1.1
Latar Belakang
Mie merupakan makanan yang popular di semua kalangan
saat ini mie diinovasi dengan substitusi terigu dan tepung umbiumbian. Akan tetapi mie yang dihasilkan akan berbeda antara
bahan terigu 100% dengan substitusi tepung lain. Sehingga
untuk mengetahui kualitas mie yang dihasilkan dengan adanya
penggunaan tepung selain terigu, dirasa perlu dilakukannya
praktikum pembuatan mie basah dengan variasi penggunaan
terigu dan tepung jagung.
1.2
Tujuan
mie
diperkenalkan
oleh
Marcopolo
kepada
para
terbuat dri tepung dan menyerupai tali yang berasal dari Cina,
yang telah lama dikenal masyarakat luas. Bahkan seluruh dunia
telah
mengenalnya
dengan masing
masing
nama
atau
kering
Astawan,
2006
pembuatan
mie
dalam
endosperm
yang
terpisah
dari
lembaga.
Terigu
terigu
terletak
pada
protein
yang
dikandungnya.
dan glutenin
yang
menghasilkan
sifat
viskoelastis.
gliadin
akan
menyebabkan
gluten
bersifat
elastis
Tepung jagung dibuat dari jagung pipil yang sudah betulbetul tua dan kering (Tarwojo, 1998). Proses pembuatan tepung
jagung melalui tahap-tahap penggilingan kasar hingga diperoleh
beras jagung, pemisahan kulit dan lembaga, penggilingan halus
dan
pengayakan
(Rukmana,
1997).
Tepung
jagung
pada
mempengaruhi
kualitas
mie
serta
bertanggungjawab
dan
kalium
karbonat
juga
dapat
meningkatkan
pembentukan
mie,
perebusan
dan
pendinginan.
Tahap
pencampuran
bertujuan
untuk
menghasilkan
di
antara
dua
roll
logam.
Faktor
yang
mempengaruhi proses ini adalah suhu dan jarak antara roll. Suhu
yang baik adalah sekitar 370C, jika kurang 370C maka adonan
akan menjadi kasar dan pecah-pecah, sehingga mie mudah
patah. Hasil akhir yang diharapkan adalah lembaran adonan
yang halus dengan arah jalur serat yang searah, sehingga
dihasilkan mie yang elastis, kenyal, dan halus (Badrudin, 1994).
pemberian
minyak
goreng.
citarasa,
serta
agar
mie
tampak
(Mugiarti, 2000).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Baskom
b. Beaker glass
c. Sendok
d. Gilingan mie
e. Kompor
f. Panci
g. Timbangan
3.1.2 Bahan
a. Terigu
b. Tepung jagung
c. STTP
mengkilap
d. Garam Q
e. Aquadest
f. Telur
Telur
STTP (1(gram)
g), garam Q (2 g)
Terigu : tepung jagung P1 (200:0), P2 (150:50), P3 (100:100)
Pengocokan
Penimbangan
Pencampuran
Penimbangan
Pencampuran
Minyak
Berat Mie
Berat
Patah (g)
50,087
28,412
30,065
Keseluruhan (g)
300
300
330
T : terigu
J : tepung jagung
3.1.2 Cooking loss
Perlakuan(T:J)
X (g)
Y (g)
(g)
P1 (200 : 0)
193,95
179,23
P2 (150 : 50)
8
184,94
2
168,64
P3 (100 : 100)
1
190,22
2
171,29
Keterangan :
X
413
++
Rasa
961 375
++ +++
++
++
++
++
+
++
+
+++
+
413
++
Aroma
961 375
+++ ++
+++
+++
+++
+++
+
+++
+
++
413
++
Warna
961 375
+++ ++
+++
+
+++
+++
++
+
+++
+++
+
Fitria
Yanti
++
++
++
++
+
+++
+
++
+++
+++
+++
+++
+
++
+++
+++
++
+++
Shelvy
++
+
++
+
+++
+++
++
+
++
+
+++
+++
+
++
+
+
+++
+++
+++
+
++
++
+
+
+
++
+
+
++
+++
++
+
+
++
+
+
+
++
++
+
+++
+++
+++
++
++
Rissa
++
Ambar
++
Hera
++
Dwi
+
Keterangan:
413
=P1 (200 T : 0 J)
961
375
=P2 (150 T : 50 J)
Awalan Mentah
(g)
P1 (200 : 0)
P2 (150 : 50)
P3 (100 : 100)
(%)
16,696
9,471
9,111
K= y x
Cooking loss
(g)
14,726
16,299
18,935
(%)
147,26
162,99
189,35
413
++
Rizki K
++
Rasa
961 375
++ +++
++
++
+
+++
Aroma
413 961 375
++ +++ ++
Warna
413 961 375
++ +++ ++
+++
+++
+++
+++
+
+++
+
+++
Rizki N
++
++
Fitria
Yanti
Shelvy
Rissa
Ambar
Hera
Dwi
Jumlah
Rata2
+++
++
++
+
++
++
+
+++
+
+
++
+++
+++
+++
+++
++
+
++
+
+++
+++
++
+
++
++
++
++
+
19
1,9
+
++
+
+
22
2,2
+++
+++
+++
+
25
2,5
++
++
+
+
21
2,1
+++
+
++
+
+
23
2,3
++
++
+++
++
+
25
2,5
++
+++
+++
+
++
+++
+++
+
++
+++
+
+++
+++
+
++
+
+
16
1,6
+
++
++
+
+++
32
3,2
+++
+++
++
++
27
2,7
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Dalam praktikum pembuatan mie, bahan yang diperlukan
adalah telur, terigu, tepung jagung, STTP, garam Q, dan air atau
aquades. Pertama dilakukan pada bahan terigu, tepung jagung,
STPP, dan garam Q adalah penimbangan. Pada pembuatan mie
dilakuakan penggunaan tepung jagung untuk mmengetahui
pengaruh penambahan tepung jagung erhadap kualitas mie yang
dighasilkan. Adapun formulasi terigu : tepung jagung (gram)
adalah 200:0 untuk formulasi 1 (P1), 150:50 untuk formulasi 2
(P2), dan 100:100 untuk formulasi 3 (P3), jadi pada setiap
formulasi atau perlakuan jumlah tepung yang digunkan adalah
200 gram. Penimbangan pada STPPyaitu sebanyak 1 gram dan
garam Q sebanyak 2 gram kemudian kedua bahan tersebut
dilarutkan ke dalam 60 ml Aquadest. Setelah penimbangan
bahan (terigu, tepung jagung, STPP, dan garam Q) kemudian
dilakukan pengocokan telur.
Setelah penimbangan kemudian dilakukan pencampuran
semua bahansedangkan STPP dan garam Q dilakukan pelarutan
terlebih dahulu sebelum dicampurkan ke dalam bahan lainnya.
Hal ini berfungsi untuk meratakan penyebarannya. Dalam
penambahan larutan STPP dan garam Q ke dalam terigu dan
tepung jagung dilakukan sedikit demi sedikit supaya lebih mudah
dan bahan dapat tercampur secara keseluruhan. Pencampuran
dilakukan bertujuan supaya terbentuk adonan yang kalis dan
lebih mudah untuk dicetak atau digiling. Apabila adonan telah
kalis kemudian dilakukan penggilingan yang bertujuan supaya
adonan tersebut menjadi lembaran-lembaran yang kemudian
dapat digiling lagi hingga menjadi untaian mie. Dalam proses
penggilingan ini dilakukan penambahan terigu dengan cara
penaburan supaya adonan satu dengan lainnya tidak lengket.
dengan
mie
yang
panjang
utuh
untuk
parameter
awalan
mentah
dilakukan
dengan
cara
selanjutnya
untukmematangkan
adalah
mie
perebusan
dan
juga
mie
yang
supaya
bertujuan
terjadi
proses
goreng
supaya
mie
tidak
lengket
satu
dengan
18
16
14
12
10
Nilai awalan mentah (%) 8
6
4
2
0
P1 (200 : 0)
sedangkan
semakin
banyak
tepung
jagung
yang
ditambahkan
menyebabkan
nilai
awalan
mentah
semakin
rendah.
Awalan mentah diukur berdasarakan jumlah mie yang
patah saat proses penggilingan. Dimana hal ini berkaitan dengan
tingkat elastisitas mie. Semakin tinggi nilai awalan mentah, maka
mie semakin tidak elastis atau mudah patah. Dari data yang
diperoleh,
diketahui
bahwa
nilai
awalan
mentah
tertinggi
cukup
tinggi
yang
ditandai
dengan
sedikitnya
jumlah
rendahnya
nilai
awalan
mentah
pada
mie,
yang
tinggi
berhubungan
dengan
meningkatnya
diulur).
Apabila
dalam
pembuatan
mie
terdapat
awalan mentah
lemak
pada
tepung
jagung
menyebabkan
granula
pati
untuk
menggelembung
pada
200
180
160
140
120
Nilai Cooking loos (%)
100
80
60
40
20
0
P1 (200 : 0)
(Bhattacharya
berdasarkan
berat
et
al.,
kering
1999).
mie
Cooking
mentah
loss
dihitung
yaitu
dengan
menurun
sehingga
kemampuan
untuk
membentuk
berkurang.
Penurunan
kadar
protein
diduga
terigu
100%.
Dalam
hal
ini,
tidak
dilakukan
masih
tetap
bekerja
dengan
maksimal.
Tingginya
organoleptik
tingkat
kesukaan
dilakukan
panelis
bertujuan
pada
produk
untuk
yang
3.5
3
2.5
2
P1 (200 T : 0 J)
P2 (150 T : 50 J)
P3 (100 T : 100 J)
praktikum
pembuatan
mie,
untuk
pengujian
tepung
jagung
yang
paling
sedikit.
Dengan
terigu
100%.
Sebenarnya
pembuatan
mie
kepada
panelis
juga
dipengaruhi
oleh
lamanya
kesukaan
tertinggi
terdapat
pada
perlakuan
BAB 6. PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
disimpulkan bahwa:
a. Dalam melakukan
yang
pembuatan
telah
mie
dilakukan
dengan
dapat
substitusi
panelis
lebih
menyukai
mie
basah
dengan
Saran
Dalam melakukan praktikum diharapkan
persiapan dan
DAFTAR PUSTAKA
Akashi, Tajashi, dan S Endo. 1999. Evaluation Of Strach
Properties Of Wheat Used fr Chinese Yellealkaline Noodes in
Japan. Cereal Chemistry. 76 (1). 50-55
Alam. 2010. Analisis Pembuatan Mie Basah. Skripsi, Universitas
Gajag Mada
Astawan, M. 1999. Membuat Mie dan Bihun, PT. Peneber
Swadaya, Jakarta.
Badrudin. 1994. Modifikasi Tepung Ubi Kayu sebagai Bahan
Pembuat Mie Kering. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB.
Chang dan Wu. 2008. Glass Trantition and enthalphy Reaxation
Of Cross-Linked Corn Starches. Carbohydrate Polymers. Vol
55.9-15
Koswara, sutrisno. 2000. Teknologi Pengolahan Jagung (Teori dan
Praktek). eBookPangan.com
Matz. 1972. Bakery Technology and Engineering. New York: The
Avi Publishing Company, Inc
Meyer. 1973. Food Chemistry. New Delhi, India: Affiliated East
West Press
Mugiarti. 2000. Pengaruh Penambahan Tepung Kedelai Terhadap
Sifat Fisikokimia dan Daya Terima Mie Basah. Skripsi. Bogor.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Olku & Rha. 1978. Amylose Content and Chemical Modification
Effects on The Exttruction of Thermoplastic Strach from
Maize. Carbo-hydrate Polimers 74:907-913.
Pomeranz, Y dan Meloan, C.E. 1971. Food Analysis: theory and
Practice. The AVI Publishing Co., Inc., Westport, Connecticut
Ratnawati. Teknologi Produksi dan Analisis Kualitas Mi. Bogor :
Fateta IPB.
Royaningsih. 1987. Pembuatan Mie basah (Boilled Noodle),
Didalam Proceding Penelitian Pasca Panen Pertanian, Bogor.
Fakultas