Anda di halaman 1dari 10

MENGANALISA STUDI KASUS PENDEKATAN ILMU SOSIAL DAN

PRILAKU DALAM KESEHATAN MASYARAKAT


“PERKAWINAN ANAK USIA DINI DI MURUNG RAYA KALIMANTAN
TENGAH”
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Sosial
Dosen : Dr. M. Abdan Shadiqi, S.Psi, M. Si

Oleh :
Aditya Saputra
NIM. 22200930310027

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
DAFTAR ISI

Pendahuluan..............................................…........................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
Studi Kasus................................................................................................ 3
1.2 Analisis Kasus....................................................................................... 3
1.2.1 Faktor Resiko Terjadinya Perkawinan Dini di di kabupaten
Murung Raya………………………………………………… 3
1.2.2 Akar Masalah........................................................................... 4
1.3 Rekomendasi Penanganan Perkawinan Usia Dini................................ 6
Daftar Pustaka
Lampiran
Sumber Kasus
Artikel Ilmiah pendukung

ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkawinan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita
yang diakui baik secara sosial maupun agama/keyakinan yang
bertujuan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan
anak, dan membangun pembagian peran diantara sesama
pasangan.Apabila suatu perkawinan tersebut dilakukan oleh
seseorang yang memiliki umur yang relatif muda maka hal itu dapat
dikatakan dengan perkawinan dini. Umur yang relatif muda tersebut
adalah usia pubertas yaitu usia antara 10-19 tahun. Sehingga seorang
remaja yang berusia antara 10-19 tahun yang telah melakukan ikatan
lahir batin sebagai seorang suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga dikatakan sebagai perkawinan dini atau perkawinan muda.
Alasan yang sangat logis terjadinya perkawinan anak adalah
kondisi miskin atau kemiskinan. Akibatnya, perkawinan pada anak
(khususnya anak perempuan) dianggap dapat membantu keluarga miskin
keluar dari kemiskinan itu. Hal tersebut yang kemudian menjadi
pertanyaan, apakah perkawinan anak sebuah solusi mengatasi kemiskinan
atau sebaliknya mendatangkan persoalan baru dan memperparah
kemiskinan ?
Faktor berikutnya yang perlu dicermati adalah tingkat pendidikan
rendah pada orang tua dan adanya tradisi menikahkan anak perempuan di
usia dini yang telah berlangsung sejak zaman dulu agar tidak menjadi
‘perawan tua’.
Fenomena lainnya, adanya perubahan tata nilai dan sosial di dalam
masyarakat misalnya pergaulan bebas anak di bawah usia yang
menyebabkan kehamilan tidak diinginkan hingga keharusan mengatasi
kondisi tersebut dengan cara menikah. Begitu pula situasi informasi dan
pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang masih sangat kurang hingga
menimbulkan pemahaman yang sesat tentang seksualitas dan banyak
berujung pada perkawinan anak.

1
Pernikahan dini di Kalimantan Tengah (Kalteng) masih tinggi. Data
ini berdasarkan data BPS tahun 2019, angka perkawinan perempuan diatas
umur 10 tahun keatas, diantaranya diusia 16 tahun (18,42%), usia 17-18
(22,55%), sedangkan usia 19-20 (23,34%), dan usia 21 (35,69%). Kawin
di usia muda diperkirakan terus melonjak jumlahnya di masa pandemi
corona ini. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Kalteng menyatakan, secara jumlah memang terlihat
penurunan, tapi masih tergolong tinggi. Kepala Perwakilan BKKBN
Kalteng Mhd Irzal, SE, ME, Senin (31/05/21) mengatakan, meski terjadi
penurunan, angka pernikahan usia dini di Kalteng masih melebihi statistik
di tingkat nasional.Banyak faktor menjadi penyebab masih terjadinya
pernikahan usia dini, di antaranya permasalahan budaya, ekonomi,
pendidikan, dan efek pergaulan bebas. (Sumber artikel :
https://rri.co.id/palangkaraya/daerah/1064969/dampak-pandemi-kasus-
pernikahan-dini-di-kalteng-cenderung-naik).

2
STUDI KASUS
Pada Jurnal Penelitian Perkawinan dini (early mariage) merupakan
suatu perkawinan formal atau tidak formal yang dilakukan dibawah usia
18 tahun. Di Kalimantan Tengah ada beberapa wilayah Kabupaten yang
memiliki angka perkawinan usia dini tertinggi salah satunya adalah
Kabupaten Murung Raya dengan ibu kota Puruk Cahu.Perkawinan dini
sangat banyak memberikan imbas negatif bagi kehidupan dan kualitas
generasi yang akan datang oleh karena itu jika kita melihat seperti apa
yang terjadi di kabupaten Murung Raya.. Mengapa fenomena social ini
bisa terjadi pada masyarakat di Kalimantan Tengah Khususnya dj di
wilayah Kabupaten Murung Raya ?
(Sumber : Jurnal Forum Kesehatan Hendra Sipayung1, Marselinus
Heriteluna21BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah2Unit Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Palangka RayaEmail:
mheriteluna@gmail.com).
1.2 Analisa Kasus
1.2.1 Faktor Resiko Terjadinya Perkawinan Dini di di kabupaten
Murung Raya.
Hasil Analisis Jurnal Perkawinan usia dini di Kabupaten Murung
Raya yaitu terjadi karena beberapa factor antara lain :
1. Atas dasar suka sama suka (kemauan sendiri) faktor ini
merupakan pendorong terbesar terjadinya perkawinan
usia dini dengan frekuensi 48% pada kasus ini.
2. Faktor berikutnya yang juga besar pengaruhnya terhadap
perkawinan usia dini di Kabupaten Murung Raya
adalah faktor ekonomi keluarga, yang menyebabkan
remaja memutuskan untuk menikah dengan tujuan
mengurangi beban hidup keluarga. Faktor ekonomi
menjdi salah satu penyebab terjadinya perkawinan

3
usia dini frekuensi 22 % pada kasus ini. Karena
meskipun kabupaten Murung Raya kaya sumber daya alam
terlihat banyak perusahaan, namun pada kenyataanya
masyarakat sekitar perusahaan tidak diberdayakan dan tidak
menikmati hasilnya.
3. Faktor yang juga memberikan dampak terjadinya
perkawinan usia dini adalah tingkat pendidikan yang
rendah di kalangan masyarakat dengan berbagai macam
alasan seperti, akses ke sekolah jauh dan tidak adanya
sekolah lanjutan setelah mereka lulus SD atau SMP
sehingga jika ingin melanjutkan sekolah maka mereka
harus ke kabupaten.4.Faktor terakhir hamil di luar nikah
akibat pergaulan bebas menjadi salah satu penyumbang
terjadinya perkawinan usia dini terlihat 14% pada kasus
ini.
1.2.2 Akar Masalah
Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang
seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pernikahan dini adalah sebuah
bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan
berusia di bawah 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di
sekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan di sebut
pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia
di bawah 18 tahun (masih berusia remaja). Masa remaja, boleh di
bilang baru berhenti pada usia 18 tahun. Dan pada usia 20 - 24
tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada
masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke
masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan
di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang
menemukan jati dirinya.
Resiko kesehatan terutama terjadi pada pasangan wanita pada
saat mengalami kehamilan dan persalinan. Kehamilan mempunyai

4
dampak negative terhadap kesejahteraan seorang remaja.
Sebenarnya ia belum siap mental untuk hamil, namun karena
keadaan ia terpaksa, menerima kehamilan resiko tinggi.
Berikut ini beberepa resiko tinggi kehamilan dan persalinan
yang dapat di alami oleh remaja (usia kurang dari 20 tahun):
1. Kurang darah (Anemi) pada masa kehamilan dangan akibat
yang buruk bagi janin yang di kandungnya seperti
pertumbuhan janin yang terlambat, kelahiran premature (tidak
cukup bulan).
2. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan
perkembangan biologois dan kecerdasan janin terhambat. Bayi
lahir dengan berat badan rendah.
3. Penyulit pada saat melahirkan seperti perdarahan dan
persalinan lama.
4. Keracunan kehamilan, yang di tandai bengkak teruta,ma di
kaki dan tangan serta tekanan darah tinggi. Bila ini tidak
mendapat pengobatan yang baik dan benar, maka keadaan ini
dapat menimbulkan kejang-kejang yang pada gilirannya dapat
membawa maut baik pada bayi maupun ibunya.
5. Ketidakseimbangan besar bayi dengan lebar panggul. Biasanya
ini akan menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri
dengan operasi Caesar maka keadaan ini akan menyebabkan
kematian ibu maupun janinya.
6. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan
cenderung untuk mencoba melakukan pengguguran kandungan
(Aborsi) yang dapat berakibat kematian bagi wanita.
7. Karena kurang pengetahuan dan perawatan kesehatan
reproduksi, pernikahan dini beresiko tinggi untuk tertular
penyakit menular seksual, seperti keputihan yang tidak normal,
kencing sakit dll.
8. Kemungkinan terjadinya kanker serviks (kanker dari leher
Rahim wanita) pada perkawinan usia muda lebih besar dari

5
pada mereka yang kawin pada usia kira-kira dua kali lipat
untuk mendapatkan kanker di bandingkan dengan wanita yang
menikah pada umur yang lebih tua.
9. Resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan 2-4 kali
lebih tinggi dari persalinan wanita usia 20 sampai 35 tahun.
10. Anak-anak yang di lahirkan oleh ibu remaja mengalami
beberapa masalah antara lain: Perkembangan yang
terhambat, premature (berat badan lahir rendah). Hal ini
selanjutnya akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan fisik maupun mental anak.
1.2.3 Rekomendasi Penanganan Perkawinan Usia Dini
1. Pembentukan dan pelatihan kerja pada ibu-ibu rumah tangga
untuk menambah dan meningkatkan kesejahteraan keluarga
dalam bidang ekonomi.
2. Perlunya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah
untuk meningkatkan minat belajar bagi anak-anak sehingga
tingkat pendidikan di daerah-daerah terpencil di Murung
Raya semakin berkembang.
3. Melakukan pembinaan kepada setiap penyuluh yang ada di
daerah
4. Meningkatkan frekuensi dan menyelenggarakan penyuluhan
di setiap desa tentang bahaya perkawinan dini
5. Memaksimalkan peran orang tua terhadap pentingnya
kesehatan dan tumbuh kembang anak remaja untuk terus
mengawasi dan memberikan nasehat kepada anak remaja.
6. Memfasilitasi anak remaja dalam berbagi cerita dan
pengalaman mengenai pergaulan dan perkembangan di dunia
remaja.
7. Memperhatikan sircle pertemanan anak remaja dan mengawasi
anak remaja dalam berkegiatan.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://rri.co.id/palangkaraya/daerah/1064969/dampak-pandemi-kasus-
pernikahan-dini-di-kalteng-cenderung-naik
Hendra Sipayung1, Marselinus Heriteluna21Jurnal Forum Kesehatan BKKBN
Provinsi Kalimantan Tengah2Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Poltekkes Kemenkes Palangka RayaEmail: mheriteluna@gmail.com.

7
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai