari untuk bayi dan anak menurut umur.

Kecukupan Energi
Golongan Umur Kecukupan Energi
Perempuan ( kkal/kg
( tahun ) Laki-laki ( kkal/kg BB )
BB )
0-1 110-120 110-120

1-3 100 100

4-6 90 90

6-9 80-90 60-80

10-14 50-70 40-55

14-18 40-50 40

Table Contoh menu sehari-hari

Pagi Siang Malam


Nasi goreng Nasi Nasi

Telur dadar Ayam goreng Empal daging

Ketimun + tomat Tempe bacem Tahu pepes

Susu Sayur bening bayam Sup sayuran

Jeruk manis Pisang


Susu
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00
Bubur kacang hijau Puding coklat Biscuit, Susu

2.11     Proses Keperawatan

1. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

1. Riwayat Keperawatan Sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.

1. Pengkajian Fisik

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too
yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah,
dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran


antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda
dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

 Penurunan ukuran antropometri


 Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
 Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
 Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
 Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
 Edema tungkai
 Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas
jari kaki, paha dan lipat paha).
 Inspeksi

ü  Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki

ü  Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut

ü  Mata cekung dan pucat

ü  Pada marasmus terlihat pergerakan usus

ü  Auskultasi

ü  dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4

ü  bagaimana dengan tekanan darahnya

ü  dengarkan juga bunyi peristaltik usus

ü  bunyi paru – paru terutama weezing dan ronchi

 Perkusi

ü  perut apakah terdengar adanya shitting duilnees

ü  bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi

 Palpasi

ü  hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya. Berapa
besarnya dan apakah ada nyeri tekan

ü  pada marasmus usus terasa dengan jelas

ü  limpa : apakah terjadi pembesaran limpa

ü  tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai

1. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik


normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

 Pemeriksaan Labolatorium

Biokimia :

ü  Hb anemia

ü  kadar albumin yang rendah

ü  kadar globulin kadang – kadang rendah dan tinggi

ü  kadar asam amino biasanya kurang dari satu

Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi

Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang

 Diagnosa
1.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
6.      Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan
fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
7.      Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua
ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah.
8.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi.
9.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).

4.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan nutrisi Pasien mendapat1.     Dapatkan 1.      Riwayat diet
kurang dari nutrisi yang riwayat diet untuk data klien
kebutuhan tubuh adekuat. 2.      Dorong orangtua
2.      Sebagai support
berhubungan Setelah atau anggota untuk anak
dengan intake dilakukan keluarga lain ketika makan
makanan tidak tindakan untuk menyuapi
3.      Untuk
adekuat (nafsu keperawatan, anak atau ada menambah
makan diharapkan disaat makan semangat makan
berkurang) pasien akan 3.      Gunakan alat si anak
(Wong, 2004), dapat makan yang
4.      Mencegah
yang ditandai -  meningkatkan dikenalnya terjadinya hal-
dengan: masukan oral. 4.      Perawat harus ada hal yang tidak
DS : Klien -  Nafsu makan saat makan untuk diinginkan,
mengeluh badan meningkat memberikan memberi
lemah, -  badan tidak bantuan, semangat untuk
anoreksia, lesu, lemah, ceria dan mencegah anak
mudah lelah segar gangguan dan
5.      Menggunakan
DO: berat badan -  BB normal, hb memuji anak alat makan yang
turun, berat normal untuk makan dikenal oleh
badan tidak -  edema hilang mereka anak akan
sesuai dengan -  rambut distribusi5.      Sajikan menambah
tinggi badan, rata, hitam makansedikit tapi semangat untuk
edema, rambut nampak sering makanm
kering, kusam, berminyak 6.      Sajikan porsi
6.      Memenuhi
jarang, putih dan -    hepar tidak kecil makanan dan kebutuhan
mudah dicabut, membesar berikan setiap nutrisi anak.
kulit kering dan porsi secara
7.     
bersisik, hepar terpisah Mempertahanka
membesar, hb 7.      berikan makanan n keseimbangan
rendah, mata TKTP, dilakukan kebutuhan
pucat dancekung. secara bertahap protein dan
8.      observasi intake kalori anak
dan output 8.      Memastikan
9.      observasi TTV haluaran output
10.  kolaborasi dengan sesuai dengan
tenaga kesehatan intake anak
lain untuk
9.      Memenuhi
pemberian vitamin kebutuhan anak
dan gizi untuk untuk kebutuhan
makanannya. tubuhnya
11.  penyuluhan
10.  Menambah
kesehatan pengetahuan
anak dan
keluarga
2. Defisit volume Tidak terjadi 1.      Monitor tanda- 1.      Untuk
cairan dehidrasi tanda vital dan mengetahui
berhubungan Setelah tanda-tanda TTV dan tanda
dengan diare, dilakukan dehidrasi dehidrasi anak
mual, muntah. tindakan 2.      Monitor jumlah 2.      Untuk
DS: respon keerawatan, dan tipe masukan mengetahui
verbal dari klien diharakan klien cairan cairan pada anak
dan keluarga. akan daat: 3.      Ukur kaluaran 3.      Untuk
DO: klien BAB         Mukosa bibir urine dengan mengetahui
sehari > 3kali lembab akurat keseimbangan
        tidak terjadi 4.      Dorong keluarga antara input dan
peningkatan untuk membantu output
suhu pasien makan 4.      Meningkatkan
        turgor kulit 5.      Tawarkan nutrisi klien
baik makanan ringan 5.      Mempercepat
6.      Atur pemulihan
kemungkinan volume cairan
transfusi yang berkurang
7.      Pelihara IV line 6.      Mencegah
8.      Monitor respon infeksi
klien dengan 7.     
penambahan Mengidentifikas
cairan i apakah terdapat
reaksi alergi atau
reaksi yang
tidak diinginkan.
3 Gangguan Tujuan : Tidak
1.      Monitor 1.      Mencegah
integritas kulit terjadi gangguan kemerahan, terjadinya
berhubungan integritas kulit pucat,ekskoriasi kerusakan pada
dengan 2.      Dorong mandi kulit
gangguan Kriteria hasil : 2xsehari dan 2.      Mandi dapat
nutrisi/status a.    kulit tidak gunakan lotion menjaga
metabolik. kering setelah mandi kebersihan kulit
DS: keluarga b.    kulit tidak
3.      Massage kulit 3.      Massage dapat
klien bersisik Kriteria mencegah
menyatakan c.    elastisitas hasilususnya terjadinya
klien tidak normal diatas penonjolan kerusakan kulit
bergairah dan tulang 4.      Baring yang
lesu. 4.      Ubah posisi sering akan
DO: klien kulit baring pasien mengakibatkan
bersisisk, kering. setiap 2 jam. penekanan pada
kulit

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan makanan yang kurang, faktor penyakit dan
faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan
ekonomi yang rendah. Diagnosis berdasarkan gambaran klinis yaitu untuk menentukan
penyebab dari perlunya anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap
marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan, serta
penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi
protein. Penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan
rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Berhman, Kliegman dan Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Vol 1. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Chris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wong, L. D & Whaleys, 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Mansjoer,Arif. 2000.  Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2.Jakarta: Media
Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &
Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC
Adiningsih. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda Tip Mengatasi anak sulit makan Sulit makan
sayur dan minum susu. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai