KULIAH LAPANG II
DI SUSUN OLEH:
FAKULTAS AGROINDUSTRI
2019
1. PENDAHULUAN
A . Alasan Pengolahan
Mie merupakan salah satu jenis makanan yang sangat populer di Asia,
khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mie dibuat
pertama kali di daratan cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada pemerintaha dinasti
Han. Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke jepang, korea, Taiwan, dan
negara-negara di Asia Tenggara termasuk indonesia.
Mie instan umumnya dikenal sebagai ramen. Mie ini dibuat dengan
beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap tersebut adalah
pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Kadar air mie instan umumnya
mencapai 5-8 % sehingga memiliki daya simpan yang lama. Berdasarkan proses
pengeringan, mie dibedakan menjadi dua yaitu mie instan dan mie kering.
Pengeringan mie instan dengan menggunakan minyak goreng sebagai median
pengerigan (instant atau fried noodle). Sedangkan mie kering pengeringanya
dengan menggunakan udara panas (dried noodle). Mie instan mampu menyerap
hingga 20% selama penggorengan. Sehingga mie instant memiliki kenggulan rasa
banding mie jenis lain.
Namun demikian, mie instant disyaratkan agar pada saat perebusan tidak
ada minyak yang terlepas ke dalam air dan hasilnya mie harus cukup kompak dan
permukaanya tidak lengket (Astawan, 1999). Bahan penting yang digunakan
dalam proses pembuatan mie instan adalah tepung terigu, garam, (1,5-2,0% dari
berat tepung terigu) dan air alkali. Garam biasanya merupakan campuran yang
seimbang dari sodium karbonat dan potasium karbonat sering digunakan. Garam
berperan dalam memeri rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibelitas
dan elastisitas serta mengikat air.
B .Bahan Baku
Tepung Terigu Bahan baku merupakan satu faktor penting yang harus ada
dalam suatu proses produksi. Hal ini erat kaitannya dengan penyediaan bahan
mentah serta pemetaan atau proyeksi ketersediaan bahan mentah yang dimiliki
oleh suatu perusahaan. Bahan baku utama untuk pembuatan mi instan Pt.
Indofood sukses makmur, tbk adalah tepung terigu.
Bahan baku tepung terigu yang digunakan oleh Pt. Indofood sukses
makmur, tbk diperoleh dari perusahaan yang masih satu grup yaitu PT Bogasari
Flours Mills yang didatangkan dari Jakarta dan Surabaya.
PT. Indofood sukses makmur, tbk menggunakan tiga jenis tepung terigu
sebagai bahan baku utama, yaitu strong flour (tepung keras cap Cakra Kembar),
medium flour (tepung setengah keras cap Segitiga Biru) dan soft flour (tepung
lunak cap Segitiga Hijau). Ketiga jenis tepung tersebut bukan dianggap sebagai
kelas-kelas mutu tepung, tetapi mempunyai klasifikasi khusus sehingga akan
disesuaikan untuk tujuan penggunaan berbeda. Ketiga jenis tepung tersebut sudah
mengandung gluten sehingga mempunyai kadar protein tertentu. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan penanganan dalam proses pembuatan mi instan.
C . Cara Pengolahan
D . Produk
Tepung Terigu
(pengayakan)
Larutan Alkali + Air Mixing (12 – 15 menit)
BUKAN CCP
Roll Slitting
CCP
Steaming (90ºC-100º C)
Mi Kemasan plastik
Cartoning
Mi Instan
C . Pengawasan Mutu
Keterangan :
1)
= berlaku untuk keping mi
2)
= berlaku untuk keping mi dan bumbunya
IV. TATA LETAK RUANG PRODUKSI
A . Tata Letak
Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata
letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout) dapat
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi. Dalam tata letak pabrik ada dua hal
yang diatur letaknya yaitu pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan
departemen yang ada dari pabrik (department layout). Pada umumnya tata
letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan
dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup ataupun
kesuksesan kerja suatu industri. Layout proses adalah penyusunan layout
dimana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan
dalam bagian yang sama. Pengoperasian pabrik secara efisien dapat menekan
biaya produksi dan operasi secara keseluruhan tanpa mengabaikan kualitas
produk yang dihasilkan. layout yang baik mengakibatkan setiap aktivitas
terencana dan memiliki interelasi antara satu dengan yang lainnya.
Pada gambar diatas PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle
Cirebon memiliki urutan proses pengerjaan yang sama dan tetap. Dalam tata
letak produk ini pusat-pusat kegiatan, mesin-mesin dan peralatan disusun
membentuk suatu lini pengerjaan yang berbentuk garis lurus
B . Pembahasan
a. Penuangan dalam Screw Conveyor/ Pengayakan
b. Mixing
Proses mixing yaitu proses pencampuran dan pengadukan bahan dasar
(tepung terigu) dan bahan penunjang seperti tepung tapioka, air alkali, untuk
memperoleh adonan yang homogen dan cukup kadar airnya. Prinsip dari proses
ini yaitu penguraian senyawa protein yang terkandung dalam tepung terigu
yang berlangsung secara enzimatis dan air sebagai medium pembantu. Pada
setiap line proses produksi terdiri dari dua mesin mixer agar proses produksi
dapat berjalan secara kontinyu.
Air alkali adalah larutan yang dibuat dari air murni yang telah
mengalami pendinginan (chilling water) yang ditambah dengan sejumlah
garam dan ingredient lain termasuk zat pewarna (tartrazine). Air alkali dibuat
dalam tangki pencampur alkali yang di dalamnya terdapat alat pengaduk agar
larutan yang didapat bersifat homogen. dalam larutan alkali membutuhkan air
sebanyak 1720 liter, sehinga akan diperoleh larutan alkali yang dapat
digunakan untuk 20 batch. Pembuatan larutan alkali ini memerlukan
pengadukan selama 40 menit. Larutan alkali ini akan memberikan rasa dan
aroma, warna kuning dan kekukuhan serta keelastisan tekstur mi. Selain itu,
larutan alkali juga dapat memodifikasi lembaran dan karateristik pemasakan.
Pada waktu proses mixing berlangsung hal-hal yang harus diperhatikan
adalah homogenitas adonan, dan kadar air adonan agar adonan yang terbentuk
sesuai dengan standar yang ada. Karena homogenitas adonan sangat
mempengaruhi kualitas dari adonan pada proses selanjutnya. Homogenitas
adonan yaitu terbentuk adonan yang kalis / seluruh tepung dapat tercampur
semua dengan air alkali sehingga dihasilkan adonan tidak perau, patah dan
lembek tapi cukup dengan kadar air yaitu 31-35%. Waktu mixing dibagi
menjadi 2, yaitu mixing pertaman dengan kecepatan mesin yang lebih tingggi
atau lebih cepat dibandingkan mixing pada waktu ke 2. Waktu mixing pertama
lebih lama dibandingkan dengan waktu mixing ke dua, yaitu 8-9 menit dan
waktu kedua yaitu 6-5 menit. Total waktu proses mixing sampai terbentuk
adonan yang kalis antara 12 - 15 menit. Jika sudah sesuai dengan standar maka
adonan bisa masuk ke proses selanjutnya, jika tidak standar misal adonan
terlalu pero, maka bisa di tambahkan air/larutan alkali dan jika adonan terlalu
lembek maka bisa ditambahkan tepung dengan menambah waktu mixing
sehingga didapat adonan yang homogen.
Tahap pencampuran bertujuan agar hidrasi tepung dengan air
berlangsung secara merata dan menarik serat-serat gluten. Pada waktu proses
mixing berlangsung hal-hal yang harus diperhatikan adalah homogenitas
adonan, dan kadar air adonan agar adonan yang terbentuk sesuai dengan
standar yang ada. Karena homogenitas adonan sangat mempengaruhi kualitas
dari adonan pada proses selanjutnya. Homogenitas adonan yaitu terbentuk
adonan yang kalis / seluruh tepung dapat tercampur semua dengan air alkali
sehingga dihasilkan adonan yang tidak perau, patah dan lembek dengan kadar
air yaitu 31-35%.
d. Steaming
Steaming merupakan proses pengukusan untaian mi yang keluar dari
slittersecara kontinyu dengan menggunakan steam (uap air panas). Tujuan dari
proses ini adalah untuk memasak mi mentah menjadi mi masak dengan sifat
fisik tetap. Setelah pembentukan mi dilakukan proses pengukusan. Pada proses
ini terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya
dehidrasi air dari gluten akan menyebabkan timbulnya kekenyalan mi. Hal ini
disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks
pati dan gluten lebih rapat. Pada waktu sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak
dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi keras dan kuat.
Alat yang digunakan untuk proses steaming adalah steamer. Suhu dry
steamer dikondisikan pada suhu 90-100ºC dengan tekanan in 0,2 kg/cm3dan
out 0,3 kg/cm3selama 70-73 detik. Uap air panas yang berada pada steamer
berasal dari steam boiler yang dilewatkan / dihembuskan melalui pipa steam.
Steam box yang digunakan adalah
Tekanan dan suhu yang digunakan pada proses ini harus selalu
dilakukan pengecekan setiap saat agar mi yang dihasilkan tidak menggumpal.
Menggumpal atau tidaknya sangat ditentukan oleh suhu dan tekanan yang
digunakan, jika kedua faktor tersebut sesuai standar maka akan terjadi proses
gelatinisasi yang sempurna. Tekanan dapat diatur dengan cara membuka palve
sedikit demi sedikit sampai tekanan sesuai standar, dan jika tekanan terlalu
tinggi melebihi batas standar maka palve dapat ditutup dengan kata lain masih
bisa dilalui uap air panas. Hal ini harus dilakukan karena tekanan dari steam
boiler adalah 7 bar.
f. Frying
g. Cooling
Cooling adalah proses pendinginan mi setelah proses pengorengan
yang dilakukan dengan cara mengangkut mi ke dalam ruang atau lorong yang
dilengkapi dengan sejumlah kipas untuk menghembuskan sejumlah udara
segar. proses pendinginan mi dilakukan selama 165 detik, yang bertujuan untuk
mendinginkan mi panas hingga diperoleh suhu mendekati suhu kamar yaitu ±
30-32ºC sebelum dikemas dengan etiket. Proses ini, mikrobia tidak dapat
tumbuh karena terbentuk lapisan minyak pada permukaan mi instan.
Selanjutnya mie yang telah digoreng didinginkan dengan
menggunakan kipas angin dan mesin pendingin. Mesin ini bekerja dengan
meniupkan angin ke arah mie panas yang bergerak melalui ban berjalan. Proses
pendinginan ini akan menyebabkan pengerasan minyak yang terserap dan
menempel pada mie sehingga mie pun menjadi keras. Apabila proses
pendinginannya tidak sempurna, uap air yang tersisa akan mengembun dan
menempel pada permukaan mie sehingga memicu tumbuhnya jamur.
Pengendalian proses pendinginan dengan memperhatikan suhu dan waktu
pendinginan, pengendalian mie secara periodik setiap satu jam sekali, bentuk
mie instan simetris minimal bisa berdiri tiga sisi. Secara organoleptik,
kematangan mie, bentuk mie, warna mie, tidak ada cemaran fisik, kimia,
biologi. Selain itu juga dianalisa kadar air, kadar lemak. Standar suhu
pendinginan max 45°C , waktu 120-124 detik, kadar air max 3,5% dan kadar
lemak 15 – 19%. Jika dalam proses pendinginan ini memenuhi standar maka
masuk keproses pengemasan, jika tidak sesuai dengan standar suhu dinaikkan
atau di turunkan.
h. Packing
Packing atau pengemasan mi adalah pembungkus mi, saus, minyak
bumbu dan lain lain dengan menggunakan etiket sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Tujuan dari pengemasan adalah untuk melindungi dari
kemungkinan tercemar atau rusak misalnya berupa debu dan kotoran tangan,
kelembaban oksigen di udara dan sinar matahari atau sinar lainnya. Sehingga
mi tidak mengalami penurunan kualitas sampai ke tangan konsumen.
V . SANITASI
1. Sanitasi Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk proses produksi hampir semuanya terbuat
dari bahan stainless steel sehingga tidak mudah berkarat, mudah untuk
dibersihkan dan tahan terhadap garam. Pada industri pengolahan makanan
persyaratan teknis higienis peralatan/ mesin antara lain:
a) Permukaan yang berhubungan dengan makanan harus halus, tidak
berlubang/bercelah, tak mengelupas dan tak menyerap air.
b) Alat tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur logam
yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar dan lain-lainnya.
c) Alat tidak mempunyai sudut mati sehingga mudah dibersihkan.
Sumber : PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Noodle Division
Cabang Cirebon.
Sanitasi peralatan dilakukan setiap 1 kali/per shift baik sebelum dan
sesudah mesin digunakan. Selain itu, mesin yang tidak digunakan juga
dibersihkan untuk menghindari kontaminasi silang. Pembersihan total semua
peralatan/ mesin dilakukan setiap satu minggu sekali oleh karyawan bagian
produksi.
Mi yang jatuh selama proses baik itu pada waktu cutter, folding, maupun
pada saat frying secepat mungkin dibersihkan setelah proses produksi selesai.
Mi dari sisa proses produksi yang tidak sempurna dikategorikan menjadi dua
yaitu HP dan HH. HP (Hancur Patah) merupakan mi yang tidak terpotong
dengan baik / lipatan mi tidak sesuai dengan standar yang masih dalam
keadaan bersih. Sedangkan HH (Hancur Halus) yaitu serbuk / potongan mi
kecil-kecil yang sudah jatuh ke lantai. HH juga dibersihkan dan ditempatkan
dalam plastik yang kemudian digiling menjadi pakan ternak.
3. Sanitasi Bangunan
Sanitasi bangunan meliputi; sanitasi lantai, ventilasi. Sanitasi lantai
dan dinding dilakukan setiap setiap shift dengan cara membersihkan kotoran-
kotoran yang menempel pada dinding, membersihkan, mengepel lantai dan
dinding di semua area pabrik.
4. Sanitasi Tenaga Kerja
Sanitasi tenaga kerja dilakukan untuk mencegah kontaminasi terhadap
produk karena karyawan bersentuhan langsung dengan produk :
g) Apabila pekerja sakit flu, batuk, demam, luka dibagian tubuh harus diobati
sampai tuntas.
KESIMPULAN