Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH LAPORAN MATA KULIAH

PROSES INDUSTRI KIMIA


MINYAK KELAPA SAWIT

DISUSUN OLEH :

SATYA NUGRAHA (16521014)


YOSEF BUDIMAN (19521006)
ACHMAD HISYAM (19521137)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang mengangkat judul Minyak Kelapa Sawit dengan
baik. Rasa terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan karya tulis ini, diantaranya :

1. Ibu Ajeng Yulianti Dwi Lestari, S.T., M.T. sebagai dosen pengampu mata kuliah
Proses Industri Kimia.

2. Rekan-rekan Kelas C mata kuliah Proses Industri Kimia Program Studi Teknik Kimia
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Secara garis besar makalah ini disusun secara ringkas dan sistematis agar para
pembaca lebih mudah memahami isi tersebut. Makalah ini tersusun atas
pendahuluan, kajian pustaka, pembahasan, dan penutup yang sudah ditulis secara
singkat dan jelas.

Menyadari kekurangan yang ada pada makalah yang kami tulis ini, dengan
kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar laporan penelitian yang kami tulis pada masa yang akan datang lebih baik dan
sempurna. Kami sebagai penyusun berharap semoga makalah yang telah ditulis ini
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan penulis khususnya.

Yogyakarta, 06 Desember 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................. i

Daftar Isi…...................................................................................... ii

Pendahuluan

1. Latar Belakang.............................................................................. 1

2. Rumusan Masalah........................................................................... 3

3. Tujuan Rumusan Masalah.................................................................. 3

Tinjauan Pustaka

1. Kelapa Sawit................................................................................. 4

Pembahasan

1. Metode Yang Digunakan................................................................... 6

2. Diagram Alir Proses Industri Minyak Kelapa Sawit..................................... 8

3. Proyeksi Kapasitas Pabrik Pada Tahun 2025........................................... 10

4. Keamanan Bahan Dari Sisi MSDS......................................................... 13

5. Manfaat Produk Yang Dihasilkan.............................................................. 16

Kesimpulan.................................................................................... 17

Daftar Pustaka................................................................................ iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teknik Kimia yang cabang ilmu teknik dan rekayasa yang mempelajari pemrosesan
bahan mentah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Baik berupa barang primer (barang
jadi) maupun barang sekunder (barang setengah jadi). Sarjana Teknik Kimia diharapkan
mampu ditempatkan dalam lingkup teknologi industri. Bahkan di beberapa negara maju,
teknologi industri sudah diterapkan dengan standar yang tinggi untuk memicu pertumbuhan
kualitas penduduk.

Hollingword & McLoughin (2002) serta Livingstone (1997), menyatakan bahwa


keterampilan akan muncul dari adanya latihan. Dalam hal ini, pemikir konsep akan terbiasa
untuk mandiri berkat adanya keterampilan-keterampilan metakognitif yang berkembang
dan terus diperbaiki ulang. Dari hal tersebut, mahasiswa perlu dibekali pembelajaran
pemecahan masalah yang mampu melatih metakognitif. Metakognitif merupakan
kemampuan seseorang dalam berpikir sebagai usaha mencari strategi untuk menyelesaikan
masalah dan menguasai bidang tersebut. Dalam hal ini mahahasiswa perlu memahami serta
mengetahui konsep dari Proses Industri Kimia serta mampu menyelesaikan masalah dan
mengaplikasikan konsep tersebut dalam skala industri.

(Yuli: 2019) Proses Industri Kimia adalah suatu proses yang mengubah bahan-
baku menjadi produk yang berguna atau mempunyai nilai-tambah, serta produk
tersebut dapat digunakan secara langsung oleh konsumen sebagai pengguna akhir
dan produk tersebut disebut dengan “produk-akhir”. Produk dari industri tersebut
dapat juga digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain, yang disebut juga
sebagai “produk-antara”. Produk dalam Kimia Industri tentunya melibatkan Industri
yang menghasilkan zat kimia. Sedangkan bahan baku yang diproses dalam industri
tersebut dapat diperoleh melalui proses penambangan, petrokimia, pertanian atau
sumber-sumber lain.

Pada umumnya mata kuliah Proses Industri Kimia bertujuan untuk memberikan
pemahaman serta ilmu pengetahuan kepada mahasiswa kepada mahasiswa dalam
menganalisas tahapan-tahapan industri, unit proses industri, serta jenis-jenis alat
yang digunakan. Tak hanya itu, mata kuliah ini mengharuskan mahasiswa untuk
dapat membuat serta memahami diagram alir (flow diagram) dalam memproduksi
suatu produk yang mengalami proses kimia. Diagram alir proses industri kimia
merupakan sebuah bagan atau diagram yang menjelaskan proses pengolahan suatu
reaktan (produk) menjadi sebuah produk, baik barang setengah jadi maupun barang
jadi.

Tak terkecuali dengan industri Minyak Kelapa Sawit. Dalam makalah ini, penulis
bersama rekan-rekan menfokuskan studi literatur terhadap kajian proses industri
Minyak Kelapa Sawit. Kelapa Sawit merupakan tumbuhan yang berperan sebagai
bahan baku penghasil minyak yang termasuk dalam keluarga Arecaceae yang terdiri
dari dua spesies yaitu Kelapa Sawit Afrika (Elaeis guineensis) dan Kelapa Sawit
Amerika (Elaeis oleifera). Dimana Kelapa Sawit merupakan tanaman perkebunan
yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Tanaman ini tersebut dapat
memberikan pengaruh positif bagi sektor perekonomian di Indonesia. Menurut data
BPS (Badan Pusat Statistik), hingga tahun 2018 luas areal Kelapa Sawit mencapai
angka 3.417.951 hektar, dimana 40,62% dari luas tersebut dikelola oleh PR
(Perkebunan Rakyat), sedangkan 4,29% diantaranya dikelola oleh PBN (Perkebunan
Besar Negara), serta sisanya dikelola oleh PBS (Perkebunan Besar Swasta).

Gambar 1. Persentase Data Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit


(Sumber: ditjenbun.pertanian.go.id)

Karena tanaman tersebut sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan


proses industri kimia, mahasiswa diharuskan memahami berbagai analisis proses
pengolahan maupun permasalahan yang ada di dalamnya melalui makalah yang
dibuat demi memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri Kimia. Pada makalah ini,
penulis bekerjasama untuk menyusun makalah ini secara singkat dan sistematis
untuk mengkaji studi mengenai metode pengolahan, membuat diagram alir,
melakukan perhitungan proyeksi kapasitas pabrik, mengkaji keamanan bahan, serta
memahami berbagai manfaat dari produk yang dihasilkan.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam menghasilkan produk tersebut?

2. Bagaimanakah gambaran mengenai diagram alir yang bekerja pada proses


tersebut?

3. Bagaimanakah perhitungan proyeksi kapasitas pabrik pada tahun 2025.

4. Apakah produk tersebut aman dan layak untuk diedarkan?

5. Apa sajakah manfaat dari produk yang dihasilkan tersebut?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengkaji metode yang digunakan dalam menghasilkan produk tersebut.

2. Membuat gambaran mengenai diagram alir yang bekerja pada proses


tersebut.

3. Melakukan perhitungan proyeksi kapasitas pabrik pada tahun 2025.

4. Mengkaji keamanan dan kelayakan produk untuk diedarkan.

5. Memahami berbagai manfaat dari produk yang dihasilkan.


BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

A. PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


(BPS:2016) Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak
dikonsumsi dan diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi dan
sangat stabil ini digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk
kebersihan, dan juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Produksi
minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini secara
total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Pada saat
ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar di seluruh
dunia.
Hingga tahun-tahun terakhir, luas areal perkebunan Kelapa Sawit terus
mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata rata sebesar 7,89%, tetapi
pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 0,5%.

Gambar 2. Grafik Perluasan Areal Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2014 − 2020
(Sumber: ditjenbun.pertanian.go.id)

Grafik tersebut memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun dari
Tahun 2014 hingga Tahun 2018 perkembangan luas areal perkebunan rakyat (PR) dan
perkebunan besar swasta (PBS) cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan rata-
rata masing-masing sebesar 7,35% dan 9,83%. Luas areal PBS meningkat dari 5,6 juta
hektar pada Tahun 2014 menjadi 7,9 juta hektar pada Tahun 2018, sementara luas
aeal PR meningkat sebesar 1,4 juta hektar dari Tahun 2014 menjadi 5,8 juta hektar
pada Tahun 2018. Sedangkan perkembangan luas areal perkebunan besar negara
(PBN) tidak mengalami perkembangan dalam lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan
karena PBN yang pada umumnya didominasi oleh PT. Perkebunan Nusantara yang
memiliki kendala dalam pembiayaan untuk melakukan ekspansi disamping kendala
administrasi seperti dalam menentukan harga pembelian lahan perkebunan yang
sudah ada. Pengembangan PR dan PBS sangat berpengaruh terhadap pengembangan
total perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Tahun 2019 dan 2020 luas areal PR dan
PBS Kelapa Sawit diproyeksikan kembali meningkat dari tahun 2018 dengan laju
pertumbuhan sekitar 2,3%. Luas areal perkebunan Kelapa Sawit akan terus
meningkat dikarenakan semakin pesatnya perkembangan industri Minyak Kelapa
Sawit saat ini dan kebutuhan minyak nabati dunia yang cukup besar dan semakin
bertambah.

Gambar 3. Peta Sebaran Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2018
(Sumber: ditjenbun.pertanian.go.id)

Peta tersebut menunjukan bahwa Pulau Sumatera menjadi pulau dengan luas
lahan kebun Kelapa Sawit terbesar di Indonesia. Luasnya mencapai angka 8.047.920
hektar, dimana empat provinsi penghasil Kelapa Sawit terbesar diantaranya; Riau,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jambi. Kalimantan menjadi pulau dengan
luas perkebunan Kelapa Sawit terbesar kedua, dimana provinsi penghasil Kelapa
Sawit terbesar diantaranya; Kalimantan Tengah dan Kalimatan Timur. Pulau
Sulawesi serta Pulau Papua tidak banyak mengembangkan Kelapa Sawit di sana,
tetapi berpotensi besar mendorong pemasokan Kelapa Sawit di sektor industri
karena memiliki lahan yang sangat luas. Namun, di Pulau Jawa dan Pulau Bali-Nusa
Tenggara merupakan pulau yang tidak memiliki perkebunan Kelapa Sawit.
BAB 3
PEMBAHASAN

A. METODE YANG DIGUNAKAN


Dalam proses pengolahan Kelapa Sawit, buah yang telah dipanen akan menjadi
CPO sebelum menjadi minyak goreng. CPO merupakan minyak sawit mentah yang
didapatkan dari hasil penekanan serabut Kelapa Sawit. Awal mula, buah akan masuk
ke dalam heater untuk menjalani proses pemanasan yang kemudian dilanjutkan
dengan proses perontokan serabut hingga perebusan buah untuk melunakkan serta
mengekstrak sari buah yang kemudian akan menjadi CPO. Untuk merubah CPO
menjadi minyak goreng murni, dilakukan proses pemurnian (refining) dan proses
fraksinasi (fractionation).

Pada proses pemurnian, CPO akan mengalami beberapa tahap yaitu pemisahan
gum (degumming), netralisasi (deasidifikasi), pemucatan (bleaching), dan
deodorisasi. Hasil dari proses ini akan didapatkan minyak yang terdiri dari olein dan
stearin. Olein merupakan asam lemak tak jenuh yang berperan sebagai fraksi cair
yang diperoleh dari hasil pemurnian dimana zat tersebut tersusun atas 18 atom C
dengan satu ikatan rangkap antara atom C. Sementara, stearin merupakan fraksi
yang sama-sama dihasilkan dari proses pemurnian, tetapi stearin berfasa solid atau
padat. Proses pemurnian terdiri dari beberapa tahap, diantaranya:

1. Degumming
(Deny: 2014) Degumming (pemisahan gum) merupakan proses pemisahan getah
atau lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah
pemisahan gum dengan cara pemanasan, dengan penambahan asam (H 3PO4, H2SO4
dan HCl), pemisahan gum dengan NaOH, pemisahan gum dengan cara dehidrasi dan
pemisahan gum dengan pereakasi khusus seperti asam fosfat, NaCL dan Na3.
2. Netralisasi
(Deny: 2014) Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak
bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan
basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi
dengan NaOH banyak dilakukan dalam skala industri karena lebih efisien dan lebih
murah dibandingkan dengan cara netralisai lainnya (Ketaren, 2005), dengan prinsip
reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi
penyabunannya berlangsung sebagai berikut:

R----COOH + NaOH → R-COONa + H2O


Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70°C, dimana
reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan.
Soda kostik yang direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5% dari kebutuhan
stokiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan.
3. Bleaching
(Estiasih: 2019) Bleaching (pemucatan) merupakan proses yang digunakan
untuk memperbaiki tampilan warna minyak dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Tujuan utama dari proses bleaching adalah menghilangkan warna dari minyak.
Bleaching juga befungsi untuk mengurangi komponen residu seperti aroma, senyawa
sulfur, serta logam-logam berat. Secara umum terdapat dua metode umum yang
digunakan dalam proses pemucatan, yaitu metode absorbsi dan pemucatan alami.
Metode yang sering digunakan adalah metode absorbsi dengan menggunakan
absorben. Metode kimia dinilai tidak efisien untuk dilakukan, karena metode ini akan
menimbulkan efek kerugian pada pemucatan akibat proses oksidasi pigmen dalam
minyak.
4. Deodorisasi
Deodorisasi merupakan proses yang termasuk dalam pemurnian minyak dimana
tujuan utamanya adalah digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa yang kurang
disukai. Deodorisasi dilakukan dengan menggunakan cara destilasi pada suhu
150°C−250°C. Distilasi bekerja didasarkan atas perbedaan volatilitas atau
kemudahan untuk menguap antara minyak dengan residu yang tidak diinginkan.
Minyak akan dimurnikan dan dipanaskan dengan uap, hal ini dilakukan agar bau tak
sedap akan dengan mudah menguap terlebih dahulu yang selanjutnya akan
dikondensasi.

Selain mengalami proses pemurnian, minyak akan mengalami proses fraksinasi


terlebih dahulu. Dalam proses fraksinasi olein akan dipisahkan dari stearin. Proses
ini terdiri atas tahap kristalisasi fraksi yang menjadi padat pada temperatur tertentu
dengan output pemisahan kedua fraksi antara olein dan stearin. Dalam proses ini
stearin berubah menjadi kristal padatan, sedangkan olein tetap pada fase cair.

Ditinjau melalu medianya, proses fraksionasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
fraksionasi kering dan basah. Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan
minyak dengan kondisi yang terkendali tanpa penambahan bahan kimia apapun.
Minyak dipanaskan hingga mencapai suhu 70°C untuk diperoleh cairan homogen.
Kemudian didinginkan dengan air pendingin hingga temperatur 20°C, dalam proses
ini suhu selalu dipertahankan hingga proses tersebut dianggap selesai.

B. DIAGRAM ALIR PROSES INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT


a. Proses Pemurnian (Refining)

Gambar 4. Diagram Alir Proses Pemurnian CPO

Proses Degumming merupaman tahapan paling awal terjadinya proses


pemurnian Crude Palm Oil (CPO). Pada tahap ini, CPO akan dipompa ke dalam pipa
yang kemudian akan masuk ke dalam heat exchanger untuk dinaikan suhunya.
Apabila telah mencapai suhu yang distandarkan, CPO akan dipompa kembali ke
dalam tank mixing. Proses ini berlangsung secara kontinyu. CPO akan ditambahkan
dengan asam fosforik dengan konsentrasi 80-85% sebanyak 0,05-0,2% dari berat CPO.
Penambahan asam fosforik bertujuan untuk menghilangkan getah atau lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin.
Tahap selanjutnya adalah bleaching atau pemucatan. Pada tahap ini, CPO akan
ditambahkan bleaching earth serta dihomogenisasi melalui alat static mixer.
Kemudian CPO akan masuk ke dalam tank steam parging pada suhu 95-100% dalam
kondisi tekanan udara 20-25 mmHg. Setelah mencapai titik jenuh, campuran CPO
dengan bleaching earth akan melalui tahap filtrasi menggunakan alat bernama
Niagara. Tahap filtrasi bertujuan untuk mengurangi bleaching earth yang terkandung
dalam CPO. Pada alat tersebut, CPO akan dialirkan pada celah-celah filter dan
bleaching earth akan menempel pada filter tersebut. Proses ini akan dilakukan
sebanyak dua kali untuk memastikan CPO tersaring dengan benar. Bleaching earth
yang tersaring disebut sebagai spent earth, dimana spent earth akan dianggap
sebagai limbah lalu dibuang melalui proses environment control.
Hingga didapatkan DBPO (Degumming Bleaching Palm Oil), tahap selanjutnya
adalah tahap deodorizing. Proses tersebut bertujuan untuk menghilangkan
komponen-komponen volatil yang ada di dalamnya. Sebelum masuk ke proses
selanjutnya, minyak ini akan dipanaskan dengan heat exchanger pada suhu 240-
270°C dengan tekanan vakum sebesar 2-5 mmHg. Hingga mencapai sC.uhu yang
distandarkan, DBPO akan masuk kedalam tangki ekonomisir untuk memisahkan DBPO
dan PFAD (Palm Fatty Acid Destilate) hingga berakhir pada tangki deodorisasi.
Pastikan DBPO masuk kedalam tangki deodorisasi tidak terdapat udara yang
menyertainya. Kehadiran air dan udara dapat menyebabkan proses dekomposisi
minyak melalui proses oksidasi, dan hal ini merupakan kesalahan fatal. Output dari
proses deodorisai adalah menghasilkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm
Oil) yang memiliki karakteristik tidak memiliki rasa dan berwarna cerah kekuningan.
b. Proses Fraksinasi

Gambar 5. Diagram Alir Proses Fraksinasi CPO


RBDPO akan masuk kedalam proses akhir yaitu proses fraksinasi yang terdiri
dari dua tahap, yaitu kristalisasi dan filtrasi. Proses ini bertujuan utama untuk
memisahkan olein dan stearin. RBDPO akan dipompa masuk ke dalam penukar panas
pada suhu 70°C hingga dialirkan kembali menuju tangki kristalisasi. Pada tangki
kristalisasi akan dilakukan pendinginan suhu pada suhu terkontrol yang akan
menghasilkan dua fasa, yaitu padat dan cair. Pendinginan mempermudah RBDPO
untuk memisahkan dua zat yang berbeda yaitu olein dan stearin. Stearin akan
berubah fasa menjadi padat, sedangkan Olein akan tetap pada fasa cairnya. Minyak
yang telah terkristalisasi secara parsial akan masuk ke dalam tahap filtrasi. Alat
filtrasi tersebut dilengkapi dengan membran yang memberikan yield (izin) olein
lebih tinggi daripada stearin yang berfasa padat. Stearin akan ditampung dan akan
diproses lebih lanjut sebagai bahan baku pembuatan margarin. Sedangkan, olein
akan masuk ke dalam pipa dan masuk ke dalam tangki penyimpanan untuk kemudian
akan difiltrasi kembali. Hingga didapatkan olein hasil filtrasi akan dipanaskan dalam
penukar panas. Output dari penukar panas tersebut akan masuk ke dalam tank yard
untuk dipersiapkan ke dalam ruang produksi untuk dikemas dan disimpan pada waktu
berskala.

C. PROYEKSI KAPASITAS PABRIK PADA TAHUN 2025


Proyeksi kapasitas pabrik merupakan jumlah unit maksimal yang dapat
dihasilkan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia. Secara umum kapasitas pabrik ditentukan oleh Supply dan Demand serta
ketersediaan bahan baku. Data-data yang digunakan dalam perhitungan proyeksi
kapasitas pabrik bersumber dari BPS (Badan Pusat Statistik) Nasional.
a. Supply dan Demand
Supply dan Demand merupakan komponen penting dalam merencanakan
kapasitas pabrik pada tahun yang ditentukan. Hukum tersebut merupakan teori
yang menjelaskan interaksi antara penjual dan pembeli. Supply (Penawaran)
adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia untuk dijual oleh penjual pada
tingkat harga yang bervarian. Sedangkan, Demand (Permintaan) adalah jumlah
barang atau jasa yang akan dibeli oleh pembeli pada tingkat harga yang bervarian.
1. Supply
Statement supply berorientasi kepada hasil penjumlahan antara impor
dan produksi ditahun yang ditentukan, dalam hal ini adalah tahun 2025.

Tabel 1. Data Impor Minyak Kelapa Sawit Tahun 2014-2018


Data Impor Minyak Kelapa Sawit (BPS)
No Tahun Besaran Impor
1 2014 299
2 2015 7572
3 2016 2658
4 2017 2518
5 2018 806

Berdasarkan data tabel yang disajikan pada Tabel 1, didapatkan sebuah grafik
yang menunjukan kurva, dimana kurva tersebut menghasilkan sebuah
persamaan y = -404x + 817235 dengan R² = 0,0493. Notasi y merupakan jumlah
besaran impor yang diperkirakan pada tahun 2025, dan x adalah tahun yang
diperkirakan, dalam hal ini adalah tahun 2025. Maka, proyeksi impor di tahun
2025 diperkirakan mencapai angka −865 ton. Artinya, pada tahun 2025
Indonesia tidak akan lagi mengimpor Minyak Kelapa Sawit.

Tabel 2. Data Produksi Minyak Kelapa Sawit Tahun 2014-2018


Data Produksi Minyak Kelapa Sawit (BPS)
No Tahun Besaran Produksi
1 2014 29278189
2 2015 31070015
3 2016 31487986
4 2017 34940289
5 2018 36594813

Berdasarkan data tabel yang disajikan pada Tabel 2, didapatkan sebuah grafik
yang menunjukan kurva, dimana kurva tersebut menghasilkan sebuah
persamaan y = 1.850.352x − 3.697.635.777 dengan R² = 1. Maka, proyeksi
produksi di tahun 2025 diperkirakan mencapai angka 49.327.023 ton.

2. Demand
Statement demand berorientasi kepada hasil penjumlahan antara ekspor
dan konsumsi ditahun yang ditentukan, dalam hal ini adalah tahun 2025.
Tabel 3. Data Ekspor Minyak Kelapa Sawit Tahun 2014-2018
Data Ekspor Minyak Kelapa Sawit (BPS)
No Tahun Besaran Ekspor
1 2014 22892224
2 2015 26467564
3 2016 22761814
4 2017 27353337
5 2018 27898875

Berdasarkan data tabel yang disajikan pada Tabel 3, didapatkan sebuah grafik
yang menunjukan kurva, dimana kurva tersebut menghasilkan sebuah
persamaan y = 1.089.908x − 2.171.778.757 dengan R² = 1. Maka, proyeksi
ekspor di tahun 2025 diperkirakan mencapai angka 35.284.943 ton.

Tabel 4. Data Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Tahun 2014-2018


Data Konsumsi Minyak Kelapa Sawit (BPS)
No Tahun Besaran Konsumsi
1 2014 2706071
2 2015 2824908
3 2016 2941204
4 2017 3053381
5 2018 3164543

Berdasarkan data tabel yang disajikan pada Tabel 4, didapatkan sebuah grafik
yang menunjukan kurva, dimana kurva tersebut menghasilkan sebuah
persamaan y = 114.542x − 227.978.046 dengan R² = 1. Maka, proyeksi konsumsi
pada tahun 2025 diperkirakan mencapai angka 3.969.504 ton.
Dari data-data yang telah dinyatakan pada penjelasan di atas, seorang
perancang pabrik dapat menentukan Supply dan Demand yang akan
menghasilkan peluang kapasitas pabrik. Dimana kapasitas pabrik dapat dihitung
dengan mengurangkan demand terhadap supply. Secara matematis dinyatakan
sebagai berikut:

 Peluang Kapasitas = (Demand – Supply) ton


 Peluang Kapasitas = ([Proyeksi Ekspor + Proyeksi Konsumsi] – [Proyeksi
Impor + Proyeksi Produksi]) ton
 Peluang Kapasitas = ([35.284.943 + 3.969.504] – [-865 + 49.327.023]) ton
 Peluang Kapasitas = 10.071.711,00 ton
Selain mempertimbangkan sisi supply dan demand, peluang kapasitas juga
perlu dipertimbangkan melalui perhitungan proyeksi bahan baku yang
dibutuhkan dalam produksi Minyak Kelapa Sawit. Bahan baku yang digunakan
sebagai bahan utama pembuatan Minyak Kelapa Sawit adalah buah Kelapa
Sawit. Di Indonesia, buah Kelapa Sawit dikelola oleh tiga sektor perkebunan
utama yaitu, PR (Perkebunan Rakyat), PBN (Perkebunan Besar Negara), dan
PBS (Perkebunan Besar Swasta). Data produksi bahan baku baku tersebut
diakumulasikan menjadi satu data antara ketiga sektor tersebut pertahunnya.

Tabel 5. Data Produksi Buah Kelapa Sawit Tahun 2015-2019


Data Produksi Buah Kelapa Sawit (BPS)
No Tahun Besaran Produksi
1 2015 31070015
2 2016 31730961
3 2017 37965224
4 2018 42883032
5 2019 45861121

Berdasarkan data tabel yang disajikan pada Tabel 5, didapatkan sebuah grafik
yang menunjukan kurva, dimana kurva tersebut menghasilkan sebuah
persamaan y = 4.073.428x − 8.178.202.811 dengan R² = 1. Secara matematis,
peluang kapasitasnya menurut sisi ketersediaan bahan baku dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut:

4.073.428x − 8.178.202.811
 Peluang Kapasitas (y) =
𝑛𝑥
4.073.428(2025) − 8.178.202.811
 Peluang Kapasitas (y) =
5
 Peluang Kapasitas (y) = 14.097.777,80 ton

D. KEAMANAN BAHAN DARI SISI MSDS


Kemanan dan kelayakan produk merupakan suatu hal yang sangat signifikan
bagi kualitas suatu produk. Umumnya, hal tersebut dapat ditinjau melalui MSDS
(Material Safety Data Sheet). MSDS merupakan lembar data keselamatan bahan yang
merupakan berkasdata yang mengandung informasi mengenai sifat suatu bahan.
Lembar tersebut berfungsi untuk menginformasikan kepada para pekerja menganai
informasi penanganan suatu bahan dengan aman. Berikut hasil peninjauan Minyak
Kelapa Sawit melalui MSDS yang dilampirkan:

Jika ditinjau dari section 3, pada masalah kesehatan (Health Hazard) Palm oil
tersebut belum bisa di katakan aman dari segi kesehatan fisik. Terdapat beberapa
poin yang dapat dilihat. Pertama dapat membahayakan dari segi kesehatan mata
contohnya, iritasi mata yang berlebian hingga mata memerah dan parahnya hingga
mengalami kebutaan. Poin kedua dapat membahayakan kesehatan kulit, seperti
iritasi kulit ringan, gatal-gatal dan hingga mengalami luka bakar. Oleh karena itu,
sangat di anjurkan menggunakan APD lengkap jika berada di lapangan pekerjan
Minyak Kelapa Sawit tersebut.
Ditinjau dari section 4 (explosion hazard data), Minyak Kelapa Sawit tersebut
sudah bisa di klasifikasikan ke dalam suatu zat yang sangat dapat mudah terbakar.
Pada section tersebut sudah tertera informasi “Combustible in presence of flame”
(mudah terbakar jika ada nyala api di sekitar). Oleh karena itu, sangat dianjurkan
menggunakan APD dengan tahan api jika bekerja di sektor lapangan Minyak Kelapa
Sawit tersebut.

Gambar 5. Diagram Diamond Hazard

Palm oil memiliki nilai diamond hazard ≥ 2. Oleh karena itu, palm oil/Minyak
Kelapa Sawit dapat di kategorikan ke dalam diamond hazard flammability, karena
zatnya yang dapat mudah terbakar jika ada nyala api di sekitarnya. Diamond hazard
flammability merupakan standar keamanan yang diterapkan oleh Asosiasi Pemadam
Kebakaran Amerika Serikat. Diagram tersebut ditetapkan sebagai label darurat yang
digunakan oleh personel untuk mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan oleh
material berbahaya.
E. MANFAAT PRODUK YANG DIHASILKAN
Kelapa Sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun untuk bahan bakar. Perkebunannya mampu menghasilkan
keuntungan tinggi sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi
perkebunan Kelapa Sawit. Manfaat Kelapa Sawit ini merupakan sumber utama
minyak nabati sesudah kelapa yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Minyak Kelapa
Sawit memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan sehari-hari, diantaranya:

1. Sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng. Minyak goreng yang saat ini
beredar di pasaran merupakan jenis minyak goreng yang berasal dari oalahan
Kelapa Sawit. Tidak dapat dipungkiri memang, minyak goreng merupakan salah
satu dari dari sembilan bahan pokok yang paling banyak digunakan oleh berbagai
macam kalangan, baik itu kalangan rumah tangga, restoran, dan juga berbagai
industri makanan.
2. Ampasnya juga berguna, ampas dari Kelapa Sawit sering dimanfaatkan sebagai
bahan pangan pada hewan ternak. Selain itu juga buah Kelapa Sawit juga menjadi
santapan lezat bagi hewan liar, seperti babi hutan.
3. Bisa juga untuk menghidupkan api dengan cara buah Kelapa Sawit tersebut di
jemur sampai kering, selain itu Kelapa Sawit juga bisa menghasilkan jamur yang
bisa dkonsumsi manusia. Seperti yang biasa disebut jamur kuping dan jamur
payung atau jamur pentol. Namun tidak semua Kelapa Sawit menghasilkan jamur
yang bisa dikonsumsi manusia tapi Kelapa Sawit juga bisa menghasilkan jamur
yang beracun.
4. Bisa menjadi kompos atau juga disebut pupuk. Ampas dari buah Kelapa Sawit dan
juga daun Kelapa Sawit dapat diolah dalam bentuk pupuk kompos. Pupuk kompos
ini dapat membantu menyuburkan tanah dan dapat membantu tumbuhan menjadi
lebih baik karena mengandung unsur hara. Ampas dari buah sawit juga bisa di
gunakan sebagai pupuk untuk pokok sawit yang baru ditanam. Selain itu juga
digunakan sebagai pupuk untuk tanaman lainnya.

Dari berbagai manfaat di atas, telah diketahui bahwa Kelapa Sawit mempunyai
nilai ekonomis yang sangat tinggi. Sehingga, membuat banyak kalangan pengusaha
berani menanamkan investasi modal yang tinggi pula bagi pembukaan lahan kebun
Kelapa Sawit.
BAB 4
KESIMPULAN

Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan
diproduksi di dunia. Saat ini Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit
yang terbesar di seluruh dunia. Indonesia secara total menghasilkan sekitar 85-90%
dari total produksi minyak sawit dunia. Hingga saat ini, perkembangan luas areal
perkebunan rakyat (PR) dan perkebunan besar swasta (PBS) cenderung meningkat
dengan laju pertumbuhan rata-rata masing-masing sebesar 7,35% dan 9,83%. Luas
areal PBS meningkat dari 5,6 juta hektar pada Tahun 2014 menjadi 7,9 juta hektar,
luas aeal PR meningkat sebesar 1,4 juta hektar dari Tahun 2014 menjadi 5,8 juta,
sedangkan perkembangan luas areal perkebunan besar negara (PBN) tidak
mengalami perkembangan dalam lima tahun terakhir.
Minyak Kelapa Sawit diproduksi untuk memenuhi berbagai kebutuhan
konsumen, salah satunya adalah kebutuhan rumah tangga sebagai minyak goreng.
Bahan baku utama pembuatan minyak sawit adalah buah Kelapa Sawit yang melalui
berbagai proses pengolahan industri. Secara umum, terdapat dua proses dalam
pengolahannya, yaitu proses pemurnian dan proses fraksinasi. Proses pemurnian
merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan olein dan sterarin. Dimana
proses pemurnian terdiri dari 4 tahap, yaitu degumming (pemisahan gum),
netralisasi, bleaching (pemucatan), dan deodorisasi. Sedangkan, proses fraksinasi
bertujuan untuk memisahkan olein dan sterarin melalui proses kristalisasi. Dimana
proses fraksinasi terdiri dari dua tahap, yaitu fraksinasi dan filtrasi.
Berdasarkan hasil analisis data proyeksi pabrik pada tahun 2020, kapasitas
pabrik yang dihasilkan melalui tinjauan supply dan demand adalah sebesar
10.071.711,00 ton. Sedangkan, proyeksi kapasitras pabrik yang dihasilkan melalui
tinjauan ketersedian bahan baku adalah sebesar 14.097.777,80 ton. Hal tersebut
merupakan langkah penting yang wajib diketahui oleh seorang perancang pabrik
dalam mengoperasikan produksi suatu bahan dalam jangka waktu tertentu. Industri
pengolahan suatu bahan mentah menjadi produk akan selalu berorientasi terhadap
keuntungan. Oleh karena itu, perancang pabrik akan selalu memastikan tidak ada
bahan baku atau produk yang terbuang sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019, Statistik Perkebunan Indonesia: Kelapa


Sawit, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian: Jakarta.

[2] Sumarna, Deni. 2014, Studi Metode Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Merah Dari
Crude Palm Oil, Universitas Mulawarman: Samarinda.

[3] Darni, Yuli, dkk. 2019, Industri Proses Kimia, Pusaka Media: Bandarlampung.

[4] Yosia. 2016, Proses Fraksinasi Minyak Kelapa Sawit Di PT Salim Ivomas Pratama
TBK Tanjung Priok, Jakarta Utara, Fakultas Teknologi Pangan Universitas Katolik
Soegijapranata: Semarang.

[5] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2016, Outlook Kelapa Sawit:
Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan, Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan Kementrian Pertanian: Jakarta.

[6] Subdirektorat Statistik Tanaman Perkebunan. 2018, Statistik Kelapa Sawit


Indonesia, Badan Pusat Statistik Nasional: Jakarta.

[7] Anonim. 2010, Pengolahan Minyak Goreng (Pemucatan):


https://lordbroken.wordpress.com/2010/11/01/pengolahan-minyak-goreng-
pemucatan/ (Diakses 6 Desember 2020).

[8] Anonim. 2010, Pengolahan Minyak Goreng (Penghilangan Bau):


https://lordbroken.wordpress.com/2010/11/04/pengolahan-minyak-penghilangan-
bau/ (Diakses 6 Desember 2020).

[9] Syukra, Ridho. 2020, Manfaat Minyak Sawit dalam Kehidupan Manusia:
https://investor.id/business/manfaat-minyak-sawit-dalam-kehidupan-manusia
(Diakses 6 Desember 2020).

[10] Anonim. 2014, Tutorial NFPA 704: Hazard Identification System:


http://anakapi.blogspot.com/2014/06/tutorial-nfpa-704-hazard-
identification.html (Diakses 6 Desember 2020).

Anda mungkin juga menyukai