Anda di halaman 1dari 10

TERAPI MUSIK DANGDUT MENURUNKAN HALUSINASI

PENDENGARAN PENDERITA SKIZOFRENIA


DI RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA
SOEPRAPTO PROVINSI
BENGKULU
*Grace Dina Libri Simatupang **Agung Riyadi **S. Pardosi
*Mahasiswa Prodi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
**Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Email : dinagrace21@gmail.com

ABSTRAK

Halusinasi pendengaran merupakan gejala yang sering muncul pada penderita skizofrenia, sehingga
pasien perlu dilatih untuk mengontrol halusinasinya. Selain terapi generalis terdapat berbagai cara
lain untuk mengurangi halusinasi pasien, salah satunya dengan mendengarkan musik dangdut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik dangdut terhadap penurunan
halusinasi pendengaran. Desain yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan rancangan
pretest-posttest design with control group.Sampel diambil menggunakan Simple Random sampling
dengan jumlah 52 sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner AHRS.
Pada kelompok intervensi (26 responden) mendengarkan musik dangdut sedangkan pada kelompok
kontrol (26 responden) diajarkan cara menghardik. Analisis yang digunakan adalah non parametrik
dengan mengunakan uji Wilcoxon dan uji Mann Withney.Hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai
signifikan pada kelompok intervensi adalah 0.001 dan pada kelompok kontrol nilai signifikan adalah
0.001 (α 0.05), berarti ada perbedaan rata-rata skor halusinasi pendengaran yang bermakna sebelum
dan sesudah intervensi. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai signifikan 0.001, berarti terdapat
perbedaan rata-rata skor halusinasi pendengaran yang bermakna antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh terapi musik dangdut terhadap
penurunan halusinasi pendengaran. Keyakinan tentang kekuatan dan kekuasaan halusinasi akan
melemah ketika pasien dilatih strategi koping untuk mengontrol halusinasi secara konsisten. Dimana
pada saat mendengarkan musik dangdut maka fokus perhatian pasien akan teralih dari suara-suara
halusinasi.
Kata Kunci:Halusinasi, Pendengaran, Musik, Dangdut

ABSTRACT

Auditory hallucination is a symptom that often appears to schizophrenia clients so that patients need
to be trained to control it. Besides general therapy, there are several other ways to reduce patient’s
hallucination, one of the way is by listening to dangdut music. This study aims to determine the
effect of dangdut music therapy on decreased auditory hallucination. The design used was Quasi
Experiment with a pretest-posttest design with control group design. Samples were taken using
Simple Random Sampling with a total of 52 samples. The instrument used in this study was the
AHRS quesitionnaire. In the intervention group (26 respondents) listened to dangdut music while in
the control group (26 respondents) were taught how to rebuke. The analysis used was
nonparametrick using the Wilcoxon test and the MannWithney test. The results of the Wilcoxon
statistical test obtained a significant value in the intervention group was 0,000 and in the control
group significant value was 0,000 (α 0.05), meaning that there was a significant difference in the
mean auditory hallucination scores before and after the intervention. The Mann Whitney test results
obtained a significant value of 0,000, meaning that there are significant differences in the mean
auditory hallucination scores between the intervention group and the control group, so it can be
concluded that there is an influence of dangdut music therapy on the decrease in auditory
hallucinations. Beliefs about the power and power of hallucinations will weaken when patients are
trained in coping strategies to consistently control hallucinations. Where when listening to dangdut
music, the focus of the patient's attention will be diverted from the sounds of hallucinations.
Keywords: Auditory Hallucination, Dangdut Music

1
PENDAHULUAN jenis musik yang lain. Tim okupasi
memilih jenis musik dangdut karena
Terdapat 21 juta orang terkena gangguan dianggap ringan dan mampu mendorong
jiwa dengan berbagai faktor biologis,
respon gerak fisik pada pasien halusinasi
psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk maka jumlah pendengaran, sehingga dengan hasil
kasus gangguan jiwa terus bertambah respon tersebut dapat membantu pasien
sehingga terjadi penambahan beban menurunkan emosi. Selain itu, digunakan
negara dan penurunan produktivitas sebagai anti – depresi dan dapat
manusia untuk jangka panjang (WHO, membantu pikiran dan tubuh lebih rileks
2016). Halusinasi pendengaran (Alfionita, 2016).
merupakan salah satu gangguan psikotik
yang sering dan menonjol. Pasien dengan
halusinasi pendengaran seolah – olah Musik dangdut merupakan jenis musik
mendengar suara bising, mendesir, yang banyak diminati oleh sebagian besar
melengking dan dalam bentuk kata-kata masyarakat di berbagai kelas sosial
atau kalimat. Individu merasa suara itu karena teks lagunya ringan dan mudah
tertuju padanya, sehingga pasien sering dinikmati (Alfionita, 2016). Penerapan
terlihat bertengkar atau berbicara dengan terapi ini pernah dilakukan oleh Noorratri
suara yang didengarnya (Damayanti et al.,
(2010) dengan berbagai diagnosa
2014).
keperawatan jiwa sebanyak 32 responden
Terapi musik banyak digunakan untuk dan juga sudah dilakukan oleh Cikita
mengatasi berbagai macam gangguan (2016) dalam penurunan halusinasi
kejiwaan, gangguan mental atau pendengaran.
gangguan psikologis. Selain itu, terapi
musik yang diterapkan pada pasien Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
halusinasi pendengaran bertujuan untuk pengaruh terapi musik dangdut terhadap
meminimalisir halusinasi. melalui musik penurunan halusinasi pendengaran pada
pasien secara berangsur akan menyadari pasien dengan skizofrenia di Rumah Sakit
suara yang tidak ada sumbernya. Pasien Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi
dapat melatih pendengarannya dan Bengkulu.
melatih mental untuk dapat aktif dalam
berkomunikasi dengan orang lain, METODE PENELITIAN
sehingga pasien dapat melupakan sejenak
beban permasalahannya (Alfionita, 2016). Jenis penelitian yang digunakan adalah
quasi experiment berupa rancangan
Musik terdiri dari beberapa jenis yaitu pretest-posttest design with control group.
musik pop, musik klasik, musik etnik,
musik keroncong, musik dangdut, musik Kelompok intervensi dan kontrol
blues, musik Ska dan musik metal dilakukan pre test menggunakan lembar
(Rosiana, 2013). Berdasarkan pengamatan kuesioner AHRS, kemudian pada
yang dilakukan oleh tim okupasi kelompok intervensi diberikan terapi
Surakarta, respon pasien dengan musik dangdut selama 6 hari sedangkan
halusinasi pendengaran terhadap musik kelompok kontrol diajarkan cara
dangdut lebih besar dibanding dengan menghardik selama 6 hari. Pada hari

2
ketujuh masing – masing kelompok dilengkapi denganstandar operasional
dilakukan post test menggunakan lembar prosedur terapi musik dangdut.
kuesioner AHRS
Analisis univariat dilakukan untuk
Populasi penelitian ini adalah semua menganalisis karakteristik responden
pasien skizofrenia yang mengalami dengan menggunakan menggunakan
halusinasi pendengaran yang sedang mean, median, standar deviasi, 95% CI
menjalani rawat inap di Rumah Sakit for mean, nilai minimal dan nilai
khusus jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu maksimal pada data numerik sedangkan
dengan jumlah pasien 895 orang. pada data kategorik menggunakan
distribusi frekuensi dan proporsi.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26
responden untuk kelompok intervensi dan Analisis bivariat dilakukan untuk
26 responden untuk kelompok kontrol menganalisis hubungan yang signifikan
dengan kriteria inklusi: bersedia menjadi antar dua variabel, mengetahui perbedaan
responden, tidak mengalami gangguan yang signifikan antara dua variabel atau
pendengaran, belum pernah mendapatkan lebih dan juga untuk membuktikan
terapi musik dangdut, pasien kooperatif hipotesis (Wahyuni et al, 2011). Peneliti
dalam berkomunikasi dan pasien pada melakukan uji normalitas data dengan
tahap 1-2. Dan kriteria eksklusi: pasien menggunakan uji Skewness-Kurtosis
kambuh pada tahap 3-4, pasien tiba-tiba karena jumlah sampel kurang dari 60
mengalami sakit fisik seperti demam, responden. Setelah dilakukan uji
tidak bisa melakukan aktifitas dan normalitas hasil yang diperoleh adalah
penyakit fisik lainnya. data berdistribusi tidak normal sehingga
digunakan uji statistik non parametrik
Penelitian ini dilakukan di RSKJ yaitu uji Wilcoxon dan uji Mannwithney
Soeprapto Provinsi Bengkulu pada bulan untuk mengetahui pengaruh terapi musik
Januari sampai Februari 2019.Alat dangdut terhadap penurunan halusinasi
pengumpulan data yang digunakan dalam pendengaran.
penelitian ini adalah lembar kuesioner
AHRS yang disusun oleh Gillian HASIL PENELITIAN
Haddock.Lembar kuesioner AHRS yang
terdiri dari11 komponen tentang Penelitian ini dilaksanakan di RSKJ
halusinasi pendengaran.Item pertanyaan Soeprapto Provinsi Bengkulu yang
tersebut diisi oleh peneliti dengan merupakan salah satu pusat layanan
menanyakan pertanyaan langsung kepada kesehatan jiwa di Bengkulu dengan hasil
responden. Masing-masing komponen sebagai berikut :
mempunyai nilai minimal dan maksimal
yaitu 0 dan 4, jadi rentang nilai skor
halusinasi pendengaran dari 11 komponen
yang ada yaitu 0 - 44 skor. Perlengkapan
untuk melakukan prosedurterapi musik
dangdut menggunakan handphone 1 buah,
speaker 1 buah..Penelitian ini juga
3
1. Analisis Univariat terendah adalah 20 tahun dan umur
Tabel 5.1 tertinggi 52 tahun. Sedangkan rata-rata
Karakteristik Responden Berdasarkan usia pada kelompok kontrol adalah 35,04
Jenis Kelamin, Usia, Status Perkawinan, tahun dengan umur terendah adalah 20
Pendidikan Terakhir, Pekerjaan Terakhir,
tahun dan tertinggi 56 tahun.
Lama Hari Rawat dan Lama Sakit di
RSKJ Provinsi Bengkulu Tahun 2019
Status perkawinan pada kelompok
intervensi sebagian besar sudah menikah
Karakteristik Intervensi Kontrol
(n=26) (n=26) 57,7% sedangkan pada kelompok kontrol
setengah dari responden dengan status
Jenis Kelamin
Laki – Laki 10 (38,5%) 26 (100%) menikah 50,0%.
Perempuan 16 (61,5%) 0
Pendidikan terakhir pada kelompok
Usia
Mean 38,31 35,04 intervensi sebagian besar berpendidikan
Median 39,00 33,50 rendah 65,4% sedangkan pada kelompok
SD 8,689 8,683
Min-Maks 20-52 20-56 kontrol hampir seluruh berpendidikan
rendah sebesar 80,8%.
Status Perkawinan
Menikah 15 (57,7%) 13 (50,0%)
Belum Menikah 11 (42,3%) 13 (50,0%) Pekerjaan terakhir pada kelompok
intervensi sebagian besar tidak bekerja
Pendidikan Terakhir
Rendah 17 (65,4%) 21 (80,8%) 65,4% dan pada kelompok kontrol
Tinggi 9 (46,6%) 5 (19,2%) sebagian besar tidak bekerja 69,2%.
Pekerjaan Terakhir
Bekerja 9 (34,6%) 8 (30,8%) Lama hari rawat pada kelompok
Tidak Bekerja 17 (65,4%) 18 (69,2%) intervensi hampir seluruh <1 tahun 88,5%
Lama Hari Rawat dan pada kelompok kontrol hampir
< 1 Tahun 23 (88,5%) 25 (96,2%) seluruh < 1 tahun 96,2%
1-3 Tahun 2 (7,7%) 1 (3,8%)
>3 Tahun 1 (3,8%) 0
Lama sakit pada kelompok intervensi
Lama Sakit hampir sebagian 1-3 tahun 38,5% dan
< 1 Tahun 8 (30,8%) 10 (38,5%)
1-3 Tahun 10 (38,5%) 6 (23,1%) pada kelompok kontrol hampir sebagian <
>3 Tahun 8 (30,8%) 10 (38,5%) 1 tahun 38,5% dan hampir sebagian > 3
tahun 38,5%.
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan hasil
karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin pada kelompok intervensi
sebagian besar berjenis kelamin
perempuan 61,5% sedangkan kelompok
kontrol seluruh berjenis kelamin laki –
laki 100%.

Rata-rata usia responden pada kelompok


intervensi adalah 38,31 dengan umur

4
2. Analisis Bivariat Tabel 5.3
Tabel 5.2 Rata-Rata Skor Halusinasi Pendengaran
Rata-Rata Skor Halusinasi Pendengaran Sebelum dan Sesudah Diajarkan Cara
Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Menghardik Pada Kelompok Kontrol di
Musik Dangdut pada Kelompok RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu
Intervensi di RSKJ Soeprapto Provinsi Tahun 2019
Bengkulu Tahun 2019
Kelompok Variabel P
Kelompok Variabel P Value
Value
Kontrol Skor
Intervensi Skor (n=26) halusinasi
(n=26) halusinasi pendengaran
pendengaran sebelum
sebelum diajarkan
diberikan cara
terapi musik menghardik
dangdut 0,000
0,000 Skor
Skor halusinasi
halusinasi pendengaran
pendengaran sesudah
sesudah diajarkan
diberikan cara
terapi musik menghardik
dangdut
Berdasarkan tabel 5.3 dengan
Berdasarkan tabel 5.2 dengan menggunakan uji Wilcoxon
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan didapatkanhasiluji statistik menunjukan
hasil uji statistik menunjukan nilai p = nilai p = 0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat
0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan disimpulkan ada beda rata rata skor
ada beda rata rata skor halusinasi pada halusinasi pada kelompok kontrol
kelompok intervensi sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah diajarkan cara
diberikan terapi musik dangdut. menghardik.

Tabel 5.4
Perbedaan Rata-Rata Skor Halusinasi
Pendengaran Pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol di RSKJ
Soeprapto Provinsi Bengkulu Tahun 2019

No Variabel N Mean P
Rank Value

1 Kelompok 26 36,00
Intervensi 0,000
2 Kelompok 26 17,00
Kontrol
Total 52

5
Berdasarkan tabel 5.4 dengan puncaknya adalah pada usia antar 25
menggunakan uji Mannwithney sampai dengan 44 tahun dan semakin
didapatkan hasil uji statistik menunjukan menurun seiring dengan pertambahan
nilai p = 0,000 ≤ 0,05maka dapat usia, usia berhubungan dengan meningkat
disimpulkan Haditerima, yang artinya ada dan menurunnya penggunaan pelayanan
pengaruh terapi musik dangdut terhadap kesehatan mental usia (Stuart dan
penurunan halusinasi pendengaran pada Sundeen, 2007).
pasien dengan halusinasi pendengaran di
Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Penelitian menunjukkan proporsi terbesar
Provinsi Bengkulu. pada status menikah dengan persentase
57,7% pada kelompok intervensi dan 50%
PEMBAHASAN pada kelompok kontrol. Menurut
penelitian Carolina (2008) status
1. Analisis Univariat perkawinan belum tentu mempengaruhi
Penelitian menunjukkan bahwa jumlah kejiwaan seseorang.Salah satu faktor
responden terbanyak dalam penelitian ini resiko halusinasi pendengaran meningkat
adalah berjenis kelamin laki-laki dengan pada individu yang hidup seorang diri
jumlah 36 orang dari 52 keseluruhan namun seseorang dengan status menikah
pasien. Pada kelompok intervensi yang sering mengalami pertengkaran
responden berjenis kelamin laki-laki dalam rumah tangga dan ketidaksetiaan
dengan persentase 38,5% dan pada pasangan juga dapat menyebabkan
kelompok kontrol responden berjenis gangguan jiwa jika masalah berlanjut
kelamin laki-laki dengan persentase (Stuart dan Sundeen, 2007).
100%. Laki-laki lebih banyak mengalami
halusinasi dibandingkan dengan Pendidikan terakhir didapatkan bahwa
perempuan dimana laki-laki cenderung distribusi responden berdasarkan tingkat
mengalami perubahan peran dan pendidikan rendah (Tidak sekolah, SD
penurunan interaksi sosial, kehilangan dan SMP) dengan persentase 65,4% pada
pekerjaan, serta putus alkohol, hal ini kelompok intervensi dan 80,8% pada
yang sering menjadi penyebab terjadinya kelompok kontrol. Menurut Wijayanti
halusinasi dan laki-laki lebih rentan (2011) mengatakan tingkat pendidikan
terhadap masalah mental, termasuk yang cukup diharapkan seseorang akan
depresi (Kaplan and Sadock’s, 2007). lebih mudah dalam mengidentifikasi
stressor atau masalah kekerasan baik yang
Usia responden rata-rata 38,31 tahun pada berasal dari diri sendiri maupun dari
kelompok intervensi dan 35,04 tahun lingkungan sekitar.
pada kelompok kontrol. Jarang muncul
pada masa anak-anak usia berhubungan Pekerjaan terakhir didapatkan responden
dengan variasi dalam stressor kehidupan, yang tidak bekerja dengan persentase
sumber kehidupan, sumber dukungan dan 65,4% pada kelompok intervensi dan
keterampilan koping dalam menghadapi 69,2% pada kelompok kontrol. Masalah
masalah, dilaporkan bahwa frekuensi pekerjaan juga menjadi penyebab
mencari bantuan perawat psikiatrik seseorang mengalami gangguan jiwa yang
salah satu gejalanya dapat berupa

6
halusinasi, masalah pekerjaan Hal ini disebabkan terjadinya pengalihan
berhubungan dengan pemutusan perhatian pasien dari suara halusinasinya
hubungan kerja (PHK).pensiun, tidak terhadap suara musik dangdut yang
cocok dengan pekerjaan atau pekerjaan didengarnya. Menurut Wahyuni et al
yang terlalu banyak resiko (2011), keyakinan tentang kekuatan dan
berkembangnya gangguan halusinasi kekuasaan halusinasi akan melemah
pendengaran (Stuart dan Sundeen, 2007). ketika pasien dilatih strategi koping untuk
mengontrol halusinasi secara konsisten.
Lama rawat berdasarkan karakteristik
responden diperoleh < dari 1 tahun Nilai rata-rata skor halusinasi
dengan persentase 88,5% pada kelompok pendengaran sesudah diajarkan cara
intervensi sedangkan pada kelompok menghardik menurun setelah diajarkan
kontrol diperoleh lama rawat < 1 tahun cara menghardik dengan selisih 5,54 lebih
dengan persentase 96,2%. Hal ini sejalan kecil dari selisih kelompok intervensi
dengan penelitian Notoadmodjo (2010) sebelumnya dan didapatkan p value
dimana pengalaman yang sudah diperoleh dengan signifikan 0,000 dengan nilai
dapat memperluas pengetahuan (p≤0,05) yang artinya ada beda rata-rata
seseorang. skor halusinasi pendengaran sebelum dan
sesudah diajarkan cara menghardik.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
responden dengan lama sakit 1-3 tahun Pada penelitian ini didapatkan bahwa
sebesar 38,5% pada kelompok intervensi kelompok kontrol juga mengalami
sedangkan pada kelompok kontrol 38,5% penurunan rata-rata skor halusinasi
dengan lama sakit > 3 tahun. Menurut pendengaran, sejalan dengan penelitian
Nantingkaseh (2007) seorang halusinasi Marpaung (2015) juga menunjukkan
berat biasanya berlangsung lama.Waktu penurunan rata-rata frekuensi dan durasi
yang lama dapat diartikan bahwa pasien pada kelompok intervensi maupun
sudah lama menderita dan waktu untuk kelompok kontrol. Sesuai dengan
kesembuhan membutuhkan waktu yang Carolina (2008) yang menyatakan bahwa
lama juga. secara kognitif kemampuan klien
halusinasi untuk mengenal dan
2. Analisis Bivariat mengontrol halusinasi dapat ditingkatkan
dengan adanya intervensi keperawatan.
Berdasarkan hasil dari penelitian dengan Dengan pemberian terapi generalis untuk
menggunakan uji Wilcoxon, terlihat mengontrol halusinasi, efektif untuk
bahwa nilai rata-rata skor halusinasi menurunkan halusinasi pasien.
pendengaran sesudah diberikan terapi
musik dangdut menurun sebelum Walaupun pada masing-masing kelompok
diberikan terapi musik dangdut dengan memiliki beda rata-rata skor halusinasi
selisih 9,77 dan didapatkan nilai p = 0,000 pendengaran, hasil uji statistik dengan
≤0,05 sehingga dapat disimpulkan ada menggunakan uji Mann Whitney
beda rata-rata skor halusinasi menunjukan bahwa responden pada
pendengaran pre dan post pada kelompok kelompok intervensi diperoleh rata-rata
intervensi. selisih skor halusinasi pendengaran 36,00

7
lebih tinggi dibandingkan dengan musik dangdut di RSJD Surakarta,
kelompok kontrol dengan rata-rata selisih didapatkan ada penurunan tingkat emosi
skor halusinasi pendengaran 17,00 dan yang lebih bermakna dengan
didapatkan nilai p = 0,000 ≤ 0,05 maka menggunakan terapi musik dangdut
dapat disimpulkan Ha diterima, yang dibandingkan dengan jenis musik lain,
artinya ada pengaruh terapi musik musik dangdut dengan tempo 60-70 bpm
dangdut terhadap penurunan halusinasi mampu memberikan efek yang positif
pendengaran pada pasien dengan bagi perkembangan sosial dan psikologis
halusinasi pendengaran. pasien seperti menstabilkan emosi,
melatih beradaptasi, mengembalikan
Dengan dilakukan terapi musik dangdut kepercayaan diri, mampu berkomunikasi,
rata-rata skor halusinasi pada pasien bersosialisasi dan berinteraksi serta
halusinasi pendengaran akan lebih rendah, meningkatkan gairah untuk hidup di
hal ini disebabkan terjadinya pengalihan lingkungan masyarakat.
perhatian pasien dari suara halusinasinya
kepada suaranya sendiri ketika pasien KESIMPULAN
mendengarkan musik dangdut. Sesuai
dengan Wahyuni et al (2011), keyakinan 1. Karakteristik pasien pada kelompok
tentang kekuatan dan kekuasaan intervensi rata – rata berusia 38 tahun
halusinasi akan melemah ketika pasien dan kelompok kontrol rata–rata
dilatih strategi koping untuk mengontrol berusia 35 tahun, sebagian besar
halusinasi secara konsisten. Klien responden berjenis kelamin
mengatakan dengan mendengarkan musik perempuan (61,5%) pada kelompok
dangdut halusinasi yang dialami intervensi dan seluruh responden
berkurang. Dimana pada saat berjenis kelamin laki–laki (100%)
mendengarkan musik dangdut maka pada kelompok kontrol, sebagian
fokus perhatian pasien akan teralih dari besar responden dengan status
suara-suara halusinasi. menikah (57,7%) pada kelompok
intervensi dan setengah dari
Sesuai dengan penelitian Puspaningrum responden berstatus menikah (50%)
(2015) mengatakan bahwa kemampuan pada kelompok kontrol, sebagian
mengontrol halusinasi responden setelah besar responden dengan tingkat
dilakukan terapi musik Mozart mengalami pendidikan rendah (65,4%) pada
peningkatan yaitu kemampuan kelompok intervensi dan hampir
mengontrol halusinasi tinggi dengan 33 seluruh responden dengan pendidikan
responden atau 61.1%.. Dari hasil rendah (80,8%) pada kelompok
penelitian tersebut dapat disimpulkan kontrol, sebagian besar responden
bahwa terapi musik Mozart terbukti tidak bekerja (65,4%) pada kelompok
efektif dalam meningkatkan kemampuan intervensi dan sebagian besar
mengontrol halusinasi. responden tidak bekerja (69,2%) pada
kelompok kontrol, hampir seluruh
Penelitian lain dilakukan oleh Alfionita responden dengan lama rawat < 1
(2016), bertujuan menstabilkan emosi tahun (88,5%) pada kelompok
pada pasien skizofrenia dengan terapi intervensi dan hampir seluruh

8
responden dengan lama rawat < 1 jiwa dan menjadi referensi yang
tahun (96,2%) pada kelompok melengkapi materi serta data awal
kontrol, hampir sebagian responden pengembangan terapi musik dangdut
dengan lama sakit 1-3 tahun (38,5%) dalam keperawatan jiwa.
pada kelompok intervensi dan hampir
sebagian responden dengan lama 3. Bagi Peneliti
sakit < 1 tahun (38,5%) dan > 3 tahun Peneliti dapat menambah
(38,5%) pada kelompok kontrol. pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian tentang terapi
2. Rata-rata skor halusinasi musik dangdut terhadap penurunan
pendengaran sebelum dan sesudah halusinasi pendengaran.
diberikan perlakuan pada kelompok
intervensi diperoleh 42,58 dan 32,81. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan
3. Rata-rata skor halusinasi refrensi atau pembanding untuk
pendengaran sebelum dan sesudah penelitian berikutnya dan sebaiknya
diberikan perlakuan pada kelompok TAK dilakukan satu sesi dalam satu
kontrol diperoleh 42,42 dan 36,88. hari serta hasil skor halusinasi
pendengaran dapat
4. Ada pengaruh terapi musik dangdut merepresentatifkan pada fase
terhadap penurunan halusinasi halusinasi pasien.
pendengarandengan nilai p = 0.000 (p
≤0.05).
DAFTAR PUSTAKA
SARAN Alfionita, E.H. (2016). Eksperimentasi
Metode Terapi Dengan
1. Bagi Rumah Sakit Menggunakan Musik Untuk
Rumah Sakit hendaknya membuat Pasien Skizofrenia Di Rumah
program penerapan terapi musik Sakit Jiwa Daerah
dangdut sebagai terapi tambahan bagi Surakarta.Skripsi. Institut Seni
pasien halusinasi pendengaran guna Indonesia Surakarta. Surakarta.
menurunkan angka terjadinya
Carolina. (2008). Pengaruh Penerapan
halusinasi pendengaran dan
Asuhan Keperawatan Halusinasi
peningkatan pelaksanaan asuhan Terhadap Kemampuan Klien
keperawatan. Mengontrol Halusinasi di RS
Jiwa Soeharto Heerdjan
2. Bagi Pendidikan Keperawatan Jakarta.Tesis.Universitas
Sebagai institusi pendidikan di Indonesia. Jakarta.
bidang kesehatan khususnya bidang
keperawatan jiwa hendaknya Cikita, S.A.B. (2016). Penerapan Terapi
Musik Dangdut Pada Pasien
menjadikan pelaksanaan terapi musik
Skizofernia Dengan Masalah
dangdut menjadi salah satu Keperawatan Gangguan Sensori
kompetensi yang harus dikuasi dalam Persepsi Halusinasi Pendengaran
memberikan asuhan keperawatan Di Ruang Gelatik Rumah Sakit

9
Jiwa Menur Surabaya. Skripsi. Notoadmodjo. (2010). Metodologi
Universitas Nahdlatul Ulama Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Surabaya. Surabaya. Rieka Cipta.

Damayanti, R., Jumaini, dan S. Utami. Puspaningrum, H. (2015). Pengaruh


(2014). Efektifitas Terapi Musik Terapi Musik Klasik Mozart
Klasik Terhadap Penurunan Terhadap Kemampuan
Tingkat Halusinasi Pada Pasien Mengontrol Halusinasi Pada
Halusinasi Dengar Di Rsj Pasien Halusinasi Di Rsj Dr.
Tampan Provinsi Riau. JOM Amino Gondohutomo Provinsi
PSIK1(2) : 1-9. Jawa Tengah. Skripsi. Poltekkes
Kemenkes Semarang. Semarang.
Kaplan and Sadock’s. (2007). Synopsis Of
Psychiatry: Behavioral Rosiana. (2013). Efektivitas Terapi Musik
Sciences/Clinical Psychiatry. Klasik Mozart Terhadap
Philadelphia: Lippincott Penurunan Skor Halusinasi
Williams&Wilkins, a Wolter Pendengaran Pada Pasien
Kulwer Business. Skizofrenia.Skripsi. Universitas
Riau. Pekan Baru.
Marpaung, F. D. (2015). Pengaruh
Distraksi Terhadap Frekuensi Stuart dan J. S. Sundeen. (2007). Buku
Dan Durasi Halusinasi Saku Keperawatan Jiwa,
Pendengaran Klien Skizofrenia diterjemahkan oleh Achir Yani S.
Di Rsjd Provsu Medan. Skripsi. Hamid. Jakarta: EGC.
Universitas Sumatera Utara.
Medan. Wahyuni, S.E., B. A. Keliat., H. Susanti,
dan Yusron. (2011). Penurunan
Nantingkaseh, A.L. (2007). Skizofrenia Halusinasi pada Klien Jiwa
dan gangguan psikotik lainnya. Melalui Cognitive Behavior
Theraphy. Jurnal Keperawatan
Noorratri, E. D. (2010). Pengaruh Terapi Indonesia14 (3).
Musik Dangdut Ritme Cepat
terhadap Perbedaan Tingkat WHO. (2016). World Health
Depresi Pada Pasien Di Rumah Organization: Schizophrenia
Sakit Jiwa Daerah Health Topic
Surakarta.Skripsi.Stikes Aisyiyah
Surakarta. Surakarta. Wijayanti. (2011). Modul Keperawatan
Kesehatan Jiwa study guide.

10

Anda mungkin juga menyukai