Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENYEBAB DAN DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN


INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN BAGAIMANA UPAYA
SERTA STRATEGI PENGOLAHAN LINGKUNGANNYA”

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan
Dosen : Dr. Isna Syauqiah, SKM.,MT.

Oleh :
Aditya Saputra
NIM. 22200930310027

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang penyebab dan dampak lingkungan yang
diakibatkan industri perkebunan kelapa sawit dan bagaimana upaya serta strategi
pengolahan lingkungannya..

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis,

Aditya Saputra

ii
DAFTAR ISI

BAB I
Pendahuluan..............................................…........................................... 3
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 4

BAB II
Tinjauan Pustaka...................................................................................... 3
2.1 Kelapa Sawit........................................................................................ 4
2.2 Dampak Limbah Kelapa Sawit……………………………………… 7
2.3 Produksi Pengolahan Kelapa Sawit dengan Produksi Bersih............... 7
2.4 Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit............................................... 9
2.5 Karakteristik Limbah Kelapa Sawit......................................................12
2.6 Pemanfaatan Limbah dari Hasil Produksi Minyak Kelapa Sawit.........13
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis), suatu
spesies tropis yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai hibrida di
banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah. Minyak sawit
menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara internasional pada
tahun 2007. Minyak yang relatif murah ini digunakan untuk berbagai tujuan.
Permintaan dunia akan minyak sawit telah melonjak dalam dua dasawarsa terakhir,
pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun, dan produk-produk
konsumen lainnya, dan belakangan ini sebagai bahan baku mentah bahan bakar nabati.
Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua negara importir terbesar di
dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit dan minyak sayur yang dapat
dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku
CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah
sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya.
Namun seperti dua sisi mata uang yang tidak dipisahkan, dampak positif dari
perkembangan seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit
khususnya, juga diikuti oleh dampak negatif terhadap lingkungan akibat dihasilkannya
limbah cair, padat, dan gas dari kegiatan kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk
itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan
perkebunan kelapa sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatnya
dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan peraturan
perundang-undangan saja tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri secara
sukarela dan pendekatan instrumen-instrumen ekonomi.
Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan
kualitas lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dapat terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu perlu diterapkan secara
terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi
resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Dalil dasar konsep ini menyatakan bahwa proses industri seharusnya tidak
menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan
3
baku bagi industri lain. Melalui penerapan konsep ini, proses-proses industri akan
menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta mencegah pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, seiring dengan berkembangnya teknologi dalam pengolahan
berbagai hasil buangan dari suatu produksi muncul sebuah strategi untuk menerapkan
produksi bersih disuatu industri. Strategi produksi bersih mempunyai arti yang sangat
luas karena di dalamnya termasuk upaya pencegahan, pencemaran melalui pilihan
jenis proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup, dan
teknologi bersih. Dengan adanya perkembangan dan perubahan cara pandang dalam
pengelolaan limbah, konsep produksi bersih menjadi pilihan kebijaksanaan
pemerintahan untuk mewujudkan pembanguan yang berwawasan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Penyebab dan dampak lingkungan yang diakibatkan industri perkebunan kelapa
sawit.
2. Mengetahui proses produksi minyak kelapa sawit dan produksi bersih.
3. Mengetahui jenis dan potensi limbah kelapa sawit.
4. Mengetahui karakteristik limbah dari hasil produksi kelapa sawit.
5. Mengetahui pemanfaatan limbah dari hasil produksi minyak kelapa sawit.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Produksi minyak kelapa
sawit Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta ton pertahun dan diperkirakan pada tahun 2012
akan meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerena terjadinya pengembangan lahan.
Buah sawit merupakan buah yang paling produktif dalam produksi minyak sayur
di dunia, dengan hasil minyak per hektar yang lebih besar dari komoditas biji minyak
utama yang lain. Produksi minyak per satuan luas lahan dari kelapa sawit yang dipelihara
dengan baik jauh lebih besar dari produksi minyak dari rapeseed dan kedelai yang
ditanam secara komersial, yaitu dua bahan baku bahan bakar nabati yang saat ini paling
banyak digunakan. Kondisi ini menguntungkan bagi minyak sawit sebagai alternatif
energi bahan bakar nabati terbarukan utama dalam waktu dekat, sampai teknologi
selulosa telah mengalami kemajuan hingga tingkat yang dapat dioperasikan.
Buah sawit yang dikenal dengan bermacam jenis, mempunyai pola panen yang
kita kenal sebagai tingkat kematangan. Kematangan buah sangat menentukan hasil
rendemen minyak yang dihasilkan. Berbagai standart baku mutu buah tentunya akan
menjadi tolak ukur dalam perancangan pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Skala
kecil (mikro). Dengan melihat pola panen yang sesuai akan mendongkrak tingkat mutu
buah. Buah yang telah dipanen selayaknya secepatnya diidstribusikan ke pabrik
pengolahan agar tidak teroksidasi oleh enzim dan udara yang meningkatkan nilai
keasaman (salah satu parameter produk). Sistem distribusi, pola panen dan tidak
tersedianya kapasitas pabrik pengolahan yang memadai mengakibatkan terjadinya buah
restant (waste fruit) dan buah gugur (berondolan).
Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit Skala kecil ini lebih ditekankan dalam hal
pemanfaatan buah restan dan buah berondolan yang kualitasnya tidak memenuhi standar
bahan baku CPO standar bahan pangan. Buah sawit restan dan berondolan memiliki
kandungan Asam lemak bebas lebih dari 6%. Hal ini akibat dari berlangsungnya proses
oksidasi secara alami akibat lamanya buah diolah di Pabrik ataupun logistik dan
transportasi yang tidak memadai di lapangan. Sebagaimana standar pengolahan buah
adalah 24-48 jam pasca panen. Dengan kondisi asam lemak bebas yang tinggi ini tentu
tidak memenuhi standar kualitas pangan yang disyaratkan.

6
Selain faktor asam lemak bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang
ada pada buah restan dan berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang
diolah untuk bahan pangan, hal ini berbeda jika buah restan dan berondolan yang ada
merupakan buah mentah atau belum memenuhi syarat fisiologis untuk panen.
Tandan Buah Segar (TBS) dengan mutu yang baik akan menghasilkan :
1. Minyak sebanyak 20-25%
2. Inti (kernel) sebanyak 4-6%
3. Cangkang 5-9%
4. Tandan kosong (empty fruit bunch) 20-22%
5. Serat (fiber) 12-14%
Sedangkan Buah Berondolan akan menghasilkan:
1. Minyak sebanyak 30-34%
2. Nut (biji) 15-17%
3. Serat (fiber) 14-30%
4. Sampah 2-10%

2.2 Dampak Limbah Kelapa Sawit


Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara
langsung dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi
minyak sawit limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai stasiun kerja
dari pabrik. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak
600 liter. Limbah tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola
dengan baik. Dewasa ini mulai diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat
pencegahan terhadap sumber-sumber dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution
prevention, waste minimization, waste minimization atau source reduction. United
Nation Environment Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner production atau
produksi bersih sebagai upaya preventif dan intregrasi yang dilaksanakan secara
berkesinambunan terhadap proses dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi
resiko terhadap manusia dan lingkungan.

2.3 Produksi Pengolahan Kelapa Sawit dengan Produksi Bersih


Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen dikebun diangkut ke lokasi pabrik
minyak sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan kedalam Loading Ramp,
tandan buah segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan

7
(weighing brigae). Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit
dan neraca material balance pengolahan kelapa sawit disajikan pada gambar dibawah ini:

Skema material balance Proses Pengolahan Minyak Sawit

8
Produksi bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi
dan daur hidup dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan
lingkungan hidup dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu upaya untuk menghasilkan produksi bersih sama dengan penerapan
pembangunan berkelanjutan karena penerapan produksi bersih dapat:
a. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih terdapat
strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in-process
recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini yang dapat mengurangi
biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah.
b. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengurangan
limbah, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan yang aman.
c. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui
penerapan produksi dan penggunaan bahan baku dan energi yang lebih efisien.
d. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan memanfaatkan
sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses.
Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang
sangat memungkinkan untuk menerapkan konsep zero emissions, karena hampir semua
limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pemerintah dewasa
ini sangat memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan produksi bersih pada
komoditi kelapa sawit. Karena dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia
tentang pelestarian lingkungan hidup serta adanya persaingan pada pasar global, maka
mutu produk tidak hanya dilihat dari aspek fisik dan kimianya saja, tetapi juga aspek
lingkungannya.

2.4 Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit


Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri
dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi
pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:

9
Pada tabel dibawah ini, disajikan potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa
sawit:
Tabel 1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit

10
Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus,
perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan seperti berikut:
1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun
atau musim.

2. Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomassa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan,


kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan

3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.


4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar)
bahan limbah.
5. Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai
produk yang dihasilkan.
6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian
lingkungan hidup.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka pemanfaatan limbah
dapat dilakukan secara optimal.

2.5 Karakteristik Limbah Kelapa Sawit


Hampir disetiap buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami
degradasi. Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristiknya,
yakni:
1. Dari balance sheet ekstraksi miyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air limbah
yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton.

11
2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS diketahui bahwa kualitas limbah
cair (Inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima limbah.

3. Kandungan hara spesifik dari limbah sawit secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

12
4. Kandungan hara dalam abu hasil pembakaran tandan kosong dan serat serta cangkang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

5. Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar kualitas
penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi
bahan baku mebel yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun mengatakan
bahwa produk tersebut selama ini banyak dicari pembeli dari luar negeri, karena
selain corak kayunya yang unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus.

6. Diketahui dari uji panjang serat dan diameter serat metode Franklin dari sifat fisik dan
morfologi serat, serat janjang kosong termasuk serat pendek <1 mm. Kadar selulose
45,19%, menunjukkan bahwa janjang kosong cukup baik untuk dibuat pulp.
Rendemen 45%, derajat putih 82%, derajat giling 33-43 SR dengan kondiisi optimum,
o

indeks retak, tarik, cukup tinggi, indeks sobek masih dalam batas yang diijinkan.

2.6 Pemanfaatan Limbah dari Hasil Produksi Minyak Kelapa Sawit


Berdasarkan karakteristik limbah seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa
limbah pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) mengandung bahan organik dan mineral.
Limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan melakukan pengolahan lebih lanjut sehingga

13
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengolahan limbah akan bermanfaat bukan
hanya untuk mencegah pencemaran terhadap lingkungan tetapi dapat juga untuk
meningkatkan pendapatan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal ini sekaligus untuk
mewujudkan industri PMKS dengan zero waste. Beberapa contoh pemanfaatan limbah
PMKS yaitu:
1. Sebagai bahan pembuatan kompos
Pengomposan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai hara dan
menurunkan volume TKS (tandan kosong segar). Dengan demikian biaya transportasi
perunit hara yang tinggi pada aplikasi TKS secara langsung dapat dikurangi.
Disamping itu pemanfaatan TKS sebagai bahan baku kompos dapat mengurangi
permasalahan akibat menumpuknya TKS dipabrik, memberi tambahan keuntungan
pada PMKS dari penjualan kompos dan penggunaan pupuk organ.
2. Limbah padat Sebagai bahan bakar PLTU dan boiler pada pabrik
Limbah padat kelapa sawit (serabut fiber) kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit
yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler pada pabrik pengolahan kelapa sawit
dapat manfaatkan juga sebagai bahan bahar pusat listrik tenaga uap (PLTU). Dari
pengujian yang dilakukan terbukti bahwa nilai kalor yang dihasilkan dari bahan
uji/sampel setelah karbonisasi lebih besar dari pada sebelum karbonisasi,
peningkatannya mencapai 14% pada batubara, 65% pada (serabut fiber) kelapa sawit
dan 34% pada cangkang kelapa sawit. Analisa pengujian bahan/sampel yang
diaplikasikan pada pusat listrik tenaga uap (PLTU) dengan asumsi daya yang
dihasilkan 10 MWh menujukkan bahwa yang memiliki efektifitas tinggi yang pertama
adalah solar (791,256 kg atau setara dengan 648,82 liter), yang kedua adalah
cangkang kelapa sawit (1,2 ton), yang ketiga adalah batubara (1,3 ton) dan yang
keempat adalah serabut (fiber) kelapa sawit (1,4 ton). Cangkang dan serabut (fiber)
kelapa sawit sangat efektif untuk bahan bakar alternatif pada PLTU, karena biaya
yang murah, dampak lingkungan yang cukup kecil jika dibandingkan dengan
batubara, dalam ketersediaannya kelapa sawit cukup memenuhi karena jumlah
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 yang lebih dari 8 juta ha.
3. Penggunaan limbah sabut kelapa sawit sebagai bahan untuk mengolah limbah cair
Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan sebagai mediator pertumbuhan
mikrobiologi, dimana mikrobiologi yang sangat berperan aktif dalam penurunan kadar
BOD, COD dan TSS pada limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik. Waktu kontak
yang paling optimal digunakan adalah pada waktu kontak 6 haru agar mendapatkan
14
presentase penurunan BOD, COD dan TSS yang maksimal. Semakin berat/tebal sabut
kelapa sawit yang digunakan maka semakin tiunggi prosentasi penurunan kandungan
BOD, COD dan TSS pada limbah cair pabrik kelapa sawit. Pencapaian penurunan
kandungan konsentrasi BOD, COD dan TSS yang maksimal didapatkan pada proses
perlakuan yang diawali dengan pencucian sabut kelapa sawit terlebih dahulu, karena
pada proses ini kandungan lemak yang ada dalam sabut kelapa sawit sudah berkurang.
4. Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai komposit untuk meubel
Limbah padat kelapa sawit seperti tandan kosong dan serabut kelapa sawit dapat
dimanfaatkan seratnya untuk pembuatan komposit. Berdasarkan hasil penelitian yang
terbaik adalah menggunakan media air panas. Dalam pembuatan komposit yang
menggunakan matriksnya polypropilene dan penguatnya adalah serat, yang terbaik
adalah serat yang berasal dari serabut kelapa sawit. Kandungan serat pada formulasi
sebesar 3%. Pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk pembuatan komposit, dapat
memenuhi spesifikasi untuk bahan pembuatan meubel, berdasarkan kuat impack dan
kekerasan serta daya tekan. Peranan komposit untuk pembuatan meubel adalah
sebagai pengganti kayu. Peningkatan kuat impack komposit dapat ditambahkan
plastisizer jenis gliserol. Penambahan gliserol yang terbaik adalah untuk kandungan
serat 12%, dengan penambahan 0,5 %, sedangkan kandungan serabut 3% adalah
1.0%.
5. Pemanfaatan limbah gas (fly ash)
Limbah udara berasal dari pembakaran solar dari generating set dan pembakaran
janjang kosong dan cangkang di incinerator. Gas buangan ini dibuang ke udara
terbuka. Umumnya limbah debu dan abu pembakaran janjang kosong dan cangkang
sebelum dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector
untuk menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan
melalui cerobong asap. Debu dari dust collector secara reguler ditanggung dan
dibuang ke lapangan untuk daerah rendahan sekitar kebun. Selain itu limbah fly ash
dapat dimanfaatkan juga sebagai filler substitusi untuk material karet alam termoset
yang nantinya digunakan sebagai bahan pembuatan ban.
6. Pemanfaatan limbah Cair Sebagai Bahan Pembuatan Biogas
Limbah cair PMKS dapat dimanfaat sebagai bahan baku untuk membuat bahan baku
untuk membuat gas bahan bakar. Secara alami limbah cair yang ditampung pada bak
penampungan limbah cair PMKS menghasilkan biogas metan (CH 4) akibat proses

15
fermentasi bakteri penghasil metan. Gas metan yang terbentuk masuk ke lingkungan
sebagai gas efek rumah kaca (ERK). Agar gas yang dihasilkan tidak mencemari
lingkungan maka limbah cair PMKS dialirkan ke dalam suatu bioreaktor tempat
terjadinya fermentasi. Gas metan yang dihasilkan dialirkan kerumah penduduk sesuai
dengan pemanfaatannya. Potensi biogas yang dihasilkan dari 600-700 kg limbah cair
PMKS dapat diproduksi sekitar 20 m gas metan. Karena limbah cair PMKS di
3

Indonesia mencapai 28,7 juta ton/tahun dan limbah padat 15,2 juta ton/ tahun. Dari
limbah tersebut dapat menghasilkan biogas 90 juta m , yang setara dengan 187,5
3

milyar ton gas elpiji. Jumlah biogas ini dapat memenuhi kebutuhan gas satu milyar
KK (kepala keluarga) selama setahun.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Siti dkk. -. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Komposit Untuk Meubel.
Balai Besar Kimia dan Kemasan.

Bahruddin, dkk. 2012. Pemanfaatan Limbah Fly Ash Pabrik Kelapa sawit Sebagai Filler
Substitusi Untuk Material Karet Alam Termoset: Pengaruh Nisbah Fly Ash/ Carbon
Black dan Kadar Coupling Agent Meleated Natural Rubber. Lembaga Penelitian
Universitas Riau dan Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Fricke, Thomas B. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil Untuk Produksi
Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN). Environmental Services Program DAI
Project Number: 5300201.

Kasnawati. 2011. Penggunaan Limbah Sabut Kelapa Sawit Sebagai Bahan Untuk Mengolah
Limbah Cair. Dosen Sekolah Tinggi Teknik Darma Yadi (STITEK).

Manurung, Hotman. 2011. Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Berwawasan Lingkungan
melalui Pemanfaatan Limbah. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011. Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian Universitas HKBP
Nommensen, Medan.

Syafriuddin, dkk. 2012. Perbandingan penggunaan energi alternatif bahan bakar serabut
(fiber) dan cangkang kelapa sawit terhadapa bahan bakar batubara dan solar pada
pembangkit listrik. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Industri, Institut Sains dan
Teknologi. AKPRIND Yogyakarta.

DITJEN PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. SUBDIT
Pengelolaan Lingkungan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, DITJEN PPHP,
Departemen Pertanian: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai