TEKNIK FERMENTASI
PEMILIHAN MEDIA KULTUR STARTER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Teknik
Fermentasi yang diampu oleh Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, MS
Disusun Oleh :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2. Bagaimana peran bakteri asam laktat (BAL) dalam fermentasi dan syarat
3. Mengapa bakteri asam laktat (BAL) berperan pada proses pembuatan produk
rusip?
1. Untuk mengetahui kriteria kultur starter yang baik dan cara pengawetannya
2. Untuk mengetahui peran bakteri asam laktat (BAL) dalam fermentasi dan
3. Untuk mengetahui peran baktei asam laktat (BAL) pada proses pembuatan
produk rusip
5. Untuk mengetahui proses yang dilakukan pada saat pemilihan kultur starter
2
BAB II PEMBAHASAN
3
2.2 Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat ditemukan secara dominan dalam fermentasi spontan
dan memegang peranan penting dalam produk fermentasi. Kemampuannya
memproduksi asam laktat menyebabkan turunnya pH, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak. Bakteri asam laktat
berperan dalam menghasilkan beberapa produk makanan. Asam laktat yang
terbentuk selama proses fermentasi memiliki beberapa keuntungan fisiologis,
seperti meningkatkan penggunaan kalsium, fospor, dan zat besi, merangsang
sekresi cairan lambung, serta sebagai sumber energi dalam proses respirasi.
Disamping itu, asam laktat dalam bentuk terdisosiasi mempunyai efek
bakteriostatik (kadang-kadang bakterisidal) terhadap mikroba pembentuk spora
dan koliform (Sunanto, 2010).
Peranan bakteri asam laktat pada produk fermentasi ikan telah banyak
dilaporkan. Bakteri asam laktat dari rusip telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi
sebagai Lactobacillus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, dan
Enterococcus. BAL asal rusip tersebut mampu menghasilkan bakteriosin.
Bakteriosin ini merupakan peptida atau senyawa protein yang memiliki aktivitas
antimikrobia (Kusmarwati et al., 2011).
Produk bakteri asam laktat selain asam laktat ataupun asam asetat adalah
bakteriosin, telah lama ditemukan dalam dunia mikrobiologi. Bakteriosin
merupakan protein atau peptida yang memiliki aktivitas antimikrobia yang
disintesis oleh ribosom dan mengalami modifikasi pasca translasi (post-
translational modification). Bakteriosin yang telah banyak dipelajari saat ini tidak
hanya dihasilkan oleh bakteri gram negatif namun juga bakteri gram positif
terutama bakteri asam laktat. Bakteriosin memiliki sifat bakterisidal terutama
terhadap bakteri lain yang memiliki hubungan kekerabatan dekat dan dapat
didegradasi oleh enzim protease sehingga aman digunakan sebagai pengawet
pangan (Harmayani et al., 2009).
Menurut Neubeck (1970) dalam Sian (1992), terdapat syarat umum yang
dapat diterapkan dalam pemilihan galur mikroba yaitu :
1. Mikroba tersebut mudah tumbuh
2. Tidak terdapat faktor yang tidak diinginkan dalam mikroba tersebut seperti
patogenesis
3. Enzim yang dikehendaki terdapat dalam jumlah jauh lebih banyak
dibandingkan produk lainnya
4
4. Mikroba tersebut stabil (tidak mudah mutas, produksi tinggi serta
konsisten)
5. Enzim mudah dipisahkan dari massa sel mikroba
5
dan/atau membunuh bakteri patogen. Mekanisme lain yang menyebabkan
probiotik mampu melawan mikroba patogen adalah antagonis kompetitif melalui
kompetisi adesi pada sel epitel, penggunaan nutrisi dan meningkatkan sistem imun
tubuh inang. Jenis probiotik ini baik digunakan sbagai obat maupun food
supplement dapat berada dalam bentuk biomassa bakteri yang dijebak dalam
matrik tertentu atau dalam bentuk sediaan susu fermentasi yang dikenal sebagai
yogurt ( Nelintong et al., 2015)
6
kembali kedalam 95 mL media TGE cair dan kembali diinkubasi selama 24 jam.
Seratus mililiter kultur BAL yang berisi107 cfu/mL siap digunakan sebagai starter.
Adapun prosedur pembuatan rusip adalah sebagai berikut : ikan teri
(Stolephorus sp.) dicuci bersih, ditiriskan dan ditimbang lalu dilumuri garam 10,
15,dan 20% dan gula aren 10% dari berat ikan. Selanjutnya ikan ditambah air steril
(sebagai kontrol/tanpa starter) atau kultur starter P. acidilactici F-11; setiap 5 mL
kultur starter atau 5 mL air steril digunakan untuk menginokulasi 100 gram ikan
yang akan difermentasikan. Setelah diaduk secara merata kemudian ikan
sebanyak 150 g dimasukkan ke dalam wadah (botol gelas) bersih volume 300 mL,
ditutup rapat dengan kain dan diikat. Selanjutnya dilakukan pemeraman pada suhu
ruang (30 2C) selama 12 hari (Kusmarwati et al., 2011).
Sampling dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada hari ke-0, 3, 6, 9, dan 12.
Terhadap produk rusip dilakukan analisis mikrobiologi, kimia, dan sensori. Analisis
mikrobiologi meliputi Angka Lempeng Total (ALT), total bakteri asam laktat, dan
total coliform. Analisis kimia meliputi pH, total asam, TVB, kadar air, dan kadar
garam, sedangkan analisis sensori meliputi kenampakan, bau, rasa, dan tekstur
menggunakan metode skoring dengan skor 15 dengan skor 5 untuk mutu terbaik
dan skor 1 untuk mutu terendah. Analisis sensori secara hedonik dengan skor 1
7 (skor 1: sangat tidak suka dan skor 7: sangat suka) untuk penerimaan secara
umum (Kusmarwati et al., 2011).
Penambahan Pediococcus acidilactici F-11 sebagai kultur starter menurut
Kusmarwati et al. (2011), untuk memperbaiki kualitas rusip memberikan nilai
sensori terbaik, terutama rasa dan tekstur pada penggaraman 15% dengan waktu
fermentasi 9 hari. Rusip yang dihasilkan mempunyai kandungan ALT produk
sebesar 9,63 log; total BAL sebesar 7,47 log; total coliform 1 log lebih rendah
daripada rusip tanpa starter yaitu dengan nilai 3,34 log; pH 5,83; total asam 1,2%;
dan TVB 74 mgN/100 g.
P. acidilactici F-11 sebagai starter ataupun agensia menurut Rinto (2010),
untuk mengontrol keberadaan mikroflora/mikroorganisme (bakteri) selama
berlangsungnya proses fermentasi, khususnya bakteri yang merugikan, yaitu
pembusuk (aerob), coliform dan bakteri pembentuk histamin sehingga kualitas
ikan peda dapat ditingkatkan.
Berikut adalah diagram alir fermentasi rusip menurut Kusmawarti et al.
(2011) :
7
2.4 Persiapan Kultur
Kultur starter yang baik adalah kultur yang diisolasi langsung dari produk
fermentasi melalui proses alami. Dengan demikian, pemilihan kultur starter yang
digunakan dalam proses fermentasi sangat menentukan mutu produk akhirnya.
Pemilihan kultur starter dilakukan dengan melakukan percobaan produksi urutan
dengan menggunakan kedua strain BAL yang telah disiapkan, baik sebagai
kultur tunggal maupun kultur ganda. Kultur starter yang menghasilkan
karakteristik urutan yang baik dipilih untuk digunakan pada percobaan ( Antara et
al.,2015)
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
organik, komponen karbonil dan hasil hidrolisis sebagian protein dan lemak);
3. Isolasi galur bertujuan untuk menghasilkan enzim dalam jumlah dan aktivitas
meliputi suhu, pH, kondisi aerasi (transfer O2), komposisi medium (surfaktan dan
unsur kelumit), laju pertumbuhan mikroba, induksi, represi umpan balik, serta
represi katabolik
4. Kultur starter yang baik adalah kultur yang diisolasi langsung dari produk
akhirnya.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk makah ini adalah jenis kultur starter yang
dibahas sebaiknya lebih dari 1 agar dapat dibandingkan sebagai bahan
pembelajaran. Selain itu, produk yang diamati juga sebaiknya ditambah lagi
variasinya untuk memberikan hasil yang beragam sebagai bahan perbandingan.
9
DAFTAR PUSTAKA
De Angelis, M., L. Bini, V. Pallini, P.S. Conconseli dan M. Gobbeti. 2001. The Acid-
Stress Response in Lactobacillus San Fransciscessis CB1. Microbiology.
147 : 1863-1873.
Desmond, C., C. Stanton, G.F. Fitzgerald, K. Collins dan R. Ross. 2002.
Environmental Adaptation of Probiotic Lactobacilli Towards Improvement of
Performance During Spray Drying. Int. Dairy J. 12 : 183-190.
Fonseca, F., C. Beal, F. Mihoub, M. Marin dan G.Corrieu. 2003. Improvement of
Cryopreservation of Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus CFL1 with
Additives Displaying Different Protective Effects. Int. J. Food Microbiol., 87:1-
8.
Guerzoni, M.E., R. Lanciotti and P.S. Cocconcelli. 2001. Alteration in Cellular Fatty
Acid Composition as a Response to Salt, Acid, Oxidative and Thermal
Stresses in Lactobacillus helveticus. Microbiology. 147 : 2255-2264.
Harmayani, E., E.S.Rahayu, T.F.Djaafar, C.A.Sari, dan T.Marwati. 2009.
Pemanfaatan Kultur Pediococcus Acidilactici F-11 Penghasil Bakteriosin
Sebagai Penggumpal pada Pembuatan Tahu. J.Pascapanen. 6 (1) : 10-20.
Kusmarwati, A., E.S.Heruwati, T.Utami, dan S.Rahayu. 2011. Pengaruh
Penambahan Pediococcus Acidilactici F-11 Sebagai Kultur Starter Terhadap
Kualitas Rusip Teri (Stolephorus Sp.). Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan. 6 (1) : 13-26.
Manin Fahmida. 2010. Potensi Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus
fermentum dari Saluran Pencernaan Ayam Buras Asal Lahan Gambut
sebagai Sumber Probiotik . Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari.Vol.
XIII. No. 5
Maus, J.E., and S.C. Ingham. 2003. Employment Of Stressful Conditions During
Culture Production to Enhance Subsequent Cold and Acid Tolerance of
Bifidobacteria. J. Appl. Microbiol. 95 : 146-154.
10
Nelintong, N., Isnaeni, dan N.E.Nasution. 2015. Aktivitas Antibakteri Susu
Probiotik Lactobacilli Terhadap Bakteri Penyebab Diare (Escherichia coli,
Salmonella typhimurium, Vibrio cholerae). Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, Vol.2 No.1,
Ray, B. 2004. Fundamental Food Microbiology. 3rd Ed. CRC Press. New York.
Rinto. 2010. Perubahan Kandungan Mikroflora Akibat Penambahan Starter
Pediococcus Acidilactici F-11 dan Garam selama Fermentasi Peda. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 13 (1) : 35-47.
Sian, Lie Wie. 1992. Mempelajari Aktivitas Protease Bacillus licheniformis Galur
Gibson Nctc 10341 Pada Fermentasi Terkontrol Menggunakan Limbah Cair
Tahu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Sunanto. 2010. Pembuatan Starter Kering Bakteri Asam Laktat dan Pengaruhnya
Terhadap Karakteristik Dadih Susu Sapi yang Dihasilkan. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
Tamime, A.Y., A. Skriver and L.E. Nilsson. 2006. Starter Culture. In: A.Y. Tamime
(Ed) Fermented Milks. Blackwell Science Ltd. Oxford.
Tamime, A.Y.and R.K. Robinson. 1989. Yoghurt Science and Technology.
Pergamon Press. Ltd. Oxford.
To, C.S.B., dan M.R. Etzel. 1997. Spray Drying, Freeze Drying or Freezing of
Three Different Lactic Acid Bacteria Species. J. Food Sci. 62 : 576-585.
Yeni., A. Meryandini, dan T.C .Sunart. 2016. Penggunaan Substrat Whey Tahu
Untuk Produksi Biomassa Oleh Pediococcus Pentosaceus E.1222. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian. 26 (3) : 284- 293
11