Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PAPER

MATA KULIAH DASAR KEPENDUDUKAN

PENGARUH ANGKA PERKAWINAN PADA SENSUS PENDUDUK 2000


TERHADAP PEMBANGUNAN KESEHATAN

Disusun Oleh :
Fani Pranidasari (6411420059)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2020
HASIL PERHITUNGAN
1. Jika diketahui jumlah penduduk laki-laki Indonesia usia 15-19 dari hasil Sensus
Penduduk 2000 (SP 2000) adalah 10.649.348 orang dari jumlah penduduk berstatus
kawin untuk kelompok yang sama adalah sebesar 247.152 orang, maka angka
perkawinan penduduk usia 15-19 tahun adalah...
Mu= M÷ P15-19 × 1000
= 247. 152÷ 10.649.348 × 1000
= 23,20
Jadi dapat diartikan bahwa dari 1000 penduduk laki-laki usia 15-19 tahun, 23
diantaranya sudah berstatus kawin.
2. Jika diketahui jumlah penduduk perempuan usia 15-19 tahun dari SP 2000 adalah
sebanyak 10.500.169 orang dan penduduk yang berstatus kawin adalah sebanyak
1.335.881 orang, maka Angka Perkawinan menurut umur pada penduduk perempuan
usia 15-19 tahun adalah...
Mu= M÷ P15-19 × 1000
= 1.335.881÷ 10.500.169 × 1000
= 127,22
Jadi dapat diartikan bahwa dari 1000 penduduk perempuan usia 15-19 tahun, 127
diantaranya sudah berstatus kawin.
Pengaruh Angka Perkawinan pada Sensus Penduduk 2000 terhadap
Pembangunan Kesehatan

BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara atau tempat yang ditinggali oleh suatu penduduk bergantung
terhadap kualitas penduduk itu sendiri, maka penduduk memegang peran yang sangat
penting dalam hal ini. Sebagaimana menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 pengertian
penduduk adalah adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga,
anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di
suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. Sehingga penduduk
yang berkualitas akan berpengaruh terhadap kualitas negaranya. Sedangkan
pengertian kualitas penduduk itu sendiri menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 adalah
kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya, berkepribadian, dan layak.
Terdapat dua pandangan perubahan penduduk menurut sejarah kependudukan
menurut Hardiani & Junaidi (2011) yaitu pembangunan mempengaruhi dinamika
penduduk dan kondisi kependudukan akan mempengaruhi pembangunan yang
dilaksanakan. Pembangunan mempengaruhi dinamika penduduk berarti berfungsi
sebagai dependent variabel. Sedangkan kondisi kependudukan akan mempengaruhi
pembangunan yang dilaksanakan berarti penduduk sebagai independent variabel.
Di Indonesia saat ini angka perkawinan di usia dini masih cukup tinggi. Hal tersebut
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas penduduk serta akan
menaikan angka fertilitas atau angka kelahiran yang cukup signifikan yang kemudian
akan mempengaruhi pembangunan di suatu wilayah tersebut. Sehingga hal ini dapat
berdampak pada negara tempat tinggalnya ataupun masyarakat itu sendiri.
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dampak dari perkawinan
muda terhadap pembangunan yang ada di suatu wilayah khususnya dalam bidang
kesehatan pada hasil sensus penduduk tahun 2000.

b. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perkawinan?
b. Berapa angka perkawinan penduduk usia 15-19 tahun pada laki-laki dan
perempuan pada SP 2000?
c. Bagaimana pengaruh angka perkawinan tersebut terhadap pembangunan
kesehatan?
c. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi perkawinan
b. Untuk mengetahui besar angka perkawinan penduduk usia 15-19 tahun pada laki-
laki dan perempuan pada SP 2000
c. Untuk mengetahui pengaruh angka perkawinan tersebut terhadap pembangunan
kesehatan.

BAB II PEMBAHASAN
a. Pernikahan Dini
Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974). Dalam UU No. 1
tahun 1974, pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya diijinkan bila laki-
laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun, usulan perubahan pada pasal 7
tahun 1974 ayat (1) perkawinan dapat dan dilakukan jika pihak laki-laki dan
perempuan berusia minimal 19 tahun, pasal 6 ayat (2) untuk melangsungkan
pernikahan masing-masing calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun,
harus mendapat izin kedua orang tua.
b. Angka Perkawinan Penduduk pada Sensus Penduduk tahun 2000
Jika diketahui jumlah penduduk laki-laki Indonesia usia 15-19 dari hasil Sensus
Penduduk 2000 (SP 2000) adalah 10.649.348 orang dari jumlah penduduk berstatus
kawin untuk kelompok yang sama adalah sebesar 247.152 orang, maka angka
perkawinan penduduk usia 15-19 tahun adalah...
Mu= M÷ P15-19 × 1000
= 247. 152÷ 10.649.348 × 1000
= 23,20
Jadi dapat diartikan bahwa dari 1000 penduduk laki-laki usia 15-19 tahun, 23
diantaranya sudah berstatus kawin.
Jika diketahui jumlah penduduk perempuan usia 15-19 tahun dari SP 2000 adalah
sebanyak 10.500.169 orang dan penduduk yang berstatus kawin adalah sebanyak
1.335.881 orang, maka Angka Perkawinan menurut umur pada penduduk perempuan
usia 15-19 tahun adalah...
Mu= M÷ P15-19 × 1000
= 1.335.881÷ 10.500.169 × 1000
= 127,22
Jadi dapat diartikan bahwa dari 1000 penduduk perempuan usia 15-19 tahun, 127
diantaranya sudah berstatus kawin.
c. Pengaruh Angka Perkawinan terhadap Pembangunan Kesehatan
Berdasarkan hasil perhitungan angka perkawinan pada SP 2000, yang hasilnya
menyatakan bahwa angka perkawinan penduduk laki-laki usia 15-19 tahun adalah
sebesar 23,20 sedangkan angka perkawinan penduduk perempuan usia 15-19 tahun
adalah sebesar 127,22. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih angka perkawinan
perempuan lebih besar dari pada angka perkawinan penduduk laki-laki. Masih
tingginya angka perkawinan penduduk usia 15-19 tahun membuktikan bahwa masih
tinggi pula kasus pernikahan dini di suatu wilayah pada tahun 2000. Pernikahan dini
tersebut pasti akan memberikan dampak pada pasangan usia 15-19 tahun tersebut
karena dilakukan oleh remaja yang masih belum stabil secara fisik, psikis maupun
materi, pernikahan dini amat rentan dengan berbagai permasalahan. Permasalahan ini
muncul dan dapat emnyebabkan masalah lain yang lebih luas dampaknya. Diantara
dampak yang dirasakan khususnya di bidang kesehatan yaitu dampak yang paling
dirasakan perempuan yang menikah di usia dini mempunya risiko kehamilan yang
sangat besar. Risiko ini didapat karena kondisi fisik yang belum siap untuk
mengandung sehingga sangat membahayakan. Risiko ini bisa mencapai lima kali lipat
dari orang yang menikah pada umur yang matang atau dewasa. Selanjutnya, seorang
anak perempuan yang menikah akan mengalami sejumlah persoalan psikologis seperti
cemas, depresi, bahkan keinginan untuk bunuh diri. Di usia yang masih muda, anak-
anak ini belum memiliki status dan kekuasaan di dalam masyarakat. Mereka masih
sulit untuk mengontrol diri sendiri. Terakhir, pengetahuan seksualitas yang masih
rendah meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi menular seperti HIV.
Risiko kesehatan tidak hanya berada pada pihak ibu tapi juga anak-anak yang
nantinya lahir dari hubungan kedua orangtuanya yang menikah di bawah umur.
Belum matangnya usia sang ibu, memberikan konsekuensi tertentu pada si calon
anak. Misal, angka risiko kematian bayi lebih besar, bayi lahir dalam keadaan
prematur, kurang gizi, dan anak berisiko terkena hambatan pertumbuhan atau
stunting.
Berbagai permasalahan kesehatan akibat perkawinan usia dini tersebut tentu
memberikan dampak terhadap pembangunan kesehatan di suatu wilayah tersebut
karena hal tersebut menandakan masih rendahnya tingkat pengetahuan penduduk
suatu wilayah mengenai kesehatan. Meningkatnya angka perkawinan akan
mempengaruhi peningkatan angka kematian ibu saat melahirkan juga angka kematian
anak. Jika hal tersebut terus dibiarkan maka akan berdampak buruk pada
pembangunan di suatu daerah tersebut pada bidang lainnya karena masalah kesehatan
merupakan masalah penting dalam kehidupan, tidak hanya menyangkut kesehatan
penduduk di satu waktu tertentu tetapi juga akan berpengaruh pada keberlangsungan
generasi selanjutnya. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan di suatu wilayah
tersebut perlu ditingkatkan. Diperlukan peran lebih tenaga kesehatan masyarakat
untuk mengedukasi penduduk mengenai dampak dari perkawinan di usia dini
tersebut.

BAB III PENUTUP


Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha
Esa menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Perkawinan di usia dini merupakan
perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang umurnya dibawah 19
tahun. Berdasarkan hasil perhitungan angka perkawinan penduduk laki-laki dan perempuan
usia 15-19 pada SP 2000 menunjukkan bahwa angka perkawinan usia dini pada SP 2000
masih tinggi. Hal tersebut tentu akan berdampak pada pembangunan kesehatan di suatu
wilayah pada SP 2000 tersebut. Oleh karena itu, diperlukan peran lebih tenaga kesehatan
masyarakat untuk mengedukasi penduduk mengenai dampak dari perkawinan usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/735/648

https://mediaindonesia.com/read/detail/340363-pernikahan-anak-jadi-penghalang-pembangunan-
berkelanjutan

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-1-1974-perkawinan#:~:text=Perkawinan%20ialah
%20ikatan%20lahir%20bathin,kekal%20berdasarkan%20Ketuhanan%20Yang%20Mahaesa.

Anda mungkin juga menyukai