PENDAHULUAN
1.3. Tujuan .
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemurnian VCO.
1
2
1.4. Manfaat .
1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemurnian VCO.
2. Dapat mengetahui pengaruh massa enzim yang digunakan terhadap
kejernihan VCO.
3. Dapat mengetahui pengaruh jenis santan yang digunakan terhadap
kualitas VCO yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak
yang berasal dari sari pati kelapa, diproses secara higienis tanpa sentuhan api
secara langsung dan bahan kimia tambahan. Dilihat dari warnanya, minyak kelapa
murni jauh lebih bening seperti air mineral. Selain itu, kadar air dan asam lemak
bebasnya kecil, serta kandungan asam lauratnya tinggi. Minyak kelapa murni
mengandung antioksidan bebas, sehingga mampu menjaga kekebalan tubuh.
VCO terbuat dari daging kelapa yang masih segar. Proses pembuatannya
dilakukan dalam suhu yang rendah. VCO dibuat dengan cara memeran santan dari
daging buah kelapa, lalu memanaskannya pada suhu rendah. Selanjutnya,
dilakukan proses fermentasi, pendinginan, penambahan enzim, dan tekanan
mekanis atau sentrifugasi. Proses pembuatan minyak kelapa murni ini sama sekali
tidak menggunakan zat kimia organik dan pelarut minyak. Dari proses ini, rasa
minyak yang dihasilkan lembut dengan bau khas kelapa yang unik. Jika membeku,
warna minyak kelapa ini putih murni. Sedangkan jika cair, VCO tidak berwarna
(bening).
Secara fisik, VCO harus berwarna jernih. Hal ini menandakan bahwa di
dalamnya tidak tercampur bahan dan kotoran lain. Apabila di dalamnya masih
terdapat kandungan air, biasanya akan ada gumpalan berwarna putih. Keberadaan
air ini akan mempercepat proses ketengikan. Selain itu, gumpalan tersebut
kemungkinan juga merupakan komponen blondo yang tidak tersaring semuanya.
Kontaminasi seperti ini secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas VCO.
3
4
mudah terjadi. Bila kualitas VCO rendah, proses ketengikan akan berjalan lebih
awal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan air dan mikroba yang
akan mengurai kandungan asam lemak di dalam VCO menjadi komponen lain.
1. Berasal dari varietas kelapa dalam atau kelapa hibrida lokal, karena
rendemen yang diperoleh dari varietas ini akan lebih banyak
dibandingkan dengan kelapa hibrida.
2. Telah berumur 11-13 bulan, karena kandungan minyak pada kelapa yang
terlalu muda masih sangat rendah, sedangkan pada kelapa yang terlalu
tua, banyak kandungan minyak yang sudah diubah menjadi karbohidrat.
3. Berat kelapa berkisar 130 g/butir, dengan ukuran kelapa dipilih yang
seragam agar memudahkan dalam penanganan.
4. Kulit sabut kelapa sudah berwarna cokelat, menandakan bahwa kelapa
tersebut sudah cukup tua.
5. Apabila dikocok, bunyinya akan terdengar nyaring koclak, menandakan
bahwa air yang berada di dalam kelapa berjumlah banyak.
6. Kelapa belum berkecambah, karena kelapa yang sudah tua mengalami
penurunan kandungan gizi.
7. Daging buah berwarna putih dengan ketebalan berkisar 10-15 mm,
menandakan bahwa kadar air dalam buah belum banyak berkurang.
2.3.2. Asam Sitrat
Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang telah dikenal memiliki efek
sebagai antibakteri. Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari
genus Citrus sebagian besar mengandung terpen (C5H8)n, seskuiterpen alifatik,
turunan hidrokarbon teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik. Senyawa asam
yang terdapat pada buah jeruk nipis dapat menurunkan pH krim santan. Jeruk nipis
mengandung asam sitrat (C6H8O7) sebanyak 7% sampai 7,6 % dalam 100 gram.
Asam sitrat dapat membantu pada proses pembuatan minyak kelapa.
Ketika air jeruk nipis bereaksi dengan krim santan, maka akan proses pemisahan
antara fase minyak dan airnya berlangsung lebih cepat. Dalam pembuatan minyak
kelapa, sebelum fermentasi nilai pH krim santan 6,25 dan setelah fermentasi
menjadi pH 4,25. Nilai pH tersebut menyatakan kondisi krim santan berada pada
keadaan isoelektrik. Keadaan ini menyebabkan protein kehilangan sifatnya
sebagai emulsifier sehingga terjadi pemisahan minyak dengan airnya.
7
pun tersedia melimpah di Indonesia. Oleh karena itu, pembuatan VCO sangat
memungkinkan untuk diterapkan oleh semua orang.
2.4.1. Cara Tradisional
Proses pembuatan minyak kelapa murni dengan cara tradisional sangat
mudah untuk diterapkan. Peralatan yang digunakannya sangat sederhana dan
teknologi prosesnya cenderung mudah dilakukan. Tahap yang perlu dilalui untuk
terbentuknya minyak kelapa adalah pembuatan santan kelapa. Minyak kelapa
diperoleh dengan cara pemanasan santan kelapa. Pemanasan yang dilakukan
sangat tergantung pada besar-kecilnya api yang digunakan. Suhu yang ideal adalah
sekitar 100°C sampai 110°C karena air yang ada di dalam santan akan menguap
pada suhu tersebut dan protein yang berikatan dengan air pun akan pecah.
Selanjutnya, protein akan mengalami denaturasi (rusak). Dengan demikian,
protein yang mengikat lemak (minyak) dari santan kelapa akan rusak juga.
Minyak kelapa kemudian akan bebas dari ikatan-ikatan emulsi dengan protein
sebagai emulgator-nya. Minyak akan mengumpul tersendiri, sedangkan protein
pun akan berkumpul menjadi satu.
2.4.2. Pengasaman
Pengasaman merupakan salah satu upaya pembuatan VCO dengan cara
membuat suasana emulsi (santan) dalam keadaan asam. Asam memiliki
kemampuan untuk memutus ikatan lemak-protein dengan cara mengikat senyawa
yang berikatan dengan lemak. Asam yang dicampurkan ke dalam santan hanya
bisa bekerja dengan maksimal bila kondisi pH (derajat keasamannya) sesuai. Pada
proses pembuatan VCO, pH yang paling optimal yaitu 4,3. Pengukuran pH
tersebut dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus.
Prinsip cara pengasaman adalah asam ditambahkan ke dalam krim santan
untuk memecah emulsi krim, sehingga didapatkan minyak dan protein kelapa.
Cara ini memiliki keunggulan, antara lain minyak yang dihasilkan memiliki warna
jernih yang sangat menarik, aroma yang sedap dan harum serta rasa yang enak jika
digunakan untuk menggoreng. Kelemahan pembuatan VCO dengan cara
pengasaman adalah menimbulkan pencemaran karena pH limbahnya yang rendah.
2.4.3. Penggaraman
10
sekitar 15 menit. Alat yang digunakan untuk memutar santan dinamakan dengan
centrifuge.
2.4.6. Fermentasi (Enzimatis)
Pengolahan awalnya sama seperti pengolahan secara sentrifugasi, hanya
berbeda pada teknik pengambilan minyaknya. Setelah dihasilkan santan,
kemudian ditampung di dalam suatu tempat atau wadah yang transparan lalu
ditutup dan didiamkan. Setelah satu jam, krim yang terbentuk pada santan
dipisahkan dari air. Air dibuang, sementara krim ditambah dengan mikroba dan
diaduk secara merata. Mikroba berfungsi untuk membantu penggumpalan protein
agar terpisah dengan minyak. Krim selanjutnya didiamkan selama 10 jam,
sehingga diperoleh minyak.
Pembuatan minyak secara fermentasi pada prinsipnya adalah merusak
protein yang menyelubungi globula lemak dengan menggunakan enzim
proteolitik, yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau tanaman
sebagai inokulum. Pada pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi, krim yang
didapatkan dicampur dengan laru atau ragi tempe yang mengandung Rhizopus
oligosporus. Mikroba ini mempunyai kemampuan menghasilkan enzim protease
dan lipase yang dapat menghidrolisis minyak dengan didukung oleh kadar air yang
tinggi.
C6, C8, dan C10 menghasilkan bau tengik karena dapat berubah menjadi senyawa
keton.
2.5.2. Indeks Bias
Indeks bias minyak atau lemak merupakan perbandingan sinus sudut
sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul cahaya yang melalui minyak. Pembiasan
ini disebabkan karena adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan
elektromagnetik atom-atom dalam molekul minyak. Pengujian indeks bias dapat
digunakan untuk mengetahui kemurnian minyak. Alat yang digunakan untuk
menentukan indeks bias minyak adalah refraktometer. Penentuan indeks bias
minyak pada suhu 25°C, sedangkan untuk lemak pada suhu 40°C. Pengukuran
indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi dilakukan pada suhu 40°C atau 60°C .
Pengukuran suhu harus dikontrol dan dicatat. Indeks bias akan meningkat pada
minyak atau lemak dengan rantai karbon yang panjang dan juga terdapatnya ikatan
rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan
meningkatnya bobot molekul.
juga memberikan aksi enzim untuk menghasilkan pemisahan minyak dari air atau
pelembap.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bau
1 Enzim getah pepaya Putih Cair
santan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Virgin Coconut Oil Sebelum Inokulasi (Lanjutan)
No Sampel Parameter
16
17
Bau
3 Enzim jeruk nipis Putih Cair
santan
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Virgin Coconut Oil Setelah Inokulasi (Lanjutan)
Parameter
No Sampel
Warna Tekstur Bau
2 Enzim papain Kuning Terdapat 2 lapisan: Asam basi
18
-Air
bubuk
-Santan kelapa
Putih
Terdapat 2 lapisan: Sedikit
3 Enzim jeruk nipis sedikit
-Air asam
kuning
-Santan kelapa
19
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemurnian VCO adalah pemilihan
buah kelapa, kesegaran santan kelapa, penyimpanan santan kelapa,
sterilitas alat, dan jenis enzim yang digunakan.
2. Massa enzim yang tidak sesuai dengan rasio enzim dan santan kelapa
yang efektif dapat menyebabkan VCO yang dihasilkan tidak berwarna
jernih.
3. Santan kelapa asli akan menghasilkan kualitas VCO yang lebih baik
dibandingkan santan kelapa instan.
4. Santan kelapa yang tidak segar telah mengalami hidrogenasi, sehingga
VCO yang dihasilkan berjumlah sedikit.
5.2. Saran
1. Dalam pembuatan VCO, sebaiknya digunakan santan kelapa yang segar
dan tidak disimpan dalam lemari es.
2. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan VCO sebaiknya disterilkan
terlebih dahulu dengan menggunakan autoclave.
20
DAFTAR PUSTAKA
Cristianti, L., dkk. 2009. Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil)
Menggunakan Fermentasi Ragi Tempe. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Edahwati, L. 2011. Aplikasi Penggunaan Enzym Papain dan Bromelin terhadap
Perolehan VCO. Surabaya: UPN Press.
Effendi, A. M., dkk. 2012. Optimalisasi Penggunaan Enzim Bromelin dari Sari
Bonggol Nanas dalam Pembuatan Minyak Kelapa. Indonesian Journal of
Chemical Science. 1(1): 1−6.
Salsabila, M. 2016. Pembuatan Minyak Kelapa dengan Pengasaman (Jeruk Nipis)
dan Penetralan dengan NaHCO3 Beserta Uji Kualitasnya. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Silaban, R., dkk. 2014. Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil,
VCO) melalui Kombinasi Teknik Fermentasi dan Enzimatis
Menggunakan Getah Pepaya. Jurnal Pendidikan Kimia. 6(2): 55−64.
Simanjuntak, T. N. 2015. Apa Beda Minyak Kelapa Biasa dan Minyak Kelapa
Murni?. (Online): https://food.detik.com/info-kuliner/d-3015923/apa-be-
da-minyak-kelapa-biasa-dan-minyak-kelapa-murni (Diakses pada tanggal
5 Maret 2018).
21