Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GIZI USIA DEWASA

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1. DIAH PUSPITASARI 156020010


2. RIVALDI 1526020022

DOSEN PEMBIMBING

NURUL KHAIRANI, STP, MKM

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Gizi Usia Dewasa.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua..

Bengkulu, Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Gizi Usia dewasa ..................................................................... 3
B. Penyakit Degeneratif ............................................................... 8
C. Cara pencegahan ..................................................................... 13
D. Pengobatan ............................................................................... 13
E. Masalah Gizi Usia Dewasa ...................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia memerlukan dan
menghendaki makanan yang bergizi guna pertumbuhan dan perkembangan
tubuh, kesehatan, kegairahan, dan berbagai daya kegiatannya. Keadaan gizi
dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Sekarang
masalah gizi banyak sekali ditemukan di Indonesia. Masalah gizi kurang
umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan. Dengan demikian, sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian
terhadap masyarakat guna mencegah terjadinya resiko kurang gizi.
Tingginya angka kematian, salah satunya diakibatkan kekurangan gizi.
Mulai dari bayi dilahirkan. Masalahnya sudah mulai muncul, yaitu dengan
banyaknya bayi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR<2.5 Kg).
Masalah ini terus berlanjut dengan tingginya masalah gizi krang pada balita,
remaja, dewasa dan usia lanjut.
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah
multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan
berbagai sektor yang terkait.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan gizi?
2. Apa yang dimaksud dengan zat gizi?
3. Apa zat makanan yang diperlukan tubuh?
4. Apa gejala akibat kekurangan gizi?
5. Apa hal-hal yang berpengaruhi terhadap konsumsi makanan?

1
6. Apa gizi yang seimbang dalam makanan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian gizi.
2. Mahasiswa dapat memahami zat gizi yang terkandung dalam makanan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui zat makanan yang diperlukan tubuh.
4. Mahasiswa dapat memahami gejala akibat kekurangan gizi.
5. Mahasiswa dapat memperluas wawasan tentang gizi yang seimbang dalam
makanan sehari-hari.

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui pentingnya gizi seimbang dalam tubuh.
2. Untuk meningkatkan kesedaran tentang hidup sehat.
3. Untuk mengetahui zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gizi Usia dewasa


Usia dewasa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu disebut Usia 19-29
tahun 30-49 tahun dewasa muda, sedangkan usia 60-64 tahun disebut dewasa
setengah tua. Kebutuhan gizi ada usia dewasa berubah sesuai kelompok usia
tersebut peranan gizi pada usia dewasa berubah sesuai kelompok usia tersebut.
Peranan gizi pada usia dewasa terutama adalah untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan. Makan merupakan salah satu kesenangan dalam
hidup. Memilih makanan secara bijak selama usia dewasa, dapat menunjang
kemampuan seseorang dalam menjaga kesehatan fisik, emosional, mental dan
mencegah penyakit.
Tujuan utama kesehatan gizi pada usia dewasa adalah meningkatkan
kesehatan secara menyeluruh, mencegah penyakit, dan memperlambat proses
menjadi tua (menua). Penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, hipertensi, kanker, serta penyakit lainnya yang berkaitan erat
dengan hidup dan proses menua. Contohnya gaya hidup sehat dalam
mengonsumsi makanan seimbang, minum air putih, berolah raga secara
teratur, tidak merokok, cukup tidur, berteman dan bersosialisasi, selalu
optimis, dan belajar seumur hidup (life long learning). Pada usia dewasa,
seorang perlu menjaga kadar gula darah, kolesterol kanan darah dalam batas
normal, serta berkonsultasi dengan profesi kesehatan secara teratur. Secara
umum, kunci untuk memaksimalkan kesehatan seumur hidup adalah
menciptakan keseimbangan antara status fisik, mental, psikologis dan sosial
(Worthington - Roberts dan Williams, 2000).
1. Perubahan fisiologis dan psikologis usia dewasa
Pada usia dewasa pola pertumbuhan berhenti dan beralih ke tingkat
homeostasis (tidak berubah/stabil). Dalam keadaan isi secara fisik tubuh
orang dewasa telah berkembang dan mencapai tingkat yang stabil.

3
Ketidakseimbangan dinamis antara bagian tubuh dan fungsi terjadi terus-
menerus sepanjang hidup.
a. Komposisi tubuh
Komposisi tubuh orang dewasa bervariasi tergantung jenis kelamin,
berat badan, umur jaringan yang paling efektif secara metabolik adalah
kompartemen masa tubuh tanpa lemak (lean body mass). Jaringan
tersebut memerlukan jumlah energi yang paling besar untuk berfungsi
dengan baik.
b. Pematangan fisiologis
Pematangan fisiologis dicapai pada usia dewasa muda. Pertumbuhan
jaringan tubuh selanjutnya terjadi pada tingkat pemeliharaan. Fungsi
tubuh telah berkembang secara sempurna, termasuk kematangan
seksual dan kemampuan reproduksi. Kemampuan reproduksi pada
laki-laki berlanjut sampai beberapa tahun pada usia setengah tua,
sedangkan pada usia kurang dari 50 tahun. Pada usia setengah tua,
terjadilah kehilangan sel-sel secara bertahap yang disertai dengan
berkurangnya metabolisme sel. Hal ini disertai penurunan kemampuan
sebagian besar sistem organ tubuh secara bertahap. Kecepatan dan
urut-urutan terjadi perubahan pada organ tubuh ini berbeda-beda antara
individu. Pada umumnya kecepatan penurunan massa tanpa lemak
meningkat dengan bertambahnya umur.
c. Pematangan psikososial
Perkembangan psikososial pada seseorang dan polanya berubah selama
usia dewasa dengan kemampuan dan pemenuhannya yang unik. Dalam
seluruh siklus kehidupan manusia, makanan tidak hanya diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan gizi demi pertumbuhan fisik dan
pemeliharaan jaringan saja, tetapi juga berkaitan erat dengan
perkembangan psikososial seseorang.
2. Angka kecukupan gizi usia dewasa
Gizi untuk dewasa mengutamakan pentingnya makanan untuk menjaga
kesehatan, mencegah penyakit dan menghambat perkembangan penyakit

4
degeneratif. Susunan makanan yang dapat mengoptimalkan kesehatan gizi
jangka panjang adalah dengan menerapkan pola makan seimbang,
beraneka ragam, rendah lemak terutama lemak jenuh, mengutamakan
makanan sumber protein dari ikan dan kacang-kacangan, seperti kacang
kedelai dan hasil olahannya yaitu tahu dan tempe, banyaknya
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan serta mengurangi garam dan gul.
Perlu diingat bahwa tidak ada satupun bahan makanan yang dapat
memberikan zat gizi esensial yang diperlukan tubuh.
a. Energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurunkan sesuai dengan
bertambahnya usia, yang disebabkan oleh menurunnya metabolisme
basal dan berkurang aktivitas fisik. Usia dewasa muda yang berkisaran
19-49 tahun merupakan usia produktif banyak kegiatan fisik yang
dilakukan sehingga kebutuhan energi kelompok ini lebih tinggi
dibandingkan kelompok usia 50-64 tahun. AKG energi pada laki-laki
adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun.
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan,
selain juga sebagai sumber serat makanan. Jumlah yang dianjurkan
adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak lebih dari 10-25%
berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.
Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks)
memasok lebih dari 12% kalori yang berasal dari karbohidrat dan
konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade terakhir ini.
Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan
bahwa siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per
minggu berisiko untuk terjadi gizi lebih.
c. Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein
untuk rumatan masa tubuh tanpa lemak dan jumlah protein yang
dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak selama

5
percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak
percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun)
dan kekurangan asupan protein secara konsisten pada masa ini dapat
berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi
seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
d. Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Pedoman makanan di
berbagai negara termasuk Indonesia (gizi seimbang), menganjurkan
konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak lebih
dari 10% berasal dari lemak jenuh.
Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu, daging
(berlemak), keju, mentega / margarin, dan makanan seperti cake,
donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.
e. Mineral
Angka kecukupan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhi
apabila makanan sehari-hari sesuai dengan pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS). Ada beberapa mineral yang perlu diperhatikan
asupan yaitu garam natrium, besi dan kalsium.
Garam natrium terdapat dalam garam dapur NaCI) monosodium
glutamat (MSG). anjuran membatasi konsumsi garam dapur hingga 6
g/hari (2400 mg Na) dapat mencegah tekanan darah tinggi pada orang
sensitive dan tidak akan menyebabkan kekurangan natrium pada
umumnya.
f. Zat besi (Fe).
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada
remaja baik perempuan maupun lelaki meningkat sejalan dengan
cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa otot dan volume
darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya
menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan
perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk heme yangterdapat pada

6
sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang
terdapat pada biji-bijian atau sayuran.
Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme pada proses
metabolisme serta penting pada pembentukan protein dan ekspresi gen.
Konsumsi seng yang adekuat penting untuk proses percepatan tumbuh
dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan kekurangan energi dan
protein, kekurangan seng dapat mengakibatkan hambatan pada
pertumbuhan dan kematangan seksual. Daging merah, kerang dan biji-
bijian utuh merupakan sumber seng yang baik.
g. Kalsium
Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan
yang tertinggi dalam kurun waktu kehidupan karena remaja mengalami
pertumbuhan skeletal yang dramatis. Sekitar 45% dari puncak
pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga
kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan
masa tulang serta mencegah risiko fraktur dan osteoporosis. Pada usia
17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa tulang dewasa,
sehingga masa remaja merupakan peluang (window of opportunity)
untuk perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.
Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk
kelompok remaja adalah 1.300 mg per hari. Susu merupakan sumber
kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak makanan
dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan
kandungan kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium
dalam bentuk sediaan farmasi (dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat
atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat kalsium akan
diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan
dosis tidak lebih dari 500 mg.
h. Vitamin
Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A
juga diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi dan fungsi

7
imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai dengan adanya buta
senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel,
margarin dan keju. Sumber - karoten sebagai pro-vitamin A yang
sering dikonsumsi remaja berupa wortel, tomat, bayam dan sayuran
hijau lain, ubi jalar merah dan susu.
Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting
pada remaja karena pesatnya pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi
makanan yang mengandung vitamin E merupakan tantangan karena
makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi.
Vitamin C . Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan
jaringan ikat menyebabkan vitamin ini menjadi penting pada masa
percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Status vitamin C pada
remaja perokok lebih rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam
jumlah cukup dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka
memerlukan tambahan vitamin C hingga 35 mg per hari.
Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga
kebutuhan folat meningkat pada masa remaja. Kekurangan folat
menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan kecukupan folat
pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat mengurangi kejadian
spina bifida pada bayi.

B. Penyakit Degeneratif
Makan berlebihan dan aktivitas fisik yang kurang berpernn terhadap
timbulnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit akibat
kemunduran struktur ntau fungsi jaringan ttibuh. Reberapa penyakir
degeneratif yang berkairan erat dengan penyakit panning koruner, hipertensi,
kegemtikan, knnkerilan diabetes melitus. Menurut basil Riskesdas 2007
(Depkes Rl, 2008) penyakit ridak mennlnr di Indonesia didominnsi oleh
penyakit jantung koroner (PJK), stroke, hipertensi, diabetes melitus, dan
kanker/tumor ganas.

8
1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada arteri koroner jantung
yang terutama disebabkan oleh proses atcrosklerosis yang merupakan
suaru kelainan degeneratif, walaupun juga dipengaruhi oleh faktot- faktor
lain. Risiko penyakit ini lebih rendah pada usia dewasa dan meningkat
tajam dengan bertambahnya usia karena terjadtnya proses degeneratif.
Dengan meningkntnya Umur Harapan Hidup ornng Indonesia, risiko
penderita PJK meningkat. Penyakit ini dapat menyerang orang di usia
produktif; dengan demikian pencegahan PJK pada usia dewasa menjadi
sangat penting. PJK dapat menyebabkan ke- matian mendadak. Cara untuk
mengkaji kesehatan pembuluh darah jantung adalah dengan
memperhatikan kadar lemak darah (kolesterol dan trigliserida) dan tekanan
darah.
Acerosklerosis merupakan rentetan kejadian pasikologis yang terjadi
pada arceri koroner yang menyuplai darah ke otot jantung dan pada arteri
serebra yang menyuplai darah ke otak. Sebenarnya, kejadian ini sudah
dimulai sejak masa kanak-kanak. Penumpukan lipida pada pembuluh darah
arceri yang muncul sebagai lapisan lemak pada anak, pada usin dewasa
dapat berkembang menjadi pink (plaque) berserahut yang merupakan
penimbunan lemak pada dinding arteri. Masuknya darah ke dalam plak
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah sehingga memecahkan
jaringan seiring dengan penceganggunya aliran darah. Kerusakan arceri
koroner dapat menyebabkan PJK. Hal ini terutama terjadi pada usia
setengah tua, yang merupakan faktor risiko terjadinya miokard intark, atau
serangan jantung, baik pada perempuan. Penyumbatan atau perdarahan
pada arteri otak menyebabkan stroke, yang dapat disertai kelumpuhan atau
kehilangan kemampuan berbicara, penglihatan, pendengaran, atau ingatan.
Peningkatan kadar kolesterol-darah-total atau kolesterol dan kanan darah
tinggi meningkatkan beratnya aterosklerosis, walaupun tekanan darah
tinggi lebih banyak berkaitan dengan masalah arteri serebral.

9
Pencegahan penyakit jantung koroner Faktor keturunan, makanan,
dan gaya hidup berperan terhadap per-kembangan aterosklerosis dan
penyakit jantung koroner. Faktor keturunan tidak bisa diintervensi. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengubah gaya hidup dan pola
makan, dengan cara menjaga berat badan normal melalui konsumsi
makanan sehat dan seimbang, meningkatkan aktivitas fisik, tidak merokok,
dan membatasi konsumsi alkohol.
Beberapa percobaan diet telah dilakukan untuk mengevaluasi
pengaruh diet rendah lemak, rendah lemak-jenuh, dan obat penurun lipida
darah pada sekelompok orang dewasa setengah tua dengan kadar
kolesterol tinggi (Worthington-Roberts dan Williams, 2000). Hasilnya
secara umum menunjukkan bahwa penurunan risiko penyakit jantung
proporsional dengan penurunan kadar kolesterol da- rah. Dilaporkan
bahwa dalam jangka pendek penurunan 1% kadar kolestrol darah
mengakibatkan penurunan penyakit janrung sebanyak 2?/o dan dalam
jangka panjang dapat menurunkan risiko pcnyakit jantung sebanyak .5%.
Vitamin yang berperan dalam menurunkan risiko terhadap pcnyakit
jantung adalah vitamin C, vitamin E, dan P'karoten yang dalam hal ini
berperan sebagai antioksidan.
Profil risiko PJK pada perempuan dapat diperoleh melalui indikator*
indikator sebagai berikut: kolesterol darah, tekanan darah, glukosa darah,
berat badan, dan status merokok. Untuk mencegah penyakit jantung
koroner, seseorang dianjurkan mengkonsumsi makanan dengan jumlah
lemak-sedang, banyak sayuran dan buah, serta melakukan olah raga secara
teratur.
2. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah berada di atas
normal. Hipertensi yang tidak dapat diidentifikasi penyebabnya disebut
hipertensi esensial atau primer. Hipertensi yang disebabkan gangguan
spesifik, seperti penyakit ginjal, disebut hipertensi sekunder. Tekanan
darah normal orang dewasa rata-rata sebesar 120/80 mmHg. Bila tekanan

10
darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg, risiko terhadap
penyakit jantung koroner, stroke, dan gangguan ginjal akan meningkat.
Semakin tinggi tekanan darah, risiko terjadinya komplikasi pun meningkat.
Obesitas juga berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Olah raga
secara teratur dapat mencegah kenaikan tekanan darah akibat
bertambahnya usia dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Faktor-faktor risiko
Faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi adalah:
a. Usia: elastisitas arteri menurun dan tekanan darah meningkat dengan
bertambahnya usia.
b. Keturunan: keluarga dengan riwayat hipertensi dan penyakit jantung
koroner meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dun sampai lima
kali lipat.
c. Obesitas: orang yang obese cenderung lebih mudah terkena hipertensi.
d. Ras: orang kulit hitam dilaporkan lebih banyak terkena hipertensi
dibandingkan orang kulit putih.
Di antara semua risiko tersebut yang bisa dimodifikasi adalah
obesitas. Oleh karena itu hipertensi selain obat adalah penurunan berat
badan.
Upaya menurunkan risiko hipertensi pertama-taan dilakukan dengan
menurunkan berat badan dan mempertahankan yang sudah ideal. Selain
itu, faktor yang berhubungan dengan hipertensi ada- lah alkohol, kalsium,
berbagai elektrolit termasuk natrium (Na) dan kalium (K). Minum alkohol
berlebihan, lebih dari 30 ml/hari, dapat meningkatkan tekanan darah.
Pengaruh zat gizi terhadap hipertensi kurang diketahui secara pasti.
3. Kelebihan berat badan
Penilaian berat badan orang dewasa dapat dilakukan dengan menentukan
indeks masa tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kg, dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter.

11
4. Kanker
Ranker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tumor ganas yang
tidak terkontrol. Tumor merupakan pertumbuhan jaringan baru yang
membentuk mass a abnormal tanpa mempunyai fungsi. Tumor yang ber
henti tumbuh tanpa intervensi disebut tumor jinak, sedangkan yang
berkembang tidak terkontrol sehingga mengganggu kesehatan, dan
membutuhkan pengobatan disebut tumor ganas/kanker/neoplasma.
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di
dunia. Di Indonesia menurut hasil Riskesdas 2007 di antara penyebab
kematian kelompok usia 15-44 tahun, yang disebabkan oleh penyakit tidak
menular, proporsi kematian karena kanker di perkotaan dan pedesaan
secara beturut-turut adalah sebesar 5,4% dan 4,3%, sedangkan pada
kelompok umur 45-54 tahun adalah 4,8% dan 4,4%, dan pada kelompok
umur 55-64 tahun adalah 3,2% dan 3,9%. Kanker dapat mempengaruhi
berbagai organ tubuh dan dapat menyebabkan gizi-kurang akibat penyakit
dan pengobatannya. Saat ini prognosis kanker lebih baik daripada waktu
yang lalu. Identifikasi faktor-faktor risiko, teknik deteksi baru, dan terapi
yang inovatif memberikan harapan dan semangat yang lebih baik terhadap
penderita kanker.
5. Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Mellitus merupakan gangguan kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah karena gangguan metabolisme akibat
hormon insulin rendah atau inefisiensi insulin. Hormon insulin diproduksi
oleh pankreas, yang berfungsi mengontrol jumlah glukosa darah dan
tingkat glukosa yang diserap ke dalam sel. Sel membutuhkan glukosa
untuk energi.
Kadar gula darah puasa normal adalah 110 mg/dl; garis Katas yang
masih dianggap normal adalah 111-126 mg/dl. Apabila kadar gula darah
seseorang lebih basar daripada 126 mg/dl selama 2-3 hari, berarti ia
menderita diabetes melitus

12
C. Cara pencegahan
Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus sangat penting, karena
penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama kematian jumlah pasien
diabetes melitus terns meningkat, biaya perawatannya besar, dan terutama
karena komplikasi yang sifatnya fatal. Komplikasi diabetes melitus antara lain
adalah retinopari yang dapat menyebabkan keburaan, gagal ginjal, infeksi/luka
yang susah sembuh, dan penyakit jantung koroner. Menurut Slamet Suyono
(1996) ada tiga cara pencegahan diabetes melitus yaitu:
1. Pencegahan primer. Semua aktivitas hendaknya ditujukan untuk mencegah
timbulnya hiperglikemia pada individu yang mempunyai risiko. Yang
termasuk golongan ini adalah mereka yang berusia di atas 40 tahun,
gemuk, menderita hipertensi, merniliki riwayat keluarga menderita
diabetes melitus, beriwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari
4 kg, beriwayat menderita diabetes melitus pada waktu hamil, dan
mengalami dislipidemia (gangguan metabolisme lemak). Cara pencegahan
yang dianjurkan adalah melaksanakan pola hidup sehat dan pola makan
seimbang yang harus ditanamkan sedini mungkin, sejak usia anak serta
berolah raga secara teratur.
2. Pencegahan sekunder. Pasien diabetes mellitus hendaknya diremukan
sedini mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi.
3. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah menjaga kadar gula dan lipida
darah dalam batas-batas normal, dengan menjalankan diet yang sesuai,
melakukan olah raga secara teratur, dan tidak merokok.
4. Pencegahan tersier. Semua upaya hendaknya dilakukan untuk mencegah
komplikasi dan kecacatan akibat komplikasi diabetes melitus.

D. Pengobatan
Pengobatan umumnya dilakukan dengan menjalankan diet yang sesuai,
menurunkan Herat badan bagi mereka yang mempunyai berat badan-lebih,
melakukan olah raga secara teratur, dan bila perlu minima obat sesuai
petunjuk dokter untuk membantu menurunkan kadar gula darah. Khusus untuk

13
pengobatan DMT1, hendaknya penderita diberikan suntikan insulin secara
teratur. Tujuan utama diet adalah menjaga agar kadar gula darah berada dalam
batas normal untuk mencegah terjadinya komplikasi. Diet yang dianjurkan
adalah, jumlah karbohidrat antara 60-70% dari energi total, terutama dalam
bentuk karbohidrat kompleks; protein antara 10-15% dari energi total,
sedangkan lemak antara 20-25% dari energi total. Utamakan meng- gunakan
lemak tidak-jenuh-jamak. Asupan kolesterol dibarasi kurang dari 300 mg/hari.
Asupan serat dianjurkan sebanyak 25 g/hari, dengan mengutamakan serat
larut-air yang berasal dari buah dan sayuran. Pola makanan mengacu pada
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

E. Masalah Gizi Usia Dewasa


Masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi dapat terjadi pada
semua kelompok usia. Kekurangan gizi secara perlahan dapat berdampak
terhadap kemampuan belajar, produktivitas kerja, dan kematian ibu sewaktu
melahirkan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan
atau kelebihan gizi adalah melalui penilaian antropometri. Standar
antropometri untuk menilai status gizi orang dewasa adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT), Berat Badan menu- rut Tinggi Badan, dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).
Masalah gizi pada usia dewasa di Indonesia antara lain adalah Ke-
kurangan Energi Kronis (KEK) dan Anemia Gizi Besi (AGB) khususnya pada
Wanita Usia Subur (WUS) Dengan terjadinya transisi demografi,
epidemiologi, dan perubahan gaya hidup terjadilah peningkatan gtzi-lebih dan
penyakit degeneratif.
Penilaian KEK pada WUS dilakukan dengan menggunakan indikator
LILA < 23,5 cm. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000-2003
menunjukkan gambaran risiko KEK paling tinggi pada WUS usia 20-24
tahun, yaitu antara 21,5-27,5% dan paling rendah pada WUS usia 35-39 tahun,
yaitu antara 8,6-14,0%. Hasil Survei Kesehatan Rurnah Tangga (SKRT) tahun
2004 menunjukkan 19,7% WUS mempunyai risiko KEK (Protil Kesehatan

14
Indonesia, 2004). Menurut Riskesdas 2007 (Depkes, 2008) angka nasional
prevalensi risiko KEK pada WUS adalah 13,6%, dengan angka tertinggi
sebesar 24,6% di propinsi Nusa Tenggara Timur sementarn yang terendah
sebesar 5,8% di propinsi Sulawesi Utara. Prevalensi risiko KEK pada WUS
sedikit lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan,
masing-masing sebesar 14,1% dan 13,0%. WUS dengan risiko KEK
cenderung melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yang
dapat menghambat pertumbuhan selanjutnya, khususnya pada masa balita.
Tingginya risiko KEK pada WUS di Indonesia antara lain disebab- kan
rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga karena kemiskinan.
Kemiskinan dan gizi-kurang merupakan fenomena yang saling terkait. Hasil
kajian pemantauan konsumsi makanan pada Riskesdas 2007 (Depkes RI,
2008) menunjukkan bahwa Rurnah Tangga (RT) dengan asupan energi rendah
adalah sebanyak 59%, sedangkan RT dengan asupan protein rendah
sebanyak}8,5%. RT dikategorikan ke dalam asupan energi dan protein rendah
bila asupan energi dan protein RT berada di bawah rata-rata nasional, yaitu
masing-masing sebanyak 1735,5 kkal dan 55,5 g per kapita per hari.
Anemia Gizi Besi merupakan masalah gizi paling banyak pada WUS
yang berlanjut pada masa kehamilan. Prevalensi Anemia Gizi Besi tahun 2001
pada WUS adalah sebesar 27,9% sedangkan pada WUS

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang
dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Zat-zat makanan yang diperlukan
itu dapat dikelompokkan menjadi 6 macam, yaitu: air, protein, mineral, lemak,
vitamin, dan karbohidrat.

B. Saran
Untuk mengurangi kekurangan gizi pada masyarakat Indonesia,
pemerintah harus menambah tenaga kerja yang mendalami tentang gizi,
supaya bisa diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat terutama yang di
pedesaan agar mereka tahu betapa pentingnya makanan yang bergizi bagi
tubuh.

16
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, sunita, Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekatri. 2011. Gizi


Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia

Gibney, Michael J, Barrie M. Margetts, Jhon M Kearney dan Lenore Arab. 2005.
Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Kartasapoetra dan Marsetyo. 2005. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta

17

Anda mungkin juga menyukai