Anda di halaman 1dari 29

GIZI SEBAGAI TERAPI

Oleh:
Tri Kusuma Agung Puruhita., S.Gz., M.Sc 1,2

1) Program Studi D III Gizi Tasikmalaya


2) Unit Penjaminan Mutu Poltekes Tasikmalaya
Tujuan Pembelajaran
2

 Mahasiswa mampu memahami konsep gizi


sebagai terapi
 Mahasiswa mampu memahami jenis – jenis
diet
Gizi mempengaruhi proses penyembuhan penyakit
Penggolongan Makanan
4

Makanan biasa
Makanan khusus
(tidak
(memerlukan
memerlukan diet
diet khusus)
khusus)
Jenis Standar Diet
5

 Standar Diet Umum  Standar Diet Khusus


1. Makanan Biasa TETP, RG, Tinggi
2. Makanan Lunak serat, Rendah Sisa,
3. Makanan Saring
Rendah Lemak, DM,
dst
4. Makanan Cair
Contoh Makanan/Diet Khusus
6

 Perubahan konsistensi (lunak, saring, biasa, cair)


 Penambahan/pengurangan energi (rendah energi,
tinggi energi)
 Penambahan/pengurangan jenis makanan (Rendah
Garam, Rendah protein, Tinggi protein)
 Perubahan komposisi zat gizi (Diet DM, Diet Hati, Diet
Jantung)
 Perubahan jumlah & Frekwensi makanan (Diet
lambung, Diet DM)
 Penghilangan/pantangan makanan spesifik (Diet
alergi, Diet Asma)
7

Berbasis
Makanan biasa
nasi

Makanan lunak

Makanan saring enteral

Makanan cair

parenteral
Makanan Biasa
8

 Makanan dalam bentuk, tekstur, aroma sama


dengan makanan sehari hari untuk orang sehat
 Untuk memenuhi kebutuhan gizi guna mencegah,
mengurangi, mengganti kerusakan jaringan tubuh
Cara
9
Pemberian: Makanan yg tdk
Indikasi: Per Oral dianjurkan:

Untuk pasien yg Makanan yang


tdk memerlukan merangsang:
modifikasi bentuk berlemak tinggi,
makanan dan zat terlalu manis,
gizi sehubungan berbumbu
dgn penyakitnya tajam, minuman
beralkohol
Makanan
Biasa
Makanan Lunak
10

 Makanan yang memiliki tekstur mudah dikunyah,


ditelan, dan dicerna dibanding dengan makanan
biasa
 Untuk memenuhi kebutuhan gizi, mencegah,
mengurangi, dan mengganti kerusakan jaringan
tubuh dengan memberikan makanan yang mudah
dicerna sesuai dengan kondisi pasien
Makanan Lunak
11

Indikasi Tidak
Cara Dianjurkan
Diberikan kepada pasien: pemberian
Makanan yang
merangsang :

sebelum dan sesudah operasi Makanan yang


berlemak tinggi

Sayuran dan
masalah pencernaan ringan buah tinggi serat
(mekanis  mulut dan
lambung) Per dan bergas
Makanan yg
Oral berbumbu
tajam, manis,
infeksi yang disertai kenaikan dan gurih
suhu tubuh
Minuman
beralkohol dan
peralihan dari makanan saring soda
ke makanan biasa
Makanan Saring
12

 Makanan semi padat yang memiliki tekstur lebih


halus dibanding makanan lunak, mudah ditelan,
mudah dicerna
 Untuk memberikan makanan semi padat dalam
jangka waktu pendek (tidak memenuhi kebutuhan
gizi dan kalori), atau sebagai adaptasi bentuk
makanan yang lebih padat
Makanan Saring
13
Indikasi Tidak
Diberikan kepada pasien: Pemberian Dianjurkan

Makanan yang
Merangsang:
Kesulitan menelan (disfagia),
Makanan yg
berlemak tinggi
Sesudah operasi tertentu
Rute: Buah dan sayur
berserat tinggi
Infeksi saluran cerna (gastro Per Oral dan bergas
enteritis)
Berbumbu
tajam ,manis,
perpindahan dari makanan gurih
cair ke makanan lunak
Minuman
beralkohol dan
suhu tubuh tinggi (390C) soda
Makanan Cair
14

 Makanan yang memiliki konsistensi cair dan


kental, konsistensi lebih encer dibanding makanan
saring. Dalam suhu kamar berbentuk cairan
 Untuk memberikan makanan dalam bentuk cair
yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh, mudah
diserap, meninggalkan sedikit sisa, mencegah
dehidrasi, menghilangkan rasa haus
Jenis Makanan Cair
15

 Makanan Cair Jernih


 Makanan Cair Penuh
 Makanan Cair Kental
Makanan Cair Jernih
16

 Makanan dalam bentuk cairan jernih, bening,


tembus pandang, rendah sisa
 Untuk memberikan makanan guna memenuhi
kebutuhan cairan tubuh, mencegah dan
mengkoreksi dehidrasi, memberikan stirahat pada
saluran cerna
 Diberikan sebagai makanan tahap awal pasca
perdarahan saluran cerna atau sebelum dan
sesudah operasi dengan keadaan mual, muntah
dan diare akut
Makanan Cair Penuh
17

 Makanan berbentuk cair/semi cair yang rendah


serat, tidak tembus pandang
 Memenuhi kebutuhan zat gizi secara total atau
sebagai suplemen sesuai dengan kondisi penyakit,
dan meringankan saluran cerna
 Pasien yg mengalami masalah dlm mengunyah,
menelan atau mencerna makanan padat (co:
operasi mulut/tenggorokan, kesadaran menurun)
Makanan Cair Kental
18

 Makanan dengan konsistensi kental/semi padat


pada suhu ruang, tidak membutuhkan proses
mengunyah, mudah ditelan
 Untuk memberikan makanan yang tidak
membutuhkan proses mengunyah, mudah ditelan,
mencegah aspirasi, memenuhi kebutuhan gizi
 Diberikan untuk pasien yang tidak dapat makan
melalui mulut karena disfagia, post operasi mulut,
gangguan kesadaran, tidak mau makan.
Rute Pemberian Makanan
19

1. Oral melalui mulut  tidak ada ganguan


fisiologis/mekanis
2. Enteral
3. Perenteral (tidak mau makan, tidak dapat
makan, tidak boleh makan)  pada
gangguan saluran cerna diberikan
sementara sampai usus berfungsi normal
20
Cara Pemberian Makanan Cair
21

 Per oral (suplemen/tambahan)


 Per sonde/nutrisi enteral  diberikan melalui tube
feeding/makanan lewat pipa (MLP)
1. Diberikan melalui gaster/lambung (NGT)
2. Diberikan melalui duodenum (NDT)
3. Diberikan melalui jejunum (NJT)
4. Gastrostomy Tube
5. Duodenostomy Tube
6. Jejunostomy Tube
Makanan Enteral
22

• Nutrisi Enteral (NE) adalah pemberian

makanan melalui sistem saluran cerna


dengan tujuan meningkatkan efektifitas
penyerapan zat gizi khususnya pada pasien
yang oral feeding-nya tdk mencukupi guna
mempertahankan status gizi
Indikasi Pemberian
23

 Hipermetabolisme : Luka bakar, setelah operasi,


sepsis, transplantasi organ
 Kasus Neurologi : Disfagia, cedera kepala,
perdarahan otak dll
 Penyakit gastrointestinal : Pankreatitis, short bowel
syndrom dll
 Inadekuat intake oral selama 3,7 sampai 10 hari
terakhir → malnutrition protein energy (MPE)
 Gangguan psikologi berat seperti anorexia pada
infeksi berat/kronik dan depresi berat
NE Intermitten
24

 Bolus
- 250 –350 ml/kali pemberian, jarak 5 – 10 menit, frekuensi
6 – 8 x/hari
- Toleransi tergantung fungsi usus, risiko aspirasi,
berhubungan dengan tingginya komplikasi mual,
muntah, diare.

 Bolus intermiten
- Tahap: 6 ml/mnt (180/30 mnt), 8 ml/mnt (240 ml/30 mnt),
dan 12 ml/mnt (360/30 mnt),
setiap 3-6 jam
- Toleransi dan komplikasi sama dengan bolus
- NE diberikan secara tetesan diseling oleh masa istirahat
NE diberikan kontinyu
25

 Pemberian NE dengan tetesan secara terus

menerus selama 24 jam


 Diberikan jika bolus dan intermiten tidak dapat

ditoleransi oleh pasien


 Menggunakan mesin pompa, kecepatan aliran harus

bertahap mulai dari 20 ml/jam kemudian bertambah


sampai 100 – 150 ml/jam setiap 8-24 jam.
Makanan Parenteral
26

• Parenteral feeding adalah pemberian

nutrisi dalam bentuk cairan formula khusus


ke dalam pembuluh darah balik (vena) baik
itu melalui vena perifer atau melalui vena
sentral
Indikasi Pemberian
27

Diberikan pada pasien


1. Tidak mampu mencerna/menyerap
makanan, muntah persisten, diare berat,
syndrom malabsorbsi berat, trauma perut,
illeus lama
2. Penyakit inflamasi usus akut, sehingga
usus hrs diistirahatkan
Contoh NPE
28

 Karbohidrat, contoh : dextrose 5 %, 10 %,


triofusin 1000, dll
 2. Asam amino, contoh : aminofusin 1600,
intrafusin 10 %
 3. lemak, contoh : intralipid 10 %, 20%
 4. Cairan elektrolit, contoh : intralit, tutofusin,
ringer laktat, dll
29

Selamat Belajar ...

Anda mungkin juga menyukai