net/publication/319628819
STUDI METODE PENGOLAHAN MINYAK SAWIT MERAH (Red Palm Oil) DARI
CRUDE PALM OIL (CPO)
CITATION READS
1 8,545
1 author:
Deny Sumarna
Universitas Mulawarman
7 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Deny Sumarna on 15 August 2019.
ABSTRAK
CPO (Crude Palm Oil) merupakan produk dari buah sawit dari bagian mesokarp, dimana dalam
proses pengolahan lebih lanjut untuk mendapatkan minyak goreng, akan melewati beberapa proses
sehingga didapatkan minyak goreng yang berwarna jernih yang sangat berbeda dengan produk
asalnya yaitu CPO. Didalam CPO terdapat komponen aktif yang dikenal dengan sebutan komponen
minor, yang peranannya sangat penting bagi kesehatan tubuh meskipun dalam jumlah kecil
terutama untuk produk-produk farmasi. Kandungan provitamin A yang tinggi di dalam CPO pada
proses pemurnian konvensional untuk mendapatkan minyak goreng (RBDPO) banyak dirusak bahkan
sengaja dibuang. Dengan tidak melakukan proses bleaching pada proses pemurnian, akan didapat
Minyak sawit merah yang kaya akan beta karoten. Urutan tahapan pada proses pemurnian dapat
mempengaruhi kualitas minyak sawit merah yang dihasilkan. Dengan tiga metode yaitu
Degumming-Netralisasi-Fraksinasi, Fraksinasi-Degumming-Netralisasi, dan Fraksinasi-Netralisasi
diperoleh nilai persentase asam lemak bebas berkisar antara 1.71-2.18 %, kadar air 0.08-0.13 %,
peroksida 0.03-0.04 mg O2/100g, bilangan iod 50.79 – 52.94 g I2/100 g.
Kata kunci: Minyak Sawit Merah, CPO, Beta Karoten
PENDAHULUAN
Kalimantan Timur merupakan salah salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia
dengan produksi sawit mencapai 5,9 juta ton pada tahun 2013 (Dinas Perkebunan Kaltim, 2014). Hal
ini merupakan potensi yang sangat besar yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi makanan
atau pangan fungsional. Makanan atau pangan fungsional merupakan pangan alami (sebagai
contoh, buah-buahan dan sayur-sayuran) atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif
sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia.
Indonesia sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia seharusnya mampu mengatasi
permasalahan di Indonesia yaitu kurang vitamin A (KVA). KVA merupakan salah satu masalah gizi di
Indonesia yang dapat menyebabkan masalah kebutaan, terutama bagi balita dan anak-anak. Oleh
karena itu, minyak sawit kasar (CPO) memiliki prospek yang sangat besar untuk dikembangkan guna
mengatasi masalah KVA tersebut, terlebih mengingat kapsul vit A yang tersedia saat ini umumnya
diolah dari minyak ikan dan masih merupakan produk impor.
Minyak sawit mentah atau CPO berwarna merah-kekuningan menandakan kandungan
karotenoid yang tinggi. Minyak sawit memiliki kandungan gizi yang lebih unggul dibandingkan
dengan minyak zaitun, kedelai dan jagung. Selain mengandung provitamin A yaitu α-karoten, β-
karoten dan vitamin E (tokoferol dan tokotrienol), minyak sawit mengandung berbagai jenis zat
bioaktif lain seperti riboflavin, niasin, likopen, mineral yang terdiri dari fosfor, potassium, kalsium,
dan magnesium (Sibuea, 2011).
Pada masa perkembangan dimana masayarakat dengan kecerdasan dan seleranya
menghendaki tampilan produk-produk yang lebih baik, maka berkembang pula teknologi proses
untuk membuat minyak goreng yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, sehingga pada
proses pembuatan minyak goreng, warna merah yang mengandung zat gizi mikro penangkal
penyakit kronik degeneratif yang terdapat pada minyak sawit justru sengaja dibuang sebagian lagi
terbuang dengan tidak sengaja.
Dalam proses pengolahan buah sawit menjadi CPO yang selanjutnya menjadi minyak
goreng, selalu diawali dengan pemanasan yang kemudian dilanjutkan dengan perontokan,
perebusan, pengadukan dan pengempaan, penyaringan dan pemurnian. Pada proses pemurnian
minyak terdiri dari beberapa tahap yaitu pemisahan gum (degumming), netralisasi (deasidifikasi),
pemucatan (bleaching) dan deodorisasi. Pada proses bleaching inilah komponen minor terutama
karoten dari minyak sawit banya terbuang dan memang sengaja untuk mendapatkan minyak goreng
yang berwarna jernih. Mengonversi CPO secara lebih inovatif erat kaitannya dengan
penanggulangan masalah defisiensi vitamin A di Indonesia untuk kemajuan bangsa dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) pada masa datang. Dengan melakukan modifikasi
proses pemurnian, tanpa bleaching, kandungan betakaroten dalam MSM dapat dipertahankan.
Proses pengolahan ini tidak menambah biaya lagi untuk melakukan fortikasi vitamin A dalam minyak
goreng (cooking oil).
Beta Karoten
Minyak sawit merah mengandung karoten sebesar 600 sampai 1000 ppm. Karotenoid yang
terdapat dalam minyak sawit terdiri dari α-karoten ± 36,2 %, β-karoten ± 54,4 %, τ-karoten ± 3,3 %,
likopen ± 3,8 %, dan santofil ± 2,2 % (Naibaho, 1990). Menurut Sukarjo et al. (1991), sebanyak
kurang lebih 800 ppm tokoferol terdapat dalam minyak sawit yang merupakan campuran dari α-
tokoferol 20 %, α-tokotrienol 25 %, τ-tokotrienol 45 %, dan δ-tokotrienol 10 %. Kelompok senyawa
tokoferol ini tidak hanya penting karena peranannya sebagai antioksidan alami tetapi secara
fisiologis juga aktif sebagai vitamin, yaitu vitamin E.
Menurut Ong dan Tee (1992), di alam telah diisolasi 600 jenis karotenoid. Karotenoid yang
terkandung dalam minyak sawit merah 91,18% diantaranya merupakan β-karoten dan α-karoten
yang mempunyai aktivitas provitamin A yang tinggi (Naibaho, 1990). Kadar karoten minyak sawit
merah 60 kali lebih besar dibandingkan dengan minyak goreng (Jatmika dan Guritno, 1997).
Karotenoid memberikan karakteristik warna orange sampai merah pada minyak sawit.
Karotenoid, khususnya α-karoten dan β-karoten merupakan precursor vitamin A di dalam tubuh
Provitamin A ekuivalen dengan 2 vitamin A serta punya aktivitas sebagai vitamin A 100%. Minyak
sawit yang berwarna merah dapat digunakan untuk menanggulangi defisiensi vitamin A karena
kandungan β-karotennya (Muhilal, 1991). Selain itu, dapat digunakan untuk mencegah penyakit
jantung koroner dan penyakit kanker, serta mengganti sel-sel yang telah rusak (Iwasaki dan
Murakoshi, 1992).
Degumming
Degumming (pemisahan gum) merupakan proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari
fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
proses pemisahan gum antara lain adalah pemisahan gum dengan cara pemanasan, dengan
penambahan asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl), pemisahan gum dengan NaOH, pemisahan gum dengan
cara dehidrasi dan pemisahan gum dengan pereakasi khusus seperti asam fosfat, NaCL dan Na3PO4
Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak,
dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan NaOH banyak dilakukan dalam skala industri
karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisai lainnya (Ketaren, 2005),
dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi
penyabunannya sebagai berikut :
Fraksinasi
Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur tertentu
dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah stearin dan yang
tetap cair adalah olein.
Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu :
· Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut).
· Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut).
· Fraksionasi dengan menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.
Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang terkendali tanpa
penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding, kristalisasi, dan
filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 oC untuk memperoleh cairan homogen dan kemudian
didinginkan dengan air pendingin sampai temperatur 40 oC, selanjutnya didinginkan sampai
temperatur 20 oC dan dipertahankan sampai proses kristalisasi dianggap selesai.
3.5
Asam Lemak Bebas (%)
3
2.5 a a
2 b
1.5
1
0.5
0
K1 K2 K3 CPO
Gambar 1. Grafik Persentase Asam Lemak Bebas CPO dan Minyak Sawit Merah. Diagram
batang yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNJ alpha 5% (K=0.33)
Pada grafik nilai asam lemak bebas, MSM yang diolah menggunakan tiga metode
menunjukkan nilai asam lemak yang lebih rendah dari sebelumnya, yaitu CPO. Hal ini
disebabkan pada ke tiga metode tersebut telah dilakukan proses netralisasi yamg
menyebabkan asam lemak bebas bereaksi dengan basa sehingga membentuk sabun.
2. Kadar Air
Kadar air adalah jumlah air yang terkandung dalam minyak yang menentukan mutu
minyak. Semakin rendah kadar air, maka kualitas minyak tersebut semakin baik. Hal ini
dikarenakan adanya air dalam minyak dapat memicu reaksi hidrolisis yang menyebabkan
penurunan mutu minyak.
Reaksi Hidrolisis terjadi ketika suatu asam bertemu dengan basa yang akan
menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari campuran tersebut. Dalam reaksi
hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan OH- dari senyawa asam dan basa. H+ dan OH- berikatan
menjadi air. Sedangkan pembentuk senyawa asam dan basa yang lain bersatu membentuk
dari garam campuran asam basa tersebut. Garam tersebut dapat bersifat asam atau basa
atau netral tergantung dari sifat – sifat para campurannya apakan asam kuat, asam lemah,
basa kuat, basa lemah.
Contohnya Ketengikan disebabkan oleh adanya perubahan yang terjadi dari reaksi
dengan oksigen di udara-sehingga disebut ketengikan oksidatif. Off flavour dihasilkan oleh
reaksi hidrolisis yang dikatalis oleh enzim-sehingga disebut ketengikan hidrolisis. Reaksi
hidrolisis dan efek absorpsi dapat dikurangi dengan penyimpanan dingin, transportasi yang
baik, pengemasan yang hati-hatiPada reaksi hidrolisis akan dihasilkan gliserida dan asam
lemak bebas dengan rantai pendek (C4 - C12). Akibat yang ditimbulkan dari reaksi ini adalah
terjadinya perubahan bau dan rasa dari minyak atau lemak, yaitu timbulnya rasa tengik .
0.18
0.16
0.14 a
a
Kadar Air (%)
0.12
0.1 b
0.08
0.06
0.04
0.02
0
K1 K2 K3 CPO
Gambar 2. Grafik Persentase Kadar Air CPO dan Minyak Sawit Merah. Diagram batang yang
diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ
alpha 5% (K=0.03)
3. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami
oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak.
Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen
yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk
menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya
angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida.
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan
hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida
yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada
angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini.
Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida
cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi
secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan
proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan.
0.8
0.67
Bil Peroksida (mg
0.6
O/100g)
0.4
0.2
0.03 0.04 0.04
0
K1 K2 K3 CPO
Bilangan peroksida menunjukkan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam
lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya membentuk peroksida dan
selanjutnya terbentuk aldehid hal inilah yang menyebabkan bau dan rasa tidak enak serta
ketengikan minyak. Semakin besar nilai bilangan peroksida berarti semakin banyak peroksida
yang terdapat pada sampel. Pada MSM yang dibuat hanya sedikit diperlukan larutan Na2S2O3
untuk menitrasi I2 yang terbentuk. Semakin kecil bilangan peroksida yang didapat, maka
semakin kecil kerusakan yang terjadi pada minyak tersebut.
4. Bilangan Iod
Bilangan Iod adalah sifat kimia minyak yang dipakai untuk mengetahui banyaknya
ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dalam minyak. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
atau lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk ikatan jenuh. Besarnya jumlah
iod yang diserap oleh minyak inilah yang menunjukan banyaknya ikatan rangkap. Semakin
tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh dan demikian pula derajat
ketidakjenuhan (bilangan iod) dari lemak yang bersangkut. Asam lemak jenih biasanya padat
dan asam lemak tidak jenuh adalah cair, karenanya semakin tinggi bilangan iod semakin
tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut.
60 a a b
Bilangan Iod (g I2/100 g)
50
40
30
20
10
0
K1 K2 K3 CPO
Gambar 4. Grafik Bilangan Iod CPO dan Minyak Sawit Merah. Diagram batang yang diikuti
huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ alpha
5% (K=1.22)
Pada grafik bilangan iod, MSM yang diolah bilangan iod berkisar antara 50.79 – 52.94,
hal ini menunjukkan minyak yang dihasilkan (MSM) mempunyai asama lemak jenuh lebih
banyak dari sebelumnya (CPO), dan lebih cair. Hal ini disebabkan dalam ketiga metode
tersebut dilakukan fraksinasi, yaitu dengan memisahkan fraksi cair (olein) dengan fraksi
padat (stearin).
Ketaren S, 2005. Mnyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
Muhilal. 1991. Minyak Sawit, Suatu Produk nabati untuk penanggulan atherosclerosis dan
penundaan proses penuaan. Prosiding seminar Nilai Tambah Minyak Kelapa Sawit Untuk
Meningkatkan Derajat Kesehatan, Jakarta.
Naibaho, P.M., 1990. Penggunaan Minyak Sawit Sebagai Sumber Provitamin A dan Dampaknya
terhadap Perkembangan Industri Minyak Sawit. Pusat Penelitian Perkebunan Medan. Medan
Ong, A.S.H., and E.S. Tee. 1992 Natural sources of carotenoids from plants and oils. Meth. Enzymol.,
213: 142-167.
Winarno, F.G, 1997. Kimia Pangan dan gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Yusof Basiron and Chan Kook Weng, 2004, The Oil Palm and its Sustainability. Journal of Oil Palm
Research Vol. 16 No. 1, June 2004, 1-10