Anda di halaman 1dari 14

CASE METHOD

PENYAKIT DENGAN MASALAH GIZI

DOSEN PENGAMPUH:
Dra. FATMA TRESNO INGTYAS, M.Si
MAWADDAH AZIZAH SARI WARUWU, S.Pd,. M.Pd
ERNI RUKMAN, S.Gz,. M.S

DISUSUN OLEH:
LIWA USHIDQI 5223342021

PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah case method ini.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam penyelesaian
makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasa yang saya gunakan.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
para pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah case method ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah case method yang membahas
tentang “penyakit dengan masalah gizi” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Rabu, 15 maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.........................................................................................1
A. Gambaran kasus..................................................................................2
Bab II Pembahasan........................................................................................3
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................4
B. Definisi ...............................................................................................5
C. Tanda gejala........................................................................................6
D. Penyebab masalah...............................................................................7
Bab III Penutup.............................................................................................8
A. Solusi dari segi tata boga....................................................................9
Daftar Pustaka.............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran kasus

1. Gambaran kasus pertama (kurang gizi)

Kurang gizi adalah kondisi dimana tubuh tidak memperoleh asupan


nutrisi yang cukup seperti asupan protein, vitamin, kalori hingga mineral.
Adapun efek dari kekurangan gizi tersebut akan menyebabkan tubuh kurus,
wasting, hingga stunting. Malnutrisi juga bisa menyerang siapa pun itu. Baik
anak-anak, maupun orang dewasa.

2. Gambaran kasus kedua (obesitas)


Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang
digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Pada Kasus narasumber
yang saya wawancara ia mengalami berat badan dan tinggi badan yang tidak
ideal memilki berat badan 72 kg dengan tinggi badan 172 cm, dimana
idealnya tinggi badan 172 cm seharusnya memiliki berat badan 58-65 kg.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

Balita kurus adalah suatu kondisi dimana balita menderita gangguan gizi
dengan diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian tinggi badan per berat badan
(Hasyim, 2017). Kurang Energi Protein merupakan masalah gizi yang masih
banyak terjadi di Indonesia Tercatat pada tahun 2010 prevalensi gizi kurang masih
17.90% dan sebanyak 8 juta anak balita atau 35.60% jumlah keseluruhan balita
Indonesia mengalami gizi buruk kategori “stunting†atau tinggi badan lebih
rendah dibanding balita normal. Hal tersebut terjadi karena produk olahan yang
mencukupi asupan gizi protein dijual dengan harga yang cukup mahal karena
sumbernya masih terbatas pada susu sapi. Di sisi lain, tingkat konsumsi mie
instan di Indonesia semakin meningkat konsumsi mie instan di Indonesia
merupakan kedua terbesar dunia setelah Cina. Keberadaan mie instan di Indonesia
mulai menjadi makanan pokok kedua setelah beras. Selain praktis dan mudah
penyajiannya, harga mie instan cukup murah dan terjangkau. Sementara belalang
kayu dianggap sebagai hewan liar atau hama. Belalang dapat berpotensi sebagai
sumber protein non-konvesional atau sumber protein yang belum banyak
dikonsumsi oleh masyarakat sehingga perlu penelitian lebih mendalam mengenai
kualitas protein yang dikandung oleh belalang.

B. Definisi

Jika sebelumnya pengertian gizi buruk secara umum dapat diartikan


sebagai kondisi serius. Dimana asupan makan seseorang tidak sesuai dengan
nutrisi yang semestinya diperlukan. Maka, Gizi kurang sendiri dapat diartikan
lebih spesifik sebagai kondisi dimana nutrisi tidak dipenuhi dengan baik. Dalam
kondisi ini, seseorang tidak mencukupi asupan nutrisi seimbang layaknya protein,
kalori, vitamin, atau mineral.
Tentunya, hal ini berdampak besar bagi kesehatan tubuh manusia. Antara lain,
kondisi kekurangan gizi ini berdampak pada gizi kurus atau wasting, stunting, dan
kurangnya berat badan.

Obesitas adalah kondisi yang menggambarkan seseorang memiliki badan


berlebih, kegemukan dan mengandung banyak lemak pada tubuhnya. Terdapat
bermacam cara untuk melakukan klasifikasi terhadap kegemukan, tetapi metode
yang paling banyak digunakan adalah menggunakan indeks massa tubuh (IMT).
Metode ini dilakukan dengan mengukur perbandingan antara berat badan
(kilogram) dan tinggi badan (meter) kuadrat.

Obesitas terjadi ketika kadar kalori masuk lebih banyak dari yang
dibutuhkan oleh tubuh. Hal tersebut menyebabkan energi menjadi berlebihan,
sehingga diubah menjadi cadangan dalam bentuk lemak. Selain itu, pengaruh
genetik, perilaku dan hormonal pada berat badan juga menjadi salah satu
penyebab obesitas.

C. Tanda dan gejala


a. Kurang gizi

1. Penurunan berat badan. Kehilangan berat badan 5-10% dalam kurun


waktu 6 bulan.
2. Memiliki resiko malnutrisi dengan indeks massa tubuh (IMT) dibawah
18,5 kg/m2.
3. Nafsu makan dan minum berkurang.
4. Merasakan lelah dan lemas sepanjang waktu.
5. Mudah terserang penyakit Sering sakit dan butuh waktu untuk pulih.
Gejala klinis obesitas:

1. Pertumbuhan berjalan dengan cepat?pesat di sertai adanya


ketidakseimbangan antara peningkatn bert bdan yang berlebihan
dibandingkan dengan tinggi badannya.
2. Jaringan lemak bawah kulit menebal sehingga tebal llipatan kulit lebih
daripd yang normal dan kulit Nampak lebih kencang.
3. Perut membesar menyerupai bandul lonceng, dan kadang disertai
garis-garis putih atau ungu.
4. Pada kegemukan yang berat mungkin terjadi gangguan jantung dan
paru yang disebut sindroma Pickwickian dengan gejala sesak nafas,
sianosis, pembesrnjantung dan kadang-kadang penurunan kesadaran.

D. Penyebab masalah

a.Secara umum, kurang gizi pada anak disebabkan oleh tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi harian. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh faktor-faktor
berikut ini:

1. Ketidak tahuan orang tua tentang gizi. Kurangnya pengetahuan orang tua
terhadap pola makan sehat dan gizi seimbang merupakan penyebab umum
kurangnya gizi pada anak. Bila orang tua tidak mengetahui jenis dan
jumlah nutrisi yang dibutuhkan anak, asupan nutrisi yang diberikan bisa
tidak mencukupi kebutuhan anak sehingga ia menjadi kurang gizi.
2. Tingkat sosial dan ekonomi rendah. Kondisi sosial ekonomi keluarga yang
kurang baik juga bisa menyebabkan anak kekurangan gizi. Hal ini karena
porsi dan jenis makanannya tidak memenuhi kebutuhan gizi dalam waktu
lama. Namun, hal itu bisa diakali dengan mengetahui sumber makanan
bergizi yang mudah ditemui serta tidak mahal tapi kebersihannya terjaga.
3. Kebersihan lingkungan yang buruk. Lingkungan yang tidak bersih juga
dapat menyebabkan anak mengalami kekurangan gizi, sebab lingkungan
yang kotor bisa membuat anak terserang beragam penyakit. Hal ini dapat
menyebabkan penyerapan gizi terhambat, meskipun asupan makanannya
sudah baik.
4. Menderita penyakit tertentu. Selain karena makanan, anak kurang gizi bisa
juga disebabkan oleh suatu penyakit atau kondisi medis, terutama penyakit
saluran pencernaan yang membuat tubuh anak sulit mencerna atau
menyerap makanan. Contohnya adalah penyakit celiac,penyakit crohn dan
radang usus. Selain itu, penyakit jantung bawaan dan penyakit infeksi,
seperti TB paru, juga bisa menyebabkan anak mengalami kurang gizi.

b. Berbeda dengan kelebihan berat badan, obesitas termasuk masalah


kesehatan yang serius. Pasalnya, ada berbagai bahaya dari obesitas yang bisa terjadi
bila tidak segera ditangani, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

1. faktor genetik. Genetik atau faktor keturunan termasuk penyebab obesitas


yang paling sering terjadi. Anak dari orangtua yang mengalami kegemukan
lebih berisiko dibandingkan anak dengan orangtua yang memiliki berat badan
ideal.

Faktor keturunan menjadi penyumbang utama karena gen memberikan


instruksi pada tubuh untuk merespon perubahan di lingkungannya. Jadi,
susunan genetik Anda berpengaruh besar terhadap berat badan.

2. Pola makan tidak sehat. Tidak hanya genetik, pola makan tidak sehat bisa
menjadi faktor penyebab obesitas. Hal ini dikarenakan jumlah asupan kalori
ke tubuh memiliki dampak langsung terhadap berat badan Anda.

Sebagai contoh, konsumsi kalori yang lebih banyak daripada yang dibakar
tubuh tentu dapat memicu kenaikan berat badan. Akibat dari pola makan
tidak sehat ini juga dipengaruhi oleh pilihan makanan dan kebiasaan makan.

3. Jarang bergerak dan olahraga. Dibandingkan pola makan tidak


sehat, jarang bergerak dan berolahraga bisa menjadi penyebab lonjakan kasus
obesitas di banyak negara. Hal ini dibuktikan melalui penelitian dari Stanford
University.

Para peneliti dari universitas di Amerika Serikat ini memeriksa hasil survei
kesehatan nasional dari 1988 hingga 2010. Mereka menemukan bahwa
peningkatan risiko obesitas lebih banyak dipengaruhi oleh jarang bergerak
dibandingkan pola makan tidak sehat.

Para ahli berpendapat hal ini mungkin terjadi karena jumlah kalori yang
dimakan tidak terbakar sepenuhnya. Akibatnya, kalori yang tersisa berubah
menjadi lemak dan menumpuk di bagian perut hingga memicu kenaikan berat
badan.

Meski begitu, pola makan tetap menjadi faktor penyebab obesitas yang
diperhitungkan. Jadi, obesitas baru bisa diatasi bila Anda menjalani
keduanya, yaitu pola makan yang sehat yang dibarengi dengan rutin
berolahraga.

4. Penyakit dan obat tertentu. Ada sejumlah penyakit yang bisa menjadi
penyebab obesitas karena kenaikan berat badan yang berlebihan,
seperti sindrom ovarium polikistik. Sementara itu, penggunaan obat-obatan
juga bisa memicu berat badan berlebih. Pasalnya, ada kemungkinan tubuh
terpapar bahan kimia dari obat-obatan tersebut dan hal ini juga turut
dipengaruhi oleh peran mikrobioma.
5. Usia. Tahukah Anda bahwa perubahan hormon dan gaya hidup malas gerak
(kurang aktif) akan terjadi seiring bertambahnya usia? Sayangnya, hal ini
ternyata bisa menjadi faktor risiko dari obesitas. Obesitas adalah masalah
kesehatan yang dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga
lansia. Namun, semakin tua seseorang, ternyata semakin jarang mereka
berolahraga. Gaya hidup yang kurang aktif tersebut juga diperparah dengan
jumlah massa otot dalam tubuh yang menurun. Umumnya, massa otot yang
lebih rendah dapat menyebabkan penurunan metabolisme yang membuat
kebutuhan kalori berkurang.
6. Stres. Sudah bukan rahasia umum lagi bila stres bisa menyebabkan obesitas
secara tidak langsung tanpa Anda sadari. Pada saat dilanda stres, Anda
mungkin merasa lebih sulit untuk makan sehat. Beberapa orang ketika merasa
sangat stres membiarkan dirinya untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya
dengan makan. Makan akibat stres ini kemungkinan besar didominasi oleh
makanan berkalori tinggi, bahkan saat Anda tidak merasa lapar. Bila
kebiasaan ini diteruskan tanpa dibarengi dengan aktivitas fisik, tentu bisa
memicu kenaikan berat badan yang bisa berakhir pada obesitas.
7. Lingkungan sekitar. Melansir CDC, kebiasaan makan dan aktivitas fisik
seseorang dan keluarganya juga turut dipengaruhi oleh lingkungan dan
komunitas sekitarnya. Jadi, lingkungan sekitar juga menjadi faktor risiko
obesitas yang perlu diwaspadai. Sebagai contoh, Anda mungkin tidak dapat
berjalan atau bersepeda ke kantor atau ke toko karena trotoar atau jalur
sepeda yang tidak memadai. Hal ini pun berlaku ketika orang di sekitar tidak
mengajari atau tidak memiliki akses ke makanan yang lebih sehat. Tidak
hanya rumah dan lingkungan sekitar, sekolah, perawatan kesehatan, hingga
tempat kerja juga memengaruhi aktivitas sehari-hari. Itu sebabnya, penting
untuk menciptakan lingkungan yang memudahkan aktivitas fisik dan pola
makan sehat. Perlu diingat bahwa memiliki satu atau lebih faktor risiko ini
tidak berarti Anda ditakdirkan untuk mengalami obesitas. Anda bisa
mengatasi sebagian besar faktor penyebab obesitas lewat pola makan,
aktivitas fisik, dan perubahan perilaku.

BAB III

PENUTUP

A. Solusi dari segi boga

Aturan makan untuk anak yang mengalami kurang gizi biasa sebagai berikut:

 Berikan nutrisi lainnya seperti protein, vitamin, serta mineral, guna


mempercepat pembentukan jaringan baru.
 Energi dari protein sekitar 12 hingga 15%
 Energi dari lemak sekitar 30%
 Berikan berbagai makanan dengan kandungan energi yang tinggi guna
mendukung kenaikan berat badan.
Sedangkan berbagai pilihan sumber makanan untuk anak dengan kurang gizi, bisa
diperoleh dari:

 Sumber makanan hewani seperti daging merah, daging ayam, ikan, susu, telur,
dan lainnya.
 Serat dalam taraf sedang.
 Rendah garam

Solusi dari segi boga untuk kurang gizi:


Pembuatan bubur beras merah

Perlu diperhatikan bahwa anak-anak dengan masalah kurang gizi memerlukan asupan
makanan yang padat supaya mendukung perbaikan pencernaannya. Ada berbagai
macam jenis makanan padat untuk kenaikan berat badan si kecil, termasuk juga bubur
beras merah yang biasanya kebanyakan digunakan untuk diet. Khusus untuk menu
sehat bagi anak, Anda bisa memberikan tambahan rasa, yakni dari kaldu sapi atau
kaldu ayam. Hanya saja, di awal jangan diberikan terlalu banyak kepada anak Anda
karena menyesuaikan kenyamanan perut si kecil juga. Biasanya anak balita harus
beradaptasi pelan-pelan terhadap makanan-makanan padat.

Berikut ini bahan dan cara pembuatannya

Bahan:

 1 gelas biji beras merah


 7 lembar daun bayam, cincang halus
 1 kotak kecil tahu, potong dadu kecil-kecil
 50 gram dada ayam yang telah direbus, cincang halus
 Garam, penyedap dan gula secukupnya
 Kaldu ayam, secukupnya
 Air, secukupnya kira-kira 1,5 liter

Cara buat:

1. Rendam beras merah selama semalam. Rendam hingga beras merah cukup
rapuh.
2. Masak beras merah dengan air hingga matang dan mendidih. Tambahkan air
jika beras merah belum empuk. Rebus hingga beras merah benar-benar empuk
dan lunak.
3. Tambahkan daun bayam, tahu, ayam cincang, garam, penyedap dan sedikit
gula. Aduk rata.
4. Tambahkan kaldu ayam dan air secukupnya.
5. Rebus semua bahan dan aduk-aduk hingga semua bahan tercampur rata.
Koreksi rasa.
6. Masak hingga beras merah bertekstur halus dan menjadi bubur sesuai selera.

Bagi orang yang menngalami obesitas lebih baik mengutamakan konsumsi


bahan makanan sumber protein rendah lemak, seperti ikan, putih telur, ayam tanpa
kulit, susu dan keju rendah lemak, tempe tahu, dan kacang-kacangan yang diolah.

Solusi menu dari bidang boga adalah:

Nugget ikan patin

Bahan dan alat:

1. 5 potong ikan patin (-/+ 500 gram)


2. 1 buah wortel, parut
3. 6 buah buncis (me : skip)
4. 1 butir telur
5. 4 siung bawang putih
6. 5 sdm tepung terigu
7. 5 sdm tepung panir / tepung roti
8. secukupnya Merica bubuk
9. secukupnya Garam
10. (me : kaldu jamur secukupnya)
11. Bahan pelapis :
12. Tepung terigu + air (kekentalan sedang)
13. Tepung panir / tepung roti

Cara membuat:

Langkah 1

Kukus ikan patin kurang lebih 15 menit, agar memudahkan memisahkan antara duri
kulit dan dagingnya. Pisahkan, ambil dagingnya saja

Langkah 2

Campur bawang putih yang telah di haluskan dengan semua bahan, aduk rata
kemudian tuang ke dalam loyang yang telah di oles tipis dengan minyak.

Langkah 3

Kukus selama kurang lebih 15 - 20 menit. Dinginkan lalu potong2 sesuai selera

Langkah 4

Masukkan potongan nugget ke dalam bahan pelapis lalu balurkan pada tepung panir,
lakukan hingga adonan habis. Masukkan ke dalam freezer selama kurang lebih 15
menit

Langkah 5

Nugget siap di goreng atau di simpan dalam freezer


DAFT

AR PUSTAKA

https://www.google.com/search?kgmid=/m/01m4w4&hl=id-
ID&q=Malagizi&kgs=fa5d071d715ba213&shndl=17&source=sh/x/kp/osrp/4

https://www.google.com/search?kgmid=/m/0fltx&hl=id-
ID&q=Kegemukan&kgs=a2c3579031a0b93f&shndl=17&source=sh/x/kp/osrp/4

https://www.fimela.com/food/read/5077384/resep-bubur-beras-merah-yang-lembut-dan-
kaya-nutrisi

Anda mungkin juga menyukai