OLEH
NAMA : HERIANI
NIM : 16040317
KOLAKA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Manajemen
Produksi Agribisnis yang berjudul Pegelolaan Kelapa Sawit Sampai Menjadi
CPO ( Crude Palm Oil ) . Laporan ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Produksi Agribisnis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN ................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Pengembangan kelapa sawit berarti
merupakan bagian dari PT. Panca Putra Ganda Group yang bergerak di bidang
pendidikan, otomotif,perbankkan, perkebunan dan lain-lain. Perusahaan ini
mengelola kelapa sawit dari bahan mentah menjadi bahan setengah jadi Crude
Palm Oil (CPO) yang nantinya dijual kepada perusahaan pengolah minyak kelapa
sawit menjadi minyak goreng atau bahan kosmetik dan makanan lainnya.
Kehadiran PT. Damai Jaya Lestari dari beberapa sudut pandang telah memberikan
peningkatan terhadap perputaran roda perekonomian di Kabupaten Kolaka dan
Sulawesi Tenggara secara umum karena mampu menyerap tenaga kerja dalam
jumlah besar.
Tujuan dari praktikum lapangan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah manajemen produksi agribisnis serta dapat mengetahui dan mampu
memahami bagiamana proses pengelolaan kelapa sawit hingga menjadi CPO di
kawasan perkebunan kelapa sawit, Desa Polinggona, Kecamatan Watubangga,
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapu manfaat dari praktikum
ini ialah :
a. Menambah wawasan mahasiswa tentang proses pengelolaan kelapa sawit
hingga menjadi CPO.
b. Sebagai bahan informasi bagi praktikum selanjutnya yang relevan dengan
praktikum lapangan ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perusahaan PT. Damai Jaya Lestari, Kolaka Tani di dirikan pertama kali
pada tanggal 9 Januari 2005 di Kecamatan Polinggona, Kabupaten Kolaka.
Perusahaan ini menampung hasil perkebunan dari perkebunan milik masyarakat
yang pengelolaannya telah diserahkan kepada perusahaan agar standar dan hasil
yang peroleh dapat mencapai posisi maksimum. Awal mulanya pendirian
perusahaan ini dari nazar Bapak Dr. Sutan Prajade Sitorus sebagai pendiri yang
pernah diungkapkannya ketika terdampar di Pulau Binongko Kabupaten Wakatobi
pada tahun 1964 akibat kapal yang ditumpanginya karam di Lautan Banda bahwa
beliau akan berusaha untuk membangun Sulawesi Tenggara semampunya bila
sukses suatu saat.
Pada tahun 2004 rombongan pemerintah Propinsi dan Kabupaten dari
Sulawesi Tenggra mendapat undangan untuk menghadiri acara yang dibuat oleh
Dr. Sutan Prajade Sitorus dan pada saat yang sama para pimpinan daerah
melakukan diskusi dengan Dr. Sutan Parajade Sitorus dan Alhamdulillah
diperoleh sebuah kesepakatan untuk membuka perkebunan kelapa sawit dengan
dukungan vasilitas Pemerintah Daerah kolaka. Sepulanya dari acara yang dibuat
oleh Dr. Sutan Prajade Sitorus, Pemerintah Daerah Kolaka sudah intens
melakukan komunikasi dengan pihak Dr. Sutan Prajade Sitorus.
Setelah mendapatkan izin secara resmi oleh Pemerintah Daerah Kolaka dan
dukungan dari pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggra, maka dikirimlah tim secara
langsu ke Kebun Kolaka Tani untuk di buka yang langsung dari Medan. Tim yang
dikirim tersebut pertama kali tiba dijemput oleh Wakil Gubernur Sulawesi
Tenggara dan Bupati Kolaka Bapak Hariwarta dan langsung diantar ke Kantor
Kecamatan Tanggetada untuk memulai pembukaan kebun yang pertama kali.
Kantor sementara yang dijadikan tempat mengeoperasikan fungsi administrasi
kebun saat itu masih meminjam kantor Kecamatan Tanggetada selama beberapa
3
bulan. Selain sebagai kantor sementara, Kantor Kecamatan Tanggetada juga
dijadikan sebagai tempat tinggal sementara tim yang dikirim dari Medan.
Dalam pembukaan Kebun Kolaka Tani para tim ahli yang dikirim dari
Sumatra yang telah berpengalaman masih mendapatkan kendala dan tantangan
baik berasal dari kondisi iklim dan topografu maupun dari masyarakat yang
bermukim di lokasi perencanaan perkebunan. Tantangan yang diperoleh dari
keadaan topografi perkebunana adalah konisi kemiringan lereng yang lebih dari
450 dan banyaknya aliran sungai dan perbukitan yang tersebar diseluruh area
lahan yang akan di buka. Semantara tantangan yand datang dari mayarakat lokal
adalah karena masyarakat belum terbiasa dengan keberadaan perkebunan skala
besar dan lemahnya toleransi komunikasi lintas budaya yang mengakibatkan
banyak terjadi misunderstanding dan miscommunication dalam fungsi pengarahan
dan ketercapaian program. Langkah awal yang dilakukan oleh pihak perusahaan
dengan memasuk bersosialisasi dengan masyarkat di Kecamatan Tanggetada
hingga Kecamatan Polingano agar para petani bersedia memberikan lahannya
dikelola oleh perusahaan dan memerka mendapatkan insentif berupa pembagian
keuntungan dimana pihak perusahaan mendapat 60% dan masyarkat mendapat
40% dari keuntungan besar usaha.
Seiring dengan perkembangan waktu, PT. Damai Jaya Lestari menemukan
jalan untuk mengembangkan perkebunan di kawasan ini hingga mulai di ikuti
oleh masyarakt lokal membuka kebun kelapa sawit yang seluruh produksinya
ditampung oleh perusahaan. Begitu juga dengan pradigma masyarkat lokal yang
awalnya belum bisa menerima perkebunan, perlahan-lahan membuka diri seiring
dengan benefit yang telah diperoleh masyarakat lokal.
Perkebunan Kolaka Tani yang dikelola oleh PT. Damai Jaya Lestari
merupakan perusahaan swasta yang secara keseluruhan modalnya berupa investasi
mandiri. Seperti nazar yang telah diungkapan oleh Dr. Sutan Prajade Sitorus,
seluruh modal dalam perkebunan ini berasal dari perusahaan beliau yaitu PT.
Panca Putra Ganda Group yang sampai saat ini masih memberikan bantuan dan
dukungan baik berbentuk subsidi maupun bantuan dana operasional. Modal awal
4
dalam investasi perkebunan ini sebesar Rp. 500.000.000.000,- yang dialokasikan
untuk perizinan, pengelolaan lahan dan pendirian perusahaan.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat.
Tetapi ada sebagian berpendapat justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena spesies kelapa sawit banyak
ditemukan di daerah hutan Brazil dibandingkan Amerika. Pada kenyatannya tanaman
kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti malaysia, Indonesia,
Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan, mampu memberikan hasil produksi perhektar
yang lebih tinggi (Fauzi et al,. 2012).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa
dari Maritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa
sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Haller, seorang
berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.
Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mulai berkembang.
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak
dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta.
Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika
Indonesia ditargetkan menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di
dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman
sampai teknik pengelolaan hasil panenharus berlaku profesional.
2.3 CPO
CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit kasar yang berwarna
kemerah-merahan yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau pengempaan daging buah
kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Agar diperoleh minyak sawit yang
5
bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut harus mengalami pengolahan yang lebih
lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian harus mengalami proses pemurnian
terlebih dahulu agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan
oksidasi.
Minyak sawit biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri
kosmetik, industri kimia, dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar
90% digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening,
pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit,
dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk
industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil
ester serta surfaktan. Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari campuran
trigliserida dan komponen lainnya yang merupakan komponen minor. Trigliserida
terdapat dalam jumlah yang besar sedangkan komponen minor terdapat dalam jumlah
yang relatif kecil namun keduanya memegang peranan dalam menentukan kualitas
minyak sawit.
6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari jum’at sampai sabtu, mulai
tanggal 26 oktober sampai 27 oktober 2018 yang bertempat di Kawasan
Perkebunan Kelapa Sawit tepatnya dalam pabrik pengelolaan kelapa sawit
menjadi CPO, Desa polenggona, Kecamatan Watubangga, Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kamera dengan tujuan
mengambil dokumentasi sebagai bukti dari laporan praktikum lapangan yanga
dilakukan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alat tulis menulis dengan
tujuan mencatat setiap proses pengelolaan kelapa sawit mulai dari penimbangan
kelapa sawit hingga menjadi CPO.
3.3 Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan pada praktikum lapangan ini adalah
wawancara yang dilakukan kepada Pak. Pim-pPro beserta asisten-asistennya
mengenai proses pengelolaan kelapa sawit hingga menjadi CPO.
3.4 Prosedur Kerja Praktikum
Adapun prosedur kerja praktikum sebagai berikut :
a. Melakukan perjalanan sekitar 100 M untuk sampai ke pabrik pengelolaan
kelapa sawit menjadi CPO.
b. Melakukan wawancara kepada Pak. Pim-Pro beserta asisten-asistennya
tentang pengelolaan kelapa sawit tersebut.
c. Wawancara yang dilakukan dimulai dari penimbangan kelapa sawit hingga
menjadi CPO.
d. Mengambil Dokumentasi yang dibutuhkan untuk melengkapi laporan
praktikum lapangan ini.
7
BAB IV
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pengelolaan CPO dimulai dari sejak ketika buah di panen dari kebun, TBS (
Tandan Buah Segar ) diangkut ke pabrik oleh transportasi seperti truk dan setiap
truk, kemudian ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berapa banyak bobot
buah TBS dari setiap mobil. Setelah di timbang, TBS di masukan ke dalam ling
ram (penada sementara) untuk dilakukan penyortiran TBS yang layak untuk
dibawa. Penyimpanan sementara maksimal 1 hari. Setelah di sortir, TBS
dimasukan kedalam Lori (kapasitas 4,5-5 ton/lori). Dari lori tersebut terbentuk
susunan 11 lori yang kemudian dimasukan kedalam sterilizer (rebusan) dengan
suhu 3600C selama 90 menit. Tujuan dari perebusan adalah untuk melepaskan
kadar air, spiglet dan enzim yang terdapat dalam buah sebelum di rebus.
Kemudian buah yang telah direbus ditransferkan ke dalam terser untuk dilakukan
pengidilan (bantingan) dilakukan dengan kecapatan rotagel ben yang ditentukan
lalu brondolan terpisah ke bawa (under terser) tamkos mengarah ke YB (inti
bapres) kemudian brondolan tadi diangkut ke digester melalui elevator dan
di digester dialkukan pengadukan yang dimana di digester proses pengadukan
dapat melempar minyak masuk ke pipa tempat cruel oil than atau oil gatherbaru
ke cruel oil than. Di digester masing-masing bagian buah sudah punya jurusan,
minyakmnya masuk ke pipa cruel oil than, kemudian ampas presnya masuk ke
CBC bersamaan dengan nat (biji). Diatas pres itu akan terjadi dua pemisahan
8
pengolahan pemisahan besar, satu disebut pengolahan minyak dan satunya disebut
pengolahan kernel atau pan kernel. Minyaknya disebut Crude Palm Oil (CPO).
Pengadukan di digester akan melempar minyak ke pipa oil
gather. Fungsi oil gather untuk pemisahan minyak dengan perikap (serat ampas
fiber) yang terkandung alam minyak dilakukan dengan suhu. Kemudian dari oil
gather masuk ke penyaringan dan minyak yang telah tersaring akan masuk
ke cruel oil than dengan pembentukan skap-skap. Di dalam cruel oil than minyak
dicampur dengan air panas yang campuran suhunya 900C. Bila suhu campuran air
dan minyak ini dibawah 900C maka minyak tidak akan terbentuk dengan
sempurna dan akan membentuk empat komposisi. Pertama minya berada di atas,
kemudian diurutan kedua emulsi, setelahnya air dan yang terakhir solid (endapan).
Serat masih mengandung kandungan minyak sekitar 0,4% sehingga dari serat tank
serat di pompa ke tangki slat bales than untuk diolah oleh mesin tree gather guna
mendapatkan minyak sisa dari serat tank dan pada than ini, solidnya di buang dan
minyaknya di ambil.
Dari cruel oil than minyak dipompakan ke JST dengan tujuan pengendapan
minyak pada suhu 900C dengan keadaan minyak yang tidak bergoncang dengan
dua komposisi, yaitu minyak diatas dan serat di bawah. Selanjutnya dari JST
minyak di dialirkan ke oil than dan serat yang berada di komposisi kedua masuk
ke tangki serat tank. Di dalam oil than, minyak belum dapat di kirim untuk diolah
lanjutan karena kandungan air masih diatas 0,5%. Minyak yang masih tinggi
kadar airnya di turunkan kadar airnya dipompakan ke plum oil dryer untuk
diturunkan kadar airnya semaksimal munkin dengan tekanan 0,8 bar. Dan
dari plum oil dryer dipompakan ke tangki timbun (storage tank) yaitu alat
penyimpanan CPO yang sudah diolah dengan kapasitas/daya tampung 4000 ton/
tangki. Dalam hal ini CPO disimpan sementara untuk menunggu pembeli agar
dapat diolah lebih lanjut. Batas penyimpanan CPO paling lambat 24 jam karena
apabila terjadi hujan, PH akan naik sehingga mengurangi kualitas dari CPO.
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
Gambar 1
Dokumentasi Bersama
Gambar 2 Gambar 3
Proses Penimbangan TBS Penyortiran TBS
Gambar 4 Gambar 5
Lori Proses Perebusan
12
Gambar 6 Gambar 7
Proses penidilan (bantingan) Tamkos
Gambar 7 Gambar 8
Stasiun Threshing Proses Pengadukan
Gambar 9 Gambar 10
Ampas Minyak Kasar
13
Gambar 11 Gambar 12
Minyak mentah Pengujian minyak mentah di Lab
Gambar 13
Tangki Timbun
Gambar 14
PT. Damai Jaya Lestari
14