Anda di halaman 1dari 14

KELAPA SAWIT

Laporan Field Trip Mata Kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman II

Disusun oleh: Kelompok 4


Winda Yulistyani Abdul Rochman Hadiono Anggi Harapan Perdana Shela Tazkiah Ujang Yayat Abdurahman 150510100230 150510100241 150510100248 150510100259 150510100265

Agroteknologi F

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dunia pertanian merupakan suatu kebutuhan manusia selama hidupnya. Karena manusia tidak akan bisa hidup tanpa makanan. Tetapi adakalanya hasil pertanian tidak sesuai yang diharapkan, karena adanya factor pembatas, salah satunya adalah Patogen dan hama. Teknologi perlindungan tanaman merupakan salah satu mata kuliah yang mempelajari perlindungan tanaman. Tentunya laporan yang kelompok kami susun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan kami agar bapak/ibu dosen pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk memberikan saran atau komentar perbaikan demi terciptanya suatu karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Amin.

Jatinangor, 29 November 2011

Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum BAB II LOKASI PENGAMATAN BAB III PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI SUBANG BAB IV HAMA DAN PENYAKIT YANG MENYERANG BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

i ii 1 1 2 3 4 6 7 10 10 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis sp.) adalah salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting, tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis, Jacq) adalah sumber utama minyak nabati di Indonesia. Pada tahun 1848 tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias. Terdapat enam tanaman yang ditanam di Kebun Raya Bogor, yaitu dua berasal dari Bourbon Mauritius dan dua lagi dari Hortus Botanicus, Amsterdam. Keempat tanaman itu berbuah pada tahun 1853 kemudian bijinya disebarkan secara gratis ke beberapa tempat di Indonesia, khususnya Sumatera. Di Indonesia komoditi kelapa sawit mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan. Hal ini jelas terlihat dengan adanya usaha pemerintah maupun swasta untuk memperluas areal perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran. Melalui program PIR (Perkebunan Inti Rakyat) pemerintah Indonesia telah menjadikan kelapa sawit sebagai tanaman rakyat dan primadona di sub sektor perkebunan. Terkait dengan perkebunan kelapa sawit, maka tidak terlepas dari kota Subang. Hal ini disebabkan karena subang adalah daerah yang menanam cukup banyak tanaman kelapa sawit ini. Kabupaten Subang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang beribukota Subang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten Bandung di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di barat. Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/pegunungan, bagian tengah wilayah kabupaten Subang berupa dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah Pada bagian selatan kabupaten Subang berupa Perkebunan, baik perkebunan Negara maupun perkebunan rakyat, hutan dan lokasi pariwisata. Pada bagian tengah wilayah kabupaten Subang 4

berkembang perkebunan karet, tebu dan buah-buahan dibiodang pertanian dan pabrik-pabrik dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah kabupaten Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak serta pantai. Tanah sebagai sumber daya alam, sangat penting bagi kehidupan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. Sifat sumber daya alam ini walaupun dapat diperbahurui akan tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga kerusakan terhadap tanah akan menimbulkan kerugian yang besar. Pengawetan tanah dan air, yang lebih tepatnya disebut konservasi tanah dan air adalah usaha-usaha untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktivitas tanah menurun terutama karena erosi, maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lainnya menjadi tercemar, sehingga jumlah air bersih semakin berkurang. Untuk menghindari hal tersebut maka satu-satunya jalan yang masih mungkin dapat diusahakan adalah menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah semaksimal mungkin. Peningkatan produksi tanaman ditentukan oleh tingkat perkembangan tanaman itu sendiri, sehingga tinggi rendahnya produksi suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat genetis dari tanaman, keadaan lingkungan serta kultur teknis yang diterapkan. Perlakuan manusia terhadap tanah dengan pengelolaan yang salah telah membantu mempercepat terjadinya erosi dan turunnya produktivitas tanah. Tinggi rendahnya kerusakan tanah akibat erosi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu iklim, tanah, topografi, vegetasi penutup tanah dan kegiatan manusia. Dengan memperhatikan hal tersebut maka usaha-usaha pengendalian erosi haruslah menjadi perhatian utama dalam mencegah terjadinya kerusakan tanah, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa upaya antara lain mengurangi terjadinya aliran permukaan dan mengurangi tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Usaha konservasi tanah dan air di perkebunan merupakan hal yang cukup penting untuk menghindari terjadinya degradasi tanah. Dengan demikian tanah sebagai sumber daya alam tidak rusak dan tanaman kelapa sawit dapat berproduksi tinggi. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari disusunnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman II juga untuk mengatahui permasalahan- permasalahan

yang ada di kebun kelapa sawit baik masalah penyakit ataupun hama yang terdapat di perkebunan kelapa sawit di daerah Subang. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 November 2011 di beberapa daerah, antara lain di Jalan Cagak (Subang), Ciater, dan Maribaya (Lembang).

BAB II LOKASI PENGAMATAN (JALAN CAGAK, KABUPATEN SUBANG) Kabupaten Subang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Subang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten Bandung di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di barat. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007, Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 30 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 245 desa dan 8 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Subang. Kabupaten ini dilintasi jalur pantura, namun ibukota Kabupaten Subang tidak terletak di jalur ini. Jalur pantura di Kabupaten Subang merupakan salah satu yang paling sibuk di Pulau Jawa. Kota kecamatan yang berada di jalur ini diantaranya Ciasem dan Pamanukan. Selain dilintasi jalur Pantura, Kabupaten Subang dilintasi pula jalur jalan Alternatif Sadang Cikamurang, yang mlintas di tengah wilayah Kabupaten Subang dan menghubungkan Sadang Kabupaten Purwakarta dengan Tomo Kabupaten Sumedang, jalur ini sangat ramai terutama pada musim libur seperti lebaran. Kabupaten Subang yang berbatasan langsung dengan kabupaten Bandung disebelah selatan memiliki akses langsung yang sekaligus

menghubungkan jalur pantura dengan kota Bandung. Jalur ini cukup nyaman dilalui dengan panorama alam yang amat indah berupa hamparan kebun teh yang udaranya sejuk dan melintasai kawasan pariwisata Air panas Ciater dan Gunung Tangkuban Parahu. Penduduk Subang pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian sebagian kawasan di pesisir penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon). Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/pegunungan, bagian tengah wilayah kabupaten Subang berupa dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah Pada bagian selatan kabupaten Subang berupa Perkebunan, baik perkebunan Negara maupun perkebunan rakyat, hutan dan lokasi pariwisata. Pada bagian tengah wilayah kabupaten Subang berkembang perkebunan karet, tebu dan buah-buahan 7

dibidang pertanian dan pabrik-pabrik dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah kabupaten Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak serta pantai. Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan utama sebagai petani dan buruh perkebunan, maka perekonomian Subang masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat area perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan kebun Tehnya yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan nama Nanas Madu. Nanas Madu dapat kita temui di sepanjang Jalancagak yang merupakan persimpangan antara Wanayasa - Bandung - Sumedang dan Kota Subang sendiri. Dodol nanas, keripik singkong dan selai yang merupakan hasil home industry yang dapat dijadikan makanan oleh-oleh. a. Kondisi Wilayah: b. Utara Timur Selatan Barat Topografi : Kec. Cijambe : Kec. Kasomalang : Kec. Ciater : Kec. Sagalaherang : Pegunungan

Ketinggian : 700 m dpl

Kondisi Geografis Luas Wilayah Kecamatan Luas Wilayah Per Kelurahan/Desa o o o o o o o Bunihayu Tambakan : 808,15 Ha : 394,32 Ha : 416.891 Ha

Tambakmekar : 463,09 Ha Sarireja : 700,00 Ha Kumpay : 729,74 Ha

Curugrendeng : 742,36 Ha Jalancagak : 331,25 Ha

BAB III PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI SUBANG

Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti plasma). Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi untuk meningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia. Sebagian elemen masyarakat di wilayah Subang khawatir akan kurangnya air akibat menanaman pohon sawit. Pohon sawit adalah tanaman tropis sehingga sangat tepat dikembangkan di beberapa wilayah Subang. Tidak semua wilayah cocok untuk ditanami kelapa sawit, harus ada studi kelayakan terlebih dulu. Sewaktu akan memulai pengembangan tanaman sawit perlu diadakan penelitian terlebih dulu, termasuk aspek konservasi lahan dan jangan sampai disamakan dengan lahan gambut. Tanaman kelapa sawit di Subang sudah mencapai 917 hektare dari target 1.200 hektare. Grafik Potensi Kelapa Sawit di Kab. Subang
5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 2009 2008 2006 produksi/ton

Sumber Data: Statistik Perkebunan 2009 2011

BAB IV HAMA DAN PENYAKIT YANG MENYERANG 4.1 a. Hama Belalang Pada beberapa lokasi serangan belalang juga dapat menjadi serius keadaannya jika tidak ditanggulangi segera. Belalang yang menyerang terutama Valanga sp. Serangannya menimbulkan lubang- lubang kecil pada daun muda, menyebabkan busuk pada tepi lubang dan apabila populasinya tinggi hampir Semua permukaan daun berlubang dan akhirnya daun akan mengering. serangannya tidak menyebabkan kematian pada tanaman tetapi pertumbuhannya menjadi sangat tertekan karena asimilasi tidak berjalan baik. Pencegahan dilakukan dengan memberantas semak sekitar tanaman dan menyemprotkan insektisida pada bibit sebelum bibit ditanam. b. Kumbang Tanduk Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros Linn.) menggerek pucuk atau umbut kelapa sawit mulai sejak ditanam dan dapat berlanjut sampai umur 2,5 tahun. Pada kawasan tertentu hampi 100 persen tanaman mendapat serangan hama ini terutama apabila di daerah sekitamya banyak terdapat sumber infeksi seperti kelapa atau pada daerah penanaman peremajaan. Kematian langsung jarang terjadi namun kerusakan dan keterlambatan pertumbuhan sangat jelas . c. Ulat Kantong Hama pemakan daun lainnya yang penting adalah ordo Lepidoptera famili Psychidae (ulat kantong). Tanaman muda masih sangat lemah sehingga perlu pengawasan yang sangat intensif agar tidak terserang hama perusak daun tersebut. Jika populasinya belum begitu tinggi biasanya dilakukan pengutipan ulat atau hand picking yaitu ulat diambil dari daun dengan penjepit kemudian dicelupkan ke dalam larutan racun serangga yang dibawa. Jika terjadi serangan yang lebih berat atau sudah sulit dilakukan pengutipan karena tanaman sudah tinggi diadakan penyemprotan dengan sprayer. Penggunaan penyemprot gandengan agar dihindarkan karena akan merusak penutup tanah. d. Penggerek Bunga Pada tanaman muda yang mulai berbunga sering terdapat gangguan hama penggerek tandan bunga ketika seludang sudah terbuka. Bunga yang diserang akan gugur, sedangkan buah muda yang terserang tidak akan berkembang sempurna (tidak berinti). Ulat ini 10

(Tirathaba) juga menyerang bunga jantan dan pelepah daun muda. Pada areal yang terlalu lembab dan kotor sering terjadi eksplosi. Tindakan sanitasi dan kastrasi merupakan salah satu tindakan terbaik. Penyemprotan Thiodan 35 EC (Endosulfan) 2 gram/liter, Dipterex 95 SL (Trichlorphon) 1,5 cc/liter, atau Agrolene 26 WP (Lindane) 2,5 gram/liter dicampur perekat dan disemprotkan pada tandan bunga dapat mengatasi serangan. Dibutuhkan 0,50 -1,00 liter/pohon untuk tiap penyemprotan (Djamin, 1983; Widya danHutauruk. 1982). e. Babi Hutan Babi hutan merupakan perusak yang sangat potensial di daerah pengembangan. Di beberapa daerah seperti Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Riau, dan Bengkulu hama ini dapat membunuh lebih dari 50% tanaman yang baru ditanam. Untuk menghindari serangan, tindakan pemagaran individual pada masing-masing pohon atau pemagaran keliling blok merupakan cara yang baik tetapi mahal, demikian pula dengan pemburuan. Penggunaan umpan beracun tidak memberikan hasil yang baik. Pada akhirnya penggunaan bibit tua umur 1 5 - 2 0 bulan banyak dilakukan karena bibit ini batangnya sudah keras dan pelepahnya sudah berduri sehingga sukar untuk dimakan atau dirusak babi (Team Teknis (teknoloai) sawit PNP/PTP l-IX, 1984; Sudharto, et.al., 1990b; 1987). f. Tikus

Tikus menyerang tanaman yang baru ditanam dengan memakan umbut tanaman dimulai dengan mengerat batang. Tindakan pencegahan yang terbaik adalah dengan memasang umpan beracun yang diletakkan 2 - 3 keping per pohon dan setiap 3 hari sekali dilakukan pemeriksaan. Apabila lebih dari 20% umpan tersebut dimakan maka perlu ditambah lagi (Lubis dan Sipayung, 1987; Sipayung, et.al.1989; 1987). Cara lain adalah dengan memusnahkan sarang-sarangnya. Pengembangan burung hantu (Tyto alba)juga dapat digalakkan untuk mengontrol satuan wilayah tertentu. Burung hantu ini sangat efektif dan telah dianjurkan (Sipayung, et.al, 1986).

4.2 a.

Penyakit Penyakit Tajuk


Penyakit tajuk (crown diseases) umumnya muncul pada tanaman muda, mulai terlihat

1 tahun setelah penanaman dan mencapai puncaknya pada umur 2 -3 tahun. Penyakit ini adalah penyakit genetis dan menurun pada generasi selanjutnya. Deli Dura agak peka, turunan La Me toleran sementara hasil persilangannya dengan Deli juga memberi hasil

11

sama. Gejala penyakit ini adalah pelepah tidak membuka dan membengkok. Pada daun tombak yang belum berkembang terjadi pembusukan yang bewarna coklat menyebar melalui bagian tengah dan menyebabkan anak daun terputus. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya, dalam 6-12 bulan akan kembali normal namun ada juga yang lebih lama. Pencegahan yang memungkinkan adalah menggunakan bibit yang toleran dan tidak menggunakan pohon induk atau Pisifera yang peka. Kerja sama Balai Penelitian dan pengguna sangat diperlukan untuk memonitor persilangan yang peka di lapang atau di pembibitan (Lubis, 1973d). Pada tanaman muda juga sering dijumpai busuk pucuk (spear rot) sebagai akibat sekunder serangan kumbang tanduk. Penyakit ini dapat menyebabkan pucuk membusuk. Apabila penyakit sampai masuk ke titik tumbuh maka pertumbuhan akan menjadi kerdil. Bagian tanaman yang terserang dipotong dan dibakar, kemudian tanaman disemprot dengan fungisida misalnya Thiram. Tentang masalah hama dan penyakit ini akan dibahas lebih luas pada bab khusus (Djamin, et.al,1987).

12

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada pengamatan kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman kelapa sawit yang ada di perkebunan tersebut sangat mengkhawatirkan. Karena hampir setiap tanaman terserang hama maupun penyakit. Serangan keduanya itu dapat menyebabkan tanaman menjadi sulit tumbuh dan berkembang. Cara dalam mengendalikan dan atau menanggulangi hama/penyakit yang masih digunakan oleh para pekerja kebun dengan menyemprotkan fungsida dan insektisida. Sedangkan untuk menunjang pertumumbuhannya, tanaman ini diberi pupuk Urea atau TSP.

13

DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Ali. ----. Penilaian Tingkat Perkembangan Kelapa Sawit Pada Lahan Konvensi Di Perkebunan Tambaksari Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Disadur dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_056784_table_of_contentx.pdf Pada 29 November 2011. Anonim. ----. Kelapa Sawit. Disadur dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit Pada 29 November 2011. Anonim. ----. Perkebunan Nusantara VIII. Disadur dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perkebunan_Nusantara_VIII Pada 29 November 2011. Anonim. 2011. Solusi Sawit. Disasur dari http://www.solusisawit.com/index.php/TBM/penyakit-tajuk.html Pada 29 November 2011. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2011. Potensi Kelapa Sawit di Subang. Disadur dari http://regionalinvestment.com/newsipid/id/commodityarea.php?ic=53&ia=3213 Pada 29 November 2011. Radar Karawang. 2010. Petani Subang Tanam Kelapa Sawit. Disadur dari http://radarkarawangnews.blogspot.com/2010/03/petani-subang-tanam-kelapasawit.html Pada 29 November 2011.

14

Anda mungkin juga menyukai