Anda di halaman 1dari 16

Tugas

Casemethod

tema

Analisis Fertilitas Terkait Pernikahan Dini

DISUSUN OLEH:

Anna Wahyuni Dunggio (832422053)

Fadel Syaiful Anwar (832422054)

Sastro B Adiansya (832422042)

Andika S. Milili (832422041)

DOSEN PENGAMPUH MATAKULIAH:

Dr. I Kadek Suardika, M.pd. AIFO-P.

PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Sebuah sapaan hangat untuk para pembaca yang terhormat,

Pernikahan dan fertilitas merupakan dua aspek krusial dalam kehidupan


manusia yang tidak hanya menciptakan dasar keluarga, tetapi juga membentuk
fondasi kesejahteraan masyarakat. dengan kekayaan budaya dan keindahan
alamnya, memegang peran sentral dalam keberagaman Indonesia. Melalui mata
pelajaran ini, kita akan merambah ke dalam realitas kompleks yang melibatkan
pernikahan dini dan tingkat fertilitas di tengah masyarakat yang sarat dengan
tradisi dan modernitas.

Pentingnya pemahaman mendalam terhadap pernikahan dini dan


dampaknya terhadap fertilitas menjadi sebuah panggilan bagi kita semua untuk
mencari solusi yang terukur dan berkelanjutan. Materi ini bertujuan untuk merinci
tantangan, faktor penyebab, serta solusi konkrit yang dapat diimplementasikan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali secara keseluruhan.

Melalui pendekatan studi kasus (case method), kita akan mengeksplorasi


keterkaitan antara pernikahan dini, tingkat fertilitas, dan faktor-faktor yang
memengaruhinya. Selain itu, kita juga akan mengidentifikasi strategi
penanggulangan yang dapat diadopsi untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Semua ini dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan sosial dan kesejahteraan keluarga

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut serta dalam penyusunan materi ini. Semoga materi ini dapat menjadi
panduan yang bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami dan mengatasi
permasalahan seputar fertilitas dan pernikahan dini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB PENDAHULUAN

1 .1 Latar ............................................................................................. 1

1 .2 Rumusan ...................................................................................... 3

1 .3 Tujuan .......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2, 1 Konsep BKKBN (Umur yang dikatakan sebagai Pemikahan) ....... 4

2.2 Data Pernikahan Dini ......................................................................


6

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Pemikahan Dini..................... 7

2.4 Kerugian dari Sisi Ekonomi Mengenai Pernikahan Dini................ 8

2.5 Kebijakan Pemerintah dalam Mengurangi Pernikahan Dini..........


10

BAB PENUTUP

3. l. Kesimpulan.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA„

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang begitu besar di negara yang sedang berkembang


seperti negara Indonesia akan berdampak pada pettumbuhan ekonomi negara
tersebut. Masalah kependudukan adalah salah satu permasalahan yang dihadapi
Oleh semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat tingkat fertilitas
(kelahrran) yang tinggi. Penumbahan penduduk yang tinggi mempunyai dampak
terhadap berbagai aspek kehidupan. Pengendalian pertumbuhan penduduk
dilakukan melalui upaya mengendalikan tingkat kelahiran dan tingkat kematian
bayi dan anak. Kelahiran (fertilitas) merupakan hasil reproduksi yang nyata (bayi
lahir hidup) dari seorang wanita atau sekelompok wanita (Lembaga Demografi Ul,
2013). Hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada September 2020 mencatat jumlah
penduduk sebesar 270,20 juta jiwa. Jumlah penduduk hasil SP2020 bertambah
32,56 juta jiwa dibandingkan hasil SP2010 (Badan Pusat Statistik [BPS], 2020).

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang


nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita, dengan kata Iain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas dipengaruhi dan
ditentukan Oleh dua faktor yaitu faktor demografi dan faktor non demografi.
Faktor demografi antara Iain umur, umur perkawinan pertama, lama perkawinan,
paritas atau jumlah persalman yang pernah dialami dan proporsi perkawinan,
sedangkan faktor non demografi antara keadaan ekonomi penduduk, tmgkat
pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi (BPS, 2013).

Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan


lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir
zaman primitif dengan zaman yang sudah berkembang jelas berbeda, hal ini
dibuktikan dengan sebuah paradoks perkawinan antara pilihan orang tua dengan
kemauan sendiri, pernikahan dini dipaksakan atau pemikahan dini karena
kecelakaan. Namun prinsip orang tua pada zaman genepo atau zaman primitif
sangat menghendaki jika anak perempuan sudah baligh maka tidak ada kata Iain
kecuali untuk secepatnya menikah.

1
Pernikahan dini yang terjadi pada perempuan usia 15 tahun mempunyai
masa reproduksi jauh lebih panjang dibanding mereka yang menikah di atas usia
25 tahun dimana masa reproduksi yang lama maka kemungkinan untuk
melahirkan semakin besar sehingga bisa saja mempunyai anak lebih dari dua
bahkan lebih dari lima. Jika pernikahan diadakan pada umur lanjut, maka fertilitas
potensil yang telah dilalui tidak akan diperoleh kembali, sebaliknya apabila
perkawinan diadakan pada umur muda setidak-tidaknya orang muda tersebut
mempunyai keturunan sebelum mereka menutup usia. Maka dari itu sudah jelas
bahwa pernikahan dini dapat memacu tingkat fertilitas yang tinggi.

Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia


dengan berbagai latar belakang. Telah menjadi perhatian komunitas internasional
mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan yang dipaksakan, hubungan
seksual pada usia dini, kehamilan pada usia muda, dan infeksi penyakit menular
seksual. Suatu Studi literasi UNICEF menemukan bahwa interaksi berbagai faktor
menyebabkan anak berisiko menghadapi pernikahan di usia dini. Diketahui secara
luas bahwa pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit
untuk mengubah. Alasan ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan
finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua mendorong anaknya
untuk menikah di usia muda.

Berdasarkan data Fertilitas remaja, total presentase Wanita umur 15-19


yang sudah melahirkan atau sedang hamil anak pertama di Provinsi Bali pada
SDK] 2017 adalah sebesar 3.3 % atau setera dengan jumlah 127 orang. Sedangkan
Badan Kepenudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menganjurkan
sebaiknya usia kawin pertama untuk wanita minimal 20 tahun dan laki-laki 25
tahun. Penundaan usia perkawinan bukan sekedar menunda sampai usia tertentu
saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup
dewasa. Bahkan, harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan usia
perkawinannya, maka penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan.
Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari Program KB yang dapat
memberikan dampak pada peningkatan umur kawin pertama, sehingga dapat
menurunkan fertilitas.

2
1.2 Rumusan Masalah

l. Apakah faktor-faktor pendorong terjadinya pernikahan dini di Provinsi Bali?

2. Bagaimanakah dampak dari pernikahan dini di Provinsi Bali?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk dapat mengetahui konsep BKKBN umur berapa yang dapat di katakan
sebagai pernikahan dini, dan teori teori yang berkaitan dengan fertilitas.

2. untuk mengetahui bagai mana data pernikahan dini

3. untuk mengetahui faktor penyebab pernkahan dini

BAB 11

3
PEMBAHASAN

2.1 Konsep BKKBN (Umur yang dikatakan sebagai Pernikahan Dini)

Pernikahan dini menurut BKKBN adalah pernikahan yang berlangsung


pada umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari 20 tahun pada wanita dan
kurang dari 25 tahun pada pria. Pernikahan di usia dini rentan terhadap masalah
kesehatan reproduksi seperti meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada
saat persalinan dan nifas, melahirkan bayi prematur dan berat bayi lahir rendah
serta mudah mengalami stress. Pernikahan sebelum usia 18 tahun pada umumnya
terjadi pada wanita Indonesia terutama dikawasan pedesaan. Ada beberapa faktor
yang berhubungan dengan kejadian pernikahan usia dini diantaranya adalah faktor
karakteristik orang tua, karakteristik remaja, lingkungan dan sosial budaya.
Faktorfaktor ini saling berkaitan sehingga menyebabkan remaja melakukan
pernikahan di usia dini.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Undang-


Undang yang mengatur batasan usia dalam menikah tentunya dilandaskan
berbagai hal. Pelaksanaan pernikahan sebelum usia yang ditentukan memiliki
resiko yang bisa dirasakan oleh pihak perempuan maupun laki-laki. Ketidaksiapan
anak pada usia yang belum siap menikah dapat menyebabkan berbagai hal,
misalnya putusnya pendidikan, menganggu kesehatan reproduksi, perceraian pada
usia muda, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya. Selain itu,
pernikahan dini juga menimbulkan dampak buruk secara mental atapun fisik.
Terdapat beberapa aspek yang menjadi pemicu atau faktor terjadinya pernikahan
dini, antara lain kebutuhan ekonomi, pendidikan rendah, kultur nikah muda,
perkawinan yang diatur, dan seks bebas pada remaja yang menyebabkan
kehamilan sebelum menikah (Himsya, 2011).

Selain itu, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga


memberikan arahan perihal umur minimum seseorang untuk melakukan
pernikahan. Hal ini disebabkan memperhitungkan dari berbagai aspek seperti,
kesiapan reproduksi, biologis, dan psikis (BKKBN, 2017). Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah melakukan kerjasama dengan
MOU yang menyatakan bahwa Usia Perkawinan Pertama diizinkan apabila pihak

4
pria mencapai umur 25 tahun dan wanita mencapai umur 20 tahun (Rokhim &
Sirait, 2016). Maka akan diperoleh kesimpulan bahwa seseorang yang menikah
sebelum umur yang ditentukan berdasarkan undang- undang adalah termasuk
pernikahan dini.

Menurut Bogue (1969:326) pola umur pernikahan diklasifikasikan menjadi


empat yaitu perkawinan belia/anak-anak (childmarriage) dibawah usia 18 tahun,
perkawinan umur muda (earlymarriage) 18-19 tahun, perkawinan umur dewasa
(marriageatmaturity) 20-21 tahun, dan perkawinan yang terlambat (latemarriage)
diatas usia 21 tahun.

Secara keseluruhan, pemikahan dini di usia remaja sudah selayaknya


mendapat tinjauan kembali sebagai masalah sosial bersama. Terlalu muda
menikah tidak membawa kebaikan bagi semua pihak yang terlibat, terutama jika
dilihat dari konsekuensi terdekatnya, yaitu membawa kehidupan baru (anak) ke
dunia. Edukasi dan kemudahan akses informasi maupun bantuan seputar akibat
yang dapat ditimbulkan dari pernikahan dini pada remaja sudah sepatutnya
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi dari permasalahan ini. Masyarakat pun
perlu meningkatkan kepekaan dan tidak menjadikan pernikahan remaja sebagai
solusi dari permasalahan rumah tangga Iain yang sudah ada. Jika pernikahan
remaja telah terjadi, penerapan keluarga berencana merupakan solusi yang dapat
dipertanggungjawabkan di kemudian hari karena telah terbukti dapat
menanggulangi dampak buruk dari pernikahan dini itu sendiri.

2.1.1 Teori-Teori yang Berkaitan dengan Fertilitas

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi


yangnyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata Iain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk. Istilah fertilitas adalah sama dengan
kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan
dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung
berdenyut, dan sebagainya (Mantra, 2003:145).

Menurut Mantra dalam Suandi (2010), umur merupakan pengelompokan


penduduk yang penting karena struktur umur dapat mempengaruhi sosial ekonomi

5
rumahtangga maupun pola tingkah laku demografi. Pola tingkahlaku demografi
yang tersebut adalah mencakup pertambahan, jumlah, dan mobilitas anggota
rumahtangga (penduduk), sedangkan yang termasuk ke dalam indikator sosial
ekonomi rumahtangga mencakup angkatan kerja, tingkat pendidikan,
pembentukan dan perkembangan keluarga. Umur muda yang menonjol
berkorelasi secara nyata terhadap pola tingkah laku demografi terutama tentang
peningkatan dan jumlah penduduk melalui kelahiran.

Tingginya angka fertilitas pada suatu daerah akan berpengaruh buruk


terhadap pembangunan karena hal tersebut akan menimbulkan lonjakan jumlah
penduduk yang besar dan memerlukan lapangan pekerjaan yang luas untuk
menampung besarnya lonjakan jumlah peduduk tersebut. Hal serupa juga
dikemukakan Oleh Sukirno (2006), mengatakan bahwa di negara dunia ketiga
pertumbuhan penduduk adalah penghalang pembangunan ekonomi. Tingginya
pengangguran, rendahnya tingkat pendapatan per kapita, belum sempurnanya
jaringan pengangkutan, entrepreneur dan tenaga terdidik yang kurang, dan dana
untuk penanaman modal yang terbatas adalah ciri-eiri penting negara dunia ketiga
yang menyebabkan pertumbuhan penduduk lebih merupakan penghalang
pembangunan ekonomi

2.2 Data Pernikahan Dini

Kelompok Umur Rata-Rata Anak Lahir Hidup Profinsi Bali/Wanita Usia


Subur Wanita Usia Subur (WUS) Dan Kelompok Umur
Tahun

15-19 1 06 0 50 050

20-24 1 30 0 44 0 46

25-29 1,58 1,12 1,06

30-34 205 1 79 1 80

35-39 2,32 2,10 2,14

40-44 2 48 232 2 22

44-49 261 231 2 32

6
Sumber: BPS Provinsi Bali

2.3 Foktor-Faktor Pernikahan Dimi

a. Faktor pendidikan

Tingkatan pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan pendidikan ke


jenjang yang lebih lanjut dalam hal ini dapat mendorong seseorang untuk
melakukan pernikahan dini. Selain itu tingkat pendidikan keluarga juga dapat
memengaruhi terjadinya pernikahan usia muda, Pernikahan usia muda juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat, secara keseluruhan. Beberapa
masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah akan cenderung untuk menikahkan
anaknya dalam usia masih muda, Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
menjadi penyebab dalam pernikahan dini yaitu pendidikan remaja maupun
pendidikan orang tua. Dalam faktor pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap
faktor ekonomi.

b. Faktor Ekonomi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UNICEF & UNFPA (2018)


menyatakan bahwa kemiskinan menjadi salah satu faktor yang memiliki pengaruh
besar dalam mendorong terjadinya pernikahan dini dikarenakan beberapa wilayah,
seperti di Indonesia, perempuan masih sering di berikan label sebagai beban
ekonomi keluarga, Orang tua yang menjadikan alasan kesejahteraan ekonomi
untuk melakakukan pernikahan dini terhadap anaknya, memiliki anggapan bahwa
dengan merelakan anak perempuannya untuk dinikahkan dapat meringankan
kebutuhan hidup uuntuk orang tuanua. Kemudian, pengeluaran dalam rumah
tangga dan pendapatan juga menjadi salah satu indikator bagaimana tingkat
kesejahteraan hidup bagi sebuah keluarga (Astuty, n.d.).

c. Faktor Budaya

Pernikahan dini terjadi karena orang tua dari anak memiliki kekhawatiran
anaknya tidak kunjung menikah dan menjadi perawan tua. Faktor adat dan
budaya, di beberapa daerah di Indonesia, masih memiliki beberapa pemahaman
yang berbeda-beda tentang per.jodohan, Pemahaman ini berupa saat anak

7
perempuan telah mengalami menstruasi maka, akan harus segera dijodohkan.
Padahal umumnya umumnya anak-anak perempuan mulai menstruasi di usia 12
tahun, Sehingga, dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12
tahun, jauh di bawah usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan
Undang-Undang (Ahmad,

2009).

d. Faktor MBA (Marriaged By Aecident)

Indonesia kasu,s pemikahan dini sering kali disebabkan kama hamil


sebelum menikah atau Marriaged By Accident (MBA), Menurut Sarwono (2003)
pernikahan usia dini sering sekali terjadi pada anak- anak yang sedang mengalami
masa pubertas, hal ini disebabkan remaja sangat rentan kaitannya untuk
melakukan perilaku seksual yang mereka lakukan sebelum menikah. Maka dapat
dismpulkan bahwa pergaulan bebas dapat menjadi salah satu faktornya. Akibat
terlalu bebasnya pergaulan remaja, terutama dalam hubungan berpacaran, remaja
bisa sampai melakukan seks pranikah dan kehamilan diluar pernikahan.

2.4 Kerugian dari Sisi Ekonomi Mengenai Pernikahan Dini

Dampak dari pernikahan usia dini dari segi sosial ekonomi yaitu
pernikahan dini dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian yang terjadi
karena melahirkan di usia muda, rendahnya kualitas SDM akibat dati temutusnya
sekolah, kemiskinan, serta meningkatnya angka kelahiran yang mengakibatkan
pertumbuhan penduduk yang pesat. Hal tersebut tentukan akan mempengaruhi
pencapaian pemerintah dalam mewujudkan target pembangunan yang tercantum
di dalam Millenium Develompment Goals (MDGs) 2015 (Sinta, 2009).
Perkawinan anak juga akan menghambat pencapaian indeks pembangunan
manusia dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG's). Alasannya banyak
dampak yang ditimbulkan. Bank Dunia dan International Center for Research on
Women menyebutkan bahwa pernikahan anak akan menyebabkan kerugian bagi
negara berkembang hingga miliaran dolar pada 2030. Indonesia adalah salah
satunya.

8
Anak yang menikah di bawah 18 tahun karena kondisi tertentu memiliki
kerentanan lebih besar dalam mengakses pendidikan, kesehatan, sehingga
berpotensi melanggengkan kemiskinan antargenerasi. Ada perbedaan pola sebaran
antara pekerja perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun tahun yang menikah
sebelum usia 18 tahun dengan yang menikah pada usia 18 tahun ke atas.
Mayoritas perempuan yang menikah lebih muda bekerja pada lapangan usaha
yang bergerak di sektor peHanian (41,50 petsen). Sedangkan kelompok
perempuan yang menikah pada usia 18 tahun ke atas sebagian besar bekerja pada
lapangan usaha yang bergerak di sektor jasa-jasa —sebesar 51 ,95 persen.

Pada umumnya, kondisi ekonomi anak dalam keluarga barunya banyak


yang tidak menjadi lebih baik daripada saat sebelum menikah. Mereka tetap
kesulitan memenuhi kebutuhan pangan, dan justru menambah beban bagi orang
tuanya. Sumber penghasilan rendah, bertambahnya jumlah anggota keluarga pada
akhirnya memberi tekanan ekonomi yang semakin besar pada rumah tangga.disisi
lain, dampak pernikahan dini juga akan terjadi di masyarakat, misalnya
langgengnya garis kemiskinan. ha tersebut terjadi karena pernikahan dini
biasanya tidak disertai dengan tingginya tingkat pendidikan dan kemampuan
finansial.

Hal iłu juga akan berpengaruh besar terhadap cara didik orangtua yang
belum matang secara usia kepada anak-anaknya. Pada akhirnya, berbuntut siklus
kemiskinan yang berkelanjutan.

beberapa alasan pernikahan anak di bawah umur dilandasi permasalahan


ekonomi. sebagian besar orang tua berpikir jika satu anak mereka lepas dan
menjadi tanggung jawab suaminya, maka beban orang tua sedikit terangkat. tetapi,
hal iłu justru meniadi beban baru bagi suaminya dan kehidupan pernikahan anak
mereka. Akibatnya, anak-anak menjadi terlantar dan kurang kasih sayang serta
perhatian. Sebab, orang tuanya sibuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan
keluarga yang terus meningkat setiap harinya.

2.5 Kebijakan Pemerintah dałam Mengurangi Pernikahan Dini

9
Peran pemerintah dałam mengambil kebijakan yaitu dengan memberikan
sosialisasi kepada masyarakat. Memberikan pemahaman dikalangan masyarakat
baik orang tua maupun remaja untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, dan
memberikan edukasi tentang bahaya pernikahan dini dan pembatasan usia
perkawinan. Pemerintah selaku pemimpin harus menanggulani masalah yang ada
dikalangan masyarakat terkait pemikahan dini, peran pemerintah yang bersifat
interpersonal dan peran sebagai pemimpin sebagaimana hasil penelitian yang
sudah di.jelaskan bahwa belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik khususnya
pemerintah kecamatan. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya pernikahan dini
yang terjadi, dan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang batas usia
pendewasaan perkawinan dan dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini.

Kebijakan Pemerintah Untuk Pendewasaan Usia Perkawinan Anak

1. Wajib belajar 12 tahun

2. Sosialisasi pentingnya pendidikan kespro (PP No.61 Tahun 2014 tentang


Kespm)

3. Program KB dan Generasi Bełencana 4, PUG dałam pembangunan nasional dan


konsep KKG

5. Program Kabupaten/Kota Layak Anak

6. Revisi UU No.l Tahun 1974, masuk prolegnas 2015-2019

7. Perbaikan RUU Kesetaraan Gender

8. Sosialisasi UU No,35 Tahun 2014 tentang penłbahan UU No,23 Tahun 2002


tentang Perlindungan Anak

9. Bekerjasall%l dengan organisasi perempuan dan organisasi keagamaan dan


ormas sosialisasi Pendewasaan Usia Perkawinan

10. Permen PP&PA No.6 Tahun 2013 tentang Pembangunan Keluarga

I I. Sosialisasi tentang "parenting skill"

12. Menyediakan program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan


UKM Keluarga Miskin

10
13. Pembuatan Perda untuk pencegahan perkawinan anak.

BKKBN juga kembangkan GenRe untuk cegah Pernikahan Dini. Program


Genre adalah program yang dikembangkan untuk penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja. Melalui program tersebut, remaja diberi pemahaman
tentang pendewasaan usia perkawinan. Hal ini supaya mereka mampu
melangsungkan jenjang pendidikan, berkarier dalam pekerjaan, serta menikah
dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi. GenRe
mengedepankan pembentukan karakter bangsa di kalangan generasi muda.
Program GenRe ini wadah untuk mengembangkan karakter bangsa karena
mengajarkan remaja untuk menjauhi pernikahan dini, seks pranikah, dan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Tentunya, membuat remaja tangguh
sehingga berkontribusi dalam pembangunan serta berguna bagi nusa dan bangsa.
Program GenRe menyasar sekolah, kampus, dan masyarakat melalui pendirian
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK

Remaja).

11
BAB 111

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Banyaknya pernikahan dini yang terjadi di Provinsi Bali disebabkan


karena adanya beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor Pendidikan, dimana Tingkatan pendidikan yang rendah atau tidak


melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih lanjut dalam hal ini dapat
mendorong seseorang untuk melakukan pernikahan dini.

2. Faktor Ekonomi, Berdasarkan penelitian yang dilakukan Oleh UNICEF &


UNFPA (2018) menyatakan bähwa kemiskinan menjadi salah satu faktor Yang
memiliki pengaruh besar dalam mendorong terjadioya pernikahan dini
dikarenakan beberapa wilayah, seperti di Indonesia, perempuan masih sering di
berikan label sebagai beban ekonomi keluarga.

3. Faktor Budaya, Pernikahan dini terjadi karena orang tua dari anak memiliki
kekhawatiran anaknya tidak kunjung menikah dan menjadi perawan tua. Faktor
adat dan budaya, di beberapa daerah di Indonesia, masih memiliki beberapa
pemahaman yang berbeda-beda tentang perjodohan.

4. Faktor MBA (Marriaged By Accident), Indonesia kasus pernikahan dini sering


kali disebabkan karena hamil sebelum menikah atau Marriaged By Accident
(MBA).

Pernikahan dini di Provinsi Bali menimbulkan beberapa dampak dari


pernikahan usia dini dari segi sosial ekonomi yaitu pernikahan dini dapat
menyebabkan meningkatnya angka kematian yang terjadi karena melahirkan di
usia muda, rendahnya kualitas SDM akibat dari terputusnya sekolah, kemiskinan,
serta meningkatnya angka kelahiran yang mengakibatkan penumbuhan penduduk
yang pesat.

12
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia:


Dampak

Overpopulation, Akar Masalah dan Peran Kelembagaan di Daerah. Jakarta:


BKKBN

BPS. 2020. Pencegahan Perkawinan Anak Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda.
Jakarta

Ida Ayu Nyoman Saskara. Pemikahan Dini dan Budaya. JURNAL

KUANTITATIF TERAPAN Vol. I l No. I • FEBRUARI 2018

Eddy Fadlyana, Shinta Larasaty, Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Sari
Pediatri, vol. 11, No. 2, Agustus 2009

I Ketut Sudibia , I Gusti Ayu Manuati Dewi , I Nyoman Dayuh Rimbawan.


Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya usia kawin pertama di
Provinsi Bali. PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Volume XI No. 2 Desember 2015

13

Anda mungkin juga menyukai