Disusun oleh
NIM : 6411420059
UNNES
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan judul “
Makalah ini berisikan tentang informasi maramus dan kwashiorkor. Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang KKP.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.
Wassalamualaikum wr.wb
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………1
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang……………………………………………………………………3
b. Rumusan Masalah………………………………………………………………...3
c. Tujuan…………………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan………………………………………………………………………10
b. Saran……………………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………11
2
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh negara-negara
berkembang termasuk Indonesia, masalah tersebut salah satunya adalah Kekurangan
Energi Protein (KEP). Kekurangan energi protein dapat digolongkan menjadi kekurangan
energi tingkat ringan dan kekurangan energi tingkat berat yaitu kwashiorkor dan
marasmus. Kurang energi protein adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi
makanan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta gangguan kesehatan.
Gizi buruk memiliki peluang untuk menyerang siapa saja, terutama bayi dan
anak-anak yang tengah berada pada masa pertumbuhan. Gizi kurang merupakan suatu
kondisi berat badan menurut umur (BB/U) yang tidak sesuai dengan usia yang
seharusnya. Kondisi gizi kurang akan rentan terjadi pada balita usia 2-5 tahun karena
balita sudah menerapkan pola makan seperti makanan keluarga serta dengan tingkat
aktivitas fisik yang tinggi. Kekurangan gizi pada masa balita terkait dengan
perkembangan otak sehingga dapat memengaruhi kecerdasan anak dan berdampak pada
pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Oleh karena itu
diperlukan adanya pengetahuan mengenai penyakit yang terjadi akibat kekurangan energi
protein yaitu maramus dan kwashiorkor.
b. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari maramus dan kwashiorkor
2.Bagaimana gejala maramus dan kwashiorkor
3.Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya maramus dan kwashiorkor
4..Bagaimana upaya untuk mencegah terjadi maramus dan kwashiorkor
5. Bagaimana upaya untuk menanggulangi terjadinya maramus dan kwashiorkor
3
c. Tujuan
1.Untuk mengetahui pergertian maramus dan kwashiorkor
2.Untuk mengetahui gejala maramus dan kwashiorkor
3.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya maramus dan
kwashiorkor
4.Untuk mengetahui upaya mencegah terjadinya maramus dan kwashiorkor
5. Untuk mengetahui upaya menanggulangi terjadinya maramus dan kwashiorkor
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Marasmus berasal dari kata marasmos (bahasa jerman) yang berarti sekarat. Mal nutrisi
jenis ini biasanya biasanya berupa kelambatan pertumbuhan, hilangnya lemak di bawah kulit,
mengecilnya otot, menurunnya selera makan dan keterbelakangan mental.
Marasmus adalah salah satu bentuk malnutrisi paling sering ditemui pada balita
penyebabnya antara lain karena pemasukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan
lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan memiliki satu atau
lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat
yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau
tinggi. Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat pula terjadi
pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari
parasit atau infeksi lain.
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang
berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan.
Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali
sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema dan
kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
5
b) Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol,
mata lebih besar dan cekung.
f) Perut buncit
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap
lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan
lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
6
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya maramus dan kwashiorkor
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan ini merupakan
hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor
lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab – sebab marasmus antara
lain :
1. Pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit.
2. Pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidak tahuan
orang tua si anak ; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI
protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah
7
berlangsung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat
mencukupi kebutuhan proteinnya.
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat
ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Marasmic kwashiorkor
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh
menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor
akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya mengandung karbohidrat saja
seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan protein.
Jangka pendek
8
6-12 bulan
h. Promosi makanan sehat dan bergizi
Jangka menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Jangka panjang
Malnutrisi energi protein dapat dicegah dengan menerapkan pola makan sehat dengan
gizi seimbang yang mencakup:
Selain mengonsumsi makanan sehat, jangan lupa untuk mencukupi kebutuhan cairan
dengan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan melakukan pemeriksaan ke dokter secara
rutin jika Anda memiliki kondisi medis atau penyakit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
malnutrisi energi protein.
9
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah gizi yang terjadi yaitu masalah kekurangan energi
protein antara lain maramus dan kwasiorkor. Maramus adalah salah satu bentuk
malnutrisi yang terjadi karena pemasukan makanan yang sangat kurang, infeksi,
pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan
memiliki satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. Sedangkan kwasiorkor adalah
salah satu bentuk malnutrisi yang terjadi karena defisiensi protein yang berat bisa dengan
konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan.
b. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di
kalangan kita.Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya KEP, maka yang harus kita
ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur, dengan
memperhatikan gizi yang seimbang serta juga memperhatikan lingkungan yang sehat
sehingga dapat menunjang kedepannya. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita
tidak akan mudah terserang penyakit.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/acticle/downl
oad/1559/pdf&ved=2ahUKEwjiyKDz57rAhWQT30KHRKEBkA4FBAWMAd6BAgIEAAs&us
g=AovVaw0F3XvrA-kdYF-1cauE2Y diakses pada hari Rabu, 16 September 2020
11