Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Kekurangan Vitamin A

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Gizi Masyarakat Kelas D)

Dosen Pengampu :

Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM., M.Kes.

Oleh :

Kelompok 1

M. Fakhry Asa Fazary 142110101146


Meila Umroh Yunitasari 152110101188
Gati Dyah Ayu Mustika 162110101017
Natasya Cahya F 162110101031
Vivi Nur Fadhillah 162110101043
Faridatul Kasanah 162110101061
Firda Aulia Rahmadhini 162110101104
Muhammad Addin Rizaldi 162110101114
Dina Sulis Setyoningsih 162110101145
Dima Arta Rini 162110101176

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2018

i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Gizi Masyarakat”.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan yang berarti dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.
2. Dr. Farida Wahyu Nigtyias, S.KM., M.Kes selaku dosen pengajar Gizi
Masyarakat yang telah memberi kesempatan dan bimbingan kepada kami
untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman kelompok 3 yang telah bekerja sama menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
4. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu kelancaran penulisan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Demi
kebermanfaatan paper ini dengan rendah hati penyusun menerima segala bentuk
kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dan
bermanfaat. Atas perhatian dan dukungannya, kami menyampaikan terima kasih.

Jember, 5 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Pengertian Vitamin A .................................................................................... 4

2.2 Sifat dan Struktur Kimia Vitamin A.............................................................. 4

2.3 Fungsi Vitamin A .......................................................................................... 5

2.4 Metabolisme Vitamin A ................................................................................ 6

2.5 Sumber Vitamin A......................................................................................... 7

2.6 Kebutuhan dan Kecukupan Vitamin A........................................................ 14

BAB 3. PEMBAHASAN ..................................................................................... 16

3.1 Pengertian Kekurangan Vitamin A ............................................................. 16

3.2 Prevalensi Kekurangan Vitamin A di Indonesia ......................................... 16

3.3 Penyebab Kekurangan Vitamin A ............................................................... 17

3.4 Epidemiologi Kekurangan Vitamin A ......................................................... 18

3.5 Etiologi Kekurangan Vitamin A.................................................................. 19

3.6 Akibat Kekurangan Vitamin A.................................................................... 21

3.7 Pencegahan dan Pengobatan ....................................................................... 22

3.8 Analisis Studi Kasus .................................................................................... 22

BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 25

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 25

iii
4.2 Saran ............................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan
atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi
yang diperoleh dari makanan. Sedang yang dimaksudkan dengan zat gizi adalah zat
kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal berbagai macam zat gizi yang
digolongkan menjadi dua yaitu zat gizi makro (zat gizi sumber energi seperti
karbohidrat, lemak dan protein) serta zat gzizi mikro seperti vitamin dan mineral
(Soekirman 2000)
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena
zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar.
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi kurang yang
sering dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kekurangan
vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap tahunnyasekitar 1 juta
anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat (xeropthalmia)
¼ diantaranya menjadi buta dan 60 % dari yang buta ini akan meninggaldalam
beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan anak berada dalam resiko
besarmengalami kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini. Di
Indonesia KVA tingkat berat (xeropthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi KVA
tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih
menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini
hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di
laboratorium.
Vitamin A juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-
anak yang cukup mendapat vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit
infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah , sehingga
tidak membahayakan jiwa anak. KVA pada wanita usia reproduksi dapat
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian selama kehamilan dan periode awal
postpartum. KVA yang berat pada maternal juga memberikan kerugian bagi anak
baru lahir karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama
kehidupan.

1
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang,
termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Selain itu, salah satu penyebab
terjadinya masalah gizi khususnya kekurangan vitamin A (KVA)adalah karena
kurangnya pengetahuan ibu mengenai pola konsumsi vitamin A
maupunsumplemen vitamin A bagi balita. Melalui Penelitian di Sulsel tahun 1986
menunjukkanbahwa sebagian besar ibu-ibu belum dan tidak mengetahui manfaat
kapsul vitamin A dan bahan sumber vitamin A. Kekurangtahuan ini karena kurang
informasi dan pada umumnya sebenarnya ibu-ibu memasak bahan makanan seperti
kangkung, daun ubi, bayam, daun pepaya.
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak Balita sudah
dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin
A setiap 6 bulan, dan peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A.
Dua survei terakhir tahun 2007 dan 2011 menunjukkan, secara nasional proporsi
anak dengan serum retinol kurang dari 20 ug sudah di bawah batas masalah
kesehatan masyarakat, artinya masalah kurang vitamin A secara nasional tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Kekurangan Vitamin A?
2. Bagaimana prevalensi Kekurangan Vitamin A di Indonesia?
3. Apa penyebab Kekurangan Vitamin A?
4. Bagaimana epidemiologi Kekurangan Vitamin A?
5. Bagaimana etiologi Kekurangan Vitamin A?
6. Apa akibat Kekurangan Vitamin A?
7. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan Kekurangan Vitamin A?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian KVA
2. Untuk mengetahui prevalensi KVA di Indonesia
3. Untuk mengetahui penyebab KVA
4. Untuk mengetahui epidemiologi KVA

2
5. Untuk mengetahui etiologi dari KVA
6. Untuk mengetahui akibat KVA
7. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan KVA

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan, dan meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit (Adriani dkk, 2012).

2.2 Sifat dan Struktur Kimia Vitamin A


Vitamin A tahan terhadap panas cahaya dan alkalis tetapi tidak tahan terhadap
asam dan oksidasi. Pada cara memasak biasa tidak banyak vitamin A yang hilang.
Suhu tinggi untuk menggoreng dapat merusak vitamin A, begitupun oksidadi yang
terjadi pada minyak yang tengik. Pengeringan buah dengan bantuan sinar matahari
dan cara dehidrasi lain menyebabkan kehilangan sebagian dari vitamin A.
Vitamin A adalah suatu kristal alkohol yang berwarna kuning, larut dalam
lemak, dan merupakan vitamin yang pertama kali ditemukan. Dalam (Adriani dkk,
2012) dijelaskan bahwa vitamin A dalam makanan biasanya terbentuk dalam
bentuk ester restinil, yang dapat ditemukan terikat dengan asama lemak rantai
panjang. Vitamin A dalam tubuh berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia
aktif yaitu : retinol (bentuk alkohol), retinal (bentuk aldehida) dan asam retinoat
(asm). Retinol bisa dioksidasi berubah menjadi retinal, dan retinal bisa kembali
direduksi menjadi retinol. Selanjutnya retinal dapat dioksidasi menjadi asam
retinoat.
Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani, pangan nabati
mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A.
Diantara ratusan karotenoid yang terdapat di alam, hanya bentuk alfa, beta dan
gama serta kriptosantin yang berperan sebagai provitamin A. Beta karoten adalah
bentuk provitamin A yang paling aktif, yang terdiri atas dua molekul retinol yang
saling berkaitan.

Sumber : wikivitamin.com

4
Sumber : wikivitamin.com

2.3 Fungsi Vitamin A


Dalam (Adriani dkk, 2012) dijelaskan bahwa fungsi vitamin A yaitu:

1. Penglihatan, vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya


remang. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan bila
seseorang yang dari luar ruangan dengan cahaya yang terang kemudian
memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya. Kecepatan mata
beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan
vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin.
2. Vitamin A berfungsi dalam sintesis glikoprotein khusus yang terlibat dalam
pembentukan membran sel yang mengontrol diferensiasi sel.
3. Kekebalan, vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada
manusia dan hewan. Retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan
humoral). Di samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respons
antibodi yang bergantung pada sel T(limfosit yang berperan pada kekebalan
seluler).
4. Pertumbuhan dan perkembangan, vitamin A berpengaruh terhadap sintesis
protein, dan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan
untuk pertumbuhan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
pertumbuhan gigi.
5. Reproduksi, vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam
reproduksi pada tikus. Pembentukan sperma pada hewan jantan serta

5
pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan
membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan
vitamin A rendah mampu hamil, akan tetapi mengalami keguguran atau
kesukaran dalam melahirkan. Kebutuhan selama hamil meningkat bagi
kebutuhan janin dan persiapan induk untuk menyusui.
6. Pencegahan kanker, kemampuan retinol mempengaruhi perkembangan sel
epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas kekebalan diduga
berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan,
paru-paru, payudara dan kandung kemih. Di samping itu, beta karoten yang
bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat pula
mencegah kanker paru-paru.

2.4 Metabolisme Vitamin A


Seperti halnya lemak, pencernaan dan absorpsi karoten dan retinoid
membutuhkan empedu dan enzim pankreas. Vitamin A yang di dalam makanan
sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinil, bersama karotenoid bercampur
dengan lipida lain di dalam lambung. Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester
retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim pankreas ester menjadi retinol yang lebih
efisien diabsorpsi daripada ester retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama beta
karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol.
Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak dan
membentuk ester, dan dengan bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili
dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfa
ke dalam aliran darah menuju hati. Dengan konsumsi lemak yang cukup, skeitar
80-90% ester retinil dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorpsi. Hati berperan
sebagai tempat penyimpanan vitamin A utama dalam tubuh. Dalam keadaan
normal, cadangan vitamin A dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan. Bila
tubuh mengalami kekurangan konsumsi vitamin A, asam retinoat diabsorpsi tanpa
perubahan. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A dalam darah yang
aktif dalam diferensiasi sel dan pertumbuhan.
Kurang lebih sepertiga dari semua karotenoid dalam makanan diubah menjadi
vitamin A. Sebagian dari karotenoid diabsorpsi tanpa mengalami perubahan dan
masuk ke dalam peredaran darah dalam bentuk karoten. Sebanyak 15-30%

6
karotenoid di dalam darah adalah beta karoten, selebihnya adalah karoten
nonvitamin. Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh berbagai bentuk
lipoprotein. Karotenoid disimpan di dalam jaringan lemak dan kelenjar adrenal
(Adriani dkk, 2012).

2.5 Bahna Makanan dan Sumber Vitamin A


1. Makanana Yang Mengandung Vitamin A Dari Daging & Hewan
a. Hati Sapi (31,718 IU / 100 gr, 634 % Akg)

Hati sapi terkadang dilihat sebagai makanan yang banyak mengandung


kolesterol dan lemak. Tapi semua itu ternyata tidak benar. Hati sapi juga bisa
menjadi sumber makanan yang banyak mengandung asam amino esensial. Asam
amino esensial dibutuhkan oleh tubuh untuk dirubah menjadi protein yang
bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sistem kekebalan tubuh,
dan menunjang sistem hormon dalam tubuh. Hati sapi juga banyak mengandung
vitamin B12 yang berfungsi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Dalam 100
gram hati sapi ditemukan vitamin A (retinol) hingga 31,718 IU atau sekitar 634 %
DV.

b. Hati Ayam (13,328 IU / 100 gr, 267 %)

Hati ayam menjadi salah satu makanan yang mudah kita dapatkan. Hati ayam
bisa diolah menjadi berbagai macam masakan. Selain itu ternyata dalam satu buah
hati ayam ditemukan sebanyak 13,328 IU / 100 gr, 267 % dari total kebutuhan
tubuh. Vitamin A yang ditemukan dalam hati ayam memiliki peran besar untuk
kesehatan mata, mencegah katarak, menjaga kesehatan tubuh dan mengurangi
gangguan pencernaan dan kesehatan kulit.

c. Ikan Salmon (2500 IU / 100 gr, 40 %)

Ikan salmon adalah ikan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. ikan
salmon memiliki jumlah sodium yang sangat rendah. Selain itu beberapa sumber
nutrisi juga ditemukan dalam ikan salmon, seperti asam pantotenat, fosfor,
riboflavin, protein, vitamin B6, niacin, vitamin B12 dan selenium.

Bahkan kandungan vitamin A dalam ikan salmon bisa mencapai 2500 IU.
Konsumsi ikan salmon secara teratur akan menjaga kesehatan mata dan mencegah

7
penyakit macula (penyakit yang menyerang mata dan menyebabkan kebutaan) dan
mencegah sindrom kekeringan mata. Anda bisa mengkonsumsi ikan salmon dengan
beberapa jenis olahan.

d. Ikan Tuna (2183 IU / 100 gr, 44 %)

Ikan tuna menjadi sumber vitamin A yang cukup tinggi. Setiap 3 ons ikan
tuna segar mengandung sekitar 1150 IU vitamin A atau sekitar 42 % dari total
kebutuhan konsumsi harian. Ikan tuna menjadi sumber retinol yang sangat baik
untuk menjaga sistem kekebatan tubuh terutama untuk kesehatan mata. Ikan tuna
juga mengandung beberapa nutrisi lain yang sangat baik untuk tubuh seperti niacin,
vitamin B12, vitamin D, vitamin B6, asam omega – 3 dan fosfor.

e. Ikan Makarel (187 IU / 100 gr, 4 %)

Ikan makarel banyak diolah menjadi ikan sarden atau jenis ikan olahan yang
dikemas dalam kaleng. Ikan makarel mengandung banyak sumber vitamin dan
mineral. Ikan makarel mengandung protein, kalsium, selenium, kalium, dan
magnesium. Selain itu ikan makarel kaya akan berbagai jenis vitamin seperti niacin,
asam folat, kolin, vitamin D, vitamin K, vitamin A, dan juga vitamin B12.
Kandungan vitamin A dalam ikan makarel mencapai 187 IU atau sekitar 4 % DV
dari kebutuhan konsumsi harian.

f. Mentega (2499 IU / 100 gr, 50 %)

Mentega adalah salah satu jenis produk olahan susu. Mentega mengandung
39% lemak yang sangat baik untuk tubuh. Kandungan nutrisi lain yang ditemukan
dalam mentega adalah seperti kalsium, fosfor, dan protein. Mentega juga
mengandung vitamin A sebanyak 112 % dari total kebutuhan konsumsi harian atau
sekitar 5672 IU. Selain itu mentega juga mengandung beberapa sumber vitamin lain
seperti vitamin C, vitamin E, vitamin D, vitamin K, thiamin, ribo flavin, niacin,
folat, dan vitamin B6.

g. Susu (498 IU / 100 gr, 10 %)

Kandungan retinol sebagai sumber vitamin A dalam susu mencapai 498 IU.
Kandungan retinol terbanyak ditemukan pada susu rendah lemak. Jika Anda

8
mengkonsumsi susu biasa atau susu dengan lemak tinggi maka kadar vitamin A
dalam susu tersebut semakin berkurang. Retinol dalam susu dipercaya dapat
mencegah kebutaan, gejala katarak dan sindrom kekeringan cairan mata.

h. Telur (487IU / 100 gr, 10 %)

Telur menjadi makanan favorit semua orang. Telur bisa diolah menjadi
berbagai macam jenis masakan dan juga memiliki harga yang terjangkau untuk
semua kalangan. Meskipun telur terlihat seperti makanan yang murah, namun
dalam satu butir telur memiliki berbagai macam jenis kandungan vitamin dan
mineral. Beberapa jenis vitamin dalam telur adalah vitamin B5 (7%), vitamin B2
(15%), vitamin B2 (9%), folat (5%),vitamin A (6%) dan beberapa sumber mineral
seperti seng, kalsium, tembaga, fosfor dan selenium. Kandungan vitamin A dalam
telur bisa mencegah kebutaan dan sistem kerusakan organ pada mata. Selain itu
telur juga banyak mengandung zeaxanthin dan lutein yang menjadi oksidan kuat
utuk mencegah kebutaan.

i. Keju (1002IU / 100 gr, 20 %)

Keju adalah makanan yang dihasilkan dari olahan susu sapi. Keju menjadi
jenis makanan yang disukai semua orang. Selain itu konsumsi keju yang sering
dicampur dengan jenis makanan lain juga akan menambah kenikmatan rasa. Dalam
4 ons keju bisa ditemukan sekitar 560 IU. Keju menjadi sumber retinol yang sangat
baik untuk menjaga kesehatan mata. keju juga bisa melindungi kesehatan gigi dan
mencegah tekanan darah tinggi.

j. Yogurt

Yogurt adalah salah satu jenis makanan yang diolah dari susu. Pembuatan
yogurt dibantu oleh bakteri fermentasi yang bernama laktosa. Bakteri yang baik ini
akan mengubah susu menjadi yogurt dengan tekstur yang lembut dan nyaman untuk
perut. Rasa yogurt dapat dibuat menjadi beberapa variasi seperti rasa buah-buahan
atau sayur. Dalam satu cup kecil yogurt ternyata ditemukan vitamin A hingga 16.7
mcg. Selain itu yogurt juga memiliki beberapa kandungan nutrisi lain seperti
protein, karbohidrat, lemak, dan serat. Bahkan yogurt juga mengandung sumber
mineral seperti kalsium, zat besi, magnesium, selenium, fosfor, potasium dan seng.

9
Mengkonsumsi satu cup yogurt sehari sudah mampu mencukupi kebutuhan vitamin
A harian, sehingga tubuh Anda menjadi lebih sehat dan mata yang cerah.

2. Makanana Yang Mengandung Vitamin A dari Buah dan Sayur


a. Ubi Jalar (19218 IU/ 100gr, 760 % Dv)

Ubi jalar adalah tanaman umbi-umbian yang sangat mudah ditemukan di


Indonesia. Ubi kuning adalah jenis ubi jalar yang banyak mengandung vitamin A.
Dalam 100 gram ubi jalar ditemukan sekitar 19218 IU vitamin A atau sekitar 760
% DV dari kebutuhan konsumsi harian. Vitamin A dalam ubi jalar akan semakin
tinggi bila ubi direbus atau di bakar.

b. Labu (19.060 IU atau sekitar 820% DV)

Labu bisa ditemukan pada musim-musim tertentu. Buah labu berbentu bulat
dengan warna daging oranye. Anda bisa mengolah labu menjadi agar-agar, kue,
kolak, atau masakan lain. Rasa alami pada labu adalah manis dan memiliki sifat
mengenyangkan. Dalam 50 gram potongan labu yang sudah dimasak ditemukan
kandungan vitamin A sebesar 19.060 IU atau sekitar 820% DV untuk kebutuhan
wanita. Jumlah ini sangat besar dan bisa menjadi salah satu sumber vitamin A yang
murah dan mudah didapatkan.

c. Wortel (16,705 IU / 100 gr, 334% DV)

Wortel adalah sayur untuk semua umur, mulai dari anak-anak hingga orang
tua. Wortel memiliki rasa yang segar dan bisa diolah menjadi beberapa jenis
makanan seperti salad, sup, nugget dan olahan lain. Rasa manis dan renyah pada
wortel membuat sayuran ini sangat lezat untuk dimakan. Selain itu dalam 100 gram
wortel ditemukan sekitar 16,705 IU atau sekitar 334% DV dari total kebutuhan
untuk wanita dan pria. Jumlah kandungan vitamin ini sangat tinggi dan
menguntungkan untuk kesehatan tubuh. Kandungan vitamin A dalam wortel bisa
tetap didapatkan baik dalam bentuk jus wortel maupun sudah dimasak.

d. Bayam (11.450 IU/ 100 gr, 200% )

Sayur bayam adalah makanan favorit semua orang bahkan anak-anak sangat
menyukai sayur bayam. Anda bisa mengolah sayur hijau ini menjadi sup atau tumis.

10
Kebiasaan membuat sup bayam dan wortel menjadi salah satu sumber makanan
yang sangat sehat untuk tubuh. Harga sayuran bayam juga sangat murah sehingga
terjangkau untuk semua orang. Tapi khasiat bayam ternyata sangat tinggi, dalam
100 gram sayur bayam yang sudah dimasak bisa memiliki kandungan vitamin A
hingga 11.450 IU. Ini adalah jumlah vitamin A yang cukup untuk orang dewasa
termasuk pria dan wanita. Selain itu bayam juga mengandung beberapa manfaat
yang sangat penting untuk kesehatan.

e. Sawi

Sawi adalah jenis sayuran hijau yang mudah kita temukan. Sawi termasuk
dalam kelompok tanaman kubis atau sayur persilangan. Sawi ditemukan dengan
beberapa jenis dan bentuk yang berbeda. Di Indonesia sayur sawi disebut
berdasarkan warna seperti sawi hijau, chaisin, atau sawi putih. Semua jenis sawi
mengandung vitamian A hingga 9.760 per 50 gram. Kandungan vitamin A dalam
sawi semakin tinggi bila telah direbus atau dimasak paling tidak sekitar 5 menit.

f. Kale

Kale atau sering disebut dengan kailan adalah salah satu jenis sayuran yang
banyak digemari oleh orang dewasa dan lanjut usia. Sayuran ini memang belum
banyak dikenal di masyarakat umum dan biasanya banyak ditemukan di
supermarket. Sayuran ini memiliki bentuk memanjang dengan batang seperti sawi
hijau namun memiliki daun yang keriting dan tebal. Kale memiliki jumlah
kandungan vitamin A 9500 IU dalam setiap 100 gram penyajian. Jumlah vitamin A
yang sangat tinggi membuat sayur kailan menjadi favorit di beberapa negara Asia
Timur.

g. Lobak Hijau

Apakah Anda pernah mencoba makan sayuran lobak hijau? sayuran lobak
hijau memiliki bentuk umbi pada bagian akar dan sayuran seperti sawi hijau pada
daun. Penduduk di kawasan Asia Timur paling sering mengkonsumsi lobak hijau,
bahkan sayuran ini menjadi menu wajib bagi penduduk di Jepang. Dalam 100 gram
sayuran lobak hijau ditemukan kandungan vitamin A sebesar 8820 IU. Ini adalah

11
jumlah yang sangat besar untuk sayuran. Bagian sayur yang bisa dimasak adalah
daun dan ubi. Anda bisa membuat sajian sesuai dengan selera.

h. Cabai

Ternyata cabai juga memiliki kandungan vitamin A yang cukup tinggi. Dalam
per 50 gram cabai ditemukan sekitar 3700 IU vitamin A, terutama untuk cabai
merah kecil maupun besar. Jadi, mengkonsumsi cabai ternyata sangat
menyehatkan.

i. Melon

Melon adalah buah yang memiliki rasa manis dan menyegarkan. Musim
melon di Indonesia biasanya terjadi saat musim kemarau sehingga sesuai untuk
menyegaran badan. Namun selain melon menjadi buah yang menyegarkan dan
manis ternyata juga sangat baik untuk kesehatan. dalam 100 gram buah melon
ditemukan kadar vitamin A hingga 5400 IU. Selain itu melon juga kaya akan nutrisi
lain yang penting untuk kesehatan tubuh.

j. Selada

Selada adalah salah satu anggota sayur persilangan atau kubis-kubisan.


Selada memiliki rasa yang menyegarkan dan biasanya dikonsumsi sebagai lalapan.
Sayuran yang bisa tumbuh di daerah bersuhu rendah ini ternyata memiliki
kandungan vitamin A yang cukup tinggi. Dalam setiap 100 gram daun selada
mengandung sekitar 4100 IU vitamin A.

k. Kacang Kapri

Kacang kapri atau kacang polong adalah jenis kacang yang banyak
mengandung nutrisi. Kacang ini bisa diolah menjadi campuran sup atau beberapa
jenis sayur. Dan cemilan kacang kapri atau kacang polong biasanya dikeringkan
dan ditambah dengan garam. Rasa kacang yang gurih dan renyah membuat semua
orang suka dengan kacang polong. Kandungan vitamin A yang ditemukan dalam
100 gram kacang hijau mencapai 3300 IU. Kacang hijau memiliki kandungan
lemak yang rendah, namun banyak mengandung protein dan serat

l. Aprikot

12
Aprikot adalah buah dengan warna oranye yang memiliki rasa manis
menyegarkan. Buah ini biasanya disajikan sebagai buah kering dan menjadi salah
produk impor. Buah ini memiliki kandungan zat anti oksidan tinggi dan bisa
mensuplai energi untuk tubuh. Kandungan vitamin A dalam 100 gram buah aprikot
kering mencapai 94 % dari nilai kandungan vitamin A yang disarankan untuk orang
dewasa.

m. Brokoli

Brokoli adalah jenis sayuran hijau yang masuk dalam sayur persilangan.
Sayur brokoli bisa diolah menjadi campuran sup atau beberapa jenis masakan lain.
Warna hijau dalam sayur brokoli akan sangat menyegarkan. Sayuran ini juga
memiliki rasa manis dan renyah. Kandungan vitamin A dalam 50 gram brokoli
adalah sekitar 1200 IU. Meskipun kandungan vitamin A ini tidak terlalu besar,
namun bisa membantu kebutuhan vitamin A harian untuk semua usia

n. Paprika Merah

Paprika adalah salah satu jenis sayur yang memiliki bentuk seperti tomat. Ada
dua jenis paprika yang bisa kita temukan, paprika hijau dan merah. Paprika pada
dasarnya memiliki rasa pedas seperti cabai, sehingga paprika bisa menjadi
pengganti cabai. Paprika merah memiliki beberapa kandungan zat yang kaya
dengan anti oksidan tinggi, vitamin A (1 paprika berukuran sedang bisa memiliki
kandungan vitamin A sebesar 3700 IU).

o. Pepaya

Pepaya menjadi buah yang sangat banyak digemari di Indonesia. Buah ini
tumbuh subur di negara tropis. Buah pepaya memiliki daging buah yang sangat
lunak, manis dan menyegarkan. Selain itu buah pepaya dipercaya karena memiliki
kandungan mineral, zat anti oksidan, vitamin dan sumber enzim. Bahkan pepaya
juga bisa menjadi sumber vitamin A hingga 1554 IU. Konsumsi buah pepaya secara
rutin dapat meningkatkan kesehatan ,

p. Tomat

13
Tomat adalah buah yang mudah kita temukan dan bisa tumbuh sepanjang
musim. Warna tomat yang merah dan kandungan air yang cukup tinggi membuat
semua orang menyukai tomat. Pemakaian tomat bisa digunakan sebagai bumbu
masakan, buah, jus atau campuran salad. Tomat memiliki kandungan kalori yang
sangat rendah, tapi kaya akan mineral dan vitamin. Bahkan dalam 1 buah tomat
yang berukuran sedang ditemukan sekitar 1020 IU vitamin A

2.6 Kebutuhan dan Kecukupan Vitamin A(farida)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia
Kelompok Umur Vitamin A (mcg)
Bayi/anak
0-6 bulan 375
7-11 bulan 400
1-3 tahun 400
4-6 tahun 450
7-9 tahun 500
Laki-laki
10-12 tahun 600
13-15 tahun 600
16-18 tahun 600
19-29 tahun 600
30-49 tahun 600
50-64 tahun 600
65-80 tahun 600
80+ tahun 600
Perempuan
10-12 tahun 600
13-15 tahun 600
16-18 tahun 600
19-29 tahun 500

14
30-49 tahun 500
50-64 tahun 500
65-80 tahun 500
80+ tahun 500
Hamil (+an)
Trimester 1 +300
Trimester 2 +300
Trimester 3 +350
Menyusui (+an)
6 bulan pertama +350
6 bulan kedua +350

15
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A (KVA) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan


rendahnya kadar vitamin A dalam jaringan penyimpanan (hati) dan melemahnya
kemampuan adaptasi terhadap kondisi gelap dan sangat rendahnya konsumsi
vitamin A (WHO 1998). KVA tingkat subklinis yaitu tingkat KVA yang belum
menampakkan gejala nyata atau tidak menunjukkan gejala secara fisik, masih
menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita (Depkes 2003).

Kekurangan vitamin A adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya


asupan vitamin A yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan rabun senja,
xeroftalmia dan jika kekurangan berlangsung parah dan berkepanjangan akan
mengakibatkan eratomalasia (Tadesse, Lisanu, 2005).

Sedangkan menurut Arisman tahun 2002, Kurang Vitamin A (KVA)


merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan
metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna.
Penyakit Kurang Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan penyebab
gangguan gizi yang sangat penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak
dibawah usia lima tahun.

3.2 Prevalensi Kekurangan Vitamin A di Indonesia


Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A
adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan
(1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan vitamin A adalah
bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif
dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan
pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau
di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak,
diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang
tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah

16
mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun puskesmas, serta
anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.

3.3 Penyebab Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat disebabkan karena kekurangan primer dan


kekurangan sekunder. Kekurangan primer akibat kurang konsumsi dan kekurangan
sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh,
kebutuhan yang meningkat, atau karena gangguan pada konversi karoten menjadi
vitamin A. Kekurangan vitamin A terjadi terutama karena kurangnya asupan
vitamin A yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Konsumsi vitamin A
dan provitamin A yang rendah (di bawah kecukupan konsumsi vitamin A yang
dianjurkan) berlangsung dalam waktu lama akan mengakibatkan suatu keadaan
yang dikenal dengan kekurangan vitamin A (KVA).

Asupan vitamin A yang kurang karena penyimpanan dan transpor vitamin A


pada tubuh yang terganggu. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada
penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia,
atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu (Almatsier 2006).
Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan
vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum
vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik
bagi mata. Vitamin A diperlukan retina mata untuk pembentukan rodopsin dan
pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang vitamin A
dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan : kemiskinan, pendidikan rendah,
kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi
tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang
kurang vitamin A. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein,
kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri
juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.
Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam
hubungan yang kompleks seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori protein
(KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam protein,

17
lemak dan hubungannya antara hal-hal ini merupakan faktor penting dalam
terjadinya kekurangan vitamin A.

Kekurangan vitamin A bisa disebabkan seorang anak kesulitan mengonsumsi


vitamin A dalam jumlah yang banyak, kurangnya pengetahuan orang tua tentang
peran vitamin A dan kemiskinan. Sedangkan untuk mendapatkan pangan yang
difortifikasi bukan hal yang mudah bagi penduduk yang miskin. Karena, harga
pangan yang difortifikasi lebih mahal daripada pangan yang tidak
difortifikasi.Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek
kekurangan vitamin A. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih
tinggi untuk menderita kekurangan vitamin A , karena ASI merupakan sumber
vitamin A yang baik. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita
Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi karena kekurangan
asam empedu (Suhardjo, 2002).

Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran dan buah-
buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti : daun
singkong, bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir,
daun sawi hijau, buncis, daun katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan
dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Depkes
RI, 2005).

3.4 Epidemiologi Kekurangan Vitamin A


Vitamin A dikenal sebagai vitamin penglihatan karena kekurangan vitamin A
dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang dikenal dengan buta senja atau
xeropthalmia yang dikenal dengan “mata kering” yang dapat berlanjut pada
kebutaan. Sejak awal tahun 1980-an diketahui bahwa angka kematian meningkat
pada anak balita yang kurang vitamin A, bahkan sebelum ada tanda-tanda
xeropthalmia, KVA termasuk kedalam empat masalah gizi utama. Penelitian yang
dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20
juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya
menderita kurang vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan
Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap
vitamin A tergolong rendah.

18
Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance
System (NSS), Departemen Kesehatan, tahun 2001 menunjukkan sekitar 50 persen
anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengonsumsi vitamin A dengan cukup dari
makanan sehari-hari. Oleh karena itu sangat penting untuk mngetahui masalah
Kurang vitamin A (KVA).

Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di


seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur
terutama pada masa pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit.
Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain konsumsi
makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A untuk jangka
waktu yang lama, bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menu tidak seimbang
(kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat gizi lainnya) yang diperlukan
untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, adanya
gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit
antara lain diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A
meningkat, adanya kerusakan hati yang menyebabkan gangguan pembentukan
retinol binding protein (RBP) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan
vitamin.

3.5 Etiologi Kekurangan Vitamin A


Bila ditinjau dari konsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A
disebabkan oleh :
1. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin
A untuk jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat
gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan
vitamin A dalam tubuh.
4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada
penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang
Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A
meningkat.

19
5. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan
pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

Kekurangan vitamin A disebabkan oleh bebarapa faktor antara lain


konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A
dalam jangaka waktu yang lama, bayi tidak diberikan ASI eksklusif, menu yang
dimakan tidak seimbang (kurang mengandung protein, lemak, zink, dan zat gizi
lain) untuk penyerapan dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, gangguan
penyerapan karena adanya penyakit lain seperti diare, KEP, kerusakan hati yang
menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein (RBP) dan pre-
albumin yang penting untuk penyerapan vitamin, serta daya beli masyarakat
rendah karena kurangnya pengetahuan terhadap pentingnya vitamin A.

Sedang kelompok umur kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak


balita. Gangguan pada mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat
ringannya defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan
melihat dalam kondisi gelap, xerophthalmia, hingga mengalami kebutaan bisa
terjadi. Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar
air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada
selaput yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman.
Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya
cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar
serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan
metabolik bagi mata. Vitamin A diperlukan retina mata untuk pembentukan
rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang
vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan : kemiskinan, pendidikan
rendah, kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten),
bayi tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial
yang kurang vitamin A. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein,
kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri
juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.

20
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A
adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan
(1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan vitamin A adalah
bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif
dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan
pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau
di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak,
diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang
tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah
mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun puskesmas, serta
anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.

Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam


hubungan yang kompleks seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori protein
(KKP). Makanan yang rendah vitamin A biasanya juga rendah kalori, lemak dan
hubungannya antara hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya kekurangan
vitamin A. Kekurangan vitamin A bisa disebabkan karena seorang anak kesulitan
mengonsumsi vitamin A dalam jumlah banyak, kurangnya pengetahuan orang tua
tentang peran vitamin A dan kemiskinan. Sedangkan untuk mendapatkan pangan
yang difortifikasi bukan hal yang mudah bagi penduduk yang miskin. Karena, harga
pangan yang difortifikasi lebih mahal daripada pangan yang tidak difortifikasi.

Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran dan buah-
buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti : daun
singkong, bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir,
daun sawi hijau, buncis, daun katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan
dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
(Depkes RI, 2005)

3.6 Akibat Kekurangan Vitamin A


Semba (2010) dalam Muliah (2017) menjelaskan bahwa anak yang asupan
vitamin A nya tidak adekuat memiliki prevalensi stunting, underweight, dan
wasting yang lebih tinggi dibanding anak yang memperoleh vitamin A secara
adekuat. Defisiensi vitamin A dapat meningkatkan risiko mortalitas, morbiditas,

21
dan penyakit infeksi yang lebih tinggi pada anak. Mikhail (2013) dalam (Muliah, et
al., 2017) mengatakan bahwa kurangnya asupan vitamin A dapat dikaitkan dengan
terhambatnya pertumbuhan dikarenakan kurangnya vitamin A dapat mengurangi
sekresi terhadap serum IGF-1 yang bertanggung jawab untuk sekresi hormon
pertumbuhan (Mikhail, dkk., 2013) . Kekurangan vitamin A, vitamin C, dan zink
dapat meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran
pernapasan, diare, dan demam. (Elvandari, et al., 2017)

3.7 Pencegahan dan Pengobatan


Perlu adanya pemeriksaan status vitamin A secara berkala untuk mencegah
terjadinya difesiensi vitamin A pada anak (Elvandari, et al., 2017). Prinsip dasar
untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A
yang cukup untuk tubuh. Selain itu perbaikan kesehatan secara umum turut pula
memegang peranan. (Pratiwi, 2013)

Masalah kurang vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi mikro
utama yang masih terjadi di Indonesia, terutama terjadi pada anak-anak balita.
Dalam hal hubungan KVA dengan tingkat infeksi, perlu mendapat perhatian
khusus, terutama karena selain menimbulkan penyakit mata, diduga menimbulkan
penyakit infeksi saluran penafasan, infeksi pada usus (diare), komplikasi pada
campak yang menyebabkan kematian, infeksi pada ginjal dan kantung kemih. Hal
ini dapat dicegah dan ditangulangi dengan program KIE, fortifikasi dan distribusi
kapsul vitamin A dosis tinggi. (Pratiwi, 2013)

3.8 Analisis Studi Kasus


19,4 Persen Bayi dan Balita di Jabar Kekurangan Vitamin A

Sabtu 31 Jan 2009 11:26 WIB

BANDUNG – Kekurangan vitamin A masih menjadi persoalan di Jawa Barat.


Berdasarkan hasil evaluasi kinerja kekurangan vitamin A (KVA) tahun 2006,
ditemukan 19,4 persen balita dengan kadar serum vitamin A di bawah standar
minimum WHO yakni 20 mikro gram per desi liter.

22
‘’Itu berarti 19,4 persen bayi dan balita di Jabar kekurangan vitamin A,’’ ujar
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Alma Lucyati, dalam konferensi pers
pencanangan bulan pemberian kapsul vitamin A bagi bayi dan anak, Jumat (30/1).
Saat ini, jumlah sasaran bayi (0-11 bulan) di Jabar sebanyak 462.363 orang dan
balita (1-5 tahun) 3.126.133 orang.

Alma menjelaskan, kekurangan vitamin A ini disebabkan karena pasokan gizi


masyarakat terutama sayuran dan buah-buahan kurang. Kondisi ini memang
menjadi kendala bagi semua pihak. Karena menurut penelitian, sebagian besar
masyarakat Indonesia malas mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.

Untuk mengatasinya, pemerintah memberikan vitamin A secara gratis dua


kali dalam setahun yakni Februari dan Agustus. Vitamin tetes ini bisa didapatkan
di 45.572 posyandu dan 1.007 puskesmas di 26 kota/kabupaten di Jabar.
Masyarakat, diharapkan membawa anaknya ke Puskesmas dan posyandu, karena
vitamin diberikan gratis.

‘’Kami sudah menyiapkan 1,2 juta kapsul untuk bayi dan tujuh juta kapsul
untuk balita,’’ cetus Alma. Jumlah itu, bisa mencukupi kebutuhan satu tahun ini.
Pelaksanannya sendiri akan dimulai serentak pada Senin (2/2) dan berlanjut selama
sebulan. Secara resmi, penetesan di posyandu Dahlia, Kelurahan Baros, Kecamatan
Cimahi tengah, Kota Cimahi.

Bagi orang tua yang ingin mendapatkan vitamin A ke dokter swasta atau
dokter spesialis, Alma mengaku tidak bisa mencegahnya. ‘’Silahkan saja, asalkan
pendataannya masuk ke puskesmas agar cakupan imunisasi kita jelas,’’ ungkapnya.

Pada 2008, cakupan imunisasi untuk bayi di Jabar sebanyak 91 persen


sedangkan balita 20,1 persen. Ia berharap, pemberian vitamin A akan meningkatkan
cakupan di Jabar. Ia mengaku tidak ada target khusus, namun yang jelas harus
melebihi angka dia tahun 2008. Bahkan jika memungkinkan mencapai 100 persen.

Alma menjelaskan, daerah yang cakupan imunisasinya rendah untuk balita


berada di Kab Indramayu, Sumedang, Kuningan, Tasikmalaya, Kota Bekasi, Banjar

23
dan Depok. Sedangkan cakupan bayi terendah berada Kota Bekasi, Banjar, Kab
Tasikmala dan Karawang.

Dikatakan Alma, pemberian vitamin A minimal sepuluh kali hingga balita.


‘’Jangan sampai kurang, sedangkan kalau kelebihan tidak apa-apa, karena tidak
berdampak apapun,’’ cetus dia.

Selain itu, perwakilan seluruh kader di Jabar mengikuti mobilisasi imunisasi


untuk sosialisasi lima imunisasi dasar lengkap (LIL) selama dua hari. Selain
mendengarkan pemaparan materi, para kadar menceritakan pengalaman maupun
hambatan yang terjadi di daerah. Begitupun di Sukabumi. Pemkab Sukabumi
melakukan monitoring imunisasi di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.

Menurut salah satu kader Posyandu, Setianingsih, kader sudah siap


melaksanakan bulan pemberian kapsul vitamin A. ‘’Ini bukan pertama kalinya buat
kami,’’ katanya menjelaskan. Selain memberikan vitamin, biasanya kader
memberikan himbauan kepada ibu-ibu untuk memperhatikan gizi anaknya. ren/pt

24
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

25
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, R. (2016, januari 7). All About KVA (Kurang Vitamin A). Retrieved from
Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/rabiatuladawiah/551110aea33311c539ba95
4f/all-about-kva-kurang-vitamin-a

Adriani, Merryana dan Bambang Wijatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.


Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Arisman. 2002. Gizi dalam daur kehiduan.Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Palembang. Proyek peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Desi dan Dwi 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Nuha Medika.
Departemen Kesehatan RI, Konsumsi Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas.
Deteksi dan tatalaksanakasus xeroftalmia : pedoman bagi tenaga kesehatan.
(2003). Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.

Depkes RI,2003
Depkes RI, 2005

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.


Elvandari, M., Briawan, D. & Tanziha, I., 2017. Suplementasi vitamin A dan
asupan zat gizi dengan serum retinol dan morbiditas anak 1-3 tahun. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, Volume 13, pp. 179-187.

https://www.republika.co.id/berita/shortlink/28827

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Retrieved Oktober 4, 2018,


from MENKES: ADA TIGA KELOMPOK PERMASALAHAN GIZI DI
INDONESIA: http://www.depkes.go.id/article/print/2136/menkes-ada-
tiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-indonesia.html

Memahami Pengertian, Struktur Kimia, Manfaat, dan Sifat-sifat Vitamin A


[http://wikivitamin.com/memahami-pengertian-struktur-kimia-manfaat-dan-
sifat-sifat-vitamin-a/] diakses pada tanggal 5 Oktober 2018

Muliah, N., Wardoyo, A. S. & Mahmudiono, T., 2017. Hubungan Frekuensi


Penimbangan, Penggunaan Garam Beryodium, dan Pemberian Vitamin A

26
dengan Kejadian Underweight pada Balita di Provinsi Jawa Timur. Media
Gizi Indonesia, Volume 12, pp. 40-46.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75


TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG
DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA
http://kmk475.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/6497/2017/08/PPT-UEU-Gizi-Kerja-Pertemuan-4.pdf
(Diakses 10 Oktober 2018 pukul 20.20)

Pratiwi, Y. S., 2013. Kekurangan Vitamin A (KVA) dan Infeksi. The Indonesian
Journal of Health Science, Volume 3, pp. 207-210.

Sitorus, S. (2016, Januari 3). Dampak Kekurangan Vitamin A. Retrieved from


Harian Analisa: http://harian.analisadaily.com/kesehatan/news/dampak-
kekurangan-vitamin-a/202261/2016/01/04

Soekirman,2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

27

Anda mungkin juga menyukai