Anda di halaman 1dari 6

Pentingnya Profesionalisme Perawat untuk Menghilangkan Stigma

Perawat Sebagai Pembantu Dokter

Oleh Fifi Firdiana, 20065908036, Profesioanlisme dalam Keperawatan D

Fifi.firdiana001@gmail.com

Pada saat ini banyak stigma tentang perawat yang berkembang di


masyarakat, salah satunya adalah stigma tentang perawat sebagai pembantu
dokter. Hubungan kolaborasi perawat dan dokter sering kali disalahartikan oleh
masyarakat dengan menganggap bahwa perawat sebagai “pembantu” dokter.
Padahal perawat tidak hanya berkolaborasi dengan dokter saja tetapi juga dengan
para tenaga kesehatan lain. Hubungan kolaborasi antara perawat dan dokter serta
tenaga kesehatan lainnya bukanlah hubungan antara atasan dan bawahan, tetapi
hubungan antara rekan sesama tenaga kesehatan. Stigma tersebut dapat
berkembang karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang profesi
keperawatan.

Pada dasarnya perawat memiliki tugas dan wewenangnya sendiri yang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Dalam
undang-undang tersebut dijelaskan bahwa perawat seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Dijelaskan pula bahwa pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Melalui kedua pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa perawat merupakan seseorang yang memberi
asuhan keperawatan kepada pasien dan/atau keluarga dengan pelayanan yang
profesional. Menjadi seorang perawat juga bukanlah hal yang mudah, perawat
harus menempuh pendidikan tinggi dan berbagai pembelajaran untuk dapat
menjadi seorang perawat. Oleh karena itu, perawat bukanlah profesi pembantu
dokter.
Perawat memiliki tugas wewenang yang berbeda dengan dokter dalam
menangani pasien. Tugas perawat yang telah diatur pada Undang-Undang Nomor
38 tahun 2014 tentang Keperawatan, yaitu sebagai seseorang yang memberikan
asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor untuk pasien dan keluarga, pengelola
pelayanan keperawatan, peneliti, pelaksana tugas berdasarkan pemberian
wewenang dari perawat spesialis atau tenaga kesehatan lain, dan melakukan tugas
dalam keadaan yang terbatas. Tugas inti dari perawat adalah membantu dan
mendampingi pasien yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya sebagai manusia sampai pasien dapat memenuhi kebutuhan tersebut
secara mandiri. Tugas tersebut harus dilakukan oleh perawat secara jujur dan
bertanggung jawab. Kemudian, dalam menjalankan tugas-tugasnya perawat
memiliki wewenang sesuai dengan tugas yang dijalakannya. Ketika perawat
bertugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memiliki wewenang untuk
melakukan diagnosis keperawatan pada pasien sesuai dengan bidang ilmunya,
melakukan rujukan jika diperlukan, memberikan tindakan ketika ada keadaan
emergensi dengan kompetensi dan kemampuan perawat, memberikan konsultasi
keperawatan kepada pasien dan/atau keluarga dan dapat berkolaborasi dengan
dokter dan/atau tenaga kesehatan lain.

Ketika menjalankan tugas dan wewenangnya, perawat memiliki tiga jenis


intervensi, yaitu independen, dependen, dan interdependen. Intervensi independen
merupakan intervensi yang dilakukan oleh perawat secara mandiri, tidak
bergantung pada orang lain dan tidak pula diatasi oleh profesi lain. Misalnya
perawat mengajarkan pasien dengan nyeri akut untuk melakukan relaksasi nafas
dalam untuk meredakan nyerinya. Intervensi dependen merupakan intervensi yang
dilakukan oleh perawat dengan membutuhkan order dari rekan sejawat atau
tenaga kesehatan lain. Misalnya order untuk menyiapkan pasien untuk
pemeriksaan diagnostik dan order untuk mengambil sampel darah pasien untuk
dilakukan uji laboratorium. Intervensi interdependen atau kolaboratif merupakan
yang dilakukan oleh perawat dengan bekerja sama dengan profesi kesehatan lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang perawat


memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab sendiri. Perawat memiliki
hak dalam menjalankan tugasnya apakah perawat akan menjalankannya secara
mandiri ataupun melakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain
seperti yang telah dijelaskan pada fungsi perawat.

Dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, perawat


harus bersikap profesional. Perawat profesional adalah Perawat dapat
memberikan layanan kesehatan yang bermutu untuk pasien dengan menerapkan
nilai-nilai profesionalisme. Menurut Wulandari (2018), nilai profesionalisme
dalam keperawatan merupakan suatu fondasi yang dapat digunakan oleh seorang
perawat untuk mengarahkannya saat berinteraksi dengan pasien, rekan sejawat,
praktisi profesional dan publik.

Terdapat lima nilai yang dapat mencerminkan seorang perawat sebagai


profesional, diantaranya adalah altruisme (altruism),
autonomi (autonomy), martabat manusia (human dignity),
integritas (integrity), dan keadilan sosial (social justice) (American Association
of Colleges of Nursing, 2008). Altruism merupakan sikap peduli terhadap
kesejahteraan orang lain. Seorang perawat dapat dikatakan altruism jika memiliki
rasa peduli perawat terhadap kesejahteraan dari pasien, rekan sejawat, dan orang
lain. Autonomy adalah kebebasan atau hak seseorang untuk menentukan
keputusannya sendiri. Perawat profesional harus dapat memberikan dan
menghargai hak pasien dalam menentukan keputusannya sendiri.

Human dignity atau martabat manusia merupakan rasa hormat terhadap


nilai serta keunikan yang melekat pada individu atau populasi, perawat
profesional harus menghargai martabat pasien melalui kebaikan, sikap empati,
pertimbangan matang yang sangat matang dalam menjalankan langkah
keperawatan, dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap kepercayaan pasien
dan/keluarga serta masyarakat (Utami et al., 2016). Integrity atau integritas dalam
nilai profesional keperawatan diwujudkan oleh seorang dengan bertindak dan
berperilaku sesuai dengan kode etik dan standar praktik keperawatan yang ada
(Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2021). Social justice atau keadilan sosial dalam
nilai profesional keperawatan diwujudkan menjunjung, prinsip kemanusiaan,
prinsip moral, dan prinsip legal dalam melakukan tindakan atau asuhan
keperawatan.
Dengan adanya nilai profesionalisme yang dijalani dan ditunjukkan perawat
saat sedang melayani pasien atau memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
akan menimbulkan kepuasan bagi pasien. Hal ini dapat membuat pelayanan yang
diberikan oleh perawat akan terasa berkesan dan membekas pada pasien. Selain
itu, profesionalisme akan membangun citra baik pada perawat. Profesionalisme
perawat juga akan membuat pasien dan masyarakat sadar bahwa perawat
bukanlah pembantu atau asisten bagi dokter karena perawat memiliki tugas dan
wewenang yang berbeda dari dokter. Jenis intervensi perawat sebagai pemberi
layanan kesehatan independen juga dapat menegaskan bahwa perawat memiliki
kemampuan untuk menjalankan tugas secara mandiri, tidak bergantung pada
orang lain dan tidak pula diatasi oleh profesi lain.
Referensi

Berman, A., Synder, S., & Frandsen, G. (2021). Kozier & Erb’s
Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice (11th ed.). Pearson
Education Limited. https://doi.org/10.2307/3463127

Perry, P., & Hall, S. (2020). Dasar-Dasar Keperawatan (9th ed., Vol. 1; E.
Novitasari, K. Ibrahim, Deswani, & S. Ramdaniati, Trans.). Elsevier. (Original
work published 2017)

Utami, N., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan
Keperawatan Profesional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

UU nomor 38 Tahun 2014. Retrieved from:


https://peraturan.go.id/common/dokumen/ln/2014/uu38-2014bt.pdf

Anda mungkin juga menyukai