Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

APLIKASI POSHINKI (Pertanian Order Sharing and


Kitchen)

MUHAMMAD DARRELL (0067468483)


FATHRIZK ATAN MOSTHAMIR (0058461838)

Fisika Terapan dan Rekayasa (FTR)

MAN 1
Pekanbaru
Pekanbaru, Riau
Tahun 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Kegiatan.............................................................................................1
1.4 Luaran Kegiatan.............................................................................................1
1.5 Manfaat Kegiatan...........................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pertanian di Provinsi Riau….........................................................................3
2.2 Perkembangan Pola Hidup Masyarakat.........................................................3
2.3 Poshinki..........................................................................................................4

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................5
3.2 Sumber Data, Bahan, dan Alat.......................................................................5
3.3 Metode Pemerolehan Data.............................................................................5
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data..........................................................6
REFERENSI.........................................................................................................7
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkebunan kelapa sawit telah menjadi sektor penting dalam ekonomi Indonesia sejak
awal abad ke-20. Awalnya, perkebunan kelapa sawit di Indonesia didirikan oleh
perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di wilayah Jawa dan Sumatra. Setelah
Indonesia merdeka, perkebunan kelapa sawit dikelola oleh pemerintah Indonesia dan juga
oleh perusahaan-perusahaan swasta.

Seiring dengan berjalannya waktu, perkebunan kelapa sawit semakin berkembang di


Indonesia. Pada tahun 1980-an, pemerintah Indonesia mendorong perluasan perkebunan
kelapa sawit sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ekspor dan devisa negara.
Dalam periode 1990-an hingga 2000-an, perkebunan kelapa sawit semakin berkembang
dan menjadi salah satu sektor utama dalam ekonomi Indonesia.

Pada tahun 2010-an, Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia,
mengalahkan Malaysia. Produksi kelapa sawit di Indonesia mencapai 42 juta ton pada
tahun 2019, atau sekitar 57% dari total produksi dunia. Perkebunan kelapa sawit juga
menjadi salah satu penyumbang utama dalam ekspor Indonesia, dengan kontribusi sekitar
15% dari total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2020.

Namun, perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga menimbulkan beberapa


masalah. Penebangan hutan untuk perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan kerusakan
lingkungan, termasuk kerusakan habitat satwa liar dan emisi gas rumah kaca. Selain itu,
kondisi kerja di perkebunan kelapa sawit juga menjadi perhatian, dengan laporan tentang
penggunaan tenaga kerja anak dan upah buruh yang rendah.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
masalah-masalah yang terkait dengan perkebunan kelapa sawit. Salah satunya adalah
dengan mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang perlindungan lingkungan dan hak-
hak pekerja di sektor perkebunan kelapa sawit. Pemerintah juga mendorong program
peremajaan kelapa sawit dan pengembangan bibit kelapa sawit yang lebih baik untuk
meningkatkan produktivitas dan menjaga keberlangsungan lingkungan.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mencapai 14,99 juta hektare di tahun 2022. Jumlah itu meningkat 2,49% dibandingkan
tahun sebelumnya yang seluas 14,62 juta ha. Melihat kejadian di lapangan, luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir.
Luas perkebunan kelapa sawit pun mencapai angka tertingginya pada tahun lalu. Mayoritas
perkebunan kelapa sawit dalam negeri dikelola oleh negara dan swasta dengan luasan
mencapai 8,83 juta ha. Perkebunan sawit seluas 6,16 juta ha dikelola oleh rakyat. Riau
mempunyai perkebunan sawit terluas di Indonesia di tahun 2022 sebesar 2,86 juta ha.
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah memiliki luas perkebunan kelapa sawit sebesar
2,01 juta ha dan 1,83 juta ha. Maluku Utara mempunyai luas perkebunan kelapa sawit
paling kecil yaitu 5.600 ha.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah limbah batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan gula
merah kelapa sawit?
2. Apakah usaha pengolahan gula kelapa sawit menguntungkan?
4
3. Apakah produksi gula kelapa sawit berpotensi untuk keswasembadaan gula nasional?

1.3 Tujuan Kegiatan


Kajian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui teknologi pengolahan limbah sawit menjadi gula merah kelapa sawit.
2. Menganalisis penerimaan usaha pengolahan gula kelapa sawit.
3. Menganalisis potensi produksi gula sawit untuk swasembada guna.
1.4 Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari usaha ini berupa dapat dihasilkannya pendapatan tambahan
bagi petani dan menciptakan lapangan kerja baru di masa mendatang.
1.5 Manfaat Kegiatan
Manfaat Kajian ini bagi:
1. Pemerintah - Produk SUPAOIL dapat menjadi produk substitusi untuk gula pasir dan
sekaligus mengurangi ketergantungan impor gula gula pasir serta mengatasi kehilangan
pendapatan pekebun kelapa sawit yang melaksanakan replanting.
2. Masyarakat Pekebun Kelapa Sawit - Program ini diharapkan dapat membuka ruang
untuk lapangan kerja baru bagi petani yang kebunnya pada masa peremajaan dan dapat
menjadi industri kreatif bagi petani.
3. Penulis – memperluas pengetahuan tentang industri kelapa sawit dan pengaplikasiannya
ke masyarakat
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika
Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil
dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah
asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga
sumber devisa negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa
sawit (Fauzi et al., 2008).
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki Indonesia di komoditas kelapa sawit
menjadikan Indonesia sanggup untuk mengekspor minyak kelapa sawit ke beragam
belahan dunia. Uni Eropa merupakan salah satu pasar tujuan ekspor utama komoditas
minyak kelapa sawit dengan share 16,35 persen dari keseluruhan ekspor kelapa sawit
Indonesia ke dunia (UN Comtrade, 2018).
Pada tahun 2017, kurang lebih empat juta ton minyak kelapa sawit di Eropa digunakan
untuk pembuatan biodiesel. Selain itu, minyak kelapa sawit diolah menjadi berbagai
komoditas turunan dengan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti produk pangan, farmasi,
kosmetik, dan lain sebagainya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mencapai 14,99 juta hektare di tahun 2022. Jumlah itu meningkat 2,49% dibandingkan
tahun sebelumnya yang seluas 14,62 juta ha. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Luas perkebunan kelapa sawit pun
mencapai angka tertingginya pada tahun lalu. Mayoritas perkebunan kelapa sawit dalam
negeri dikelola oleh negara dan swasta dengan luasan mencapai 8,83 juta ha. Perkebunan
sawit seluas 6,16 juta ha dikelola oleh rakyat. Riau mempunyai perkebunan sawit terluas di
Indonesia di tahun 2022 sebesar 2,86 juta ha. Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah
memiliki luas perkebunan kelapa sawit sebesar 2,01 juta ha dan 1,83 juta ha. Maluku Utara
mempunyai luas perkebunan kelapa sawit paling kecil yaitu 5.600 ha.(Badan Pusat
Statistik, 2022)

2.2 Peremajaan Kelapa Sawit


Peremajaan (replanting) adalah pembukaan lahan untuk penanaman kembali yang
sebelumnya telah ditanami kelapa sawit. Syarat-syarat replanting yaitu produksi dibawah
15 ton/Ha, tinggi tanaman diatas 20 m, SPH dibawah 90, perbaikan topografi (terlalu
curam akan dibuat teras kontur), perbaikan agronomy (tanah terlalu masam, kandungan
besi terlalu berat, defesiensi unsur hara parah), dan lain-lain. (Nasution, 2017).
Peremajaan underplanting lebih menguntungkan secara fiansial dibandingkan model
peremajaan intercropping (tanaman sela). Peremajaan model underplanting dinilai lebih
berdaya guna. Model ini menebang tanaman tua dengan tahapan atau tidak langsung
menyeluruh sehingga memungkinkan pekebun tidak kehilangan pendapatan selama
tanaman yang di remajakan belum menghasilkan karen masih tersedia pendapatan dari
tanaman tua yang disisakan.(Susanti et al, 2014). Kedua model peremajaan kelapa sawit
diatas tidak sepenuhnya dapat menstabilkan pendapatan petani kelapa sawit, waktu yang
tidak maksimal membuat petani tidak produktif dalam melakukan pekerjaan.
Pola pikir petani pada dasarnya menganggap bahwa peremajaan merupakan hal yang
sulit dilakukan dan membutuhkan modal yang besar untuk pembiayaannya. Kegiatan
6
peremajaan membuat sumber pendapatan petani akan terputus dan sebagian petani tidak
mendapat sumber pendapatan lain. Dalam hal ini keberhasilan peremajaan dinilai sangat
penting bagi keberlangsungan hidup petani, serta petani diharapkan mampu membuat
keputusasn untuk melakukan peremajaan tepat pada waktunya guna memperbaiki
kembali produktivitas tanaman kelapa sawit (Heryanto, 2018).

2.3. SUPOIL
Sugar palm oil (SUPOIL) adalah minyak nabati yang diperoleh dari buah pohon aren
(Arenga pinnata). Buah aren berasal dari Asia Tenggara dan merupakan sumber daya alam
yang penting di banyak negara di kawasan ini. Minyak kelapa sawit memiliki khasiat yang
hampir sama dengan minyak kelapa sawit namun memiliki beberapa manfaat yang
menarik.
SUPOIL memiliki lemak jenuh yang lebih sedikit dibandingkan minyak kelapa sawit
sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. SPO juga lebih tinggi pada lemak tak jenuh tunggal
dan tak jenuh ganda, sehingga dapat membantu meningkatkan kolesterol baik dalam darah.
Selain itu, SPO juga mengandung vitamin E dan antioksidan yang baik untuk kesehatan
kulit dan mengurangi risiko kanker.
SUPOIL juga memiliki berbagai macam khasiat sebagai bahan baku industri pangan
dan non pangan. Dalam industri makanan, SUPOIL digunakan sebagai pengganti minyak
sawit atau minyak goreng lainnya. SUPOIL juga dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan coklat, kue, roti dan makanan ringan lainnya. SUPOIL sangat ideal untuk
digunakan pada makanan organik dan alami karena tidak mengandung bahan kimia dan
pestisida. Selain digunakan dalam industri pangan, SUPOIL juga memiliki potensi besar
dalam industri non pangan. SUPOIL dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun, shampoo dan kosmetik lainnya. Karena kandungan asam lemaknya yang tinggi,
SUPOIL juga dapat digunakan sebagai bahan baku produksi biofuel.
Namun produksi SUPOIL masih terbatas dan tidak sebesar produksi minyak sawit.
Karena masih banyak kendala produksi, seperti produktivitas spesifik tanaman yang rendah
dan biaya produksi yang tinggi. Selain itu, SUPOIL masih belum memiliki standar mutu
dan sertifikat resmi seperti sawit.
Singkatnya, SUPOIL memiliki potensi besar dalam industri pangan dan non pangan
karena kandungan asam lemaknya yang unggul dan sifat alami yang baik untuk kesehatan
kulit. Namun produksinya masih terbatas dan perlu pengembangan lebih lanjut untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas.
7

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus yang bertempat di MAN 1
Pekanbaru Jln Bandeng No. 51A.

3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer,
dan sekunder, data primer kami ambil dari eksperimental, dan data sekunder kami
ambil dari studi literarur dengan membaca jurnal-jurnal yang ada sebelumnya.

3.2.2. Alat dan Bahan


Sebelum memulai pembuatan aplikasi berbasis Android, diperlukan beberapa
perangkat, antara lain :
1. Android Studio.
2. Sun’s Java Development Kit (JDK).
3. The Android Software Developer’s Kit (SDK).
4. The Android Developer Tool (ADT).
5. Plug-in Android Studio.
6. Android Debug Bridge (ADB)
7. HP Android dengan android versi 4.1.1 ( Ice Cream Sandwich untuk percobaan
aplikasi)
Pengembangan pembuatan aplikasi berbasis Android dengan memanfaatkan Android
SDK dapat dilakukan pada salah satu sistem operasi seperti Windows (XP, Vista dan 7),
Linux dan Mac OS X.

3.3 Metode Pemerolehan Data


Penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu:

3.3.1Sumber Data Primer

3.3.1.1 Observasi
Tahapan selanjutnya yaitu Observasi. Sebelum melakukan perancangan perangkat
dan aplikasi. Penulis bisa melakukan observasi pada sektor pertanian terkhusus pada
daerah Provinsi Riau.
3.3.1.2 Eksperimen
Dalam ekperimen Dalam penelitian ini, penulis melakukan percobaan membuat
aplikasi mumpunyai fungsi yang begitu kaya di Indonesia khususnya Provinsi Riau
kedalam media digital yang interaktif, inovatif dan praktis. Dengan ini petani lebih
leluasa untuk menjual bahan sayur yang baru saja dipanen di Aplikasi pemesanan bahan
hasil pertanian, tidak hanya itu di aplikasi ini Selain itu aplikasi ini juga bisa menjadi
media
8

pertukaran infomasi seputar resep kuliner modern hingga tradisional antara sesama
pengguna. Dan tentu saja saat pengguna memilih menu resep yang ingin dimasaknya,
menu akan kami alihkan pada halaman perbelanjaan bahan-bahan masan dan melakukan
pemesanan.
3.3.2Sumber Data Sekunder
3.3.2.1 Studi Literatur
Tahapan pertama yang dilakukan adalah studi literatur. Studi literatur ini berisi
mengenai kajian penulis dari beberapa acuan yang di peroleh baik berupa karya ilmiah,
jurnal, buku maupun sumber dari internet dengan tema penelitian yang berfungsi sebagai
penunjang untuk mempermudah dalam proses penelitian ini.

1
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis adalah cara yang dilakukan untuk mengolah data
hasil penelitian menjadi informasi yang kemudian dapat ditarik menjadi kesimpulan. Data
yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk membuat sistem aplikasi tersebut, penulis.
metode SDLC Waterfall(Software Development Life Circle Waterfall), yaitu

Gamabar 1 SDLC Waterfall


9

REFERENSI

Tambunan, Irma dan Tribowo, Reynaldo. 2022. Peremajaan Sawit Rakyat


Makin Kian Mendesak. https://www.bpdp.or.id/peremajaan-sawit-
rakyat-kian-mendesak [Diakses tanggal 14 April 2022]

Badan Pusat Statistik. 2022. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2022. Jakarta: BPS
RI.

Ngafifi, Muhamad. 2014. Kemajuan teknologi dan pola hidup manusia dalam
perspektif sosial budaya. Jurnal Pembangunan dan Pendidikan Fondasi dan
Aplikasi. 2(1):34-37.

Sadono, Sukirno. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT.Raja
Grasindo Perseda. Jakarta.

Sumitro, Djojohadikusumo. 1986. Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan


Masa Datang. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Syabrina, E., Dedi Budiman Hakim, dan Fredian Tonny. 2013. Analisis
kelembagaan penyuluhan pertanian di provinsi Riau. Jurnal
Manajemen Pembangunan Daerah. 5(1):32-38.

Zuhaldi, Trian. 2009. Kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi


provinsi Riau. Jurnal Ekonomi. 17(1):12-18
8

Lampiran 1. Logo Templete

Lampiran 2. Logo Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai